CERPEN KREASI BERSAMA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 2011/2012

Cerita pendek merupakan karya sastra yang secara fisik relatif pendek. Jumlah kata-kata dan halamannya pun relatif sedikit. meskipun begitu, hakikat cerita pendek merupakan karya sastra yang padat, pepal, dan padu dalam jalinan unsur-unsur pembentuknya, seperti alur, latar, tokoh, penokohan, serta tematisnya.

Meskipun begitu, justru dalam "kependekannya" itulah cerpen memiliki kekuatan tersendiri sehingga lebih bermaka meski habis dalam sekali baca. A single vivid impression (satu kesan tunggal) seolah menjadi ciri khasnya. Di sisi lain, pembaca justru seringkali lebih gampang memahami dan memperoleh nilai (value) yang disampaikan oleh pengarangnya. Hal ini seringkali membuat banyak pembaca lebih senang membaca cerpen daripada karya lainnya.

Karya yang ada di sini adalah karya bersama siswa dalam satu kelas. Apresiasi kreasi mereka muncul dan berkembang bersamaan dengan kekayaan imajinasi yang dimilikinya. Maka, harus kita hargai karya kreatif tersebut sebagai langkah awal yang mendekatkan proses kreatif dan produktif secara tertulis ke tingkat lebih lanjut sesuai dengan perkembangan kreativitas dan imajinasi mereka.

Selamat berkarya. Kreativitas akan memicu dan memancing kita untuk selalu berkarya. MAKA, MULAILAH BERKARYA, BERKARYA, DAN BERKARYA.

Komentar

  1. Balasan
    1. Perkenalkan, namaku David Hutabarat anak dari kedua mamak dan bapakku.....ya jelaslah, nggak mungkin aku lahir dari orang lain. Bapakku adalah Victor Hutabarat dan mamakku agak kebarat-baratan. Aku hidup dari keluarga yang biasa-biasa saja, maksudnya biasa tinggal di rumah mewah, biasa diantar pake ferrari dan biasa pulang pergi luar negeri.

      Hapus
  2. Hari-hariku seperti biasa, bangun tidur, mandi , sarapan pagi, dan siap-siap untuk ke sekolah, kekacauan dimulai pada saat ingin memasak sarapan dan sesuatu terjadi yaitu gas dirumahku habis kemudian aku menjadi panik dan tidak tahu ingin melakukan apa sehingga jadwalku pergi ke sekolah pun menjadi berantakan dan hampir telat ke sekolah tetapi untungnya saya mengambil jalan keluar untuk tidak sarapan dan lantas pergi ke sekolah seceptanya.

    BalasHapus
  3. Aku pun pergi ke sekolah dengan perut kosong, tanpa memakan apapun. Aku sangat berharap dapat memakan sesuatu sebelum bel sekolah berbunyi. Harapanku melayang sia-sia karena tak ada satupun orang yang menjual makanan. "Layaknya seorang busung lapar", pikirku.

    BalasHapus
  4. Sesampainya di sekolah, aku baru menyadari bahwa seragam sekolah yang kukenakan salah dan aku juga lupa memakai ikat pinggang.

    BalasHapus
  5. Oleh karena itu, aku harus berurusan dengan Bu Lala. Bu Lala adalah guru yang paling ditakuti oleh semua murid yang ada di sekolahku. Mungkin tidak hanya murid yang takut dengannya tetapi juga semua guru, karyawan bahkan selembar daun pun enggan untuk gugur karena tatapan mata seorang Bu Lala yang sangat tajam dan menusuk.

    BalasHapus
  6. "Bagaimana ini??? Apa yang harus aku lakukan untuk membela diriku?" pikirku untuk menghibur diri yang dilanda oleh kecemasan yang bertubi-tubi. Bagiku, Bu Lala adalah seseorang yang memiliki kepribadian seperti seorang polisi tulen, harusnya ia bekerja menjadi polisi saja. "Apa aku bolos sekolah saja? pikiran licikku mulai muncul.

    BalasHapus
  7. Bila aku bolos sekolah, aku mungkin akan terbebas dari hukuman Bu Lala,tetapi...
    Ahh, sudah lah, apapun yang terjadi, aku harus jujur, karena itu adalah kecerobohan aku sendiri.

