LKS-PENOLAKAN OPINI DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015
LKS-PENOLAKAN OPINI DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015
LKS MEMBERIKAN TANGGAPAN DAN PENOLAKAN PENDAPAT KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015
- Bacalah wacana berikut dengan cermat, teliti, dan cerdas!
- Analisislah wacana tersebut dari segi penalaran wacana atau si penulis! Jadi, tentukan opini-opini utama penulis tentang topik yang dibahas!
- Berdasarkan opini yang kalian pilih , tentukan term C, B, dan buatlah term A-nya!
- Berdasarkan rumusan term tersebut restrukturisasikan ke dalam bentuk penalaran siologisme yang benar! 5. Analisislah silogisme tersebut dari segi 1) validitas (valid) dan 2) kebenarannya (truth)! Pahamilah dengan cermat di mana letak kelemahan pola penalaran itu?
- Berilah tanggapan atas opini wacana melalui penulisnya secara kritis dengan memberikan butir-butir ikon yang dijadikan sasaran!
- Buatlah penolakan gagasan wacana atau penulis dengan melihat kelemahan pola pikir dan opini penulis dalam memanfaatkan data!
- Kerjakan dalam Komentar dengan menuliskan nama, kelas, dan nomor absen! Email harus sesuai dengan nama dalam daftar nama. Yang tidak memenuhi persyaratan akan kena eleminasi secara otomatis-langsung! 6. Kerjakan sesuai dengan alokasi soal dan penjawabnya!
WACANA PENOLAKAN PENDAPAT DAN TANGGAPAN
KELAS XII IPA1
Nama: Monica Vioni Leksono
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Urut: 20
WACANA 7
1. Opini: Sehingga dia menggunakan ilmu yang dia punyai, tentu saja seingat yang dia pelajari di sekolah.
Term:
A : mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang
B : menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah
C : Kakak
Rekontruksi Opini:
Premis Mayor :Semua orang dulunya mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah.
Premis Minor :Kakak dulunya mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang.
Kesimpulan :Kakak menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita : Kalimat opini diatas belum sesuai dengan realita karena tidak terkandung kebenaran di dalamnya. Opini tersebut tidak dapat dibuktikan. Hal tersebut dikarenakan pada premis mayor dikatakan dengan “semua orang” sehingga populasinya terlalu banyak dan tidak dapat dibuktikan.
Tanggapan:
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini tersebut belum dapat mengandung kebenaran. Hal tersebut dikarenakan menggunakan kata semua orang yang ada pada premis mayor. Kata “semua orang” tidak memastikan atau mencakup populasi tertentu yang dituju sehingga kalimat opini tersebut belum dapat dibuktikan kebenaranya secara realita. Pola pikir yang digunakan tidak sesuai karena tidak menyertakan bukti-bukti yang akurat untuk membuktikan kebenaran pada populasi tersebut.
Kalimat opini tersebut sudah dapat dikatakan sah secara silogisme, akan tetapi belum dapat mengandung kebenaran berdasarkan realita. Saran yang dapat diberikan untuk membenarkan kalimat tersebut adalah kata “semua orang” yang digunakan pada premis mayor. Sebaiknya kata semua orang tersebut diganti dengan kata-kata yang mencakup suatu populasi yang dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Opini: Kalau sampai sang adik menyalahkan kakaknya di rumah, maka sang kakak tidak terima. Dia akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah.
Term:
A : disalahkan di rumah
B : akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah
C : Habibi
Rekontruksi Opini:
Premis Mayor :Semua kakak yang disalahkan adiknya di rumah akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah
Premis Minor :Habibi disalahkan adiknya di rumah.
Kesimpulan :Habibi akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita : kalimat opini diatas sudah mengandung kebenaran dikarenakan adanya populasi yang tertuju pada premis mayornya yaitu semua kakak yang disalahkan adiknya. Populasi tersebut sudah mewakili subjek yang pasti pada kalimat opini tersebut.
Tanggapan:
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini diatas sudah mengandung kebenaran berdasarkan realita atau kenyataan. Hal tersebut dikarenakan adanya populasi yang tertuju pada premis mayornya yaitu semua kakak yang disalahkan adiknya. Populasi tersebut sudah mewakili subjek yang pasti pada kalimat opini tersebut.
Kalimat opini tersebut sudah dapat dikatakan sah atau valid secara silogisme maupun realita. Oleh sebab itu, tidak ada saran yang diberikan ataupun alternatif lain dari kalimat opini tersebut.
Nama: Monica Vioni Leksono
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Urut: 20
WACANA 7 (Lanjutan)
3. Opini: Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota semestinya harus mewaspadai hal-hal kecil ini.
Term:
A : menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran
B : harus mewaspadai kasus Habibi ini.
C : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
Rekontruksi Opini:
Premis Mayor :Semua pihak yang berkepentingan menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran harus mewaspadai kasus Habibi ini.
Premis Minor :Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran.
Kesimpulan :Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota harus mewaspadai kasus Habibi ini.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita: kalimat opini diatas sudah
Tanggapan:
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini diatas sudah mengandung kebenaran berdasarkan realita atau kenyataan. Hal tersebut dikarenakan adanya populasi yang tertuju pada premis mayornya yaitu semua pihak yang berkepentingan menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran. Populasi tersebut sudah mewakili subjek yang pasti pada kalimat opini tersebut.
Kalimat opini tersebut sudah dapat dikatakan sah atau valid secara silogisme maupun realita. Oleh sebab itu, tidak ada saran yang diberikan ataupun alternatif lain dari kalimat opini tersebut.
Nama: Monica Vioni Leksono
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Urut: 20
WACANA 8
1. Opini: Karena Ahok konsisten dengan pernyataan dan tindakannya yang segera tegas menolak pilkada oleh DPR itu, sehingga dia keluar dari Partai Gerindra.
Term:
A : konsisten dengan pernyataan dan tindakannya yang segera tegas menolak pilkada oleh
DPR itu
B : keluar dari Partai Gerindra
C : Ahok Rekontruksi Opini :
Premis Mayor :Semua orang konsisten dengan pernyataan dan tindakannya segera tegasmenolak pilkada oleh DPR itu keluar dari Partai Gerindra.
Premis Minor :Ahok konsisten dengan pernyataan dan tindakan tegas segera menolak pilkada oleh DPR itu.
Kesimpulan : Ahok keluar dari Partai Gerindra.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita : Kalimat tersebut belum mengandung kebenaran secara realita atau kenyataan. Hal tersebut dikarenan kesalahan pada premis mayor yang belum dapat dibuktikan kebenarannya. Maka opini tersebut tidak mengandung kebenaran. Kata semua orang tidak menunjukan adanya populasi tertentu maka belum dapat dibuktikkan kebenaran pada semua orang.
Tanggapan :
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini diatas belum dapat mengandung kebenaran secara realita. Hal tersebut disebabkan oleh kesalahan penggunaan populasi pada premis mayor. Penggunaan kata “semua orang” tidak mencakup populasi dan belum dapat dibuktikan kebenarannya bahwa semua orang konsisten dengan pernyataan dan tindakannya.
Opini tersebut suah dapat dikatakan sah secara silogisme, akan tetapi belum mengandung kebenaran secara realita. Saran dan alternatif yang dapat diberikan untuk memperbaikan kalimat opini ini adalah penggantian kata “semua orang”. Kata tersebut sebaiknya diganti dengan kata-kata yang sudah mencakup populasi dan dapat dibuktikan kebenarannya. Kata semua orang sebaiknya diganti dengan semua orang yang konsisten dengan pernyataan dan tindakannya, dengan kata seperti itu maka akan mengandung kebenaran karena sudah mencakup populasi yang dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Opini: Semua Program seperti ERP dan transaksi non-tunai saya targetkan (terealisasi) sempurna tahun 2016.
Term:
A:semua program
B:ditargetkan sempurna tahun 2016
C:ERP dan transaksi non-tunai
Rekontruksi Opini:
Premis mayor :Semua program ditargetkan sempurna tahun 2016.
Permis minor :ERP dan transaksi non-tunai adalah sebuah program.
Kesimpulan :ERP dan transaksi non-tunai ditargetkan sempurna tahun 2016.
Opini tersebut sudah bisa dikatakan valid atau sah secara silogisme karena mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Realita :kalimat tersebut belum dapat mengandung kebenaran karena kesalahan pada premis mayor yang menggunakan kata semua. Kata “semua” tidak mencakup suatu populasi yang ditujukan ataupun yang dapat dibuktikkan kebenarannya.
Tanggapan:
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah secara silogisme. Hal tersebut dikarenakan opini sudah memenuhi persyaratan yang terdapat pada silogisme. Persyaratan atau aturan tersebut adalah terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kalimat opini diatas belum mengandung kebenaran secara realita. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan kata “semua” yang belum mencakup populasi yang ditujukan dan kalimat opini tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya untuk semua populasi yang dikatakan pada premis mayor tersebut.
Opini tersebut sudah dapat dikatakan valid atau sah secara silogisme. Akan tetapi, opini tersebut belum mengandung kebenaran secara realita. Penggunakan kata “semua” membuat premis mayor tidak mencakup populasi tertentu sehingga belum dapat dibuktikkan kebenaran dari kalimat opini tersebut. Saran dan alternatif yang dapat diberikan adalah pergantian kata “semua” dengan kata yang mencakup populasi yang dapat dibuktikkan kebenarannya.
Nama : Devi Purnamasari
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Absen : 9
WACANA 3
A. Restrukturisasi
Premis mayor : Watak yang baik adalah sikap yang penting dan harus
dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan sebuah
organisasi atau kumpulan dari orang banyak.
Premis minor : Sikap tegas merupakan watak yang baik.
Kesimpulan : Sikap tegas merupakan satu sikap yang sangat penting dan
harus dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan
sebuah organisasi atau kumpulan dari orang banyak.
Premis mayor : Sikap kepemimpinan adalah hasil keberhasilan seseorang
memimpin dirinya sendiri dengan meperlakukan dirinya dengan tegas.
Premis minor : Pemimpin/ atasan yang mempunyai kualitas ”ketegasan”
yang baik mempunyai sikap kepemimpinan.
Kesimpulan : Pemimpin/ atasan yang mempunyai kualitas ”ketegasan” yang baik,
disebabkan karena mereka berhasil memimpin dirinya sendiri dengan
memperlakukan dirinya secara tegas.
Premis mayor : Suatu bentuk hasil keputusan yang mantap adalah sebuah niat.
Premis minor : Unsur dari ”tegas” adalah sebuah niat.
Kesimpulan : Unsur dari ”tegas” itu sendiri yaitu suatu bentuk hasil
keputusan yang
mantap.
Premis mayor : Seseorang dengan kepribadian yang baik akan lebih tampak percaya diri, semangat dan energik.
Premis minor: Sikap tegas adalah aspek kepribadian yang baik.
Kesimpulan :Secara fisik, seseorang yang mempunyai sikap tegas, akan tampak lebih percaya diri, semangat dan energik.
Premis mayor: Faktor internal berpengaruh besar terhadap pola pikir,
perasaan, dan
tingkah lakunya sendiri .
Premis minor: Tingkat logika seseorang adalah faktor internal.
Kesimpulan: Tingkat logika seseorang akan berpengaruh besar terhadap
pola pikir,
perasaan, dan tingkah lakunya sendiri.
Premis mayor: Menyakiti orang lain dapat menimbulkan bahaya.
Premis minor: Emosi dapat menyakiti orang lain.
Kesimpulan :Maka berhati- hatilah dalam menjaga kestabilan emosi setiap harinya
Premis mayor: Setiap kelakuan yang menyangkut orang banyak mempunyai
dampak untuk diri sendiri dan diri sendiri.
Premis minor : Mengambil keputusan adalah sebuah kelakuan yang
menyangkut orang banyak.
Kesimpulan :Lebih utamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita
ambil, apakah
bermanfaat, atau malah merusak diri sendiri/ merugikan!
Premis mayor: Bahaya mempunyai resiko tinggi.
Premis minor: Tantangan adalah bahaya.
Kesimpulan : Sesuatu dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Premis mayor: Orang yang berani mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan.
Premis minor:
Kesimpulan : Orang yang tegas, mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan.
Premis mayor: Orang yang bersikap tegas kepada diri sendiri dan orang lain memiliki ketegasan diri.
Premis minor Orang yang tegas bersikap tegas kepada diri sendiri dan orang lain
Kesimpulan : Orang yang tegas, orang yang memiki ketegasan diri.
Nama : Yossy Maretha
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Absen: 36
Restrukturisasi Wacana 13
1.Premis mayor: Semua media sosial merupakan tempat curhat
Premis minor: facebook merupakan media sosial
Kesimpulan: Facebook merupakan tempat curhat
2.Premis mayor : Semua berita memiliki daya tarik
Premis minor : Isu yang berbau subjektifitas atau nasib hidup merupakan berita
Kesimpulan: Isu yang berbau subjektifitas atau nasib hidup memiliki daya tarik
3.Premis Mayor : Semua guru adalah orang dewasa
Premis minor : Anak SD sulit membantah guru
Kesimpulan : Anak SD sulit membantah orang dewasa
4.Premis Mayor: Semua ilmu berdasarkan aliran Filosofi Barat
Premis minor: Matematika merupakan sebuah Ilmu
Kesimpulan : Matematika berdasarkan aliran Filosofi Barat
5.Premis Mayor: Semua media sosial adalah pelaku utama pemerkosa logika
Premis minor : Facebook merupakan media sosial
Kesimpulan : Facebook merupakan pelaku utama pemerkosa logika
Nama : Yossy Maretha
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Absen: 36
Tanggapan Wacana 13
Pada wacana yang berjudul “ Soal 4x6 Saat Matematika SD Diperkosa oleh Media” penulis menemukan ada 5 inti opini yang sebagaimana sudah tertulis restrukturisasi dan kesimpulannya di atas. Opini-opini tersebut sesuai dengan kaidah Silogisme dikarenakan di dalamnya terdapat Premis Mayor, Premis Minor serta kesimpulan. Kalimat-kalimat tersebut sudah sahih atau valid. Namun, kebenaran pada opini tersebut masih dipertanyakan karena opini tidak sejalan dengan kenyataan dan logika. Kebenaran opini yang patut ditanyakan adalah pada opini pertama, penulis mendapatkan ketidakbenarannya kesimpulan yang menyatakan “Facebook merupakan tempat curhat”, di sini penulis menemukan bahwa Wacana tersebut seolah-olah menekankan Facebook sebagai media tempat curhat. Kenyataannya, Facebook semata-mata bukan hanya menjadi media tempat curhat namun dapat digunakan berbagai hal seperti memberi informasi, mengiklankan sebuah produk dan berbagai hal. Pada opini inti ketiga ditarik kesimpulan bahwa “Anak SD sulit membantah orang dewasa”, sulit tidaknya Anak SD membantah orang dewasa tergantung pada didikan dari keluarganya, sehingga kita tidak bisa menghakimi bahwa Anak SD sulit membantah orang dewasa. Terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar seperti kata “memperkosa”. Bagi orang awam, akan sangat sulit dimengerti apa arti kata dari memperkosa itu. Penulis menyarankan untuk menambahkan penjelasan mengenai pengertian “memperkosa” tersebut.
Secara keseluruhan Wacana tersebut terlalu persuasif. Penulis wacana tersebut lebih menjelaskan pada aspek media sosial yang menurutnya memperkosa logika di masyarakat. Wacana ini terlalu menyoroti masalah 4x6 ataupun 6x4, namun tidak menjelaskan secara rinci tentang masalah yang terjadi. Ketika membaca wacana ini, penulis merasa kata-kata yang dipakai sulit dimengerti sehingga perlu dibaca berulang-ulang kali untuk dapat mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, lebih baik jika wacana tersebut lebih dijelaskan tentang masalah apa yang sebenarnya terjadi. Wacana ini juga menekankan bahwa yang menjadi ‘perusak logika’ adalah media. Namun sebenarnya, yang menjadi perusak itu adalah masyarakat itu sendiri. Dari SD, kita diajarkan untuk berpikir sistematis melalui 4+4+4+4+4+4 merupakan 4x6 bukan 6x4 karena 4 berjumlah 6 bukan 6 berjumlah 4. Akan tetapi, seiring meningkatnya pendidikan pemikiran tersebut semakin lama, semakin pudar. Kita dibuat berpikir bahwa 4x6 sama dengan 6x4 karena memang hasilnya sama-sama benar.
Saran penulis terhadap wacana ini yakni, kita terpaku oleh kenyataan media sosial menjadi perusak logika. Sepatutnya, wacana ini ditambahkan bahwa masyarakat itu sendirilah yang telah merusak logika dan melupakan pemahaman sistematis yang telah diajarkan. Sebaiknya wacana tersebut lebih menyadarkan masyarakat akan pemahaman sistematis serta mampu memilah apa yang diberitakan oleh media sosial sehingga masyarakat mampu selektif dan tidak mudah terpengaruhi oleh media. Sejatinya, kita tidak boleh terlalu menyalahkan media sosial, karena media tersebut merupakan tempat sumber informasi berada, tanpa media sosial kita tidak dapat mengikuti hal yang sedang terjadi.
Nama : Yossy Maretha
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No. Absen: 36
Restrukturisasi Wacana 14
1.Premis Mayor: Semua anak meminta bantuan orang tua dalam mengerjakan soal
Premis minor : Amir adalah anak Ibu dan Pak Wawan
Kesimpulan : Amir meminta bantuan orang tua dalam mengerjakan soal
2.Premis Mayor: Semua wanita berbelanja lebih banyak daripada pria
Premis minor: Istri Pak Wawan lebih menyukai berbelanja seperti semua wanita
Kesimpulan: Istri Pak Wawan berbelanja lebih banyak daripada Pak Wawan.
Tanggapan Wacana 14
Pada wacana “Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika” terdapat 2 opini inti. Masing-masing opini sesuai dengan kaidah Silogisme. Opini-opini tersebut memiliki Premis Mayor, Premis Minor serta Kesimpulan. Namun kebenarannya opini-opini tersebut masih dipertanyakan.
Premis mayor yang menyatakan ‘Semua wanita berbelanja lebih banyak daripada pria’ perlu ditanyakan kebenarannya (truth) sebab ada sebagian wanita yang memilih belanja seperlunya, ada juga pria yang berbelanja lebih banyak daripada wanita. Setiap manusia memiliki sifat konsumerisme yang berbeda-beda sehingga kita tidak bisa menilai bahwa wanita selalu berbelanja lebih banyak daripada pria. Selanjutnya, pada Premis Mayor yang menyatakan “Semua anak meminta bantuan orang tua dalam mengerjakan soal” tidak lah selalu benar. Ketika orang tua kesulitan dalam menjawab pertanyaan, anak akan menanyakan kepada temannya ataupun kepada guru di sekolah.
Wacana tersebut menerangkan ketika seorang anak SD kesulitan dalam mengerjakan PR Matematika, anak tersebut meminta bantuan orang tuanya. Namun, karena pertanyaan nya itu mengenai hitungan tambah dan kurang. Anak dibuat bingung karena melihat Bapak menyuruhnya untuk menanyakan hal tersebut ke Ibu nya. Ketika anak tersebut menanyakan ke Ibunya, ibunya teringat bahwa suaminya adalah seorang yang pelit dalam hal membelikan barang. Wacana ini menjelaskan bahwa Matematika yang kita ketahui merupakan ilmu eksak telah menjadi ilmu sosial.
Kekurangan pada wacana tersebut terletak pada tata bahasa yang kurang baik, seperti kalimat ‘nidurin’, sebaiknya diganti dengan ‘menidurkan’. Selain itu, kalimat ‘Karena’ tidak boleh diletakkan di awal kalimat.
Meylinda / XII IPA 1 / 19
BalasHapusWacana 7 : Mengapa Jawaban PR Anak SD Itu 80% Salah?
3. Opini-opini utama penulis adalah sebagai berikut.
2.1. Opini 1: Para guru kurikulum baru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
2.2. Opini 2: Kesalahan dalam pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada pengembangan kejiwaan anak-anak.
Term-term yang ada pada setiap opini diatas adalah sebagai berikut.
2.3. Opini 1
2.3.1. Term a: Semua pengajar kurikulum baru
2.3.2. Term b: harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
2.3.3. Term c: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak.
2.4. Opini 2
2.4.1. Term a: Semua kesalahan pengajaran kepada anak.
2.4.2. Term b: dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
2.4.3. Term c: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru
4. Rekonstruksi opini-opini tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opini 1
i. Premis mayor: Semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
ii. Premis Minor: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak termasuk pengajar kurikulum baru.
iii. Kesimpulan: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada naka bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
b. Opini 2
i. Premis mayor: Semua kesalahan pengajaran pada anak akan berdampak bagi perkembangan kejiwaan anak.
ii. Premis Minor: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru merupakan salah satu kesalahan pengajaran pada anak
iii. Kesimpulan: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
Semua pola penalaran silogistis pada opini tersebut valid karena sesuai dengan ketentuan rumusnya, yaitu sebagai berikut.
Premis Mayor: A = B
Premis Minor: C = A
Kesimpulan: C = B
Berikut adalah titik kesalahan penalarannya.
c. Opini 1: Tidak semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan ada kurikulum lama juga benar.
d. Opini 2: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru belum tentu merupakan kesalahan dalam pengajaran kepada anak.
Meylinda / XII IPA 1 / 19
BalasHapusWacana 7 : Mengapa Jawaban PR Anak SD Itu 80% Salah?
3. Opini-opini utama penulis adalah sebagai berikut.
3.1. Opini 1: Para guru kurikulum baru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
3.2. Opini 2: Kesalahan dalam pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada pengembangan kejiwaan anak-anak.
Term-term yang ada pada setiap opini diatas adalah sebagai berikut.
2.3. Opini 1
2.3.1. Term a: Semua pengajar kurikulum baru
2.3.2. Term b: harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
2.3.3. Term c: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak.
2.4. Opini 2
2.4.1. Term a: Semua kesalahan pengajaran kepada anak.
2.4.2. Term b: dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
2.4.3. Term c: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru
4. Rekonstruksi opini-opini tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opini 1
i. Premis mayor: Semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
ii. Premis Minor: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak termasuk pengajar kurikulum baru.
iii. Kesimpulan: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada naka bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
b. Opini 2
i. Premis mayor: Semua kesalahan pengajaran pada anak akan berdampak bagi perkembangan kejiwaan anak.
ii. Premis Minor: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru merupakan salah satu kesalahan pengajaran pada anak
iii. Kesimpulan: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
Semua pola penalaran silogistis pada opini tersebut valid karena sesuai dengan ketentuan rumusnya, yaitu sebagai berikut.
Premis Mayor: A = B
Premis Minor: C = A
Kesimpulan: C = B
Berikut adalah titik kesalahan penalarannya.
a. Opini 1: Tidak semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan ada kurikulum lama juga benar.
b. Opini 2: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru belum tentu merupakan kesalahan dalam pengajaran kepada anak.
Nama : Devi Purnamasari
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Absen : 9
WACANA 3
B. Tanggapan dan penolakan
Penulis wacana “Cara Gampang Bangun “Ketegasan” pada Diri Sendiri” berpendapat bahwa yang diperlukan dalam membangun ketegasan dapat melalui mengetahui alasan membangun ketegasan, meningkatkan logika berpikir, memainkan emosi dan berani menantang diri sendiri dengan tantangan yang positif dan mempunyai konsep diri yang stabil. Selain itu, sikap tegas didapatkan dari ketegasan pada diri sendiri dan orang lain. Beberapa opini mempunyai premis yang dibatasi sehingga generalisasi tidak terlalu luas. Tetapi, sebagian besar dari penulis wacana berasal dari penarikan kesimpulan beberapa kemungkinan yang disimpullkan menjadi mutlak seperti pada opini 1, 2, 5 dan 10.
Penulis wacana berpendapat bahwa “Sikap tegas merupakan satu sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan sebuah organisasi atau kumpulan dari orang banyak”. Pendapat tersebut mempunyai analogi yang tidak akurat. Jika seorang pemimpin hanya bersikap tegas dan tidak memikirkan kepentingan orang banyak atau tegas yang bersifat otoriter akan merugikan rakyat yang dipimpinnya. Selain itu, sikap tegas yang dimiliki pemimpin harus bersifat positif sehingga dalam semua pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan bukan dengan kepentingan pribadi, melainkan kepentingan kelompok orang yang dipimpinnya. Sikap tegas juga belum ditentu didapatkan melalui ketegasan yang diterapkan pada diri sendiri. Kendala untuk menerapkan ketegasan pada diri sendiri dan orang lain berbeda sehingga pokok permasalahan yang didapatkan dalam diri sendiri dan masyarakat tentu berbeda. Melalui fakta ini, tidap dapat ditarik kesimpulan begitu saja bahwa ketegasan didapatkan melalui bersikap tegas kepada diri sendiri. Selanjutnya, penulis wacana berpendapat bahwa orang yang tegas tampak lebih percaya diri, energik dan semangat. Padahal, tidak semua orang yang tegas akan tampak lebih percaya diri, energik dan semangat. Generalisasi yang digunakan penulis terlalu luas. Kondisi fisik dan kondisi mental seseorang dapat mempengaruhi seseorang agar tampil lebih percaya diri, energik dan semangat. Pendapat tersebut (opini 4) mempunyai kausalitas yang tidak memadai. Pada paragraf ke-9, penulis wacana menyatakan bahwa tingkat logika mempengaruhi cara berpikir seseorang. Tetapi penulis wacana menjadikannya sebagai salah satu cara membangun ketegasan. Padahal, tidak semua orang tegas mempunyai tingkat logika yang baik. Opini tersebut mempunyai kausalitas yang tidak memadai dan menutupi kekurangan yang ada. Orang yang tegas juga dinilai mempunyai kemampuan menghadapi resiko sebagai tantangan. Opini tersebut mempunyai esensi premis yang berbeda. Menghadapi resiko sebagai tantangan dengan bersikap tegas memiliki perbedaan.
Sebaiknya opini yang dipaparkan mempunyai hubungan kausal yang benar. Selain itu, beberapa pendapat yang diterima perlu dikaji kebenarannya walaupun secara dilihat melalui penalaran benar. Dalam penarikan kesimpulan juga sebaiknya tidak mengabsolutkan sesuatu yang masih menjadi kemungkinan. Opini juga harus mempunyai kausalitas yang memadai agar dapat dicerna secara rasional. Selain itu, sebuah pernyataan tidak dapat secara langsung menjadi dasar penarikan kesimpulan. Kebenaran dan penalaran sebaiknya berjalan beriringan.
Meylinda, XII IPA 1, 19
BalasHapusWacana 7 : Mengapa Jawaban PR Anak SD Itu 80% Salah?
3. Opini-opini utama penulis adalah sebagai berikut.
3.1. Opini 1: Para guru kurikulum baru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
3.2. Opini 2: Kesalahan dalam pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada pengembangan kejiwaan anak-anak.
Term-term yang ada pada setiap opini diatas adalah sebagai berikut.
2.3. Opini 1
2.3.1. Term a: Semua pengajar kurikulum baru
2.3.2. Term b: harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
2.3.3. Term c: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak.
2.4. Opini 2
2.4.1. Term a: Semua kesalahan pengajaran kepada anak.
2.4.2. Term b: dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
2.4.3. Term c: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru
4. Rekonstruksi opini-opini tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opini 1
i. Premis mayor: Semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
ii. Premis Minor: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak termasuk pengajar kurikulum baru.
iii. Kesimpulan: Para guru yang sudah dibekali dengan psikologis anak harus memberitahukan pada naka bahwa cara lama yang diajarkan pada kurikulum lama juga benar.
b. Opini 2
i. Premis mayor: Semua kesalahan pengajaran pada anak akan berdampak bagi perkembangan kejiwaan anak.
ii. Premis Minor: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru merupakan salah satu kesalahan pengajaran pada anak
iii. Kesimpulan: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru dapat berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
Semua pola penalaran silogistis pada opini tersebut valid karena sesuai dengan ketentuan rumusnya, yaitu sebagai berikut.
Premis Mayor: A = B
Premis Minor: C = A
Kesimpulan: C = B
Berikut adalah titik kesalahan penalarannya.
a. Opini 1: Tidak semua pengajar kurikulum baru harus memberitahukan pada anak bahwa cara lama yang diajarkan ada kurikulum lama juga benar.
b. Opini 2: Kesalahan pada pemberitahuan cara ajar kurikulum lama dan baru belum tentu merupakan kesalahan dalam pengajaran kepada anak.
Meylinda / XII IPA 1 / 19
BalasHapusWacana 7 : Mengapa Jawaban PR Anak SD Itu 80% Salah?
5. Tanggapan saya adalah sebagai berikut.
Bukan salah kurikulum baru dan bukan salah kurikulum lama jika sistem pengajarannya menjadi berbeda. Murid juga tidak bisa disalahkan atas apa yang diajarkan oleh gurunya kepada dirinya. Kesalahan dalam pemberitahuan tentang kurikulum juga belum tentu dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak, jika saja anak tersebut sudah mandiri mencari solusi sendiri atas kesalahan pengajaran yang diberikan padanya, bukan membuat ketidaktahuannya semakin memburuk. Tidak semua guru juga harus memberitahukan masalah perubhana kurikulum ini pada murid, terutama pada murid dengan tingkat pendidikan yang masih awal. Kemungkinan besar, mereka tidak mengetahui apa itu kurikulum, atau bagi murid yang pendidikannya sudah cukup tinggi, mereka mungkin saja acuh tak acuh dengan kurikulum yang ada di negara mereka. Yang mereka pikirkan mungkin hanya lulus dengan nilai yang baik, dapat mengerti ilmu yang diberikan kepada mereka dan dapat mengaplikasikannya pada masa yang akan datang, terutama untuk menunjang karir mereka.
Sebagai pilihan lain, guru dapat mengajarkan suatu hal secara keseluruhan. Sebagai contoh dalam kasus 4 x 6 atau 6 x 4. Dengan sistem yang sistematis seperti yang diajarkan pada kurikulum baru, kedua pernyataan matematika itu mungkin berbeda dan apa yang diajarkan oleh guru tersebut benar. Akan tetapi jika kita telusuri lebih lanjut, hasil dari kedua pernyataan matematika itu ternyata benar. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa daripada menjelaskan kepada murid tentang kurikulum negara yang mungkin akan membuat mereka bingung, akan lebih biak jika kita menjelaskan saja tentang suatu ilmu secara keseluruhan kemudian menjelskan kembali bahwa hanya bagian-bagian tertentu saja yang akan dipelajari untuk masa kini, sedangkan bagian lain akan dipelajari di masa yang akan datang. Dnegan begitu murid akan mengerti bahwa pembelajaran yang mereka hadapi harus dilakukan setahap demi setahap.
Untuk kasus ini, saran yang baik adalah akan lebih baik jika guru dapat menjadi lebih dekat dengan muridnya dan juga mensosialisasikan dengan baik sistem pembelajaran kurikulum baru kepada pihak-pihak yang mungkin saja terlibat terhadap perkembangan pembelajaran si anak. Dengan pendekatan kepada muris dan sosialisasi kepada pihak-pihak yang terkait, diharapkan murid dapat menerima ilmu yang diberikan dengan baik tanpa harus terganggu perkembangan jiwanya.
Meylinda / XII IPA 1 / 19
BalasHapusWacana 8: Kenapa Ahok Bilang, “2017, Bye, Bye, Jakarta”?
3. BErikut adalah opini-opini penulis dalam wacana ini.
1. Opini 1: Warga DKI akan merasa sedih bila kehilangan pemimpin yang berkarakter.
2. Opini 2: Ahok yang ingin menjadi lebih tinggi posisinya adalah untuk mengabdi kepada bangsa dan negara, bukan karena haus kekuasaan belaka.
Term-term dari setiap opini adalah sebagai berikut.
2.1. Opini 1
2.1.1. Term a: Semua rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang berintegritas.
2.1.2. Term b: Akan merasa sedih bila kehilangan pemimpin yang berkarakter.
2.1.3. Term c: Warga DKI.
2.2. Opini 2
2.2.1. Term a: Semua pejabat yang baik.
2.2.2. Term b: adalah untuk pengabdiannya kepada bangsa dan negara, bukan karena haus kekuasaan belaka.
2.2.3. Term c: Ahok yang ingin menjadi lebih tinggi posisinya.
4. Rekonstruksi opini-opini tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opini 1
i. Premis mayor: Semua rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang berintegritas akan merasa sedih bila kehilangan pemimpin yang berkarakter.
ii. Premis Minor: Warga DKI merupakan rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang beintegritas.
iii. Kesimpulan: Warga DKI akan merasa sedih apabila kehilangan pemimipin yang berkarakter.
b. Opini 2
i. Premis mayor: Semua pejabat yang baik adalah yang mengabdi kepada bangsa dan negara, bukan karena haus kekuasaan belaka.
ii. Premis Minor: Ahok yang ingin menjadi lebih tinggi posisinya adalah salah satu pejabat yang baik.
iii. Kesimpulan: Ahok yang ingin menjadi lebih tinggi kekuasaanya adalah yang mengabdi kepada bangsa dan negara, bukan karena haus kekuasaan belaka.
Semua pola penalaran silogistis pada opini tersebut valid karena sesuai dengan ketentuan rumusnya, yaitu sebagai berikut.
Premis Mayor: A = B
Premis Minor: C = A
Kesimpulan: C = B
Berikut adalah titik kesalahan penalarannya.
a. Opini 1: Tidak semua rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang berintegritas akan merasa sedih bila kehilangan pemimpin seperti itu.
b. Opini 2: tidak semua pejabat yang baik adalah yang mengabdi kepada bangsa dan negara, bukan karena haus kekuasaan belaka.
Meylinda / XII IPA 1 / 19
BalasHapusWacana 8: Kenapa Ahok Bilang, “2017, Bye, Bye, Jakarta”?
5. Tanggapan saya adalah sebagai berikut.
Tidak semua warga DKI akan sedih jika kehilangan pemimpin yang berintegritas seperti Ahok dan Jokowi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pasti ada saja rakyat yang tidak menghiraukan apa yang terjadi di pemerintahan daerahnya atau peduli tentang pejabat daerahnya, walaupun pejabat itu mempunyai reputasi dan prestasi yang sangat baik. Hal ini bisa dikarenakan bahwa yang ada dipikiran mereka adalah tidak ada pejabat yang baik. Tidak semua pejabat yang baik mengabdika dirinya untuk bangsa dan negara. Mungkin saja pejabat itu hnaya ingin mencari muka dnegan berpura-pura baik, atau memang bekerja dengan baik tetapi tidak mempunyai niatan untuk mengabdi kepada bangsa dan negaranya, dan hanya ingin mempertahankan kekuasaanya belaka.
Untuk mengatasi ini, sebaiknya pejabat-pejabat seperti Ahok lebih mendekatkan dirinya kepada rakyatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mendnegarkan apa yang rakyat suarakan tentang daerahnya dan berusaha untuk mengapresiasikan suara rakyat tersebut dengan mempertimbangkan putusan apa yang baik untuk masalah rakyat itu. dnegan demikian, semakin banyak suara rakyat didengar, maka semakin banyak juga rakyat yang puas dengan kinerja pejabat tersebut. Dengan begitu, rakyat yang awalnya mengacuhkan pejabatnya bisa berbalik mengikuti perkembangan pejabatnya dan menjadi jatuh cinta dengan pekembangan kerja pejabat tersebut.
Nama : Devi Purnamasari
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Absen : 9
WACANA 3
A. Restrukturisasi
Premis mayor: Watak yang baik adalah sikap yang penting dan harus dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan sebuah organisasi atau kumpulan dari orang banyak.
Premis minor: Sikap tegas merupakan watak yang baik.
Kesimpulan: Sikap tegas merupakan satu sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan sebuah organisasi atau kumpulan dari orang banyak.
Premis mayor: Sikap kepemimpinan adalah hasil keberhasilan seseorang memimpin dirinya sendiri dengan meperlakukan dirinya dengan tegas.
Premis minor: Pemimpin/ atasan yang mempunyai kualitas ”ketegasan” yang baik mempunyai sikap kepemimpinan.
Kesimpulan: Pemimpin/ atasan yang mempunyai kualitas ”ketegasan” yang baik, disebabkan karena mereka berhasil memimpin dirinya sendiri dengan memperlakukan dirinya secara tegas.
Premis mayor: Suatu bentuk hasil keputusan yang mantap adalah sebuah niat.
Premis minor: Unsur dari ”tegas” adalah sebuah niat.
Kesimpulan: Unsur dari ”tegas” itu sendiri yaitu suatu bentuk hasil keputusan yang mantap.
Premis mayor: Seseorang dengan kepribadian yang baik akan lebih tampak percaya diri, semangat dan energik.
Premis minor: Sikap tegas adalah aspek kepribadian yang baik.
Kesimpulan :Secara fisik, seseorang yang mempunyai sikap tegas, akan tampak lebih percaya diri, semangat dan energik.
Premis mayor: Faktor internal berpengaruh besar terhadap pola pikir, perasaan, dan tingkah lakunya sendiri .
Premis minor: Tingkat logika seseorang adalah faktor internal.
Kesimpulan: Tingkat logika seseorang akan berpengaruh besar terhadap pola pikir, perasaan, dan tingkah lakunya sendiri.
Premis mayor: Menyakiti orang lain dapat menimbulkan bahaya.
Premis minor: Emosi dapat menyakiti orang lain.
Kesimpulan: Maka berhati- hatilah dalam menjaga kestabilan emosi setiap harinya
Premis mayor: Setiap kelakuan yang menyangkut orang banyak mempunyai dampak untuk diri sendiri.
Premis minor: Mengambil keputusan adalah sebuah kelakuan yang menyangkut orang banyak.
Kesimpulan: Lebih utamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil, apakah bermanfaat, atau malah merusak diri sendiri/ merugikan!
Premis mayor: Bahaya mempunyai resiko tinggi.
Premis minor: Tantangan adalah bahaya.
Kesimpulan: Sesuatu dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Premis mayor: Orang yang berani mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan.
Premis minor: Orang yang tegas adalah orang yang berani.
Kesimpulan: Orang yang tegas, mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan.
Premis mayor: Orang yang bersikap tegas kepada diri sendiri dan orang lain memiliki ketegasan diri.
Premis minor Orang yang tegas bersikap tegas kepada diri sendiri dan orang lain.
Kesimpulan : Orang yang tegas, orang yang memiki ketegasan diri.
Nama :Monica Vioni Leksono
BalasHapusKelas :XII IPA 1
No. Urut :20
WACANA 7
1. Opini: Sehingga dia menggunakan ilmu yang dia punyai, tentu saja seingat yang dia pelajari di sekolah.
Term:
A : mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang
B : menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah
C : Kakak
Rekontruksi Opini:
Premis Mayor :Semua orang dulunya mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah.
Premis Minor :Kakak dulunya mendapatkan cara belajar matematika yang berbeda dengan model sekarang.
Kesimpulan :Kakak menggunakan ilmu yang dipunyai dan seingat yang dipelajari di sekolah.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita : Kalimat opini diatas belum sesuai dengan realita karena tidak terkandung kebenaran di dalamnya. Opini tersebut tidak dapat dibuktikan. Hal tersebut dikarenakan pada premis mayor dikatakan dengan “semua orang” sehingga populasinya terlalu banyak dan tidak dapat dibuktikan.
Tanggapan:
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini tersebut belum dapat mengandung kebenaran. Hal tersebut dikarenakan menggunakan kata semua orang yang ada pada premis mayor. Kata “semua orang” tidak memastikan atau mencakup populasi tertentu yang dituju sehingga kalimat opini tersebut belum dapat dibuktikan kebenaranya secara realita.
Kalimat opini tersebut sudah dapat dikatakan sah secara silogisme, akan tetapi belum dapat mengandung kebenaran berdasarkan realita. Saran yang dapat diberikan untuk membenarkan kalimat tersebut adalah kata “semua orang” yang digunakan pada premis mayor. Sebaiknya kata semua orang tersebut diganti dengan kata-kata yang mencakup suatu populasi yang dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Opini: Kalau sampai sang adik menyalahkan kakaknya di rumah, maka sang kakak tidak terima. Dia akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah.
Term:
A : dialahkan di rumah
B : akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah
C : Habibi
Rekontruksi Opini:
Premis Mayor :Semua kakak yang disalahkan adiknya di rumah akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah
Premis Minor :Habibi disalahkan adiknya di rumah.
Kesimpulan :Habibi akan berusaha menjelaskan bahwa caranya tidak salah.
Opini diatas sudah dapat dikatakan valid atau sah karena sudah memenuhi syarat silogisme yaitu mempunyai 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Realita : kalimat opini diatas sudah mengandung kebenaran dikarenakan adanya populasi yang tertuju pada premis mayornya yaitu semua kakak yang disalahkan adiknya. Populasi tersebut sudah mewakili subjek yang pasti pada kalimat opini tersebut.
Tanggapan:
Kalimat opini diatas sudah valid atau sah karena sudah memenuhi persyaratan yang ada di dalam silogisme. Syarat yang dipenuhi adalah mempunyai 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Opini diatas sudah mengandung kebenaran berdasarkan realita atau kenyataan. Hal tersebut dikarenakan adanya populasi yang tertuju pada premis mayornya yaitu semua kakak yang disalahkan adiknya. Populasi tersebut sudah mewakili subjek yang pasti pada kalimat opini tersebut.
Kalimat opini tersebut sudah dapat dikatakan sah atau valid secara silogisme maupun realita. Oleh sebab itu, tidak ada saran yang diberikan ataupun alternatif lain dari kalimat opini tersebut.
Nama: Evelyne Nathania Suwandy
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 10
E-mail : evelyne.nathania@yahoo.com
1.Term A : Kumpulan dari orang banyak
Term B : Harus memiliki sikap tegas.
Term C: Pemimpin/ atasan.
Restrukturisasi
PM : Kumpulan dari orang banyak harus memiliki sikap tegas.
Pm : Pemimpin/atasan kumpulan dari orang banyak
K : Pemimpin/atasan harus memiliki sikap tegas.
2.Term A : Ketegasan.
Term B : Terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Term C: Pemimpin.
Restrukturisasi
PM : Ketegasan terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pm : Pemimpin ketegasan.
K : Pemimpin terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
3.Term A : Semua orang.
Term B : Mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Term C :kita
Rekonstruksi
PM : Semua orang mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
4.Term A :Sebagian orang.
Term B : Lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Term C : Kita.
Restrukturisasi
PM : Sebagian orang lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Pm : Kita sebagian orang.
K : Kita lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
BalasHapus5.Term A : Semua manusia.
Term B : Menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Term C : Saya.
Rekonstruksi
PM : Semua manusia menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Pm : Saya semua manusia.
K : Saya menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
6.Term A : Semua orang.
Term B : Lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Term C : Kita.
Rekonstruksi
PM : Semua Orang lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
7.Term A: Sesuatu.
Term B: Dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Term C: Ketegasan.
Rekonstruksi
PM: Sesuatu dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Pm : Ketegasan sesuatu.
K : Ketegasan dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
8.Term A: Semua hal.
Term B: Akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Term C: Keberhasilan dan kebahagiaan hidup.
Rekonstruksi
PM : Semua hal akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Pm : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup semua hal.
K : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Analisis
1.Validitas
Kalimat-kalimat yang ada pada penalaran silogisme di atas sudah valid karena sesuai dengan rumus dari tiap premis yang ada dan juga kesimpulannya juga sesuai dengan rumusnya. Namun pada premis minor terkadang term-term yang menyusunnya seperti sebuah kalimat yang tidak lengkap karena tidak memiliki predikat.
2.Truth
Dari semua opini yang ada dalam wacana 3 ini, ada beberapa opini yang kebenarannya masih dipertanyakan, karena opininya berbeda dengan kesimpulan yang didapat dari penalaran silogisme. Seperti pada opini ke-1 “Pemimpin/atasan harus memiliki sikap tegas.” Pada opini ini kesimpulan yang didapat dari penalaran silogismenya sudah sesuai dengan opini yang ada.
Tanggapan
Dari kedelapan opini yang didapat dari wacana 3 ini yang telah dijabarkan menurut penalaran silogisme , semuanya telah valid sesuai dengan kaidah silogisme. Terbukti dengan adanya susunan premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Dengan kaidah-kaidah berikut ini, premis mayor (Term A=Term B), premis minor (Term C=Term A), dan kesimpulan (Term C= Term B).Pernyataan-pernyataan yang sudah disesuaikan dengan kaidah-kaidah silogisme pada opini diwacana ke-3 ini ada beberapa yang tidak terbukti kebenarannya.
Dalam wacana ini semua opini yang ada berupa nasihat dan saran bagaimana cara membangun ketegasan dalam diri sendiri. Sehingga wacana ini memberikan saran-saran untuk membangun ketegasan dengan cara berikut, yaitu: Mengetahui alasan kenapa harus tegas, rajin meningkatkan ”daya logika pikiran” agar selalu berkembang, pandai memainkan emosi, berani menantang dirinya sendiri dengan tantangan yang positif, mempunyai konsep diri yang stabil.
Dari semua saran yang ada dalam wacana ini belum tentu benar, seperti saran yang ketiga ”pandai memainkan emosi” hal ini tidak ada kaitannya dengan membangun ketegasan, karena menurut penulis hal ini harus disesuaikan oleh kondisi kita pada saat itu sehingga hal ini bukanlah saran yang baik.
Jadi kesimpulan dari wacana ini adalah semua opini yang ada didalamnya belum tentu benar, karena ada beberapa opini yang bersifat umum. Namun keselarasan opini-opini tersebut dengan kaidah-kaidah penalaran silogisme yang ada sudah valid.
Nama: Devi Purnamasari
BalasHapusKelas: XII IPA 1
Absen: 9
WACANA 4
A. Restrukturisasi
Premis mayor: Logika satu arah yang dilihat dari satu kepentingan adalah logika yang dimiliki oleh prabowo dan koalisi permanen.
Premis minor: Logika professor itu merupakan logika perspektif datu arah yang dilihat dari satu kepentingan.
Kesimpulan: Logika Profesor Lapan itu merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
Premis mayor: Kemenangan politik didapat dari pendukung yang banyak adalah dengan jajaran parpol yang pengusung yang banyak.
Premis minor: Logika Prabowo dan koalisi permanen adalah kemenangan politik didapat dari pendukung yang banyak.
Kesimpulan: Kesamaan dengan logika Prabowo dan koalisi permanen adalah bahwa dengan jejeran 6 parpol pengusung atau 63%, maka dalam cara pandang Prabowo maka akan menghasilkan kemenangan lebih dari 90 juta pemilih.
Premis mayor: Peristiwa kontroversial Prabowo adalaah membangun imajinasi dan logika terpilih menjadi presiden dengan mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia.
Premis minor: Sejarah Prabowo yang luar adalah peristiwa kontroversial Prabowo.
Kesimpulan: Sejarah Prabowo yang luar biasa untuk membangun imajinasi dan logika terpilih menjadi presiden dengan mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia.
Premis mayor: Kejadian kecurangan pada pilpres adalah peristiwa terjadi di semua tempat merata di Indonesia.
Premis mnor: Prabowo hanya mampu menjawab beberapa kejadian kecurangan pada pilpres.
Kesimpulan: Prabowo hanya mampu menjawab beberapa kejadian yang sama (misalnya kecurangan di beberapa TPS) yang diimajinasikan ke dalam konsep sebagai terjadi di semua tempat merata di Indonesia.
Premis mayor: Organisasi yang menyuarakn aspirasi rakyat adalah perwakilan jumlah pemilih.
Premis minor: Parpol adalah organisasi yang menyuarakan aspirasi rakyat.
Kesimpulan: Prabowo tak salah jika menggambarkan imajinasi sebagai presiden Republik Indonesia telah terbentuk ketika didukung oleh mayoritas partai, karena para parpol adalah perwakilan partai dan kursi parpol dianggap sebagai jumlah pemilih yang sama akan memilihnya sehingga akhirnya menghasilkan simbol bentuk lain: presiden RI yang dia gambarkan dan imajinasikan.
Premis mayor: Peserta pemilu dalam membangun kepentingan mereka mendasarkan pada kepentingan diri sendiri yakni para partai dengan satu perspektif diri mereka sendiri.
Premis minor: Prabowo dan koalisi permanen adalah peserta pemilu.
Kesimpulan: Prabowo dan koalisi permanen dalam membangun kepentingan mereka mendasarkan pada kepentingan diri sendiri yakni para partai dengan satu perspektif diri mereka sendiri.
Premis mayor: Pemikiran abstrak adalah logika dasar manusia sejak zaman perkembangan tentang ditemukannya angka.
Premis minor: Konsep imajiner bersifat pemikiran abstrak.
Kesimpulan: Konsep imajiner adalah logika dasar manusia sejak zaman perkembangan tentang ditemukannya angka, karena menggambarkan atau penggambaran jumlah benda tidak mampu lagi menampung kebutuhan manusia yang lebih imajinatif daripada sebelumnya.
Premis mayor: Pandangan masyarakat yang lebih maju adalah perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Premis minor: Prabowo gagal membangun pandangan kebutuhan masyarakat yang lebih maju.
Kesimpulan: Prabowo secara primitif melihat rakyat sebagai deretan manusia dan Prabowo gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Premis mayor: Pemikiran tertutup adalah perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan (atau kekalahan) hanya dihitung di atas kertas.
Premis minor: Prabowo memiliki pemikiran yang tertutup
Kesimpulan: Prabowo hanya memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan (atau kekalahan) hanya dihitung di atas kertas.