    BalasHapus
  8. Setelah meyakinkan diri, aku bergegas melangkahkan kakiku kembali memasuki sekolah. "Lewat tangga dekat ruang guru saja" pikirku dalam hati. Di luar dugaanku, Bu Lala tiba-tiba keluar dari ruang guru dan memandangku dari kejauhan. Tatapannya sinis dan terlihat sangat tidak bersahabat. Aku pun terdiam. Sekujur tubuhku mendadak kaku dan dingin. Bu Lala datang menghampiriku. "David, kamu tahu ini hari apa? Mengapa kamu memakai baju itu?" kata Bu Lala. "Maaf bu, tadi ada sedikit masalah di rumah sehingga aku terlambat dan salah memakai baju" jawabku sambil menunduk. "Sekarang lepas sepatumu, dan ikut ke ruangan ibu" kata Bu Lala. Tanpa banyak komentar, aku segera mengikuti Bu Lala ke ruangannya. "Sial benar aku hari ini, mau kabur tetapi malah bertemu monster ini" pikirku.

    BalasHapus
  9. Aku menghela napas penuh derita dan dengan langkah gontai aku berjalan menuju ruangan eksekusi. Aku pasrah dengan hukuman yang nanti akan aku terima. Aku bahkan sempat berdoa, semoga aku tuli sejenak selama dua puluh menit ke depan.

    BalasHapus
  10. Langkah kakiku semakin ku perlambat, aku terus menunduk memikirkan apa yang akan dikatakan Bu Lala. Ketika aku mengangkat kepala, Bu Lala menatapku dengan sinis. "Cepat masuk!" katanya. Jantungku berdebar kencang, ini sudah ketiga kalinya aku ditegur. Aku segera duduk dan tetap menunduk, aku tak ingin melihat wajah Bu Lala yang seram itu.

    BalasHapus
  11. Ribuan umpatan kugumamkan dalam hatiku sembari monster itu mencari sesuatu di dalam lacinya. Hasrat untuk segera lepas dari neraka ini sudah tak tertahankan lagi. Tapi apa yang bisa kukatakan. Aku hanyalah murid. Ya, peraturan "Guru selalu benar" masih tetap berlaku. "Apa ini yang namanya kesamaan derajat? Sialan," bisikku. Mungkin kata ‘bisik’ kurang tepat untuk mengilustrasikan intonasi hatiku, sampai Bu Lala berhenti membongkar lacinya dan bertanya, "Apa?" Kugelengkan kepalaku lalu kupandangi meja using di hadapanku. Ratusan amplop putih bersandar di sana. Itu adalah hasil Uji Coba I Ujian Nasional.

    BalasHapus
  12. "Ini hasil milikmu" kata Bu Lala dingin seraya memberikan salah satu dari amplop-amplop itu kepadaku. "iya bu, terima kasih" balasku. "Selamat, ini merupakan hasil perjuanganmu, maka dari itu, lebih baik kamu membuka surat ini bersama orang tuamu. Mereka berhak untuk tahu.Selain itu, beritahu teman-temanmu yang lain untuk mengambil hasil milik mereka juga di meja saya,mengerti? kalau kamu mengerti kamu boleh pergi." katanya dengan nada datar."Saya permisi dulu bu" kataku seramah mungkin. Bukannya membalas, Dia hanya diam saja. "Sial" umpatku dalam hati. Daripada semakin sakit hati dengan guru seram ini, langsung aku bergegas keluar dan pergi ke kelasku.

    BalasHapus
  13. setelah aku sampai ke kelas aku menyuruh teman-temanku untuk mengambil hasil Uji Coba I Ujian Nasional di meja Bu Lala,kemudian salah satu temanku menanyakan "Apakah kamu sudah membuka dan melihat isinya,vid?" akan tetapi dalam hatiku yang sedang tidak ada selera dan merasa hari ini adalah hariku yang paling sial dan aku hanya menggelengkan kepala kepada temanku.

    BalasHapus
  14. Aku pun berjalan dengan lesu dan dengan mimik wajah kesal menuju tempat dudukku yang berada di paling belakang, saat akan duduk bajuku tersangkut dengan paku yang tertancap tidak sempurna di kursiku, bajuku pun robek, walau hanya sedikit namun hal itu benar-benar menambah kekacauan yang kualami pagi ini.