Nama : Evelyne Nathania Suwandy
BalasHapusKelas / No. Abs : XII IPA 1 / 10
1. Term A : Kumpulan dari orang banyak
Term B : Harus memiliki sikap tegas.
Term C: Pemimpin/ atasan.
Restrukturisasi
PM : Kumpulan dari orang banyak harus memiliki sikap tegas.
Pm : Pemimpin/atasan kumpulan dari orang banyak
K : Pemimpin/atasan harus memiliki sikap tegas.
2. Term A : Ketegasan.
Term B : Terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Term C: Pemimpin.
Restrukturisasi
PM : Ketegasan terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pm : Pemimpin ketegasan.
K : Pemimpin terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Term A : Semua orang.
Term B : Mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Term C :kita
Rekonstruksi
PM : Semua orang mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
4. Term A :Sebagian orang.
Term B : Lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Term C : Kita.
Restrukturisasi
PM : Sebagian orang lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Pm : Kita sebagian orang.
K : Kita lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
5. Term A : Semua manusia.
Term B : Menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Term C : Saya.
Rekonstruksi
PM : Semua manusia menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Pm : Saya semua manusia.
K : Saya menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
6. Term A : Semua orang.
Term B : Lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Term C : Kita.
Rekonstruksi
PM : Semua Orang lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
7. Term A: Sesuatu.
Term B: Dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Term C: Ketegasan.
Rekonstruksi
PM: Sesuatu dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Pm : Ketegasan sesuatu.
K : Ketegasan dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
8. Term A: Semua hal.
Term B: Akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Term C: Keberhasilan dan kebahagiaan hidup.
Rekonstruksi
PM : Semua hal akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Pm : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup semua hal.
K : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Nama : Evelyne Nathania Suwandy
BalasHapusKelas / No. Abs : XII IPA 1 / 10
1. Term A : Kumpulan dari orang banyak
Term B : Harus memiliki sikap tegas.
Term C: Pemimpin/ atasan.
Restrukturisasi
PM : Kumpulan dari orang banyak harus memiliki sikap tegas.
Pm : Pemimpin/atasan kumpulan dari orang banyak
K : Pemimpin/atasan harus memiliki sikap tegas.
2. Term A : Ketegasan.
Term B : Terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Term C: Pemimpin.
Restrukturisasi
PM : Ketegasan terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pm : Pemimpin ketegasan.
K : Pemimpin terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Term A : Semua orang.
Term B : Mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Term C :kita
Rekonstruksi
PM : Semua orang mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita mencoba untuk menyelidiki kemungkinan hal- hal apa saja yang bisa mempengaruhi/ membentuk suatu sikap tegas.
4. Term A :Sebagian orang.
Term B : Lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Term C : Kita.
Restrukturisasi
PM : Sebagian orang lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Pm : Kita sebagian orang.
K : Kita lebih berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
5. Term A : Semua manusia.
Term B : Menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Term C : Saya.
Rekonstruksi
PM : Semua manusia menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
Pm : Saya semua manusia.
K : Saya menggabungkan antara ilmu yang saya miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari.
6. Term A : Semua orang.
Term B : Lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Term C : Kita.
Rekonstruksi
PM : Semua Orang lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
Pm : Kita semua orang.
K : Kita lebih mengutamakan dampak dari akibat tindakan yang akan kita ambil.
7. Term A: Sesuatu.
Term B: Dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Term C: Ketegasan.
Rekonstruksi
PM: Sesuatu dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
Pm : Ketegasan sesuatu.
K : Ketegasan dikatakan tantangan sebab mengandung resiko yang sangat tinggi/ besar.
8. Term A: Semua hal.
Term B: Akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Term C: Keberhasilan dan kebahagiaan hidup.
Rekonstruksi
PM : Semua hal akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Pm : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup semua hal.
K : Keberhasilan dan kebahagiaan hidup akan mengiringi ayunan langkah kaki Anda, kemana pun Anda berada dan melangkah.
Wacana 9
BalasHapus1.Seorang ibu yang sayang kepada anaknya mengeluh anaknya takut untuk tidur sendirian.Anak yang takut tidur sendiri terjadi bukan karena gangguan mistis, sebenarnya terjadi karena pikiran anak itu.
Term A : Seorang ibu yang sayang kepada anaknya
Term B : mengeluh anaknya takut untuk tidur sendirian
Term C : Anak yang takut tidur sendiri terjadi bukan karena gangguan mistis
Term A : sebenarnya terjadi karena pikiran anak itu
PM : Semua ibu yang sayang kepada anaknya mengeluh anaknya takut untuk tidur sendirian
Pm : Anak yang takut tidur sendiri terjadi bukan karena gangguan mistis sebenarnya terjadi karena pikiran anak itu.
K : Anak yang takut tidur sendiri terjadi bukan karena gangguan mistis tetapi karena pikiran
Fakta : anak yang takut tidur sendirian bisa juga karena adanya gangguan mistis
Valid : sah
Tanggapan :
Anak yang takut tidur sendirian bisa jadi karena adanya gangguan mistis. Contohnya ada beberapa anak yang dikenal dengan sebutan indigo. Indigo berarti anak tersebut memiliki kemampuan khusus.
Anak-anak yang memiliki kemampuan khusus pada awalnya akan merasa aneh atau janggal terhadap keadaannya. Karena dia bisa melihat apa yang seharusnya tidak bisa dilihat. Tetapi lama kelamaan anak tersebut akan terbiasa dengan hal—hal itu.
Maka sebaiknya orang tua yang memiliki anak yang takut dan dapat melihat makhluk yang tidak dapat dilihat menjadi mentor. Mentor dalam hal ini harus mengajarkan bahwa makhluk tersebut tidak akan mengganggu manusia karena derajatnya lebih rendah daripada manusia.
2. Anak—anak yang takut itu mendengar dari orang, menonton tv, atau mungkin anda sendiri sebagai orang tua yang memasukkan sugesti seram. Ketika anak—anak pergi bermain sampai sore menjelang maghrib banyak dari orang tua yang mengeluarkan “Sugesti Ancaman”
Term A : semua anak yang takut
Term B : Biasanya mendengar dari orang, menonton tv, atau mungkin sebagai orang tua yang memasukkan sugesti seram
Term C : Ketika semua anak pergi bermain sampai sore menjelang maghrib
Term A : banyak orang tua yang mengeluarkan “sugesti ancaman”
PM : Semua anak yang takut, biasanya mendengar dari orang, menonton TV, atau mungkin sebagai orang tua yang memasukkan sugesti seram
Pm : Ketika semua anak pergi bermain sampai sore menjelang maghrib banyak orang tua yang mengeluarkan sugesti ancaman
K : Ketika semua anak pergi bermain sampai sore mejelang maghrib orang tua memasukkan sugesti seram ke anaknya agar anaknya pulang ke rumah tidak malam.
Fakta : tidak semua anak yang pergi bermain sampai sore menjelang maghrib orang tuanya memasukkan sugesti seram ke anaknya.
Valid : Sah
Tanggapan :
Menurut tanggapan saya, tidak semua orang tua menakut-nakuti anaknya ketika anaknya pulang saat maghrib. Ada orang tua yang bersifat cuek acuh tak acuh kepada anaknya sehingga anaknya diberi kebebasan.
Ada juga orang tua yang tidak percaya dengan hal—hal mistis seperti itu. Mereka berpikir bahwa hal yang tidak dapat dilihat tidak bisa dipercayakan. Jadi mereka hanya memarahi anak—anaknya untuk pulang lebih cepat jika tidak nanti akan kena marah.
Sebaiknya orang tua tidak memberikan sugesti ancaman yang tidak masuk di akal. Orang tua harus berfikir secara logis. Jangan memberikan anaknya sugesti yang membuat anak takut dan pada akhirnya orang tuanya sendiri yang repot.
Stefanie Sugiharto / XII IPA 1/ 25
Wacana 10
BalasHapus1.Kita tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar jika tidak dimulai dari berpikir benar. Karena berpikir adalah awal awal mula terciptanya segala sesuatu. Logika hadir sebagai sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
Term A : semua orang tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar
Term B : Jika tidak dimulai dari berpikir benar
Term C : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu
Term A : Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
PM : semua orang tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar jika tidak dimulai dari berpikir benar
Pm : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
K : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu maka jika tidak dimulai dari berpikir benar maka semua orang tidak mendapatkan hasil yang benar
Fakta : tidak semua awal mula terciptanya segala sesuatu melalui berpikir
Valid : sah
Tanggapan :
Menurut saya tidak semua awal mula terciptanya segala sesuatu melalui berpikir. karena terkadang ketika seseorang mengeluarkan fakta kita tidak dapat langsung menanggapi kita bisa melontarkan lagi suatu pernyataan agar fakta tersebut jelas.
Melontarkan pertanyaan dapat berupa bertanya 5W+1H. Melontarkan pertanyaan ini dibuat agar kita dapat berpikir secara logis lagi. Jadi berpikir bukanlah awal mula dari terciptanya segala sesuatu.
Sebaiknya orang yang mendapatkan suatu fakta hendaknya bertanya dahulu atau lebih kritis lagi. Sebab jika kita hanya mendengar sesuatu yang tidak jelas mana bisa kita berpikir secara logis.
2.Kita perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu. Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat manakah kita menjadikannya sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
Term A : semua orang perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu
Term B : Ilmu logika sangat tepat
Term C : menjadikan ilmu logika sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran
Term A : agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
PM : Semua orang perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu dan ilmu logika adalah ilmu yang sangat tepat
Pm : Menjadikan ilmu logika sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
K : Ilmu logika sangat tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran
Fakta : bukan hanya ilmu logika yang tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan atau pembelajaran
Valid : Sah
Tanggapan:
Menurut saya, bukan hanya ilmu logika yang tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Masih banyak ilmu lain yang dapat dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Misalnya ilmu bahasa dsb.
Ilmu bahasa mengajarkan kita agar kita dapat bersikap kritis dan teliti. Misalkan pada ejaan kita harus bersikap teliti dan benar sehingga di kehidupan sehari-hari kita juga dapat bersikap teliti. Contoh kedua adalah pelajaran menentukan opini atau memberikan tanggapan dalam suatu berita kita harus bersikap kritis.
Maka dari itu sebaiknya kita tidak boleh menjadikan logika sebagai ilmu yang paling utama dalam landasan pengetahuan dan pembelajaran. Kita harus berifikir luas dan menggunakan ilmu—ilmu lainnya sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran.
C. Penolakan Wacana 3
BalasHapusPenulis tidak setuju pada opini 1, opini 2, opini 4, opini 5, dan opini 8. Pada opini 1 (opini tidak mempunyai analogi yang akurat) menyatakan untuk menjadi pemimpin hatus mempunyai ketegasan. Padahal, pemimpin dapat bersikap tegas secara negatif dan dapat mengacu ke otoriter.. Penolakan terhadap opini 2 adalah sikap ketegasan tidak hanya terbentuk melalui ketegasan yang dilakukan pada diri sendiri melainkan dapat diperoleh melalui lingkungan sekitar. Sebagai contoh adalah orangtua yang bersikap tegas kepada anaknya dan anak mencontoh perbuatan orangtuanya. Penolakan terhadap opini 4 adalah faktor fisik seperti kesehatan dapat mempengaruhi seseorang untuk tampil lebih percaya diri, semangat dan energik. Jika orang yang tegas tidak mempunyai kondisi fisik yang baik, belum tentu ia terlihat lebih percaya diri, energik dan semangat. Opini 8 tidak mempunyai generalisasi yang terlalu luas. Tidak semua tantangan mempunyai resiko yang besar.
Wacana 10
BalasHapus1.Kita tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar jika tidak dimulai dari berpikir benar. Karena berpikir adalah awal awal mula terciptanya segala sesuatu. Logika hadir sebagai sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
Term A : semua orang tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar
Term B : Jika tidak dimulai dari berpikir benar
Term C : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu
Term A : Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
PM : semua orang tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar jika tidak dimulai dari berpikir benar
Pm : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya benar.
K : Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu maka jika tidak dimulai dari berpikir benar maka semua orang tidak mendapatkan hasil yang benar
Fakta : tidak semua awal mula terciptanya segala sesuatu melalui berpikir
Valid : sah
Tanggapan :
Menurut saya tidak semua awal mula terciptanya segala sesuatu melalui berpikir. karena terkadang ketika seseorang mengeluarkan fakta kita tidak dapat langsung menanggapi kita bisa melontarkan lagi suatu pernyataan agar fakta tersebut jelas.
Melontarkan pertanyaan dapat berupa bertanya 5W+1H. Melontarkan pertanyaan ini dibuat agar kita dapat berpikir secara logis lagi. Jadi berpikir bukanlah awal mula dari terciptanya segala sesuatu.
Sebaiknya orang yang mendapatkan suatu fakta hendaknya bertanya dahulu atau lebih kritis lagi. Sebab jika kita hanya mendengar sesuatu yang tidak jelas mana bisa kita berpikir secara logis.
2.Kita perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu. Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat manakah kita menjadikannya sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
Term A : semua orang perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu
Term B : Ilmu logika sangat tepat
Term C : menjadikan ilmu logika sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran
Term A : agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
PM : Semua orang perlu berhati bersih untuk mempelajari suatu ilmu dan ilmu logika adalah ilmu yang sangat tepat
Pm : Menjadikan ilmu logika sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran agar ke depannya dalam mempelajari sesuatu kita bisa menalarkan yang benar dan salah
K : Ilmu logika sangat tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran
Fakta : bukan hanya ilmu logika yang tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan atau pembelajaran
Valid : Sah
Tanggapan:
Menurut saya, bukan hanya ilmu logika yang tepat untuk dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Masih banyak ilmu lain yang dapat dijadikan ilmu sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran. Misalnya ilmu bahasa dsb.
Ilmu bahasa mengajarkan kita agar kita dapat bersikap kritis dan teliti. Misalkan pada ejaan kita harus bersikap teliti dan benar sehingga di kehidupan sehari-hari kita juga dapat bersikap teliti. Contoh kedua adalah pelajaran menentukan opini atau memberikan tanggapan dalam suatu berita kita harus bersikap kritis.
Maka dari itu sebaiknya kita tidak boleh menjadikan logika sebagai ilmu yang paling utama dalam landasan pengetahuan dan pembelajaran. Kita harus berifikir luas dan menggunakan ilmu—ilmu lainnya sebagai landasan pengetahuan dan pembelajaran.
Stefanie Sugiharto/ XII IPA 1/ 25
Wacana 9
BalasHapus1. Opini: Ketika anak-anak pergi bermain sampai sore menjelang maghrib, banyak dari orang tua yang mengeluarkan “sugesti ancaman”, ya kan? contohnya, “kalau sudah mau maghrib pulang, nanti kalau masih main belum pulang digendong ama kuntilanak lho”.
Term-term:
Term A: Semua orang tua selalu memberikan sugesti ancaman pada anaknya.
Term B: Kalau masih main setelah maghrib akan digendong kuntilanak.
Term C: Anak-anak yang sedang bermain sampai sore menjelang maghrib.
Restrukturisasi:
Premis Mayor: Semua orang tua selalu memberikan sugesti ancaman pada anaknya yang berkata “Kalau masih main setelah maghrib akan digendong kuntilanak.
Premis Minor : Anak-anak yang sedang bermain sampai sore menjelang maghrib selalu diberi sugesti ancaman oleh orang tuanya.
Kesimpulan: Anak-anak yang sedang bermain sampai sore menjelang maghrib akan digendong kuntilanak.
Tanggapan:
Kalimat diatas merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan silogisme (valid atau sahih). Kalimat tersebut sudah terdiri dari 3 proporsi yaitu, premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat tersebut dikatakan valid atau sahih.
Namun kalimat diatas tidak memiliki kebenaran. Sebab kesimpulan pada kalimat tersebut mengatakan bahwa “Anak-anak yang sedang bermain sampai sore menjelang maghrib akan digendong kuntilanak.” Padahal kalimat digendong kuntilanak hanyalah mitos belaka dan belum terbukti kebenarannya. Selain itu, Kalimat pada premis mayor mengatakan bahwa “Semua orang tua selalu memberikan sugesti ancaman pada anaknya yang berkata “Kalau masih main setelah maghrib akan digendong kuntilanak.” Tidak semua orang tua memberikan sugesti ancaman kepada anaknya. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran tersebut tidak mencakup seluruh populasi luar.
Menurut saya, Opini yang disampaikan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Jadi, saran saya adalah sebuah fakta harus benar-benar teruji kebenarannya, tidak berdasarkan mitos belaka. Selain itu, sebuah kalimat harus mencakup seluruh populasi luar atau yang berhubungan dengan orang banyak.
2. Opini: Ketika anda sebagai orang tua pergi ke spiritual untuk mengatasi masalah takut tidur sendiri ini, maka pasti dikatakan bahwa anak anda mendapat gangguan-gangguan mistis.
Term-term:
Term A: Semua orang tua pergi ke tempat spiritual untuk mengatasi masalah anaknya.
Term B: Mengalami masalah takut tidur sendiri.
Term C: Anak-anak yang mengalami gangguan-gangguan mistis.
Restrukturisasi:
Premis Mayor: Semua orang tua pergi ke tempat spiritual untuk mengatasi masalah anaknya yang takut tidur sendiri.
Premis Minor: Anak-anak yang mengalami gangguan-gangguan mistis pergi ke tempat spiritual.
Kesimpulan: Anak-anak yang mengalami gangguan-gangguan mistis mengalami masalah takut tidur sendiri.
Tanggapan:
Kalimat diatas merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan silogisme (valid atau sahih). Kalimat tersebut sudah terdiri dari 3 proporsi yaitu, premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat tersebut dikatakan valid atau sahih.
Namun kalimat diatas tidak memiliki kebenaran. Sebab kalimat pada premis mayor yang mengatakan bahwa “Semua orang tua pergi ke tempat spiritual untuk mengatasi masalah anaknya yang takut tidur sendiri.” Padahal belum tentu semua orang tua pergi ke tempat spiritual apabila anaknya mengalami gangguan-gangguan mistis. Bisa saja para orang tua pergi menemui pemuka agama dan sebagainya, tidak harus ke tempat spiritual. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran tersebut tidak mencakup seluruh populasi luar.
Menurut saya opini yang disampaikan hanya kalangan sendiri dan tidak mencakup populasi umum banyak orang. Oleh karena itu, saran saya terhadap kalimat tersebut adalah kalimat tersebut harus mencakup seluruh populasi luar atau berhubungan dengan orang banyak.
Ronaldo Sugiharto / XII IPA 1 / 22
Wacana 10
BalasHapus1. Opini: Bagaimana bisa kita berbicara mengenai perihal yang benar dan yang salah tanpa mengetahui bagaimana cara berpikir benar. Jadi kurangi atau bahkan berhenti berbicara, komentar dan bertindak, jika tidak diawali dengan berpikir (bernalar) benar.
Term-term:
Term A: Semua orang harus tahu mengenai perihal yang benar dalam segala sesuatu.
Term B: Berpikir atau bernalar yang benar.
Term C: Kita harus berhenti bicara, komentar dan bertindak.
Restrukturisasi:
Premis Mayor: Semua orang hatus tahu mengenai perihal yang benar dalam segala sesuatu dengan cara berpikir atau bernalar yang benar.
Premis Minor: Kita harus berhenti berbicara, komentar dan bertindak apabila tidak mengetahui perihal yang benar dalam segala sesuatu.
Kesimpulan: Kita harus berhenti berbicara, komentar, bertindak, jika tidak diawali dengan berpikir atau bernalar yang benar.
Tanggapan:
Kalimat diatas merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan silogisme (valid atau sahih). Kalimat tersebut sudah terdiri dari 3 proporsi yaitu, premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat tersebut dikatakan valid atau sahih.
Namun kalimat tersebut tidak memiliki kebenaran. Sebab pada kesimpulan mengatakan bahwa “Kita harus berhenti berbicara, komentar, bertindak, jika tidak diawali dengan berpikir atau bernalar yang benar.” Padahal faktanya terkadang berpikir salah juga dapat menjadi benar. Sehingga dalam melakukan segala sesuatu tidak perlu berpikir terlalu lama atau terlalu cermat. Misalnya, jika ada pertanyaan iseng yang diberikan oleh teman kita, kita tidak perlu menjawabnya dengan berpikir terlalu lama atau berpikir dengan benar.
Menurut saya opini tersebut sudah hamper benar. Akan tetapi masih ada kesalahan terhadap kebenaran kalimat tersebut. Oleh karena itu sebuah opini tersebut harus dipikirkan dengan matang kebenarannya dan dampaknya pada populasi banyak orang.
2. Opini: Kita tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar dan perkataan yang benar, jika tidak dimulai dari berpikir benar. Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu.
Term-term:
Term A: Semua orang harus berpikir dengan benar.
Term B: Berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu.
Term C: Kita tidak akan mendapat hasil yang benar, jika tidak dimulai dari berpikir.
Restrukturisasi:
Premis Mayor: Semua orang harus berpikir dengan benar karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu
Premis Minor: Kita tidak akan mendapat hasil yang benar jika tidak berpikir dengan benar.
Kesimpulan: Kita tidak akan mendapat hasil yang benar jika tidak berpikir, karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu.
Tanggapan:
Kalimat diatas merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan silogisme (valid atau sahih). Kalimat tersebut sudah terdiri dari 3 proporsi yaitu, premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat tersebut dikatakan valid atau sahih.
Namun kalimat tersebut tidak memiliki kebenaran. Sebab pada kalimat kesimpulan mengatakan bahwa “Berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu.” Padahal dalam suatu pekerjaan tertentu jika kita benar-benar tidak mengetahui apapun mengenai apa yang sedang kita kerjakan maka apapun yang kita pikirkan akan sia-sia. Sedangkan, bila kita bertanya kepada orang yang lebih ahli barulah kita dapat berpikir dan mengembangkan ilmu yang kita terima.
Menurut saya, opini yang disampaikan masih tidak logis. Oleh sebab itu, saran saya terhadap opini tersebut adalah opini tersebut dibuat menjadi logis atau sesuai dengan kebenarannya dan dapat berdampak bagi populasi banyak orang.
Ronaldo Sugiharto / XII IPA 1 / 22
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Wacana 13
1. Term A : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa
Term B : dianggap rancu
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang dibahas dan diperkosa.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap rancu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
2. Term A : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis
Term B : dianggap serupa namun tidak sama
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula
matematis.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap serupa namun tidak sama.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
3. Term A : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca
Term B : akan dibedah
Term C : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
Pm : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang secara umum sudah bisa terbaca.
Kesimpulan : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 akan dibedah.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
4. Term A : Semua guru yang memberi nilai 20
Term B : patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan
Term C : Guru Matematika SD
Restrukturisasi
PM : Semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Pm : Guru Matematika SD termasuk guru yang memberi nilai 20.
Kesimpulan : Guru Matematika SD patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
5. Term A : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa
Term B : cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu
Term C : Ranah Dekonstruksi
Restrukturisasi
PM : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Pm : Ranah Dekonstruksi termasuk ranah yang ditolak dan sempat diperkosa.
Kesimpulan : Ranah Dekonstruksi cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
6. Term A : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara masif
Term B : memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk isu yang diperkosa dan diadili secara massif.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
7. Term A : Semua sudut pandang yang berbeda
Term B : sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4
Term C : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial
Restrukturisasi
PM : Semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial berasal dari sudut pandang yang berbeda.
Kesimpulan : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
B. Tanggapan Wacana 4
BalasHapusPenulis wacana “Kesamaan Logika 4 X 6 dan 6 X 4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan Koalisi Permanen” berpendapat bahwa terdapat delapan kesamaan logika Profesor Lapan dengan Prabowo dan koalisi permanen. Penulis juga berpendapat bahwa Prabowo. Selain itu, penulis wacana berpendapat bahwa Prabowo melihat kekalahannya adalah akibattindakan curang pada pilpres dan didasari atas pemikiran Prabowo yang melihat kemenangan dikarenakan dukungan parpol yang banyak.
Pada opini 1 dan opini 2, pendapat penulis wacana mempunyai esensi premis yang berbeda. Penggambaran logika satu arah dimiliki oleh Profesor Lapan sedangkan logika Prabowo mementingkan kepentingan pribadi. Jadi, walaupun secara penalaran kesimpulan itu benar, kesimpulan tersebut mempunyai kesalahan logika penalaran. Pada opini 2, dukungan 6 parpol dianggap sebuah perwakilan pendukung. Padahal, pendukung tidak hanya parpol pengusung. Opini 3 mempunyai generalisasi terlalu luas. Kecurangan parpol tidak terjadi merata di semua wilayah Indonesia. Pernyataan ini mungkin disimpulkan karena ketakutan terhadap suatu otoritas atas suatu penduduk daerah yang banyak terjadi kecurangan pilpres. Selain itu, pada opini ke-5 terdapat esensi premis yang berbeda. Lembaga perwakilan rakyat tidak secara otomatis menjadi perwakilan pemilih sebuah parpol. Opini ke-6 mempunyai generalisasi teralu luas yaitu memberlakukan “perspektif” satu arah ke semua anggota partai koalisi Prabowo. Opini ke-6 tidak mempunyai esensi premis yang sama Secara penalaran opini tersebut benar tetapi kebenarannya tidak ada. Opini ke-7 mencerminkan bahwa penulis wacana takut akan otoritas tertentu (masyarakat Indonesia dan pihak lawan) sehingga menyatakan bahwa kegagalan Prabowo dalam pilpres merupakan kesalahan perspektif Prabowo tentang kebutuhan masyarakat.
C. Penolakan Wacana 4
Beberapa opini sudah mempunyai premis yang dibatasi meskipun begitu, beberapa pendapat merupakan kesimpulan yang tidak mempunyai esensi premis yang berbeda dan analogi yang tidak akurat. Seperti pada opini 4 yang menyatakan bahwa Prabowo hanya dapat menjawab kecurangan yang terjadi hampir di semua wilayah Indonesia. Padahal, kecurangan hanya terjadi di daerah-daerah tertentu yang hukumnya tidak ditegakkan secara adil. Selain itu, penulis wacana menarik kesimpulan yang mungkin dan diabsolutkannya menjadi sebuah kebenaran. Hal tersebut terdapat dalam semua opini 1, 2,3,5, dan 8.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Inti opini 1 : Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
PM : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Pm : Saya adalah orang yang salah mengarjakan PR matematika.
K : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
PM : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di rapornya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampai SMU
Pm : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika.
K : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
PM : Semua orang yang tidak mengerti pelajaran matematika dalam urusan PR agama dan serba – serbi Alquran berada diatas awan .
Pm : Saya merupakan orang yang tidak mengerti pelajaran matematika.
K : Saya dalam urusan PR agama dan serba-serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Jelek-jelek masih berguna juga.
PM : Semua orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika masih berguna juga.
Pm : Saya adalah orang yang memiliki nilai buruk (jelek) dalam pelajaran matematika.
K : Saya masih berguna juga.
Inti opini 5 : Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Pm : Saya tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Saya masih bisa mengelola duit keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Inti opini 6 : Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para Ibu berkeluh.
PM : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para Ibu berkeluh.
Pm : Orang tua khususnya Ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
K : Orang tua khususnya Ibu berkeluh.
Nama : Cindy Yovita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No Absen : 5
WACANA 1
1. Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
Premis mayor : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika
sampai sekarang merasa mau muntah.
Premis minor : Saya adalah orang yang salah mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang merasa mau muntah mengerjakan PR
matematika.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor. Karena tidak semua orang merasa mau muntah jika salah mengerjakan PR matematika. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
2. Sampai sekarang aku paling malas melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
Premis mayor : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran
matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.
Premis minor : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada
pelajaran matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang malas untuk membuka rapor SD sampai SMU. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
3. Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para ibu berkeluh.
Premis mayor : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu
berkeluh.
Premis minor : Orang tua khususnya ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
Kesimpulan : Orang tua khususnya ibu berkeluh.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu berkeluh.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor. Karena tidak semua ibu berkeluh dengan adanya kurikulum 2013. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
Nama: Cindy Yovita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No absen : 5
WACANA 1
1. Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
Premis mayor : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika
sampai sekarang merasa mau muntah.
Premis minor : Saya adalah orang yang salah mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang merasa mau muntah mengerjakan PR
matematika.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang merasa mau muntah jika salah mengerjakan PR matematika. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
2. Sampai sekarang aku paling malas melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
Premis mayor : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran
matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.
Premis minor : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada
pelajaran matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang malas untuk membuka rapor SD sampai SMU. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
3. Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para ibu berkeluh.
Premis mayor : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu
berkeluh.
Premis minor : Orang tua khususnya ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
Kesimpulan : Orang tua khususnya ibu berkeluh.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu berkeluh.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua ibu berkeluh dengan adanya kurikulum 2013. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
Nama : Cindy Yovita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No : 5
WACANA 1
1. Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
Premis mayor : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika
sampai sekarang merasa mau muntah.
Premis minor : Saya adalah orang yang salah mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang merasa mau muntah mengerjakan PR
matematika.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang merasa mau muntah jika salah mengerjakan PR matematika. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
2. Sampai sekarang aku paling malas melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
Premis mayor : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran
matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.
Premis minor : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada
pelajaran matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang malas untuk membuka rapor SD sampai SMU. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
3. Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para ibu berkeluh.
Premis mayor : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu
berkeluh.
Premis minor : Orang tua khususnya ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
Kesimpulan : Orang tua khususnya ibu berkeluh.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu berkeluh.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua ibu berkeluh dengan adanya kurikulum 2013. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Wacana 13
1. Term A : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa
Term B : dianggap rancu
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang dibahas dan diperkosa.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap rancu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
2. Term A : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis
Term B : dianggap serupa namun tidak sama
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula
matematis.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap serupa namun tidak sama.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
3. Term A : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca
Term B : akan dibedah
Term C : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
Pm : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang secara umum sudah bisa terbaca.
Kesimpulan : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 akan dibedah.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
4. Term A : Semua guru yang memberi nilai 20
Term B : patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan
Term C : Guru Matematika SD
Restrukturisasi
PM : Semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Pm : Guru Matematika SD termasuk guru yang memberi nilai 20.
Kesimpulan : Guru Matematika SD patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
5. Term A : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa
Term B : cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu
Term C : Ranah Dekonstruksi
Restrukturisasi
PM : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Pm : Ranah Dekonstruksi termasuk ranah yang ditolak dan sempat diperkosa.
Kesimpulan : Ranah Dekonstruksi cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
6. Term A : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara masif
Term B : memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk isu yang diperkosa dan diadili secara massif.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
7. Term A : Semua sudut pandang yang berbeda
Term B : sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4
Term C : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial
Restrukturisasi
PM : Semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial berasal dari sudut pandang yang berbeda.
Kesimpulan : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
8. Term A : Semua media sosial yang membabi buta
Term B : diduga sebagai pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4
Term C : Facebook
Restrukturisasi
PM : Semua media sosial yang membabi buta diduga sebagai pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Facebook termasuk media sosial yang membabi buta.
Kesimpulan : Facebook diduga sebagai pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua media sosial yang membabi buta diduga sebagai pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
9. Term A : Semua ilmu eksakta
Term B : dapat menjadi ilmu sosial
Term C : Matematika
Restrukturisasi
PM : Semua ilmu eksakta dapat menjadi ilmu sosial.
Pm : Matematika termasuk ilmu eksakta.
Kesimpulan : Matematika dapat menjadi ilmu sosial.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ilmu eksakta dapat menjadi ilmu sosial.
10. Term A : Semua Netralitas opini yang lebih mengacu sisi humanis
Term B : dianggap lebih baik
Term C : Kenetralan justifikasi
Restrukturisasi
PM : Semua netralitas opini yang lebih mengacu sisi humanis dianggap lebih baik.
Pm : Kenetralan justifikasi termasuk netralitas opini yang lebih mengacu sisi humanis.
Kesimpulan : Kenetralan justifikasi mengacu sisi humanis dianggap lebih baik.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua netralitas opini yang lebih mengacu sisi humanis dianggap lebih baik.
11. Term A : Semua corong media yang mainstream
Term B : dianggap sebagai penyebab utama berita hoax medsos
Term C : Akun dengan ribuan dan jutaan followers
Restrukturisasi
PM : Semua corong media yang mainstream dianggap sebagai penyebab utama berita hoax medsos.
Pm : Akun dengan ribuan dan jutaan followers termasuk corong media yang mainstream.
Kesimpulan : Akun dengan ribuan dan jutaan followers dianggap sebagai penyebab utama berita hoax medsos.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua corong media yang mainstream dianggap sebagai penyebab utama berita hoax medsos.
12. Term A : Semua isu yang berbau subjektifitas
Term B : dianggap sebagai isu kritis yang bukan kritis
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua isu yang berbau subjektifitas dianggap sebagai isu kritis yang bukan kritis.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk isu yang subjektifitas.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap sebagai isu kritis yang bukan kritis.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua isu yang berbau subjektifitas dianggap sebagai isu kritis yang bukan kritis.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
13. Term A : Semua medsos awal pengunggah
Term B : dianggap sebagai pembuat isu 4 x 6 menjadi subjektif
Term C : Facebook
Restrukturisasi
PM : Semua medsos awal pengunggah dianggap sebagai pembuat isu 4 x 6 menjadi subjektif.
Pm : Facebook termasuk medsos awal pengunggah.
Kesimpulan : Facebook dianggap sebagai pembuat isu 4 x 6 menjadi subjektif.
Analisasi
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua medsos awal pengunggah dianggap sebagai pembuat isu 4 x 6 menjadi subjektif.
14. Term A : Semua status yang berbau subjektifitas
Term B : mencoba untuk menumpahkan kekesalannya
Term C : Unggahan logika Matematika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua status yang berbau subjektifitas mencoba untuk menumpahkan kekesalannya.
Pm : Unggahan logika Matematika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk status yang berbau subjektifitas.
Kesimpulan : Unggahan logika Matematika 4 x 6 = 6 x 4 mencoba untuk menumpahkan kekesalannya.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua status yang berbau subjektifitas mencoba untuk menumpahkan kekesalannya.
15. Term A : Semua anak yang cenderung lemah dan penurut
Term B : menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4
Term C : Anak SD
Restrukturisasi
PM : Semua anak yang cenderung lemah dan penurut menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Anak SD termasuk anak yang cenderung lemah dan penurut
Kesimpulan : Anak SD menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua anak yang cenderung lemah dan penurut menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
16. Term A : Semua isu subjektifitas
Term B : mungkin akan ditayangkan di talkshow televise swasta
Term C : Isu logika matematika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua isu subjektifitas mungkin akan ditayangkan di talkshow televise swasta.
Pm : Isu logika matematika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk isu subjektifitas.
Kesimpulan : Isu logika matematika 4 x 6 = 6 x 4 mungkin akan ditayangkan di talkshow televise swasta.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak Semua isu subjektifitas mungkin akan ditayangkan di talkshow televise swasta.
17. Term A : Semua logika matematika yang sudah ada
Term B : dianggap remeh
Term C : Logika matematika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika matematika yang sudah ada dianggap remeh.
Pm : Logika matematika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika matematika yang sudah ada.
Kesimpulan : Logika matematika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap remeh.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika matematika yang sudah ada dianggap remeh.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama : Cindy Yovita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No : 5
WACANA 1
1. Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
Premis mayor : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika
sampai sekarang merasa mau muntah.
Premis minor : Saya adalah orang yang salah mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang merasa mau muntah mengerjakan PR
matematika.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang merasa mau muntah.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang merasa mau muntah jika salah mengerjakan PR matematika. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
2. Sampai sekarang aku paling malas melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika.
Premis mayor : Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran
matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.
Premis minor : Saya merupakan orang yang mendapat nilai terendah hanya pada
pelajaran matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang malas melihat rapor SD sampai SMU
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua orang yang mendapat nilai terendah hanya pada pelajaran matematika di raportnya sampai sekarang malas untuk melihat rapor SD sampau SMU.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua orang malas untuk membuka rapor SD sampai SMU. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
3. Apalagi dengan kehebohan kurikulum 2013 ini banyak sekali para ibu berkeluh.
Premis mayor : Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu
berkeluh.
Premis minor : Orang tua khususnya ibu mengalami kehebohan kurikulum 2013.
Kesimpulan : Orang tua khususnya ibu berkeluh.
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua kehebohan kurikulum 2013 banyak membuat para ibu berkeluh.” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak semua ibu berkeluh dengan adanya kurikulum 2013. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Tanggapan wacana 13
Setelah dianalisis ternyata opini-opini yang diungkapkan penulis dalam wacana 13 yang berjudul “Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media” telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari restrukturisasi kalimat opini yang dibentuk. Opini dari penulis dapat dianalisis dengan cara dibentuk melalui term-term yang terdiri dari premis mayor, premis minor dan predikatnya. Setelah itu, premis-premis tersebut dapat dibentuk menjadi suatu kesimpulan yang menunjukan maksud dari opini tersebut. Analisis dari restrukturisasi opini dari penulis dapat diteliti lagi kevalidannya / kesahannya. Lalu dari semua opini yang telah dianalisis ternyata semua opini dapat dinyatakan sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme.
Menurut peneliti, opini dalam wacana 13 masih memiliki kekurangan yang sebaiknya diperbaiki oleh penulis. Hal pertama yang perlu diperbaiki yaitu segi kebenaran yang dijadikan dasar untuk beropini. Kesalahan penulis ini terjadi pada premis mayor yang disebabkan karena penulis tidak dapat membuktikan premis mayor tersebut berdasarkan dengan asas kausalitas yang berlaku dalam kaidah silogisme. Hal ini menyebabkan konsep yang dimiliki peneliti tidak menunjukkan suatu realita yang dapat dipertanggungjawabkan dan berhubungan dengan masalah yang dibahas oleh penulis. Contoh premis mayor yang tidak sesuai dengan asas kausalitas adalah “Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.” Itu berarti menganggap bahwa semua logika yang dianggap rancu ini berkaitan erat dengan logika matematika 4 x 6 yang dipermasalahkan, padahal belum tentu logika matematika ini termasuk logika matematika yang rancu. Lalu hal yang kedua adalah kesalahan penulis dalam memilih kalimat yang kemudian menyebabkan opini memiliki makna yang rancu dan dilema. Hal ini karena opini tersebut tidak memiliki kepastian yang benar-benar relevan, contohnya saja pada kesimpulan yang tidak jelas maknanya yaitu “Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap sebagai isu kritis yang bukan kritis.” Opini ini akan membuat pembaca bingung apa yang ingin dimaksudkan penulis dalam wacananya. Dari kedua kesalahan yang ditemukan oleh peneliti maka salah nalar adalah masalah utama yang menyebabkan kedua kesalahan tersebut dapat terjadi dalam opini yang dituangkan penulis dalam wacana.
Solusi peneliti untuk penulis wacana adalah agar dapat memilih kalimat yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan terutama pada kebenaran premis mayor. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak menjadi bingung dan rancu dalam membaca opini penulis melalui sebuah wacana. Selain itu diharapkan bahwa penulis dapat mempelajari lebih dalam lagi mengenai penalaran terhadap suatu masalah agar tidak terjadi lagi kesalahan nalar seperti ini yang menyebabkan opini menjadi tidak terbukti kerelevanannya setelah dianalisis seperti ini.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Wacana 14
1. Term A : Semua anak yang masih duduk di bangku SD
Term B : disuruh ibunya mengerjakan PR sepulang sekolah
Term C : Amir
Restrukturisasi
PM : Semua anak yang masih duduk di bangku SD disuruh ibunya mengerjakan PR sepulang sekolah.
Pm : Amir termasuk anak yang masih duduk di bangku SD.
Kesimpulan : Amir disuruh ibunya mengerjakan PR sepulang sekolah.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua anak yang masih duduk di bangku SD disuruh ibunya mengerjakan PR sepulang sekolah.
2. Term A : Semua anak yang masih duduk di bangku SD
Term B : selalu minta tolong orang tuanya ketika mengerjakan PR
Term C : Amir
Rekonstruksi
PM : Semua anak yang masih duduk di bangku SD selalu minta tolong orang tuanya ketika mengerjakan PR.
Pm : Amir termasuk anak yang masih duduk di bangku SD.
Kesimpulan : Amir selalu minta tolong orang tuanya ketika mengerjakan PR.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua anak yang masih duduk di bangku SD selalu minta tolong orang tuanya ketika mengerjakan PR.
3. Term A : Semua ayah yang tidak bisa menjawab logika matematika jual beli
Term B : menganggap istrinya jago dalam tawar menawar
Term C : Ayah Amir
Rekonstruksi
PM : Semua ayah yang tidak bisa menjawab logika matematika jual beli menganggap istrinya jago dalam tawar menawar.
Pm : Ayah Amir termasuk ayah yang tidak bisa menjawab logika matematika jual beli.
Kesimpulan : Ayah Amir menganggap istrinya jago dalam tawar menawar.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ayah yang tidak bisa menjawab logika matematika jual beli menganggap istrinya jago dalam tawar menawar.
4. Term A : Semua ayah yang bisa menjawab soal matematika tentang keuangan
Term B : dianggap pelit oleh istrinya
Term C : Ayah Amir
Restrukturisasi
PM : Semua ayah yang bisa menjawab soal matematika tentang keuangan dianggap pelit oleh istrinya.
Pm : Ayah Amir termasuk ayah yang bisa menjawab soal matematika tentang keuangan.
Kesimpulan : Ayah Amir dianggap pelit oleh istrinya.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ayah yang bisa menjawab soal matematika tentang keuangan dianggap pelit oleh istrinya.
Theressa / XII IPA 1 / 27
BalasHapusWacana 11: Giri Lumakto “Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
Opini 1: Sudah banyak yang membahas, bahkan memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 yang dianggap ‘rancu’.
Term A : semua orang tinggal di bumi
Term B : menganggap bahwa memperkosa logika 4x6=6x4 adalah racun
Term C : orang itu
Restrukturisasi
PM : Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Pm : Orang itu tinggal di bumi.
Kesimpulan : orang itu menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Opini 2 : Para profesor Emeritus di Cambridge sana, banyak yang mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Term A : semua profesor pintar
Term B : mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi
Term C : para profesor Emeritus di Cambridge
Restrukturisasi
PM : semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Pm : para profesor Emeritus di Cambridge pintar.
K : para profesor Emeritus di Cambridge mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi.
Opini 3 : Saya pun minim pemahaman dalam Matematika.
Term A : semua yang tinggal di Bumi
Term B : minin pemahaman dalam Matematika
Term C : Saya
Restrukturisasi
PM : semua orang yang tinggal di Bumi minim pemahaman dalam Matematika.
Pm : saya tinggal di Bumi.
K : saya mini pemahaman dalam Matematika.
Opini 4 : Namun, yang saya lihat ‘pelaku utama’ pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 disini adalah media, khususnya media sosial.
Term A : semua media adalah pelaku utama
Term B : pemerkosaan logika 4 x 6 =6 x 4
Term C : media social
Restrukturisasi
PM : semua media adalah pelaku utama pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : media social adalah pelaku utama.
K : media social pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Opini 5 : Kedua, karena subjek anak SD yang cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4 ini
Term A : semua anak SD memiliki sifat
Term B : cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4
Term C : anak SD
Restrukturisasi
PM : semua anak SD pasti memiliki sifat cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : anak SD itu memiliki sifat .
K : anak SD cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Tanggapan wacana 11 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 11 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-1 yang berisi, " Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun" kebenarannya diragukan karena tidak semua orang yang tinggal di Bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun. Pada premis mayor opini ke-2 yang berisi, “semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi” kebenarannya diragukan karena tidak semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Wacana 11
BalasHapus1. Opini : Ranah Dekonstruksi dulu diperkosa sesadis mungkin oleh para linguist
C B
PM : Semua ranah jauh dari ontologis ilmu dulu diperkosa sesadis mungkin oleh para linguist
A B
Pm : Ranah dekonstruksi adalah ranah yang jauh dari ontologis ilmu
C A
2. Opini : pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah media
C B
PM : Semua opini ahli adalah media
A B
Pm : Pelaku utama pemerkosaan logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah opini ahli
C A
3. Opini : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik
C B
PM : Semua unsur pluralis lebih dianggap baik
A B
Pm : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem mengandung unsur pluralis
C A
4. Opini : Demam medsos di Indonesia sudah sampai taraf panas-demam
C B
PM : Semua gunjingan isu sudah sampai taraf panas-demam
A B
Pm : Demam medsos di Indonesia meliputi gunjingan isu
C A
5. Opini : Anda dan kita semua adalah penikmat adegan pemerkosaan logika ini
C B
PM : Semua ilmuwan dan linguist adalah penikmat adegan pemerkosaan logika ini
A B
Pm : Anda dan kita semua adalah ilmuewan dan linguist
C A
6. Opini : Facebook serupa tempat curhat dan uneg-uneg dimuntahkan
C B
PM : Semua media sosial serupa tempat curhat dan uneg-uneg dimuntahkan
A B
Pm : Facebook adalah media sosial
C A
7. Opini : Anak SD tentunya sulit membantah apa yang menjadi otoritas guru
C B
PM : Semua anak di jenjang sekolah tentu sulit membantah apa yang menjadi otoritas guru
A B
Pm : Anak SD merupakan anak di jenjang sekolah
C A
Analisa wacana 11
Pada wacana 11, telah terdapat 7 opini / silogisme yang menjadi pokok-pokok bahasan dalam wacana tersebut. Ketujuh silogisme telah benar (valid) menurut hukum silogisme, karena memenuhi seluruh persyaratan hukum silogisme. Hal ini dikarenakan ketujuh silogisme memilik term A, term B, dan term C yang mengandung 3 proporsi yang diharuskan, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Maka dari itu, ketujuh silogisme dalam wacana 11 dapat dikatakan valid (benar)
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Tanggapan Wacana 14
Setelah dianalisis ternyata opini-opini yang diungkapkan penulis dalam wacana 14 yang berjudul “Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika” telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari restrukturisasi kalimat opini yang dibentuk. Opini dari penulis dapat dianalisis dengan cara dibentuk melalui term-term yang terdiri dari premis mayor, premis minor dan predikatnya. Setelah itu, premis-premis tersebut dapat dibentuk menjadi suatu kesimpulan yang menunjukan maksud dari opini tersebut. Analisis dari restrukturisasi opini dari penulis dapat diteliti lagi kevalidannya / kesahannya. Lalu dari semua opini yang telah dianalisis ternyata semua opini dapat dinyatakan sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme.
Menurut peneliti wacana 14 masih memiliki kekurangan terutama dalam pemilihan kata yang ditujukan untuk subjek umum yang disebabkan karena salah nalar prinsip yang dimiliki oleh penulis. Salah nalar penulis menyebabkan pembaca bertanya-tanya apakah benar atau tidak opini yang dituangkan dalam wacana, contohnya pada premis mayor berikut “Semua anak yang masih duduk di bangku SD selalu minta tolong orang tuanya ketika mengerjakan PR.” Memang pada umumnya anak SD akan meminta bantuan orangtuanya ketika mengerjakan PR, namun bukan berarti semua anak SD yang mengerjakan PR akan selalu meminta bantuan orang tuanya, bisa saja anak tersebut mandiri dan ingin mengerjakan PR sekolahnya secara mandiri. Maka dari itu kegiatan sehari-hari yang memang wajar terjadi belum tentu terjadi oleh setiap orang. Sehingga kalimat premis mayor pada wacana ini belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Solusi peneliti untuk penulis wacana adalah agar dapat memilih kalimat yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan terutama pada kebenaran premis mayor. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak menduga bahwa opini yang diberikan penulis memang harus terjadi untuk semua orang. Diperlukan prinsip dasar yang jelas agar pembaca tidak berfikiran berbeda dari maksud penulis.
Vincensius Hans Kristian Pratama
BalasHapusXII IPA 1/30
email : vincensiushans798@gmail.com
Wacana 11
1. Kalimat opini :
a. Sebuah prism ( sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu saya fikir sedang terjadi.
b. Kedua-duanya sama-sama diperkosa dan diadili secara masif.
c. Yang intinya, cuma sekadar menjustifikasi guru SD yang member nilai 20 itu bloon.
d. Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik.
e. Penyebaran menjadi viral ketika akun memiliki ribuan atau jutaan teman atau follower.
f. Isu yang menjadi honeypot media.
g. Jarang saya kira ada murid SD yang kritis dan berani menyanggah gurunya.
2. Term
a. C = Sebuah prism (sudut pandang)
B = cenderung memperkosa satu ranah ilmu
A = sudut pandang ciptaan seseorang
b. C = kedua-duanya
B = diperkosa dan diadili secara massif
A = isu 4 x 6 dan 6 x 4
c. C = Justifikasi guru SD
B = yang memberi nilai 20 itu bloon
A = penyamaan guru SD
d. C = Kenetralan justifikasi
B = menyalahkan sistem dengan baik
A = Penyamaan pola berpikir
e. C = Penyebaran berita
B = menjadi viral
A = Berita yang disebarkan di akun social media
f. C = isu-isu
B = yang menjadi honeypot media
A = isu-isu yang diberitakan oleh media
g. C = Murid SD
B = tidak kritis dan berani menyanggah gurunya
A = Murid SD yang tinggal di sebuah Negara
3. Rekonstruksi
a. PM : Sudut pandang ciptaan seseorang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
Pm : Sebuah prism (sudut pandang) adalah sudut pandang ciptaan seseorang.
K : Sebuah prism (sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
b. PM : isu 4 x 6 dan 6 x 4 diperkosa dan diadili secara massif .