    BalasHapus
  15. Aku bergumam lagi huh hidup ini berat teman, seakan-akan aku tidak percaya untuk menghadapi semua ini. Setelah itu aku duduk dimejaku, lalu menyiapkan buku mata pelajaran yang akan dipelajari, saat itu pelajarannya ibu Lala. Ibu Lala adalah guru mata pelajaran biologi dikelasku, sudah kuceritakan sebelumnya dia adalah guru yang terseram. Aku berharap bukuku terjadwal dengan sempurna karena biasanya aku selalu salah jadwal dan semua bukuku tertinggal. Saat aku membuka dan mulai mencari buku biologi aku mulai merasa bingung sampai aku bongkar-bongkar tasku. Aku mulai merasa cemas, keringatku mulai mengucur dengan derasnya, asataga aku SALAH JADWAL LAGI. Sungguh ini hari yang sial, aku harus siap dikeluarkan dari kelas lagi dan tidak mengikuti pelajaran biologi.

    BalasHapus
  16. Sesaat akupun merasa hari ini benar-benar hari yang sangat kacau dalam hidupku, seluruh yang kukerjakan dari bangun tidur tadi pagi sampai sekarang tidak ada yang beres, "ada apa ini sebenarnya?" gumamku dalam hati. Aku merasa lelah, benar-benar lelah, terutama lelah pikiran, aku tidak dapat berpikir dengan kepala dingin lagi apa yang harus aku lakukan jika Ibu Lala tahu bahwa aku lagi-lagi tidak membawa buku Biologi, aku memutuskan untuk pura-pura tidak tahu dan dengan segera aku mengeluarkan sebuah buku lain, agar Ibu Lala tidak curiga dan berpikir aku membawa buku Biologi.

    BalasHapus
  17. Kemudian Bu Lala memasuki pintu kelas dan memulai pelajaran dengan senyum yang membingungkan, kemudia ia berbicara "Hari ini kita akan membahas soal Uji Coba Ujian Nasional 1,ambil soal di sekretariat",gumamku dalam hati "apakah hanya ini yang membuatku merasa tenang?". Akan tetapi perasaan ku masih saya ada hal-hal yang akan terjadi.

    BalasHapus
  18. Perasaanku yang awalnya tenang sekejap hilang ketika Bu Lala mengatakan, "Anak-anak, sambil menunggu teman kalian yang mengambil soal sebaiknya kita membahas pekerjaan rumah yang saya berikan kemarin." ujarnya. Ternyata benar sesuatu akan terjadi lagi padaku. Perasaanku pun sekarang menjadi sangat galau dan jantungku terus berdebar kencang "Apa yang harus aku lakukan?" gumamku.

    BalasHapus
  19. Aku sangat bingung dan gelisah karena aku tidak membawa buku biologi dan jika aku membawanya, hal yang buruk tetap terjadi kepadaku karena aku juga belum mengerjakannya. Aku hanya bisa berharap kepada Tuhanku Sang Pelindung, "Ya Tuhanku Sang Pengasih, Sang Pelindungku, berikanlah keajaiban kepadaku, tolonglah Tuhan! aku hanya meminta ini saja dan tidak meminta yang lain, bantulah aku Tuhan!!!!!!" gumamku dalam hati.

    BalasHapus
  20. Dengan rasa bingung dan gelisah akupun berdiam diri di tempat dudukku dan tidak mengumpulkan tugas yang diberikan oleh Bu Lala. Awalnya berjalan dengan lancar karena tidak ketahuan oleh Bu Lala, namun semua berubah ketika seorang temanku dengan wajah polosnya mengatakan bahwa, "Bu, David belum mengumpulkan tugasnya".

    BalasHapus
  21. Alangkah polos dan jujurnya anak itu, sungguh membuat diriku geram padanya. Bu Lala pun bertanya dengan nada tinggi, David apa yang dikatakan Acong itu benar? Pikiranku semakin kacau, apa yang harus Aku katakan, responku langsung dalam hati.

    BalasHapus
  22. Sembari aku berdiri di depan kelas, kuperhatikan wajah-wajah teman-temanku ini. Pandanganku tiba-tiba berhenti pada sesosok gadis yang duduk dibarisan depan. Sudah hampir setangah tahun kami sekelas, namun kami belum pernah slaing berbicara. Apapun yang dilakukan gadis itu selalu membuatku menaruh perhatian padanya, seolah-olah dia adalah sebuah magnet yang selalu menarik mataku untuk tertuju padanya. Seperti saat ini, bahkan ketika dia sedang menulis pun terlihat seperti sebuah kegiatan yang sangat menarik bagiku.