Pm : kedua-duanya merupakan isu 4 x 6 dan 6 x 4.
K : kedua-duanya diperkosa dan diadili secara massif.
c. PM : penyamaan guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
Pm : Justifikasi guru SD berarti penyamaan guru SD.
K : Justifikasi guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Theressa / XII IPA 1 / 27
BalasHapusWacana 11: Giri Lumakto “Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media”
Opini 1: Sudah banyak yang membahas, bahkan memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 yang dianggap ‘rancu’.
Term A : semua orang tinggal di bumi
Term B : menganggap bahwa memperkosa logika 4x6=6x4 adalah racun
Term C : orang itu
Restrukturisasi
PM : Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Pm : Orang itu tinggal di bumi.
Kesimpulan : orang itu menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Opini 2 : Para profesor Emeritus di Cambridge sana, banyak yang mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Term A : semua profesor pintar
Term B : mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi
Term C : para profesor Emeritus di Cambridge
Restrukturisasi
PM : semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Pm : para profesor Emeritus di Cambridge pintar.
K : para profesor Emeritus di Cambridge mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi.
Opini 3 : Saya pun minim pemahaman dalam Matematika.
Term A : semua yang tinggal di Bumi
Term B : minin pemahaman dalam Matematika
Term C : Saya
Restrukturisasi
PM : semua orang yang tinggal di Bumi minim pemahaman dalam Matematika.
Pm : saya tinggal di Bumi.
K : saya mini pemahaman dalam Matematika.
Opini 4 : Namun, yang saya lihat ‘pelaku utama’ pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 disini adalah media, khususnya media sosial.
Term A : semua media adalah pelaku utama
Term B : pemerkosaan logika 4 x 6 =6 x 4
Term C : media social
Restrukturisasi
PM : semua media adalah pelaku utama pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : media social adalah pelaku utama.
K : media social pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Opini 5 : Kedua, karena subjek anak SD yang cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4 ini
Term A : semua anak SD memiliki sifat
Term B : cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4
Term C : anak SD
Restrukturisasi
PM : semua anak SD pasti memiliki sifat cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : anak SD itu memiliki sifat .
K : anak SD cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Tanggapan wacana 11 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 11 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-1 yang berisi, " Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun" kebenarannya diragukan karena tidak semua orang yang tinggal di Bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun. Pada premis mayor opini ke-2 yang berisi, “semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi” kebenarannya diragukan karena tidak semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Nama : Vidya Kusum
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 29
Wacana 11
1. Opini : Ranah Dekonstruksi dulu diperkosa sesadis mungkin oleh para linguist
C B
PM : Semua ranah jauh dari ontologis ilmu dulu diperkosa sesadis mungkin oleh para linguist
A B
Pm : Ranah dekonstruksi adalah ranah yang jauh dari ontologis ilmu
C A
2. Opini : pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah media
C B
PM : Semua opini ahli adalah media
A B
Pm : Pelaku utama pemerkosaan logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah opini ahli
C A
3. Opini : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik
C B
PM : Semua unsur pluralis lebih dianggap baik
A B
Pm : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem mengandung unsur pluralis
C A
4. Opini : Demam medsos di Indonesia sudah sampai taraf panas-demam
C B
PM : Semua gunjingan isu sudah sampai taraf panas-demam
A B
Pm : Demam medsos di Indonesia meliputi gunjingan isu
C A
5. Opini : Anda dan kita semua adalah penikmat adegan pemerkosaan logika ini
C B
PM : Semua ilmuwan dan linguist adalah penikmat adegan pemerkosaan logika ini
A B
Pm : Anda dan kita semua adalah ilmuewan dan linguist
C A
6. Opini : Facebook serupa tempat curhat dan uneg-uneg dimuntahkan
C B
PM : Semua media sosial serupa tempat curhat dan uneg-uneg dimuntahkan
A B
Pm : Facebook adalah media sosial
C A
7. Opini : Anak SD tentunya sulit membantah apa yang menjadi otoritas guru
C B
PM : Semua anak di jenjang sekolah tentu sulit membantah apa yang menjadi otoritas guru
A B
Pm : Anak SD merupakan anak di jenjang sekolah
C A
Analisa wacana 11
Pada wacana 11, telah terdapat 7 opini / silogisme yang menjadi pokok-pokok bahasan dalam wacana tersebut. Ketujuh silogisme telah benar (valid) menurut hukum silogisme, karena memenuhi seluruh persyaratan hukum silogisme. Hal ini dikarenakan ketujuh silogisme memilik term A, term B, dan term C yang mengandung 3 proporsi yang diharuskan, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Maka dari itu, ketujuh silogisme dalam wacana 11 dapat dikatakan valid (benar)
d. PM : Penyamaan pola berpikir menyalahkan sistem dengan baik.
BalasHapusPm : Kenetralan justifikasi artinya penyamaan pola berpikir.
K : Kenetralan justifikasi yang menyalahkan sistem dengan baik.
e. PM : Berita yang disebarkan di akun social media menjadi viral.
Pm : Penyebaran berita yang disebarkan di akun social media.
K : Penyebaran berita menjadi viral.
f. PM : Isu-isu yang diberitakan oleh media yang menjadi honeypot media.
Pm : Isu-isu yang diberitakan oleh media.
K : Isu-isu yang menjadi honeypot media.
g. PM : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara tidak kritis dan berani menyanggah
gurunya.
Pm : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara.
K : Murid SD tidak kritis dan berani menyanggah gurunya.
4. Analisis
a. Kalimat tersebut sudah menjadi kalimat silogisme karena sudah memiliki 3 bagian. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena hanya menjadi pemikiran satu orang.
b. Kalimat sudah merupakan kalimat silogisme karena sudah memiliki bagian premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga menjadi valid. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena populasi yang dicantumkan terlalu besar.
c. Kalimat di atas sudah menjadi silogisme karena sudah terbentuk 3 bagian. Tapi, kebenaran tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya pembuktian fakta.
d. Kalimat di atas sudah menjadi silogisme dan memiliki kebenaran.
e. Kalimat di atas sudah merupakan silogisme yang benar.
f. Kalimat di atas merupakan silogisme namun, tidak mempunyai kebenaran karena tidak semua isu menjadi honeypot oleh media.
g. Kalimat diatas sudah menjadi kalimat silogisme karena sudah memiliki 3 bagian. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena tidak ada fakta yang logis mengenai pernyataan tersebut.
5. Tanggapan
Kalimat – kalimat silogisme di atas sudah dikatakan valid atau sahih. Hal tersebut dibuktikan dengan pemenuhan syarat silogisme yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Meskipun ada bagian dari kalimat opini yang benar namun, ada kalimat silogisme yang salah karena tidak mempunyai kebenaran. Kebenaran tersebut tidak terbukti karena tidak adanya fakta yang logis.
Sarannya ialah sebaiknya gunakan populasi yang lebih tepat. Populasi yang tepat ialah dengan menggunakan populasi yang konkret seperti persentase.
Nama : Vidya Kusuma
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No absen : 29
Lanjutan wacana 11
Meskipun telah disimpulkan valid menurut hukum silogisme, ketujuh silogisme tersebut belum sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak dapat dikatakan sebagai silogisme yang benar (truth). Pada premis mayor di silogisme pertama, dikatakan bahwa “Semua ranah yang jauh dari ontologis ilmu dulu diperkosa sesadis mungkin oleh para linguist”. Pada kenyataannya, tidak semua ranah yang jauh dari ontologis ilmu pernah ataupun sering diperkosa oleh para linguist. Para linguist tidak memperkosa semua ontoogis ilmu, melainkan hanya beberapa. Pada silogisme kedua, terdapat kalimat “Semua opini ahli adalah media” yang tentunya tidak benar. Media merupakan kumpulan dasar berpikir dari penulis atau penggagas media itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa silogisme tersebut tidak sesuai kebenaran / truth. Pada silogisme ketiga, tepatnya di premis mayor “Semua unsur pluralis lebih dianggap baik” tidak mencakup seluruh anggota populasi, karena tidak semua orang berpikir bahwa semua unsur pluralis lebih dianggap baik. Pada silogisme keempat, tertulis bahwa semua gunjingan isu sudah sampai taraf panas-demam. Pernyataan tersebut tidak benar karena gunjingan isu tidak dapat diukur dengan indikator tertentu, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa gunjingan isu sudah sampai taraf panas-demam. Ada pula kalimat “Semua ilmuwan dan linguist adalah penikmat adegan pemerkosaan logika ini” di silogisme kelima sepenuhnya tidak benar. Ini dikarenakan tidak semua ilmuwan ataupun linguist menikmati adegan pemerkosaan logika. Kalimat yang menyatakan bahwa anda dan kita semua adalah ilmuwan ataupun linguist pun tidak benar, karena buktinya penulis adalah seorang murid di jenjang menengah atas. Pada silogisme keenam, terdapat kalimat “Semua media sosial serupa tempat curhat dan uneg-uneg dimuntahkan”. Kalimat tersebut tidak benar, karena tidak semua media sosial digunakan sebagai tempat curhat. Terdapat media sosial yang digunakan sebagai media pembelajaran. Silogisme ketujuh juga tidak mencakup kebenaran karena tidak semua anak di jenjang sekolah tidak berani membantah otoritas guru, terbukti dari tidak sedikit murid SMA, yang juga merupakan anak di jenjang sekolah, berani membantah otoritas guru yang dianggap tidak benar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketujuh silogisme di atas tidak benar / truth. Ini dikarenakan semuanya memiliki kesalahan penalaran yang generelasinya terlalu luas.
Sebagai saran, sebaiknya penulis wacana lebih berhati-hati dalam menulis suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut dapat mencantumkan bukti-bukti yang valid atas kebenaran yang ada. Ini dilakukan untuk memperkuat opini yang diberikan dan memberikan nilai truth pada silogisme.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Tanggapan Wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika” :
Wacana yang berjudul “Tak Harus ber-Matematika” memiliki 6 inti opini yang dapat ditarik dari wacana tersebut. Inti opini yang telah dipilih dapat disusun dengan restrukturisasi penalaran silogisme seperti di atas. Dalam hal menganalisa restrukturisasi silogisme yang telah ada, perlu diperhatikan mengenai validasi dan truth (kebenaran) dalam kalimat-kalimat opini tersebut. Berdasarkan restrukturisasi yang telah dibuat, diketahui bahwa 6 kalimat opini di atas terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kalimat opini di atas valid (sahih) karena telah memenuhi kaidah silogisme yang dapat disusun menjadi pola penalaran silogisme. Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), misalnya restrukturisasi inti opini satu, dua, dan tiga pada bagian premis mayor menyatakan “Semua orang yang …..” tidak memiliki kebenaran yang yang mencakup seluruh populasi manusia. Hal ini disebabkan kualitas universal afirmatif yang dinyatakan dengan kata “semua” dan sejenisnya tidak selalu mutlak memberikan jaminan kebenaran.
Selain itu, terjadi kesamaan kesalahan penalaran pada kalimat opini “Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah” dan “Sampai sekarang aku paling males melihat raport SD sampai SMU karena satu-satunya nilai terendah yang selalu menghiasinya hanya pelajaran matematika”. Pada kedua kalimat opini tersebut, memiliki kesalahan penalaran yang disebabkan penalaran Idamoerid Darmanto terjebak dalam kerangka berfikir bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnya merupakan penyebab terjadinya peristiwa berikutnya, padahal hal itu belum tentu benar secara kausalitas. Kesalahan penalaran ini disebut kesalahan hubungan kausal. Hal ini dibuktikan oleh kalimat sebelumya yang menyatakan “Saat kelas dua SD aku merasa benar mengerjakan PR yang diberikan bu guru dan jawabannya pun sama, namun saat itu bu guru menyalahkan dan memarahiku untuk mengikuti apa yang diberikan bu guru”. Kalimat ini membuktikan bahwa saya sampai sekarang setiap ketemu pelajaran matematika mau muntah darah dan juga saya tidak mau melihat rapor SD sampai SMU karena nilai matematika yang kecil dikarenakan kejadian masa lalu saat SD dimana saya pernah salah mengerjakan PR matematika padahal saya beranggapan bahwa PR yang telah dibuatnya itu benar. Selain itu, kesalahan penalaran yang lainnya pada kalimat tersebut adalah tidak relevan dengan eviden (bukti) yang ada pada kalimat sebelumnya. Saya menyatakan bahwa ia telah merasa tidak “enek” lagi dengan matematika setelah membaca ulasan dari Hendradi Hardhienata Kandidat Doktor Fisika Teoretik dari Universitas Linz, Austria dalam http://edukasi .kompasiana.com/2014/09/22/tanggapan-soal-pr-anak-2-sd-yang-membuat-hebohfacebook6804 18.html. Namun, kenyataannya saya masih saja tidak menyukai pelajaran matematika sampai sekarang. Penulis juga menolak pernyataan “Jelek-jelek masih berguna juga” karena pada kalimat ini terjadi kesalahan penalaran Argumentum et hominem merupakan pola pembuktian dengan jalan berusaha mengelak memberikan bukti dari dari suatu masalah, yaitu Idamoerid Darmanto berusaha membela kebenaran mengenai ketidaksukaannya terhadap matematika. Tanggapan penulis terhadap wacana diatas, yaitu penulis setuju dengan kalimat Idamoerid Darmanto yang menyatakan “Hikmah yang dapat kupetik bahwa Allah pasti memberikan kelebihan pada setiap hambaNYa” karena pada kalimat tersebut merupakan pernyataan umum yang sudah memiliki bukti atau eviden yang terdapat pada kitab-kitab agama yang tertulis bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan masing-masing. Sebenarnya pada wacana 1 telah memiliki kelebihan dengan menyertakan kalimat pendukung terhadap semua opini yang dinyatakan.
Nama : Fernanda Tianingsih
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 11
Analisis wacana 5
Kalimat opini 1
Hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai kepada sang pemiliknya yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya, rasa cinta dan perhatian yang patut diteladani.
Term
Term A : Semua hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya
Term B : Patut diteladani
Term C : Anjing
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya(A) patut diteladani(B)
Premis Minor : Anjing(C) adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya(A)
Kesimpulan : Anjing(C) patut diteladani (B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 2
Kita manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang serupa dan secitra dengan Allah itu harusnya berahklak yang mulia.
Term
Term A : Semua ciptaan Tuhan
Term B : berahklak mulia
Term C : Manusia
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua ciptaan Tuhan(A) berahklak mulia(B)
Premis Minor : Manusia(C) adalah ciptaan Tuhan(A)
Kesimpulan : Manusia(C) berahklak mulia(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 3
Kita ini manusia, makhluk sosial, kamu ndak bisa hidup sendirian loh, coba bayangin kamu tinggal di suatu pulau tanpa penghuni, tanpa tumbuhan, tanpa air.
Term
Term A : Semua manusia
Term B : makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
Term C : Kita
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua manusia(A) tidak bisa hidup sendiri(B)
Premis Minor : Kita(C) adalah manusia(A)
Kesimpulan : Kita(C) tidak bisa hidup sendiri(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena meskipun terdapat salah satu premis yang bernilai negatif namun kalimat tersebut telah memenuhi kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 4
Kita adalah makhluk yang kuat dan tangguh, bangkit berdiri itu adalah sebuah ukiran yang tergores dalam hati kita dikala lemah.
Term
Term A : Semua manusia
Term B : makhluk yang kuat dan tangguh
Term C : Kita
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua manusia(A) makhluk yang kuat dan tangguh(B)
Premis Minor : Kita(C) adalah manusia(A)
Kesimpulan : Kita(C) makhluk yang kuat dan tangguh(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Lanjutan tanggapan wacana 1 "Tak Harus ber-Matematika"
Namun, terkadang pernyataan pendukung tidak relevan (bersangkutan) dengan inti opini yang dinyatakan. Oleh karena itu, solusi yang penulis berikan, yaitu lebih baik jika inti opini dalam wacana disertai dengan eviden – eviden yang telah teruji, penalaran yang dilakukan tidka terjebak dengan kejadian masa lalu yang mempengaruhi masa sekarang, serta tidak menyertakan kalimat – kalimat yang mendukung opini untuk menutupi kekurangan yang ada.
Sekian analisa, penolakan, tanggapan, dan solusi yang penulis berikan terhadap wacana 1. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan kata – kata yang menyinggung atau tidak berkenan. Terimaksih.
Vincensius Hans Kristian Pratama
BalasHapusXII IPA 1/30
1. Kalimat opini :
a. Sebuah prism ( sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu saya fikir sedang terjadi.
b. Kedua-duanya sama-sama diperkosa dan diadili secara masif.
c. Yang intinya, cuma sekadar menjustifikasi guru SD yang member nilai 20 itu bloon.
d. Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik.
e. Penyebaran menjadi viral ketika akun memiliki ribuan atau jutaan teman atau follower.
f. Isu yang menjadi honeypot media.
g. Jarang saya kira ada murid SD yang kritis dan berani menyanggah gurunya.
Nama : Vidya Kusuma
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No absen : 29
Wacana 12
1. Opini: Foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia, membawa nuansa menyeramkan
C B
PM : Semua benda gaib membawa nuansa menyeramkan
A B
Pm : Foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia merupakan benda gaib
C A
2. Opini : Kuburan peranakan tionghoa dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran
C B
PM : Semua tempat peristirahatan dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran
A B
Pm : Kuburan peranakan tionghoa merupakan tempat peristirahatan
C A
3. Opini : Kebudayaan tionghoa telah bercampur satu sama lain
C B
PM : Semua kebudayaan lama telah bercampur satu sama lain
A B
Pm : Kebudyaan tionghoa merupakan kebudayaan lama
C A
4. Opini: : Proses kreatif Harsono melahirkan tafsir artistik yang menyentuh tentang sejarah dan
C B
ingatan
PM : Semua mahakarya seniman melahirkan tafsir artistik yang menyentuh tentang sejarah
A B
dan ingatan
Pm : Proses kreatif Harsono menghasilkan mahakarya seniman
C A
Pada wacana 12, telah terdapat 4 opini / silogisme yang menjadi pokok-pokok bahasan dalam wacana tersebut. Keempat silogisme telah benar (valid) menurut hukum silogisme, karena memenuhi seluruh persyaratan hukum silogisme. Hal ini dikarenakan keempat silogisme memilik term A, term B, dan term C yang mengandung 3 proporsi yang diharuskan, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Maka dari itu, keempat silogisme dalam wacana 12 dapat dikatakan valid (benar).
Meskipun telah disimpulkan valid menurut hukum silogisme, keempat silogisme tersebut belum sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak dapat dikatakan sebagai silogisme yang benar (truth). Pada silogisme pertama, dikatakan bahwa “Foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia merupakan benda gaib” Pada kenyataannya, foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia dapat dijadikan sebagai hiasan ataupun sebagai media estetika saja, dan bukann merupakan benda gaib. Pada silogisme kedua, terdapat kalimat “Semua tempat peristirahatan dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran” yang tentunya tidak benar. Ini dikarenakan kurang lengkap/ jelasnya kalimat tersebut. Tempat peristirahatan dapat mencerminkan banyak tempat, seperti rumah, hotel, villa, ataupun kuburan. Sedangkan hotel ataupun rumah tidak/ belum tentu dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran. Pada silogisme ketiga, tepatnya di premis mayor “Semua kebudayaan lama telah bercampur satu sama lain” tidak mencakup seluruh anggota populasi, karena tidak semua kebudayaan lama telah bercampur satu sama lain. Masih ada banyak kebudayaan yang belum bercampur, karena dijaga dengan baik. Pada silogisme keempat, tertulis bahwa semua mahakarya seniman melahirkan tafsir artistik yang menyentuh tentang sejarah dan ingatan. Premis mayor pada silogisme keempat tentu saja salah, karena tidak semua mahakarya seniman menititkberatkan pada sejarah dan kilasan ingata. Terdapat mahakarya yang menyentuh tentang sejarah, tetapi tidak semua mahakarya menyentuh hal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat silogisme di atas tidak benar / truth. Ini dikarenakan semuanya memiliki kesalahan penalaran yang generelasinya terlalu luas, serta kurangnya data yang menjadi pendukung kebenaran dalam silogisme.
Sebagai saran, sebaiknya penulis wacana lebih berhati-hati dalam menulis suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut dapat mencantumkan bukti-bukti yang valid atas kebenaran yang ada. Ini dilakukan untuk memperkuat opini yang diberikan dan memberikan nilai truth pada silogisme.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Restrukturisasi wacana 2 “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami” :
Inti opini 1 : Mungkin bisa tetap menanjak, jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara, misalnya terjadi dengan Surakarta dan Jakarta.
PM : Semua daerah yang memiliki wakil yang memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara dengan pemimpin sebelumnya mungkin bisa tetap menanjak.
Pm : Daerah Surakarta dan Jakarta memiliki wakil yang memiliki kualitasb kepemimpinan yang kurang lebih setara dengan pemimpin sebelumnya.
K : Daerah Surakartas dan Jakarta mungkin bisa menanjak.
Inti opini 2 : Mungkin Jokowi adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat.
PM : Semua pemimpin Indonesia adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat.
Pm : Jokowi adalah pemimpin Indonesia.
K : Jokowi adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat.
Inti opini 3 : Fenomena “Jokowi” mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
PM : Semua fenomena kepemimpinan yang terjadi mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Pm : Fenomena “Jokowi” merupakan salah satu fenomena kepemimpinan yang terjadi.
K : Fenomena :Jokowi” mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Inti opini 4 : Bu Risma ditarik menjadi Menteri Kependudukan. Belum tentu Bu Risma bisa menjadikan kementeriannya “Hebat”. Sementara Surabaya yang sudah “Hebat” itu, mungkin malah jatuh merana karena ditinggal “ibu’-nya.
PM : Semua daerah yang ditinggal pemimpinnya yang “Hebat” mungkin malah jatuh.
Pm : Surabaya merupakan daerah yang ditinggalkan pemimpinya yang “Hebat”.
K : Surabaya mungkin malah jatuh.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
Tanggapan wacana 2 “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami” :
Wacana yang berjudul “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami” memiliki 6 inti opini yang dapat ditarik dari wacana tersebut. Inti opini yang telah dipilih dapat disusun dengan restrukturisasi penalaran silogisme seperti di atas. Dalam hal menganalisa restrukturisasi silogisme yang telah ada, perlu diperhatikan mengenai validasi dan truth (kebenaran) dalam kalimat-kalimat opini tersebut. Berdasarkan restrukturisasi yang telah dibuat, diketahui bahwa 6 kalimat opini di atas terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kalimat opini di atas valid (sahih) karena telah memenuhi kaidah silogisme yang dapat disusun menjadi pola penalaran silogisme. Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), misalnya restrukturisasi inti opini satu, dua, dan tiga pada bagian premis mayor menyatakan “Semua orang yang …..” tidak memiliki kebenaran yang yang mencakup seluruh populasi manusia. Hal ini disebabkan kualitas universal afirmatif yang dinyatakan dengan kata “semua” dan sejenisnya tidka selalu mutlak memberikan jaminan kebenaran.
Selain itu, terdapat 4 kalimat opini dengan kesalahan penalaran di dalamnya. Pada kalimat opini “Mungkin bisa tetap menanjak, jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara, misalnya terjadi dengan Surakarta dan Jakarta”. Pada kalimat ini terjadi kesalahan karena kalimat tersebut menggunakan istilah yang berprasangka untuk memberikan kritik kepada sasarannya. Kalimat opini tersebut berprasangka terhadap pemimpin yang akan menggatikan pepimpin Hebat pada daerah Surakarta dan Jakarta karena pemimpin yang lama ditarik oleh Jokowi sebagai kabinetnya. Seolah-olah pemimpin baru yang akan menjabat tidak memiliki kualitas yang setara dengan pemimpin lama. Prasangka lainnya, yaitu seolah-olah daerah yang dipimpin oleh pemimpin baru belum tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Padahal, Felix tidak mencantumkan eviden yang membuktikan pernyataan tersebut. Pada kalimat opini “Mungkin Jokowi adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat” terdapat kesalahan karena kalimat tersebut terdapat dorongan emosi. Hal ini karena, penalaran penulis wacana dipengaruhi oleh perasaan ketidaksukaannya terhadap keputusan Jokowi dari awal wacana sehingga terbawa dorongan “emosi” untuk menyatakan bahwa Jokowi adalah kesalahan sejarah. Selain itu, kesalahan penalaran lainnya terdapat pada kalimat opini “Fenomena ‘Jokowi’ mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia”, yaitu kesalahan hubungan kausal. Penalaran pada kalimat ini terjebak dalam kerangka berpikir bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnnya berhubungan dengan peristiwa yang sekarang. Felix sebagai penulis wacana menghubungkan fenomena Jokowi dengan fenomena yang terjadi pada Soekarno yang hanya terjadi satu kali. Padahal tidak terdapat bukti atau eviden yang memastikan bahwa fenomena Jokowi hanya terjadi satu kali di Indonesia. Sehingga kalimat opini ini tidak dapat dinyatakan kebenarannya. penulis juga menolak kalimat opini “Bu Risma ditarik menjadi Menteri Kependudukan. Belum tentu Bu Risma bisa menjadikan kementeriannya ‘Hebat’. Sementara Surabaya yang sudah ‘Hebat’ itu, mungkin malah jatuh merana karena ditinggal “ibu’-nya”. Kalimat opini ini tidak memiliki eviden yang mendukung opini tersebut. Tidak mungkin hanya karena ditinggal oleh pemimpin lama, daerah yang ditinggalan jatuh merana.
Vincensius Hans Kristian Pratama
BalasHapusXII IPA 1/30
Wacana 11
1. Kalimat opini :
a. Sebuah prism ( sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu saya fikir sedang terjadi.
b. Kedua-duanya sama-sama diperkosa dan diadili secara masif.
c. Yang intinya, cuma sekadar menjustifikasi guru SD yang member nilai 20 itu bloon.
d. Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik.
e. Penyebaran menjadi viral ketika akun memiliki ribuan atau jutaan teman atau follower.
f. Isu yang menjadi honeypot media.
g. Jarang saya kira ada murid SD yang kritis dan berani menyanggah gurunya.
2. Term
a. C = Sebuah prism (sudut pandang)
B = cenderung memperkosa satu ranah ilmu
A = sudut pandang ciptaan seseorang
b. C = kedua-duanya
B = diperkosa dan diadili secara massif
A = isu 4 x 6 dan 6 x 4
c. C = Justifikasi guru SD
B = yang memberi nilai 20 itu bloon
A = penyamaan guru SD
d. C = Kenetralan justifikasi
B = menyalahkan sistem dengan baik
A = Penyamaan pola berpikir
e. C = Penyebaran berita
B = menjadi viral
A = Berita yang disebarkan di akun social media
f. C = isu-isu
B = yang menjadi honeypot media
A = isu-isu yang diberitakan oleh media
g. C = Murid SD
B = tidak kritis dan berani menyanggah gurunya
A = Murid SD yang tinggal di sebuah Negara
3. Rekonstruksi
a. PM : Sudut pandang ciptaan seseorang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
Pm : Sebuah prism (sudut pandang) adalah sudut pandang ciptaan seseorang.
K : Sebuah prism (sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
b. PM : isu 4 x 6 dan 6 x 4 diperkosa dan diadili secara massif .
Pm : kedua-duanya merupakan isu 4 x 6 dan 6 x 4.
K : kedua-duanya diperkosa dan diadili secara massif.
c. PM : penyamaan guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
Pm : Justifikasi guru SD berarti penyamaan guru SD.
K : Justifikasi guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
d. PM : Penyamaan pola berpikir menyalahkan sistem dengan baik.
Pm : Kenetralan justifikasi artinya penyamaan pola berpikir.
K : Kenetralan justifikasi yang menyalahkan sistem dengan baik.
e. PM : Berita yang disebarkan di akun social media menjadi viral.
Pm : Penyebaran berita yang disebarkan di akun social media.
K : Penyebaran berita menjadi viral.
f. PM : Isu-isu yang diberitakan oleh media yang menjadi honeypot media.
Pm : Isu-isu yang diberitakan oleh media.
K : Isu-isu yang menjadi honeypot media.
g. PM : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara tidak kritis dan berani menyanggah
gurunya.
Pm : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara.
K : Murid SD tidak kritis dan berani menyanggah gurunya.
Nama : Fernanda Tianingsih
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 11
Tanggapan wacana 5
Setelah di analisis, wacana ini memiliki salah satu premis yang bernilai negatif. Namun meskipun begitu wacana ini valid atau sah karena dari semua kalimat opini yang telah di analisis semua nya telah memiliki term B sebagai predikat dalam premis mayor, term C sebagai subjek dalam premis minor dan term A sebagai penghubung antara term B dan term C. Selain itu wacana ini juga telah memiliki 3 proposisi (pernyataan) yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Salah satu premis yang bernilai negatif berpengaruh pada penarikan kesimpulan pada suatu kalimat yaitu kesimpulan yang didapat tidak sahih atau tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Di nilai dari kebenarannya (truth), wacana ini tidak bisa dikatakan benar karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Contohnya seperti pada kesimpulan silogisme yang pertama yaitu anjing patut diteladani. Anjing adalah hewan. Tidak semua hewan patut diteladani karena ada hewan yang liar yang terkadang dapat menyerang kita. Tidak semua anjing adalah hewan yang hidupnya bersih kecuali jika anjingnya adalah anjing peliharaan yang diurus pemiliknya. Anjing yang hidupnya diluar(dijalanan), hidup dengan sembarangan. Contohnya seperti pipis dan tidur di sembarang tempat. Kita manusia tidak sama dengan hewan karena kita adalah ciptaan Tuhan yang diberi akal untuk berpikir. Pada silogisme kedua yaitu manusia berahklak mulia, jika dinilai dari kebenarannya tidak bisa dikatakan benar karena tidak semua manusia berahklak mulia. Manusia dapat dikatakan berahklak mulia jika sikap, tindakannya, sopan santun dan moralnya baik. Sedangkan pada silogisme ketiga yaitu semua manusia tidak bisa hidup sendiri dalam analisa kebenarannya tidak dapat dikatakan benar karena tidak semua manusia tidak dapat hidup sendiri. Dan silogisme yang terakhir yaitu semua manusia adalah makhluk yang kuat dan tangguh. Jika dilihat dari kebenarannya, pernyataan tersebut tidak dapat dikatakan benar karena tidak semua manusia kuat dan tangguh. Tidak sedikit orang yang telah lanjut usia rapuh atau lemah. Mereka sudah tidak sekuat waktu mereka muda.
Dari banyak pernyataan dalam wacana ini, saya menolak pernyataan dari penulis karena penulis telah salah nalar. Contoh salah nalar si penulis ialah anjing patut diteladani. Menurut saya meskipun anjing tersebut mempunyai rasa dan perhatian yang baik kepada pemiliknya tetapi manusia tidak sama dengan anjing, sehingga anjing tidak bisa dijadikan panutan manusia. Selain itu penulis menggunakan generalisasi yang terlalu luas. Contohnya semua manusia adalah makhluk yang kuat dan tangguh. Generalisasi yang terlalu luas menyebabkan kesimpulan yang didapat sulit untuk dapat dibuktikan kebenarannya karena cangkupannya terlalu luas. Saran saya sebaiknya kata semua digantikan dengan kata beberapa atau sebagian sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu kepada penulis saya menyarankan agar penulis lebih memperhatikan kaidah-kaidah dalam silogisme dan menyertakan bukti yang kuat pada pernyataannya agar validitas dan kebenarannya dapat dipertangung jawabkan.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
lanjutan tanggapan wacana 2 "Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami"
Tanggapan penulis terhadap kalimat diatas yaitu, penulis setuju dengan kalimat bahwa Jokowi akan mengubah Indonesia dari good menjadi great. Hal ini dikarenakan kalimat pernyataan tersebut merupakan salah satu misi Jokwoi yang sudah memang terdapat bukti yang nyata. Sebenarnya pada wacana 2 telah memiliki kelebihan dengan menyertakan kalimat pendukung terhadap semua opini yang dinyatakan. Oleh karena itu, solusi yang penulis berikan, yaitu lebih baik jika inti opini dalam wacana disertai dengan eviden – eviden yang telah teruji, penalaran yang dilakukan tidka terjebak dengan kejadian masa lalu yang mempengaruhi masa sekarang, serta terlalu dipengaruhi oleh pandangan subjektif dan emosi.
Nama : Yohana Lita
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 34
Wacana 13
1. Term A : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa
Term B : dianggap rancu
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang dibahas dan diperkosa.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap rancu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang dibahas bahkan diperkosa dianggap rancu.
2. Term A : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis
Term B : dianggap serupa namun tidak sama
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula
matematis.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 dianggap serupa namun tidak sama.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua artikel yang dianalisa dengan kuotasi atau formula matematis dianggap serupa namun tidak sama.
3. Term A : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca
Term B : akan dibedah
Term C : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
Pm : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 termasuk logika yang secara umum sudah bisa terbaca.
Kesimpulan : Logika soal 4 x 6 = 6 x 4 akan dibedah.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua logika yang secara umum sudah bisa terbaca akan dibedah.
4. Term A : Semua guru yang memberi nilai 20
Term B : patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan
Term C : Guru Matematika SD
Restrukturisasi
PM : Semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Pm : Guru Matematika SD termasuk guru yang memberi nilai 20.
Kesimpulan : Guru Matematika SD patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua guru yang memberi nilai 20 patut dijustifikasi atau disalahkan dalam sistem pendidikan.
5. Term A : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa
Term B : cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu
Term C : Ranah Dekonstruksi
Restrukturisasi
PM : Semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Pm : Ranah Dekonstruksi termasuk ranah yang ditolak dan sempat diperkosa.
Kesimpulan : Ranah Dekonstruksi cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua ranah yang ditolak dan sempat diperkosa cenderung sesat dan jauh dari universalitas dan ontologi ilmu.
6. Term A : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara masif
Term B : memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya
Term C : Logika 4 x 6 = 6 x 4
Restrukturisasi
PM : Semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Pm : Logika 4 x 6 = 6 x 4 termasuk isu yang diperkosa dan diadili secara massif.
Kesimpulan : Logika 4 x 6 = 6 x 4 memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua isu yang diperkosa dan diadili secara massif memiliki perbedaan cakupan kontekstualnya.
7. Term A : Semua sudut pandang yang berbeda
Term B : sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4
Term C : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial
Restrukturisasi
PM : Semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial berasal dari sudut pandang yang berbeda.
Kesimpulan : Kandidat doctor fisika, pemerhati pendidik, budayawan, dan pengamat ilmu sosial sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Analisa
Validasi : Valid
Truth : Tidak benar
Kesalahan : Tidak semua sudut pandang yang berbeda sudah memperkosa dan mengadili logika 4 x 6 = 6 x 4.
Nama : Fernanda Tianingsih
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 11
Analisis wacana 6
Kalimat opini 1
Bicara soal cinta tidak akan pernah ada habis-habisnya, hanya mendengarkan saja terasa menyejukkan apalagi mampu mengurai makna cinta lewat kata-kata yang indah.
Term
Term A : Semua pembicaraan yang tidak akan pernah ada habisnya
Term B : Terasa menyejukan
Term C : Bicara soal cinta
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua pembicaraan yang tidak akan pernah ada habisnya(A) terasa menyejukan(B)
Premis Minor : Bicara soal cinta(C) tidak akan pernah ada habisnya(A)
Kesimpulan : Bicara soal cinta(C) terasa menyejukan(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena meskipun terdapat salah satu premis yang bernilai negatif namun kalimat tersebut telah memenuhi kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 2
Cinta itu materialis, karena kalau cuma makan tuh cinta, tak aka ada kenyang-kenyangnya.
Term
Term A : Semua perasaan
Term B : materialis
Term C : Cinta
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua perasaan(A) itu materialis(B)
Premis Minor : Cinta(C) adalah perasaan(A)
Kesimpulan : Cinta(C) itu materialis(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 3
Cinta itu ngga’ neko-neko, apa adanya, karena punyamu punyaku jua
Term
Term A : Semua perasaan yang apa adanya
Term B : Berarti punyamu punyaku jua
Term C : Cinta
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua perasaan yang apa adanya(A) berarti punyamu punyaku jua(B)
Premis Minor : Cinta(C) itu apa adanya(A)
Kesimpulan : Cinta(C) berarti punyamu punyaku jua(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Kalimat opini 4
Hanya Cinta yang mampu menampung segalanya.
Term
Term A : Semua perasaan
Term B : Mampu menampung segalanya
Term C : Cinta
Restrukturisasikan
Premis Mayor : Semua perasaan(A) mampu menampung segalanya(B)
Premis Minor : Cinta(C) adalah perasaan(A)
Kesimpulan : Cinta(C) mampu menampung segalanya(B)
Analisis
1. Validitas
Kalimat opini tersebut sah karena telah memenuhi kaidah-kaidah dalam silogisme yaitu mempunyai premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Truth
Kebenaran kalimat tersebut tidak bisa dikatakan truth(benar) karena beberapa silogisme tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Nama : Apriyani Supia Dewi
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 04
lanjutan tanggapan wacana 2 "Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami"
Tanggapan penulis terhadap kalimat diatas yaitu, penulis setuju dengan kalimat bahwa Jokowi akan mengubah Indonesia dari good menjadi great. Hal ini dikarenakan kalimat pernyataan tersebut merupakan salah satu misi Jokwoi yang sudah memang terdapat bukti yang nyata. Sebenarnya pada wacana 2 telah memiliki kelebihan dengan menyertakan kalimat pendukung terhadap semua opini yang dinyatakan. Oleh karena itu, solusi yang penulis berikan, yaitu lebih baik jika inti opini dalam wacana disertai dengan eviden – eviden yang telah teruji, penalaran yang dilakukan tidka terjebak dengan kejadian masa lalu yang mempengaruhi masa sekarang, serta terlalu dipengaruhi oleh pandangan subjektif dan emosi.
Sekaian analisa, penolakan, tanggapan, dan solusi yang penulis berikan terhadap wacana 2. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan kata – kata yang menyinggung atau tidak berkenan. Terimakasih.
Nama : Fernanda Tianingsih
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 11
Tanggapan wacana 6
Wacana ini jika dianalisis dari validitasnya wacana ini sah(valid) karena memiliki 3 proposisi (pernyataan) yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Namun salah satu premis dalam wacana ini ada yang bernilai negatif yang berarti kesimpulan yang didapatkan tidak sahih atau tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selain itu wacana ini telah memiliki term B sebagai predikat dalam premis mayor, term C sebagai subjek dalam premis minor dan term A sebagai penghubung antara term B dan term C.
Setelah sebagian pernyataan dari wacana ini dianalisis kebenarannya, maka didapatkan wacana ini tidak dapat dikatakan benar. Yang menjadikan alasan kenapa wacana ini tidak benar yaitu karena subjek yang digunakan dalam premis terlalu luas cangkupannya yaitu dengan memakai kata semua. Selain itu kebenaran dalam suatu pernyataan itu juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Contohnya seperti pada kesimpulan silogisme yang pertama yaitu bicara soal cinta terasa menyejukan. Pembicaraan soal cinta memang terasa menyenangkan dan menyejukan tetapi jika dalam suasana sedang jatuh cinta. Sedangkan jika pada suasana cinta yang sakit hati atau dilema, perasaan hati tidak akan menjadi sejuk bahkan terasa bimbang dan bisa saja menjadi perasaan dengki. Tidak selalu perasaan soal cinta itu menyejukan, semua tergantung dari susana apa yang sedang terjadi saat itu. Untuk silogisme kedua yaitu cinta itu materialis. Pernyataan tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak semua cinta itu materialistis. Cinta yang benar-benar tulus tidak akan mencari pasangan dari apa yang orang tersebut punya, tetapi cinta yang tulus akan menerima pasangannya apa adanya. Cinta yang sebenarnya adalah cinta yang membawa kebahagiaan dan kenyamanan bukan dari segi materialis. Sedangkan jika pada silogisme ketiga yaitu cinta berarti punyamu punyaku jua, nilai truth(kebenarannya) tidak dapat dikatakan benar karena cinta yang mengartikan punyamu punyaku jua berarti cinta tersebut memaksakan. Cinta memang harus berbagi tetapi jika salah satunya dirugikan atau hanya salah satunya yang berusaha itu bukanlah maksud cinta yang sebenarnya. Dan silogisme yang terakhir yaitu cinta mampu menampung segalanya. Menurut saya pernyataan tersebut tidak bisa dikatakan benar karena pernyataan tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu penulis kurang menjelaskan apa maksud dari pernyataan tersebut, apa yang dapat ditampung cinta.
Dalam wacana ini, saya menolak pernyataan dari penulis karena subjek/objek yang diambil penulis terlalu luas (generalisasi yang terlalu luas). Contohnya cinta mampu menampung segalanya. Generalisasi yang terlalu luas menyebabkan kesimpulan yang didapat sulit untuk dapat dibuktikan kebenarannya karena cangkupannya terlalu luas. Selain itu penulis penulis telah salah nalar. Contoh salah nalar si penulis ialah cinta berarti punyamu punyaku jua. Menurut saya cinta bukan berarti punyamu punyaku juga karena tidak semua hal harus dibagikan kepada pasangan kita. Saran saya kepada penulis agar penulis lebih memperhatikan kaidah-kaidah dalam silogisme dan menyertakan bukti yang kuat pada pernyataannya agar validitas dan kebenarannya dapat dipertangung jawabkan.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Premis minor: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya adalah anjing.
Kesimpulan: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Term A: Anjing.
Term B: Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya.
Term C: Hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua orang baik adalah pelayan yang baik.
Premis minor: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan oleh orang baik.
Kesimpulan: Pelayan yang baik kelak mendapat imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan.
Term A: Orang baik.
Term B: Pelayan yang baik.
Term C: Imbalan yang sesuai dengan yang dikorbankan didapatkan.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis minor: Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan: Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
Term A: Manusia.
Term B: Makhluk sosial.
Term C: Tidak bisa hidup sendirian.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 5 (lanjutan)
2. Tanggapan dan Penolakan
Menurut penulis, restrukturisasi inti-inti opini pada wacana yang berjudul "Alkisah Asu" menunjukan bahwa opini-opini tersebut sah atau valid. Hali ini dapat dilihat dengan adanya term A, B, dan C pada opini yang dapat direstukturisasi menjadi premis mayor, premis minor, dan kesimpulan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran silogisme. Namun, inti-inti opini tersebut belum memiliki kebenaran atau truth. Secara umum, kesalahan terletak pada premis mayor. Namun ada juga inti opini yang memiliki kesalahan pada kesimpulan. Misalnya pada inti opini pertama, kesalahan terdapat pada premis mayor yang berbunyi, "Semua anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya" dan kesimpulan yang berbunyi, "Hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya adalah hewan yang rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya." Belum tentu semua anjing adalah hewan yang cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya ataupun hewan cerdas yang bisa dilatih dan mencintai pemiliknya rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya. Kesalahan inti opini yang lain ada pada inti opini 2 karena tidak dapat berlaku bagi semua anggota populasi.
Penulis kurang sependapat dengan penulis wacana di atas. Penulis melihat adanya kelemahan dalam pola pikir dan opini yang disampaikan dalam wacana di atas. Kelemahan itu adalah adanya kesalahan substansi yaitu generalisasi yang terlalu luas cakupannya atau premis yang tidak dibatasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kesalahan pada premis mayor dari setiap inti opini, yang tidak dapat berlaku bagi semua anggota dari sebuah komunitas. Kesalahan ini terjadi karena kurang cermatnya penulis wacana dalam memahami syarat-syarat silogisme, sehingga premis-premis yang digunakan tidak dibatasi. Hal ini menyebabkan adanya penarikan kesimpulan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Buktinya adalah kesalahan pada premis mayor yang mengakibatkan kesalahan penarikan kesimpulan pada inti opini pertama. Selain itu, dalam menyampaikan pendapatnya, penulis wacana juga menggunakan bahasa non-formal, misalnya 'ndak', 'bayangin'. 'hayyoo', 'ngeliat', 'ssttt', dan '*padahal' serta tidak menggunakan kata 'saya', melainkan 'aku'.
Berdasarkan kelemahan atau kesalahan pola pikir atau penalaran dan pendapat pada wacana di atas, penulis menyarankan agar penulis wacana memperhatikan dan mencermati syarat-syarat silogisme. Namun, bukan hanya syarat-syarat silogisme yang harus diperhatikan, melainkan juga adanya premis yang dibatasi. Selain itu, penulis juga menyarankan agar penulis wacana menggunakan bahasa yang lebih formal, sehingga pembaca lebih mudah mengerti apa yang penulis wacana ingin sampaikan. Penulis berharap agar saran ini dapat bermanfaat bagi penulis wacana untuk penulisan opini yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Nama : Cindy Yovita
BalasHapusXII IPA 1/ No. 5
Wacana 2
1. Seorang pemimpin yang sukses membawa satu unit menjadi hebat, belum tentu berhasil menjadikan unit lain hebat.
Premis mayor: Semua pemimpin yang sukses tentu menjadikan unit lain menjadi
A
hebat dan memberi pengarahan yang baik bagi pekerjanya.
B
Premis minor : Pimpinan yang sukses tentu menjadikan unit lain menjadi hebat.
C A
Kesimpulan : Pemimpin yang sukses memberi pengarahan yang baik bagi pekerjanya.
C B
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua pemimpin yang sukses tentu menjadikan unit lain menjadi hebat dan memberi pengarahan yang baik bagi pekerjanya. ” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor Karena tidak tidak semua pemimpin yang sukses memberikan pengarahan yang baik bagi pekerjanya. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
2. Karena unit hebat yang ditinggalkannya merosot lagi menjadi tidak hebat.
Premis mayor: Semua unit yang hebat akan merosot menjadi tidak hebat
A
bila ditinggalkan pemimpinnya yang sukses .
B
Premis minor : Unit yang hebat akan merosot menjadi tidak hebat.
C A
Kesimpulan : Unit yang hebat ditinggalkan pemimpinnya yang sukses.
C B
a. Kalimat di atas sesuai dengan aturan silogisme karena terdiri dari 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
b. Valid :
Pada premis mayor dikatakan “Semua unit yang hebat akan merosot menjadi tidak hebat bila ditinggalkan pemimpinnya yang sukses. ” Hal ini tidak dapat diukur kebenarannya karena tidak mencakup seluruh populasi.
c. Tanggapan :
Kalimat di atas sudah memenuhi persyaratan silogisme. Karena kalimat di atas sudah terdiri dari 3 proporsi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat di atas tidak memiliki kebenaran. Hal ini ditunjukan pada premis mayor karena tidak semua unit akan merosot ketika ditinggal pemimpinya yang sukses. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran kalimat tersebut tidak mencakup seluruh pupulasi luas.
Menurut penulis, opini yang disampaikan hanya mencakup beberapa populasi dan tidak tertuju pada seluruh populasi.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 6
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor: Hijau dedaunan itu menyejukan.
Premis minor: Cinta itu menumbuhkan hijau dedaunan.
Kesimpulan: Cinta itu menyejukan.
1.2 Inti opini 2
Premis mayor: Semua wadah mampu menampung segalanya.
Premis minor: Cinta adalah wadah.
Kesimpulan: Cinta mampu menampung segalanya.
1.3 Inti opini 3
Premis mayor: Jika disiram dengan kasih dan sayang, bunga akan bermekaran.
Premis minor: Cinta bermekaran seperti bunga jika disiram dengan kasih dan sayang.
Kesimpulan: Cinta itu bunga.
1.4 Inti opini 4
Premis mayor: Semua orang yang setia mampu menjaga apa yang harus dijaga.
Premis minor: Cinta dimiliki orang setia.
Kesimpulan: Cinta mampu menjaga apa yang harus dijaga.
1.5 Inti opini 5
Premis mayor: Semua hal yang suci dilambangkan dengan warna putih.
Premis minor: Cinta itu suci.
Kesimpulan: Cinta itu dilambangkan dengan warna putih.
1.6 Inti opini 6
Premis mayor: Semua sungai yang mengalir tidak bisa dihentikan.
Premis minor: Ketulusan cinta itu seperti sungai yang mengalir.
Kesimpulan: Ketulusan cinta tidak bisa dihentikan.
1.7 Inti opini 7
Premis mayor: Semua perasaan hati adalah milik bersama.
Premis minor: Cinta itu perasaan hati.
Kesimpulan: Cinta itu milik bersama.
1.8 Inti opini 8
Premis mayor: Semua kapas itu lembut.
Premis minor: Cinta itu seperti kapas.
Kesimpulan: Cinta itu lembut.
Vincensius Hans Kristian Pratama
BalasHapusXII IPA 1/30
Wacana 11
1. Kalimat opini :
a. Sebuah prism ( sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu saya fikir sedang terjadi.
b. Kedua-duanya sama-sama diperkosa dan diadili secara masif.
c. Yang intinya, cuma sekadar menjustifikasi guru SD yang member nilai 20 itu bloon.
d. Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem lebih dianggap baik.
e. Penyebaran menjadi viral ketika akun memiliki ribuan atau jutaan teman atau follower.
f. Isu yang menjadi honeypot media.
g. Jarang saya kira ada murid SD yang kritis dan berani menyanggah gurunya.