    BalasHapus
  23. Padahal aku sudah merasa tenang saat tidak ketahuan oleh Bu Lala, tetapi Acong merusak segalanya, aku merasa dendam kepadanya dan ingin sekali langsung memukulnya sampai mulutnya yang besar itu tidak bisa berbicara lagi. Bu Lala pun menyuruhku berdiri di depan kelas dan memberikan hukuman dengan memberikan tugas yang banyak dan menyuruhku untuk bernyanyi di depan kelas, ini sungguh menyiksa dan memalukan. Semua ini karena Acong, "Awas saja nanti waktu pulang sekolah, dia tidak bisa pulang ke rumahnya dengan wajah cerianya yang menjijikkan itu selalu ia tampilkan di kelas." bicaraku dalam hati.

    BalasHapus
  24. Sembari aku berdiri di depan kelas dan menunggu jam pelajaran usai, kuperhatikan seluruh isi kelas dan wajah-wajah teman-temanku ini. Pandanganku tiba-tiba berhenti pada sesosok gadis yang duduk dibarisan depan. Sudah hampir setangah tahun kami sekelas, namun kami belum pernah saling berbicara. Apapun yang dilakukan gadis itu selalu membuatku menaruh perhatian padanya, seolah-olah dia adalah sebuah magnet yang selalu menarik mataku untuk tertuju padanya. Seperti saat ini, bahkan ketika dia sedang menulis pun terlihat seperti sebuah kegiatan yang sangat menarik bagiku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Cantiknya cewek ini..." pikirku dalam hati.
      "Apa benar dia adalah kiriman Tuhan untuk mengisi kekosongan hati ini" terlintas dalam benakku.

      Hapus
  25. Aku biasa memanggil gadis itu dengan sebutan neng geulis karena menurutku ia adalah sosok wanita yang dapat mencerahkan perasaan aku dikala aku dihukum oleh Ibu Lala. Hari-hari ku semakin terisi ketika ia tersenyum kepadaku dan melihatku dengan pandangan menggodanya. "WAW" kata yang hanya dapat ku ucapkan ketika ia melihatku. Hal ini membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, kalau diilustrasikan jantungku berdetak sekitar 10Mhz dari sebelumnya yang hanya 100Hz.

    BalasHapus
  26. Seketika detak jantungku kembali menjadi 100Hz karena Bu Lala memanggilku, "David, apa yang kamu lakukan? Kamu melamun ya?" tanyanya, dengan cepat aku menjawab, "Tidak, Bu!" Dengan mimik muka yang kurang percaya Bu Lala pun berkata, "Kalau memang benar kamu tidak melamun pasti kamu bisa mengerjakan soal yang ada di papan tulis." "Mampus aku!" gumamku dalam hati. Aku pun hanya bisa diam. "Ayo, cepat kerjakan!" ujar Bu Lala.

    BalasHapus
  27. Aku pun memberanikan diri untuk mengerjakannya di papan tulis walaupun aku tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan. Di hadapan papan tulis aku masih membayangkan kejadian tadi. Aku tidak tahu apa yang aku tulis di papan tulis. Aku pun kembali duduk. "David! Apa yang kau tulis di papan tulis hah!!??", ujar Bu Lala. Semua murid di kelas tertawa terbahak-bahak sembari aku membalikkan badan ke arah papan tulis. Dan ternyata aku menulis "NENG GEULIS". Aku terdiam menatap papan tulis.

    BalasHapus
  28. "Maksud kamu apa? Kamu mau menghina pelajaran saya? Kamu merayu saya ya?! Saya ini sudah berkeluarga!," gertak Bu Lala.
    "Eh! Maaf, bu. Hm,anu bu.. aduh, itu... anu...," jawabku spontan, kebingungan mencari alasan atas tingkah konyolku ini.
    "David menulis itu untuk aku, bu! David kan penggemar rahasia aku. Dia cinta sejati aku, bu. I love you David...!," celetuk Helen secara tiba-tiba sambil memandangku dengan wajah berseri-seri. Helen adalah temanku yang selalu menjahili aku dengan rayuan mautnya. Aku sendiri tak tahu apakah ia bercanda atau serius dengan rayuan-rayuannya yang konyol selama ini.
    "Ciee... ciiee...",sontak teman-teman sekelas meneriaki aku dan Helen.
    "Astaga! Ya Tuhan, apa salahku?! Kenapa malah jadi seperti ini?", keluhku dalam hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak lewat dari satu menit, muncul gombalan dari bibir si Helen.
      "Vid, aku tahu kau punya 3 rumah kan" kata si Helen.
      "Ah, mampus aku... kok tahu aja si Helen ini, jangan sampai di datang ke rumah aku" kataku.
      "Aku minta kau jawab, bukannya mikir" kata si Helen lagi.
      "ok...ok...ok...aku punya 3 rumah" kataku.
      "Benar kan? Yang pertama rumah susun" kata Helen.
      "Ah, ada-ada ajah kau" kataku.
      "Diam dulu kau, belum selesai aku. Rumah kedua pasti rumah kayu" kata Helen.
      "Ah, kalau sampai rumah panti adalah rumahku yang ketiga, kepergedel kau" kataku dalam hati.
      "Ada satu yang kurang?" kataku.
      "Rumah tangga lah bang, kita bangun yuk..." kata Helen.
      "mantapnya..." kataku dalam hati.