2. Term
a. C = Sebuah prism (sudut pandang)
B = cenderung memperkosa satu ranah ilmu
A = sudut pandang ciptaan seseorang
b. C = kedua-duanya
B = diperkosa dan diadili secara massif
A = isu 4 x 6 dan 6 x 4
c. C = Justifikasi guru SD
B = yang memberi nilai 20 itu bloon
A = penyamaan guru SD
d. C = Kenetralan justifikasi
B = menyalahkan sistem dengan baik
A = Penyamaan pola berpikir
e. C = Penyebaran berita
B = menjadi viral
A = Berita yang disebarkan di akun social media
f. C = isu-isu
B = yang menjadi honeypot media
A = isu-isu yang diberitakan oleh media
g. C = Murid SD
B = tidak kritis dan berani menyanggah gurunya
A = Murid SD yang tinggal di sebuah Negara
3. Rekonstruksi
a. PM : Sudut pandang ciptaan seseorang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
Pm : Sebuah prism (sudut pandang) adalah sudut pandang ciptaan seseorang.
K : Sebuah prism (sudut pandang) yang cenderung memperkosa satu ranah ilmu.
b. PM : isu 4 x 6 dan 6 x 4 diperkosa dan diadili secara massif .
Pm : kedua-duanya merupakan isu 4 x 6 dan 6 x 4.
K : kedua-duanya diperkosa dan diadili secara massif.
c. PM : penyamaan guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
Pm : Justifikasi guru SD berarti penyamaan guru SD.
K : Justifikasi guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
d. PM : Penyamaan pola berpikir menyalahkan sistem dengan baik.
Pm : Kenetralan justifikasi artinya penyamaan pola berpikir.
K : Kenetralan justifikasi yang menyalahkan sistem dengan baik.
e. PM : Berita yang disebarkan di akun social media menjadi viral.
Pm : Penyebaran berita yang disebarkan di akun social media.
K : Penyebaran berita menjadi viral.
f. PM : Isu-isu yang diberitakan oleh media yang menjadi honeypot media.
Pm : Isu-isu yang diberitakan oleh media.
K : Isu-isu yang menjadi honeypot media.
g. PM : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara tidak kritis dan berani menyanggah
gurunya.
Pm : Murid SD yang tinggal di sebuah Negara.
K : Murid SD tidak kritis dan berani menyanggah gurunya.
Nama: Ivan Nata Prawira
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 1/15
Wacana 6 (lanjutan)
2. Tanggapan dan Penolakan
Menurut penulis, berdasarkan restrukturisasi inti-inti opini pada wacana yang berjudul “Slogan-Slogan Cinta-2”, dapat dilihat bahwa tidak semua dari opini-opini yang disampaikan penulis wacana adalah sah atau valid. Hal itu disebabkan karena pada inti opini 6, salah satu premisnya negatif, yaitu premis mayor yang berbunyi “Semua sungai tidak bisa dihentikan”. Maka kesimpulan opini 6 tidak dapat ditarik, maka hal ini tidak sesuai dengan kaidah silogisme dan tidak sah atau tidak valid. Suatu opini yang tidak sah atau tidak valid berarti tidak memiliki kebenaran atau truth.
Namun, sebagian opini yang sah atau valid pada wacana di atas tidak memiliki kebenaran atau truth. Semua kesalahannya terletak pada premis mayor, dimana premis mayor tidak dapat berlaku bagi semua anggota dari suatu komunitas. Sebagai contoh, pada inti opini 1, premis mayor yang berbunyi “Hijau dedaunan itu menyejukan”. Padahal belum tentu semua dedaunan hijau menyejukan. Contoh lainnya adalah premis mayor pada inti opini ketujuh yang berbunyi “Semua perasaan hati adalah milik bersama”. Padahal belum tentu hal itu dapat terjadi, karena ada kemungkinan bahwa perasaan setiap orang berbeda-beda.
Berkaitan dengan pola pikir dan pendapat, maka opini dalam wacana ini masih memiliki kelemahan yang membuat penulis kurang menyetujui opini ini. Penulis wacana ini merasa slogan cintanya adalah sangat baik, sampai penulis wacana membuat slogan cintanya yang kedua. Dalam wacana ini, ada juga penggunaan kata-kata yang tidak baku, seperti 'tuh', 'kan', dan 'ngaa''. Selain itu, premis mayor inti opini 6, yaitu,"Semua sungai yang mengalir tidak bisa dihentikan". Ada sungai yang arusnya deras sehingga tidak bisa dihentikan, namu ada juga yang arusnya lemah, sehingga bisa dihentikan.
Penulis menyarankan agar penulis wacana memperhatikan kaidah-kaidah silogisme dalam mengeluarkan opini. Namun, penulis juga perlu memperhatikan pemilihan kata-kata yang baku atau tidak baku. Selain itu, premis yang digunakan tidak tidak terlalu luas, Dengan begitu, kesimpulan yang dihasilkan adalah sah dan juga memiliki kebenaran. Penulis berharap agar saran ini bermanfaat bagi penulisas wacana opini selanjutnya agar dapat dipertanggungjawabkan.
Lanjutan wacana 11 Vincensius Hans
BalasHapus4. Analisis
a. Kalimat tersebut sudah menjadi kalimat silogisme karena sudah memiliki 3 bagian. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena hanya menjadi pemikiran satu orang.
b. Kalimat sudah merupakan kalimat silogisme karena sudah memiliki bagian premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga menjadi valid. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena populasi yang dicantumkan terlalu besar.
c. Kalimat di atas sudah menjadi silogisme karena sudah terbentuk 3 bagian. Tapi, kebenaran tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya pembuktian fakta.
d. Kalimat di atas sudah menjadi silogisme dan memiliki kebenaran.
e. Kalimat di atas sudah merupakan silogisme yang benar.
f. Kalimat di atas merupakan silogisme namun, tidak mempunyai kebenaran karena tidak semua isu menjadi honeypot oleh media.
g. Kalimat diatas sudah menjadi kalimat silogisme karena sudah memiliki 3 bagian. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena tidak ada fakta yang logis mengenai pernyataan tersebut.
5. Tanggapan
Kalimat – kalimat silogisme di atas sudah dikatakan valid atau sahih. Hal tersebut dibuktikan dengan pemenuhan syarat silogisme yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Meskipun ada bagian dari kalimat opini yang benar namun, ada kalimat silogisme yang salah karena tidak mempunyai kebenaran. Kebenaran tersebut tidak terbukti karena tidak adanya fakta yang logis.
Sarannya ialah sebaiknya gunakan populasi yang lebih tepat. Populasi yang tepat ialah dengan menggunakan populasi yang konkret seperti persentase.
Vincensius Hans Kristian Pratama
BalasHapusXII IPA 1/30
1. Kalimat opini :
a. Sebanyak 191 kotak itu disusun melingkar bak sebuah monument.
b. Kita seperti dibawa ke sebuah kuburan peranakan tionghoa yang dipenuhi hawa-hawa dingin dengan kegetiran akibat pembantaian itu.
c. Karya – karya FX Harsono memang menggugah ingatan kita untuk terus merawat akal sehat dan menolak lupa terhadap sesuatu kejadian kelam yang pernah terjadi di lingkungan sekitar kita.
2. Term
a. C = Sebanyak 191 kotak
B = disusun melingkar bak sebuah monumen
A = 191 kotak yang berisi foto
b. C = Kita
B = dibawa ke sebuah kuburan peranakan tionghoa
A = para pengunjung monumen bong belung
c. C = Karya – karya FX Harsono
B = menggugah ingatan kita
A = karya seni dari seorang seniman terkenal
3. Rekonstruksi
a. PM : 191 kotak yang berisi foto disusun melingkat bak sebuah monument.
Pm : sebanyak 191 kotak yang berisi foto.
K : Sebanyak 191 kotak disusun melingkar bak sebuah monument.
b. PM : Para pengunjung monument bong belung dibawa ke sebuah kuburan peranakn
Tionghoa.
Pm : Kita merupakan pengunjung monument mong belung.
K : Kita dibawa ke sebuah kuburan peranakan tionghoa.
c. PM : Karya seni dari seorang seniman terkenal menggugah ingatan kita.
Pm : Karya – karya FX Harsono merupakan karya seni dari seorang seniman
terkenal.
K : Karya – karya FX Harsono menggugah ingatan kita.
4. Analisis
a. Kalimat tersebut sudah menjadi kalimat silogisme karena sudah memiliki 3 bagian dan juga sudah benar.
b. Kalimat sudah merupakan kalimat silogisme karena sudah memiliki bagian premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga menjadi valid. Namun, kalimat tersebut tidak mempunyai kebenaran karena populasi yang dicantumkan terlalu besar.
c. Kalimat di atas sudah menjadi silogisme karena sudah terbentuk 3 bagian. Tapi, kebenaran tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya pembuktian fakta.
5. Tanggapan
Kalimat – kalimat silogisme di atas sudah dikatakan valid atau sahih. Hal tersebut dibuktikan dengan pemenuhan syarat silogisme yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Ada kalimat silogisme yang salah karena tidak mempunyai kebenaran. Kebenaran tersebut tidak terbukti karena tidak adanya fakta yang logis.
Sarannya ialah sebaiknya gunakan populasi yang lebih tepat. Populasi yang tepat ialah dengan menggunakan populasi yang konkret seperti persentase.
Nama : Kevin
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No : 16
wacana 7
1. Opini : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran matematika. Dalam cara baru ini, caranya atau jalannya itu sama pentingnya dengan hasilnya
Termnya :
c : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
a : dalam cara baru ini
b: cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
Restrukturalisasi :
Prmis mayor a=b : dalam cara baru ini cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya
Premis minor a=c : dalam cara baru ini bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
Kesimpulan c=b : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
2. Opini : Nah yang hendak diraih dari pelajaran matematika ini adalah mendidik siswa untuk berpikir sistematis
C : pelajaran matematika
A : yang hendak d raih
B : mendidik siswa untuk berpikir sistematis
Restrukturalisasi
Premis mayor : yang hendak d raih adalah mendidik siswa berpikir sistematis.
Premis minor : yang hendak d raih dari pelajaran matematika
Kesimpulan: pelajaran matematika mendidik siswa untuk berpikir sistematis
3. Opini : Maunya kurikulum adalah guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
Termnya :
C : maunya kurikulum
B: melalui pelajaran matematika
A : guru” mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis
Premis mayor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika
Premis minor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis maunya kurikulum
Kesimpulan : maunya kurikulum melalui pelajaran matematika
4. Opini : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota semestinya harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Termnya
a: Para Kepala Sekolah dan para pejabat
c : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
b : harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis mayor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis minor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
Kesimpulan : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota harus mewaspadai hal-hal kecil ini
5. Opini : Bu Guru yang bersangkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa.
C: bu guru
A : yang bersngkutan
B : tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis mayor : yang bersngkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis minor : yang bersngkutan adalah bu guru
Kesimpulan : bu guru tidak menyadari dampak psikologis pada siswa
6. Opini : Bu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru.
C : bu guru yang bersangkutan
B : yang mengajarkan matematika cara baru
A : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini
Premis mayor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru
Premis minor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini adalah bu guru yang bersangkutan
Kesimpulan : bu guru yang bersangkutan yang mengajarkan matematika cara baru
7. Opini : Semoga saja semua pihak yang berkepentingan menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran.
C : kasus habibi
B : sebagai pembelajaran
A : semua pihak yang berkepentingan
Preis mayor : semua pihak yang berkepentingan menjadikan pembelajaran
Premis minor : semua pihak yang berkepentingan pada kasus habibi
Kesimpulan : kasus habibi dijadikan sebagai pembelajaran
Kevin/XII IPA 1/ 16
BalasHapus1. Opini : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran matematika. Dalam cara baru ini, caranya atau jalannya itu sama pentingnya dengan hasilnya
Termnya :
c : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
a : dalam cara baru ini
b: cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
Restrukturalisasi :
Prmis mayor a=b : dalam cara baru ini cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya
Premis minor a=c : dalam cara baru ini bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
Kesimpulan c=b : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
2. Opini : Nah yang hendak diraih dari pelajaran matematika ini adalah mendidik siswa untuk berpikir sistematis
C : pelajaran matematika
A : yang hendak d raih
B : mendidik siswa untuk berpikir sistematis
Restrukturalisasi
Premis mayor : yang hendak d raih adalah mendidik siswa berpikir sistematis.
Premis minor : yang hendak d raih dari pelajaran matematika
Kesimpulan: pelajaran matematika mendidik siswa untuk berpikir sistematis
3. Opini : Maunya kurikulum adalah guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
Termnya :
C : maunya kurikulum
B: melalui pelajaran matematika
A : guru” mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis
Premis mayor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika
Premis minor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis maunya kurikulum
Kesimpulan : maunya kurikulum melalui pelajaran matematika
4. Opini : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota semestinya harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Termnya
a: Para Kepala Sekolah dan para pejabat
c : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
b : harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis mayor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis minor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
Kesimpulan : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota harus mewaspadai hal-hal kecil ini
5. Opini : Bu Guru yang bersangkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa.
C: bu guru
A : yang bersngkutan
B : tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis mayor : yang bersngkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis minor : yang bersngkutan adalah bu guru
Kesimpulan : bu guru tidak menyadari dampak psikologis pada siswa
6. Opini : Bu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru.
C : bu guru yang bersangkutan
B : yang mengajarkan matematika cara baru
A : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini
Premis mayor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru
Premis minor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini adalah bu guru yang bersangkutan
Kesimpulan : bu guru yang bersangkutan yang mengajarkan matematika cara baru
7. Opini : Semoga saja semua pihak yang berkepentingan menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran.
C : kasus habibi
B : sebagai pembelajaran
A : semua pihak yang berkepentingan
Preis mayor : semua pihak yang berkepentingan menjadikan pembelajaran
Premis minor : semua pihak yang berkepentingan pada kasus habibi
Kesimpulan : kasus habibi dijadikan sebagai pembelajaran
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
Wacana 7
1. Kalimat opini :Nah yang hendak diraih dari pelajaran matematika ini adalah mendidik siswa untuk berpkir sistematis.
Intiopini :Pelajaran Matematika hendaknya mendidik siswa berpikir sistematis.
PM :Semua pelajaran sekolah dasar hendaknya mendidik siswa berpikir sistematis.
Pm :Matematika merupakan salah satu dari semua pelajaran sekolah dasar.
Kesimpulan :Matematika hendaknya mendidik siswa berpikir sistematis.
2. Kalimat opini :Padahal di sisi lain, bu guru mengajarkan metode baru dala pelajaran matematika.
Inti opini :Bu Guru mengajarkan metode baru dalam pelajaran matematika.
PM :Semua guru SD mendidik para muridnya dengan metode baru dalam pelajaran matemaika.
Pm :Guru itu menddik para muridnya.
Kesimpulan :Guru itu mengajarkan metode baru dalam pelajaran matematika.
3. Kalimat opini : Maunya kurikulum adalah guru-guru yang mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
Inti opini: kurikulum 2013 menginginkan guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
PM : Semua kurikulum yang menginginkan guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
Pm: Kurikulum 2013 merupakan salah satu dari kurikulum yang ada.
Kesimpulan : Kurikulum 2013 2013 menginginkan guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
4. Kalimat opini : Bu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri iniyang mengajarkan matematika cara baru.
Inti Opini :Salah satu guru SD yang ada di negeri ini mengajarkan matematika cara baru.
PM : Semua guru SD di negeri ini mendidik para muridnya dengan mengajarkan matematika dnegan cara baru.
Pm : Guru SD itu mendidik para muridnya.
Kesimpulan : Guru SD itu mengajarkan matematika dnegan cara baru.
5. Kalimat opini : Guru-guru SD yang sudah dibekali dengan psikologi anak, tentu tidak boleh melupakan bahwa mereka harus bijak menyampaikan penjelasan ketika siswa ternyata menggunakan cara lama dan juga benar.
Inti Opini : Guru-guru SD dibekali psikologi anak haruslah bersikap bijak ketika menyampaikan penjelasan ketika siswa menggunakan cara lama dna benar.
PM : Semua guru di berbagai tingkatan sekolah dibekali psikologi anak haruslah bersikap bijak ketika menyampaikan penjelasan ketika siswa menggunakan cara lama dna benar.
Pm : Guru-guru SD merupakan salah salah satu dianatar guru-guru di berbagai tingkatan sekolah.
Kesimpulan : Guru-guru SD dibekali psikologi anak haruslah bersikap bijak ketika menyampaikan penjelasan ketika siswa menggunakan cara lama dna benar
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
Tanggapan terhadap wacana 7 :
Berdasarkan hasil analisa yang telah penulis lakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 7 telah sesuai dengan kaidah atau aturan silogisme atau dapat dikatakan valid dan truthHal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat-kalimat opini tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur. Hal itu dapat ditunjukkan pada kalimat “Semua guru SD mendidik para muridnya dengan metode baru dalam pelajaran matemaika.” yang berada pada restrukturisasi premis mayor kedua tidak mencakup jangkauan luas dan belum terukur kebenarannya, karena tidaksemua guru SD mendidik para muridnya dengan metode baru dalam pelajaran matemaika., tetapi tergantung pada cara yang nyaman bagi para guru dengan muridnya dalam proses pemebelajaran.Menurut penulis kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya.Kalimat “Semua kurikulum yang menginginkan guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika” yang terdapat pada restrukturisasi premis mayor ketiga tidak terukur kebenarannya dan tidak mencakup cakupan luas, karena tidak semua kurikulum yang menginginkan guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika. Tidak hanya dalam pembelajaran matematika harus menggunakan konsep logis dan sistematis melainkan pelajaran yang lainnya.Menurut penulis terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya.Kalimat “Semua guru SD di negeri ini mendidik para muridnya dengan mengajarkan matematika dengan cara baru” yang terdapat pada restrukturisasi premis mayor keempat tidak terukur kebenarannya, karena tidak semua guru SD di negeri ini mendidik para muridnya dengan mengajarkan matematika dnegan cara baru.Menurut penulisterdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnyaa.Kalimat “Semua guru di berbagai tingkatan sekolah dibekali psikologi anak haruslah bersikap bijak ketika menyampaikan penjelasan ketika siswa menggunakan cara lama dan benar”, yang terdapat pada restrukturisasi premis mayor kelima tidak terukur kebenarannya dan belum memenuhi cakupan yang luas karena tidak semua guru di berbagai tingkatan sekolah dibekali psikologi anak haruslah bersikap bijak ketika menyampaikan penjelasan ketika siswa menggunakan cara lama dan benar. Kalimat
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
lanjutan wacana tanggapan 7
itu membuat tafsiran bahwa adanya cara yang digunakan untuk membangkitkan rasa kasihan sehingga menjadi kalimat yang belum memiliki kebenaran.
Saran terhadap kalimat-kalimat dalam wacana 7 yaitu kalimat-kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata-kata lain yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna/arti yang sama serta menggunakan kebenaran yang mencakup populasi manusia dan aspek kehidupan.bukan menggunakan opini atau pendapat sesorang yang bersifat subyektif.
Penolakan terhadap wacana 7
Kalimat “Maunya kurikulum adalah guru-guru yang mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.” Menurut penulis hal itu dikarenakan kalimat tersebut tidak sesuai dengan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kalimat “Guru-guru SD yang sudah dibekali dengan psikologi anak, tentu tidak boleh melupakan bahwa mereka harus bijak menyampaikan penjelasan ketika siswa ternyata menggunakan cara lama dan juga benar.” Menurut penulis hal ini dikarenaka pola pikir yang neggunakan silogisme yang mengandung term tengah, tetapi tidak memberikan jaminan kebenaran. Kalimat “Semua guru SD di negeri ini mendidik para muridnya dengan mengajarkan matematika dengan cara baru.” Menurut penulis Juga hal ini dikarenaka pola pikir yang neggunakan silogisme yang mengandung term tengah, tetapi tidak memberikan jaminan kebenaran.
Kevin/XII IPA 1/ 16
BalasHapuswacana 7
1. Opini : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran matematika. Dalam cara baru ini, caranya atau jalannya itu sama pentingnya dengan hasilnya
Termnya :
c : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
a : dalam cara baru ini
b: cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
Restrukturalisasi :
Prmis mayor a=b : dalam cara baru ini cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya
Premis minor a=c : dalam cara baru ini bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika
Kesimpulan c=b : bu guru mengajarkan metode baru dalam pengajaran mtematika cara atau jalannya itu sama pentingnya dengan haslnya.
2. Opini : Nah yang hendak diraih dari pelajaran matematika ini adalah mendidik siswa untuk berpikir sistematis
C : pelajaran matematika
A : yang hendak d raih
B : mendidik siswa untuk berpikir sistematis
Restrukturalisasi
Premis mayor : yang hendak d raih adalah mendidik siswa berpikir sistematis.
Premis minor : yang hendak d raih dari pelajaran matematika
Kesimpulan: pelajaran matematika mendidik siswa untuk berpikir sistematis
3. Opini : Maunya kurikulum adalah guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
Termnya :
C : maunya kurikulum
B: melalui pelajaran matematika
A : guru” mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis
Premis mayor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika
Premis minor : guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis maunya kurikulum
Kesimpulan : maunya kurikulum melalui pelajaran matematika
4. Opini : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota semestinya harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Termnya
a: Para Kepala Sekolah dan para pejabat
c : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
b : harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis mayor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat harus mewaspadai hal-hal kecil ini
Premis minor : Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota
Kesimpulan : Dinas Pendidikan di masing-masing Kota harus mewaspadai hal-hal kecil ini
5. Opini : Bu Guru yang bersangkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa.
C: bu guru
A : yang bersngkutan
B : tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis mayor : yang bersngkutan tidak menyadari dampak psikologis pada sang siswa
Premis minor : yang bersngkutan adalah bu guru
Kesimpulan : bu guru tidak menyadari dampak psikologis pada siswa
6. Opini : Bu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru.
C : bu guru yang bersangkutan
B : yang mengajarkan matematika cara baru
A : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini
Premis mayor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru
Premis minor : salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini adalah bu guru yang bersangkutan
Kesimpulan : bu guru yang bersangkutan yang mengajarkan matematika cara baru
7. Opini : Semoga saja semua pihak yang berkepentingan menjadikan kasus Habibi ini sebagai pembelajaran.
C : kasus habibi
B : sebagai pembelajaran
A : semua pihak yang berkepentingan
Preis mayor : semua pihak yang berkepentingan menjadikan pembelajaran
Premis minor : semua pihak yang berkepentingan pada kasus habibi
Kesimpulan : kasus habibi dijadikan sebagai pembelajaran
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
1. Kalimat opini : Sebaliknya, kita yang sudah senang adanya pejabat-pejabat tinggi berintegritas, tegas, bersih, dan jujur akan sedih, karena mereka berkurang satu, yaitu Ahok.
Inti opini : Ahok adalah salah satu pejabat tinggi berintegritas, tegas, bersih, dan jujur akan sedih.
PM : Semua pejabat tinggi di DKI Jakarta pejabat tinngi berwatak berintegritas, tegas, bersih, dan jujur.
Pm : Ahok adalah salah satu dari pejabat tinggi di DKI Jakarta
Kesimpulan : Ahok merupakan pejabat tinngi berwatak berintegritas, tegas, bersih, dan jujur.
2. Kalimat opini : Bahkan warga DKI Jakarta bisa lebih sedih lagi, seandainya tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.
Inti opini : warga DKI Jakarta bisasedih, jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.
PM : Semua warga negara Indonesia akan sedih jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.
Pm : Warga DKI Jakarta merupakan warga negara Indonesia.
Kesimpulan : Warga DKI Jakarta sedih jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.
3. Kalimat opini : Hati nurani Ahok pasti masih terus memanggilnya untuk terus mengabdi kepada rakyat banyak melalui jabatannya sebagai pejabat tinggi negara.
Inti opini : Hati nurani Ahok terus terpanggil untuk mengabdi kepada rakyat.
PM : Semua pejabat negara Indonesia memiliki hati nurani untuk mengabdi kepada rakyat Indonesia.
Pm : Ahok adalah pejabat negara Indonesia memiliki hati nurani.
Kesimpulan : Ahok memiliki hati nurani untuk mengabdi kepada rakyat Indonesia.
4. Kalimat opini : Semua program seperti ERP dan transaksi non-tunai saya targetkan (terealisasi) sempurna tahun 2016.
Inti opini : Program ERP dan transaksi non-tunaiterealisasisempurna tahun 2016.
PM : Semua program pemerintahan Wagub DKI Jakarta ditargetkan terealisasi sempurna pada tahun 2016.
Pm : Program ERP dan transaksi non tunai merupakan program pemerintahan Wagub DKI Jakarta.
Kesimpulan : Program ERP dan transaksi non tunai ditargetkan terealisasi sempurna pada tahun 2016.
5. Kalimat opini : Sekalipun seandainya besar peluangnya dipilih oleh DPRD DKI, Ahok tetap tidak sudi, dia menyatakan, dia tak sudi menjadi budak DPRD DKI. Dia hanya mau menjadi budak dari rakyatt
Inti opini : Ahok tidak sudi menjadi budak DPRD DKI, ia hanya mau menjadi budak dari rakyat.
PM : Semua pejabat negara Indonesia tidak sudi menjadi budak DPRD DKI, melainkanhanya mau menjadi budak dari rakyat.