      Hapus
  29. Sejak aku berpikir tentang kejadian tadi.
    "Apakah selama ini Helen yang selalu menjahili aku itu mempunyai maksud tertentu?" pikir ku dalam hati

    BalasHapus
  30. "Apakah maksud dari kejahilan Helen itu karena dia menyukai aku?"
    "Ah.. tapi tidak mungkin" pikirku

    BalasHapus
  31. tet... tet...
    Bel tanda istirahat pun berbunyi. tanda jam pelajaran telah usai.
    "Akhirnya pelajaran nenek sihir itu telah selesai" kataku dalam hati.

    BalasHapus
  32. Aku pun keluar kelas untuk istirahat dan bertemu dengan kedua temanku yang bernama Wahyu dan Yudi. Mereka berdua adalah temanku dari kecil sehingga kalau ada masalah pasti kami cerita.

    BalasHapus
  33. Entah mengapa hatiku kembali merasa gundah sambil berjalan ke kantin bersama mereka. Setelah memesan makanan dan tiga gelas es jeruk, aku menceritakan kejadian pagi tadi kepada mereka. Yudi tertawa tanpa henti. Namun, Wahyu sempat berpikir mengenai hal yang sama denganku tadi. "Mungkin Helen memang suka denganmu," sindirnya. Seketika aku merasa kesal. Bukannya apa, tapi aku tak mau disukai oleh orang yang tak aku sukai. Betapa menyebalkan. Sedikit saja aku bertindak, pasti langsung ditangkap ribuan arti olehnya. Pikiranku terhenti ketika Yudi menyambung, "Heh... Kamu tidak usah mikir banyak-banyak... Belum tentu dia mau sama orang jelek seperti kamu..."

    BalasHapus
  34. Aku sebenarnya ingin mengiyakan perkataan Yudi. "Bersyukur sekali diriku kalau Helen cuma main-main" batinku. "Tapi kemungkinan itu selalu ada vid, kamu kan tidak tahu apa yang ada di pikirannya" balas Yudi seketika membuyarkan lamunan indahku.

    BalasHapus
  35. "Masa bodoh ah Helen menyukaiku atau tidak, yang pasti hatiku hanya milik Vita", gumamku pelan. Kukira tak ada yang mendengarkanku, tapi ternyata dugaanku salah. Yudi dan Wahyu kini memandangku dengan tatapan menggoda. "Cieee.. yang lagi jatuh cinta, senangnya.." ledek Yudi dan Wahyu serempak. Aku pun tertunduk lemas, tak dapat berkata apa-apa lagi karena semua rahasiaku kini telah terbongkar.

    BalasHapus
  36. walaupun rahasiaku terbongkar, Wahyu dan Yudi tidak akan membocorkannya kepada teman-teman yang lain. Hal ini sudah dibuktikan karena semua curhatanku tidak pernah menyebar. Aku beruntung memiliki teman seperti mereka.

    BalasHapus
  37. Aku bosan sekali. Sekolah adalah hal paling membosankan. Aku ingin pulang. Apalagi habis ini tinggal pelajaran menggambar. Kubunyikan leherku, masih sakit karena semalam salah bantal. Harusnya aku ikut temanku saja nonton bola, jadi tidak tidur semalaman, dan tidak salah bantal. Baiklah. Kuputuskan untuk kabur saja. Tak ada solusi yang lebih baik untuk menyegarkan badan ini.

    BalasHapus
  38. Aku benar-benar melaksanakan niatku itu. Karena tidak mau kabur sendirian, aku mengajak Yudi dan Wahyu ikut kabur bersamaku. Ini adalah pengalaman pertama kami kabur dari sekolah. "Tidak apa-apalah, sekali ini saja", pikirku. Setelah berhasil mengambil tas secara diam-diam, kami menuruni tangga lalu bergegas keluar melewati gerbang samping sekolah. Meskipun sudah sangat berhati-hati, tetap saja kami tertangkap basah oleh satpam sekolah. Pak satpam pun segera membawa kami bertiga ke ruang kesiswaan. Diluar dugaan, ketika melewati ruang guru, kami berpapasan dengan Bu Lala.

    BalasHapus
  39. Bu Lala langsung menatap kami dengan tatapan sinis, sedangkan kami hanya bisa tertunduk dan berusaha menghindari tatapan itu. Jika urusan sudah sampai di Bu Lala bisa panjang ceritanya. Apalagi aku sudah bermasalah dengan Bu Lala untuk ketiga kalinya hari ini.

    BalasHapus
  40. Kami pun berharap Bu Lala hanya akan terus melewati kami tanpa pertanyaan apa pun. Namun, harapan pun pupus ketika ia berhenti tepat di hadapan kami, tidak hanya dengan tatapan sinis, tetapi disertai dengan senyuman khasnya ketika ia akan mulai mengomel. "Wahh..ada apa lagi nih murid-murid ibu yang manis-manis?", ucapnya dengan nada menyindir.

    BalasHapus
  41. "Ketiga anak ini ingin coba kabur sekolah bu, mereka saya lihat membawa tas masing-masing keluar gerbang samping sekolah", ucap Pak satpam. Saya menduga pasti kami bertiga akan di bawa ke ruangan Bu Lala. "Kalau begitu pak, saya saja yang urus ketiga anak ini", ucap Bu Lala. Kami pun dibawa oleh Bu Lala ke ruangannya. Hari ini saya dua kali ke ruangan Bu Lala, "Sungguh sial hari ini di sekolah, lebih baik aku tidak ke sekolah", pikirku. Kami pasrah saja di bawa ke ruangan Bu Lala dan siap untuk mendapat ceramah yang panjang.

    BalasHapus
  42. Sesampainya di ruangan Bu Lala, benar saja kami langsung di ceramahi oleh Bu Lala. "Kalian ini sudah kelas 3, masih saja tidak mau berubah. Apa kalian tidak mau lulus?" katanya. Kami bertiga hanya diam saja. "Bagaimana ini?", bisik Wahyu. Aku hanya menggelengkan kepala saja. Tidak tahu harus berkata apa. "Aduuh, maksudnya ingin menyegarkan badan, malah jadi seperti ini", pikirku. "Kira-kira hukuman apa ya yang akan diberikan Bu Lala kepada kita?" tanya Yudi kepadaku.

    BalasHapus
  43. Aku pun hanya terdiam dengan pertanyaan Yudi tersebut,aku pun merasa bingung dan fikiran ku sangat kacau,karena aku takut bila masalah ini di perpanjang lalu di panggil orang tua ku

    BalasHapus
  44. "baiklah, ibu akan memberikan hukuman...."
    "bu saya tidak meminta bu jangan diberi, saya tidak mau" ucapku sedikit ketakutan

    "kamu ini, ibu serius.. ibu akan" lanjut bu Lala

    " buuuuu... saya mohon jangan panggil orang tua saya" takutku sembari memohon iba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetapi Ibu Lala tetap marah kepada mereka bertiga
      "Ye... siapa yang mau memanggil orang tua kalian" kata bu Lala
      "Selamat selamat, kalau sampai orang tua kita tahu, bisa kacau ini" kata David kepada Wahyu dan Yudi
      "Hemm.." Ibu Lala berpikir sejenak
      "Tapi ide kalian bertiga bagus juga untuk memanggil orang tua" kata bu Lala
      "tidak buuuuuuuuu..." teriak mereka bertiga
      sehingga orang yang berada di ruangan itu pun melihat kearah kami bertiga

      Hapus
  45. Seorang guru mendatangi Ibu Lala dan bertanya
    "Ada apa ini bu?" kata bapak itu
    "Biasa pak, mereka bertiga mau bolos sekolah"
    "panggil aja orang tua mereka bu" kata bapak itu
    "iya pak, tadi saya juga berpikir seperti itu" kata bu lala
    "Aduh bapak ini mau ikut campur aja" kata Wahyu kepada Yudi dan David
    "iya mau ikut - ikutan aja" balas Yudi

    BalasHapus

Posting Komentar

Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 2 TAHUN 2014/2015

FORMAT KARYA TULIS ILMIAH AKADEMIS