Pm : Ahok adalah pejabat negara Indonesia.
Kesimpulan : Ahok tidak sudi menjadi budak DPRD DKI, melainkanhanya mau menjadi budak dari rakyat.
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
6. Kalimat opini : Kalau pejabatnya tidak benar tentu akan menindas dan memeras rakyatnya, untuk mengatasi pejabat seperti ini, harus bisa menjadi pejabat yang lebih tinggi darinya.
Inti Opini : Pejabat yang tingkatan lebih tinggi dapat mengatasi pejabat yang tidak benar yang selalu menindasdan memeras rakyatnya.
PM : Semua pejabat Indonesia dapat mengatasi pejabat yang tidak benar yang selalu menindasdan memeras rakyatnya.
Pm : Pejabat yang tingkatan lebih tinggi adalah pejabat Indonesia.
Kesimpulan : Pejabat yang tingkatan lebih tinggi mengatasi pejabat yang tidak benar yang selalu menindasdan memeras rakyatnya.
7. Kalimat Opini : Kedua, Ahok melihat karier di dunia politiknya masih sangat cemerlang untuk bisa naik ke posisi yang lebih tinggi lagi, posisi puncak. Yaitu, ke kursi RI-1 atau RI-2. Dengan kata lain Ahok berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019.
Inti Opini : Karier Ahok di dunia politik sangat cemeralang yang dapat berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019.
PM : Semua pejabat Indonesia memiliki perluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019.
Pm : Ahok adalah pejabat Indonesia
Kesimpulan : Ahok memiliki perluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019
8. Kalimat opini : Ambisi Ahok untuk menjadi lebih tinggi lagi, bahkan tertinggi di negeri ini, yaitu menjadi orang nomor 1 atau nomor 2 di negeri ini, bukan karena dia gila kuasa, tetapi demi lebih besar lagi, terbesar pengabdiannya kepada bangsa dan negara, kepada rakyat di seluruh Indonesia.
Inti opini : Ahok ingin menjadi nomor 1 atau nomor 2 di negeri inibukan karena dia gila kuasa, tetapi demi lebih besar lagi, terbesar pengabdiannya kepada bangsa dan negara, kepada rakyat di seluruh Indonesia.
PM : Semua warga negara Indonesia menginginkan menjadi menjadi nomor 1 atau nomor 2 di negeri inibukan karena dia gila kuasa, tetapi demi lebih besar lagi, terbesar pengabdiannya kepada bangsa dan negara, kepada rakyat di seluruh Indonesia.
Pm : Ahok adalah warga negara Indonesia.
Kesimpulan : Ahok menginginkan menjadi menjadi nomor 1 atau nomor 2 di negeri inibukan karena dia gila kuasa, tetapi demi lebih besar lagi, terbesar pengabdiannya kepada bangsa dan negara, kepada rakyat di seluruh Indonesia.
Theressa / XII IPA 1 / 27
BalasHapusWacana 12 : Khus Indra “Merawat Identitas Melalui Karya Seni”
Opini 1 : FX Harsono kembali dengan membawa nuansa yang selalu mengupas mengenai identitas dirinya sebagai orang Tionghoa Indonesia.
Term A : semua orang Tionghoa
Term B : kembali dengan membawa nuansa yang selalu mengupas mengenai identitas dirinya
Term C : FX Harsono
Restrukturisasi
PM : semua orang Tionghoa kembali dengan membawa nuansa yang selalu mengupas mengenai identitas dirinya.
Pm : FX Harsono orang Tionghoa.
K : FX Harsono kembali dengan membawa nuansa yang selalu mengupas mengenai identitas dirinya.
Opini 2 : Karya-karya yang ditampilkan pada Ruang B dan Ruang Sayap di Selasar ini dapat kita saksikan sebagai sebuah panggung sejarah.
Term A : semua orang Tionghoa
Term B : karya-karya yang ditampilkan pada Ruang B dan Ruang Sayap di Selasar ini dapat kita saksikan sebagai sebuah panggung sejarah
Term C : FX Harsono
Restrukturisasi
PM : semua orang Tionghoa karya-karya yang ditampilkan pada Ruang B dan Ruang Sayap di Selasar ini dapat kita saksikan sebagai sebuah panggung sejarah.
Pm : FX Harsono adalah orang Tionghoa.
K : FX Harsono memiliki karya-karya yang ditampilkan pada Ruang B dan Ruang Sayap di Selasar ini dapat kita saksikan sebagai sebuah panggung sejarah.
Opini 3 : Video tersebut menggambarkan bagaimana Harsono berusaha untuk menuliskan nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.
Term A : semua orang Tionghoa
Term B : memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening
Term C : FX Harsono
Restrukturisasi
PM : semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.
Pm : FX Harsono orang Tinghoa.
K : FX Harsono memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.
Opini 4 : Karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) ini biasanya terpampang pada rumah-rumah orang-orang beretnis Tionghoa pada zaman dahulu.
Term A : semua orang zaman dahulu
Term B : biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya
Term C : orang Tionghoa
Restrukturisasi
PM : semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.
Pm : orang Tionghoa adalah orang zaman dahulu
K : orang Tionghoa biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.
Tanggapan wacana 12 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 12 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-3 yang berisi, "semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening." kebenarannya diragukan karena tidak semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.. Pada premis mayor opini ke-4 yang berisi, “semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.” kebenarannya diragukan karena tidak semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya..
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
Tanggapan terhadap wacana8 :
Berdasarkan hasil analisa penulis lakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 8 telah sesuai dengan kaidahatau aturan silogisme atau dapat dikatakan bahwa kalimat-kalimat itu valid. Hal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kalimat-kalimat opini tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur. Hal itu dapat dilihat pada kalimat “: Semua pejabat tinggi di DKI Jakarta pejabat tinngi berwatak berintegritas, tegas, bersih, dan jujur“ pada premis mayor pertama , “semua pejabat tinggi di DKI Jakarta ….” itu tidak mencakup populasi manusia secarameluas. Hal itu dapat dikaitkan dengan karakter atau sifat individu masing-masing. Karena karakter orang berbeda satu sama lain. Menurut penulis kesalahan penalaran argumentum populum digunakan ditujukan pada diri seorang yang bersangkutan. Pada kalimat “Semua warga negara Indonesia akan sedih jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi” yang berada pada analisa premis mayor kedua tidak dapat diukur kebenarannya karena tidaksemua warga negara Indonesia akan sedih jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi, hanya mayoritas pendukung Ahok dan Jokowi yang akan bersikap seperti itu. Menurut penulis kesalahan penalran argumentum ad misericordiam hal ini dikarenakan adanya belas kasihan sehingga digunakan untuk membangkitkan belas kasiha sehingga orang lain tertarik dan berpihak. Kalimat “Semua pejabat negara Indonesia memiliki hati nurani untuk mengabdi kepada rakyat Indonesia.” pada restrukturisasi premis mayor ketiga tidak dapat diukur kebenaranya karena tidaksemua pejabat negara Indonesia memiliki hati nurani untuk mengabdi kepada rakyat Indonesia.Hal tersebut tergantung pada karakter dan kepribadian individu dari pejabat negara itu sendiri. Menurut penulis terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya.Pada kalimat “Semua program pemerintahan Wagub DKI Jakarta ditargetkan terealisasi sempurna pada tahun 2016.” pada premis mayor keempat kebenarannya tidak dapat diukur karena,tidak semua program pemerintahan Wagub DKI Jakarta ditargetkan terealisasi sempurna pada tahun 2016. Hal tersebut tergantung kerja sama antara pemerintah Wagub DKI Jakarta dan warga DKI Jakarta jika keduanya dapat bekerja sama dengan baik maka program tersebut benar-benar dapat terealisasi. Menurut penulis terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena memiliki kesalahan yaitu mengungkapkan sebab yang bukan akibat
Nama : Melvina
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 18
lanjutan tanggapan wacana 8
sebenarnyaPada kalimat “Semua pejabat negara Indonesia tidak sudi menjadi budak DPRD DKI, melainkanhanya mau menjadi budak dari rakyat..” pada premis mayor kelima kebenarannya tidak dapat diukur karena,tidak semua pejabat negara Indonesia mau menjadi budak dari rakyat dan sudi menjadi budak DPRD DKI. Menurut penulis kesalahan penalaran argumentum ad misericordiam hal ini dikarenakan adanya belas kasihan sehingga digunakan untuk membangkitkan belas kasihan sehingga orang lain tertarik dan berpihak.Pada kalimat “Semua pejabat Indonesia memiliki perluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019.” pada premis mayor ketujuh kebenarannya tidak dapat diukur, karena tidak semua pejabat Indonesia memiliki perluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019. Menurut penulis terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme karena mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya.Kalimat “Semua pejabat Indonesia dapat mengatasi pejabat yang tidak benar yang selalu menindasdan memeras rakyatnya.” pada premis mayor keenam kebenarannya tidak dapat diukur serta belum mencakup secara meluas, karena tidak semua pejabat Indonesia dapat mengatasi pejabat yang tidak benar yang selalu menindasdan memeras rakyatnya. Menurut penulis terdapat keasalahan penalaran Argumentum ad baculum karena kesimpulan, sanggahan, kritik, usul, komentar, tanggapan ang dikaitkan dengan ancaman.Pada kalimat “Semua warga negara Indonesia menginginkan menjadi menjadi nomor 1 atau nomor 2 di negeri ini bukan karena dia gila kuasa, tetapi demi lebih besar lagi, terbesar.”pada premis mayor kedelapan kebenarannya tidak dapat diukur serta belum mencakup secara meluaskarena, tidaksemua warga negara Indonesia menginginkan menjadi menjadi nomor 1 atau nomor 2 di negeri. Menurut penulis terdapat kesalahan argumentum ad populum dikarenakan penalaran yang disampaikan lebih berdasarkan pada kepentingan, keuntungan ataupun peluang-peluang yang bisa diraih.Saran terhadap kalimat-kalimat dalam wacana 8 yaitu kalimat-kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata-kata lain yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna/arti yang sama serta menggunakan kebenaran yang mencakup populasi manusia dan aspek kehidupan, bukan menggunakan opini atau pendapat sesorang yang bersifat subyektif..
Penolakan terhadap wacana 12 :
Kalimat “warga DKI Jakarta bisa sedih, jika tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.” Menurut penulis dikarenakan dorongan emosi yang mencampurkan antara rasio dan emosi yang dipengaruhi oleh tokoh politik, para demadog, pemasangan iklan, dan lain-lain.Kalimat “Ahok tidak sudi menjadi budak DPRD DKI, ia hanya mau menjadi budak dari rakyat.” Menurut penulis hal ini dikarenakan pembuktian dengan jalan berusaha mengelak memberikan bukti-bukti dari suatu masalah yang dihadapi dengan mengompensasikan menolak karena manusiannya. Kalimat “Kalau pejabatnya tidak benar tentu akan menindas dan memeras rakyatnya, untuk mengatasi pejabat seperti ini, harus bisa menjadi pejabat yang lebih tinggi darinya. Itulah visi dan misi Ahok ketika bercita-cita menjadi pejabat.” Menurut penulis dikarenakan belum menjamin kebenaran.
Nama: Steven Frost H. F.
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No Urut: 26
Wacana 11
Opini wacana 11:
1. PM: Melalui berbagai cara media memberikan pemberitaan yang dihebohkan.
Pm: Media suka memperkosa logika masyarakat melalui berbagai cara.
K: Media suka memperkosa logika masyarakat dengan memberikan pemberitaan yang dihebohkan.
2. PM: Pandangan yang sering digunakan oleh media adalah pandangan subjektif.
Pm: Pemberitaan yang ada pandangannya berdasar yang sering digunakan.
K: Pemberitaan yang ada terkadang dipandang secara subjektif.
3. PM: Semua pendapat yang ada hanya menyalahkan sistem yang ada.
Pm: Komentar, berita, dan opini yang dilontarkan merupakan pendapat orang.
K: Komentar, berita, dan opini tidak jauh hanya menyalahkan sistem yang ada.
4. PM: Otoritas guru membuat anak sd tidak dapat membantah apa yang dikatakan.
Pm: Anak SD cenderung lemah dan penurut terhadap otoritas guru.
K: Anak SD cenderung lemah dan penurut sehingga jika 4x6 = 6x4 dianggap salah anak SD tidak dapat membantah.
Tanggapan wacana 11:
Kalimat-kalimat opini diatas telah dianalisa dalam wacana 11 adalah kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Dan setiap kalimat opini yang ada memiliki term-term sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan valid.
Kebenaran dari wacana 11 tidak terbukti karena pada beberapa kalimat tidak mencakup pandangan berbagai masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap pemberitaan haruslah objektif. Tetapi dalam penulisan wacana pandangan subjektif yang terus digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana penulis wacana selalu menyalahkan beberapa pihak dalam permasalahan tersebut.
Saran terhadap kalimat-kalimat diatas adalah kalimat opini yang ada harusnya memiliki kata yang membuktikan kebenaran yang dapat membuat kalimat tersebut menjadi terukur namun memiliki fakta yang dapat diukur. Kalimat opini di atas juga sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh semua masyarakat. Penggunaan kata-kata yang asing didengar seharusnya tidak digunakan karena terkadang membuat bingung.
Penolakan wacana 11:
Pada wacana 11, penulis menolak wacana tersebut karena memojokkan beberapa pihak. Memojokkan beberapa pihak dengan melihat melalui pandangan subjektif. Tidak hanya memojokkan tetapi penulis wacana tersebut juga ikut memperkosa logika. Dan juga dapat dilihat dari cara penulis wacana menuliskan wacana, penulis wacana selalu menyalahkan media yang memperkosa logika masyarakat padahal penulis wacana ikut berperan.
Kevin/ XII IPA 1/ 16
BalasHapusAnalisis wacana 7
Pada wacana 7 penulis mengambil 7 opini dalam wacana tersebut. 7 opini tersebut sudah memenuhi syarat dalam kalimat silogisme karena dalam ketujuh kalimat silogisme tersebut sudah terdapat 3proporsi yaitu premis mayor, premis minor, dan dapat ditarik kesimpulan (valid).
Namun dalam ke-7 kalimat tersebut ada beberapa kalimat yang tingkat kebenarannya tidak terukur. Salah satu contohya pada kalimat “guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika” pada kalimat ini tingkat kebenarannya tidak dapat terukur karena tidak semua guru yang mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika ada juga guru lain yang mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran lain. Namun ada kalimat yang tingkat kebenaranya dapat terukur(truth). Contohnya pada kalimat “Para Kepala Sekolah dan para pejabat harus mewaspadai hal-hal kecil ini” memang benar para kepala sekolah harus mewaspadai dengan cara guru mengajar siswa dikelas karena jika guru salah dalam mengajar dikelas maka akan memperngaruhi pola berpikir siswa.
Sebagai saran, pada saat mengungkapkan opini sebaiknya menyertai fakta yang benar tidak dengan opini semata yang berdasarkan pola pikir sendiri atau atas dasar rasa emosional.
Nama: Steven Frost H. F.
BalasHapusKelas: XII IPA 1
No Urut: 26
Wacana 12
Opini wacana 12:
1. PM: Semua karya seni akan membawa nuansa menyeramkan sekaligus kesedihan.
Pm: Foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia merupakan hasil karya seni.
K: Melihat foto-foto hitam putih dengan gambar tengkorak manusia, membawa nuansa menyeramkan sekaligus kesedihan.
2. PM: Tragedi yang terjadi sekitar tahun 1947-1949 merupakan tragedi pembunuhan dan pembantaian terhadap etnis tionghoa akibat pergolakan politik
Pm: Karya Monumen Bong Belung disusun seperti altar sembahyang dalam tradisi tionghoa untuk mengingat tragedi yang terjadi sekitar tahun 1947-1949.
K: Karya Monumen Bong Belung disusun seperti altar sembahyang dalam tradisi tionghoa untuk mengingat tragedi pembunuhan dan pembantaian terhadap etnis tionghoa akibat pergolakan politik.
3. PM: Karya yang baik adalah Nuansa Identitas yang mulai dituangkan pada tahun 2008.
Pm: Karya FX Harsono merupakan karya yang cukup baik.
K: Karya FX Harsono yaitu Nuansa Identitas mulai dituangkan pada tahun 2008.
4. PM: Karya FX Harsono mencakup karya kesadaran FX Harsono sebagai orang Tiong Hoa.
Pm: Karya tentang Displaced merupakan salah satu karya FX Harsono.
K: Karya tentang Displaced adalah karya kesadaran FX Harsono sebagai orang Tiong Hoa.
Tanggapan wacana 12:
Kalimat-kalimat opini diatas setelah dianalisa dalam wacana 12 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat tersebut memiliki 3 term. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan valid.
Kebenaran dari wacana 12 terbukti karena pada beberapa kalimat dicantumkan fakta-fakta oleh penulis wacana. Fakta-fakta itu dapat dilihat dari tahun yang dicantumkan dalam wacana. Kebenaran dari wacana dapat dikatakan terbukti karena dalam wacana tersebut menceritakan tentang kehidupan seseorang yang memang terjadi. Kebenaran dari wacana tersebut terbukti maka dapat dikatakan truth.
Saran terhadap wacana adalah seharusnya penulis wacana tidak menceritakan mengenai hal-hal buruk tentang seseorang. Terkadang beberapa orang ingin merahasiakan mengenai kehidupannya. Dan juga penulis wacana harus dapat menulis agar pembaca menjadi tertarik kepada wacana tersebut
Penolakan wacana 12:
Pada wacana 12, penulis menolak wacana tersebut karena merawat identitas seseorang tidak hanya dengan karya seni. Dan penulis wacana juga terlalu banyak memberikan rahasia dari seseorang.
Theressa / XII IPA 1 / 27
BalasHapusWacana 11: Giri Lumakto “Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media”
Opini 1: Sudah banyak yang membahas, bahkan memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 yang dianggap ‘rancu’.
Term A : semua orang tinggal di bumi
Term B : menganggap bahwa memperkosa logika 4x6=6x4 adalah racun
Term C : orang itu
Restrukturisasi
PM : Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Pm : Orang itu tinggal di bumi.
K : orang itu menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun.
Opini 2 : Para profesor Emeritus di Cambridge sana, banyak yang mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Term A : semua profesor pintar
Term B : mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi
Term C : para profesor Emeritus di Cambridge
Restrukturisasi
PM : semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Pm : para profesor Emeritus di Cambridge pintar.
K : para profesor Emeritus di Cambridge mentah-mentah menolak ranal dekonstruksi.
Opini 3 : Saya pun minim pemahaman dalam Matematika.
Term A : semua yang tinggal di Bumi
Term B : minin pemahaman dalam Matematika
Term C : Saya
Restrukturisasi
PM : semua orang yang tinggal di Bumi minim pemahaman dalam Matematika.
Pm : saya tinggal di Bumi.
K : saya mini pemahaman dalam Matematika.
Opini 4 : Namun, yang saya lihat ‘pelaku utama’ pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 disini adalah media, khususnya media sosial.
Term A : semua media adalah pelaku utama
Term B : pemerkosaan logika 4 x 6 =6 x 4
Term C : media social
Restrukturisasi
PM : semua media adalah pelaku utama pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : media social adalah pelaku utama.
K : media social pemerkosaan 4 x 6 = 6 x 4.
Opini 5 : Kedua, karena subjek anak SD yang cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4 ini
Term A : semua anak SD memiliki sifat
Term B : cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4
Term C : anak SD
Restrukturisasi
PM : semua anak SD pasti memiliki sifat cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : anak SD itu memiliki sifat .
K : anak SD cenderung lemah dan penurut juga menjadi bahan bakar isu 4 x 6 = 6 x 4.
Tanggapan wacana 11 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 11 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-1 yang berisi, " Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun" kebenarannya diragukan karena tidak semua orang yang tinggal di Bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun. Pada premis mayor opini ke-2 yang berisi, “semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi” kebenarannya diragukan karena tidak semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Kevin/ XII IPA 1/ 16
BalasHapusWacana 8
1. Opini : Bahkan warga DKI Jakarta bisa lebih sedih lagi, seandainya tidak ada pimpinan pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi.
b : ahok atau jokowi
c : warga dki Jakarta bisa lebih sedih
a: tidak ada pemimpin pengganti yang berkarakter
premis mayor : tidak ada pemimpin pengganti yang berkarakter seperti ahok atau jokowi
premis minor : tidak ada pemimpin pengganti yang berkarakter warga dki Jakarta bisa lebih sedih
kesimpulan : warga dki Jakarta bisa lebih sedih jika tidak ada ahok atau jokowi
2. Opini : Jadi, tak mungkin Ahok akan keluar dari dunia politik, atau tidak mau menjadi pejabat lagi karena kapok mendapat tekanan dan serangan terus-menerus dari kelompok-kelompok pejabat tidak benar, berkarakter preman dan korup, penindas dan pemeras rakyat, terutama rakyat kecil
C : ahok tidak keluar dari dunia politik
B : karena tekanan dan serangan kelompok pejabat tidak benar
A : tidak mungkin ahok tidak mau menjadi pejabat lagi
Premis mayor : tidak mungkin ahok tidak mau menjadi pejabat lagi karena tekanan dan serangan kelompok pejabat tidak benar
Premis minor : tidak mungkin ahok tidak mau menjadi pejabat lagi dan ahok tidak keluar dari dunia politik
Kesimpulan : : ahok tidak keluar dari dunia politik karena tekanan dan serangan kelompok pejabat tidak benar
3. Opini : Serangan yang dilakukan oleh Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra M Taufik yang mau melaporkan Ahok ke polisi, dan Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi PPP Abraham Lunggana alias Haji Lulung, yang menyatatakan tekadnya untuk membinasakan karier Ahok sebagai Wakil Gubernur, dan mencegahnya menjadi Gubernur, sama sekali tidak menyurutkan nyali Ahok seinci pun
A : Serangan yang dilakukan oleh Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra M Taufik yang mau melaporkan Ahok ke polisi, dan Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi PPP Abraham Lunggana alias Haji Lulung
B : tekadnya untuk membinasakan karier Ahok sebagai Wakil Gubernur, dan mencegahnya menjadi Gubernur
C : sama sekali tidak menyurutkan nyali Ahok seinci pun
Premis mayor : Serangan yang dilakukan oleh Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra M Taufik yang mau melaporkan Ahok ke polisi, dan Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi PPP Abraham Lunggana alias Haji Lulung tekadnya untuk membinasakan karier Ahok sebagai Wakil Gubernur, dan mencegahnya menjadi Gubernur
Premis minor : Serangan yang dilakukan oleh Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra M Taufik yang mau melaporkan Ahok ke polisi, dan Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi PPP Abraham Lunggana alias Haji Lulung sama sekali tidak menyurutkan nyali Ahok seinci pun
Kesimpulan : nyali ahok sama sekali tidak menyurut ketika mereka bertekad membinasahkan karier ahok.
Kevin/ XII IPA 1/ 16
BalasHapusLanjutan wacana 8
4. Opini : Ahok melihat karier di dunia politiknya masih sangat cemerlang untuk bisa naik ke posisi yang lebih tinggi lagi, posisi puncak. Yaitu, ke kursi RI-1 atau RI-2. Dengan kata lain Ahok berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019
C : Ahok melihat karier di dunia politiknya masih sangat cemerlang
B : Ahok berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019
A : ahok bisa naik ke posisi yang lebih tinggi lagi
Premis mayor : ahok bisa naik ke posisi yang lebih tinggi lagi, Ahok berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019
Premis minor : ahok bisa naik ke posisi yang lebih tinggi lagi karena Ahok melihat karier di dunia politiknya masih sangat cemerlang
Kesimpulan : Ahok melihat karier di dunia politiknya masih sangat cemerlang dan Ahok berpeluang besar ikut dalam bursa pilpres 2019
5. Opini : Jika Jokowi, masih mencalonkan diri lagi untuk kedua kali di pilpres 2019, maka calon wakil presiden yang paling berpotensi dan paling cocok berpasangan dengan Jokowi adalah Ahok
C : Ahok
A : Jika Jokowi, masih mencalonkan diri lagi untuk kedua kali di pilpres 2019
B : calon wakil presiden yang paling berpotensi dan paling cocok
Premis mayor : Jika Jokowi, masih mencalonkan diri lagi untuk kedua kali di pilpres 2019 jokowi membutuhkan calon wakil presiden yang paling berpotensi dan paling cocok
Premis minor : Jika Jokowi, masih mencalonkan diri lagi untuk kedua kali di pilpres 2019 calon wakilya adalah ahok
Kesimpulan : ahok adalah calon wakil presiden yang paling berpotensi dan paling cocok
Analisi wacana 8
Dari opini-opini di atas yang terdapat dalam wacana 8 sudah memenuhi syarat kalimat silogisme karena sudah terdapat 3 proporsi dalam setiap opini yaitu premis mayor, premis minor, dan dapat ditarik kesimpulan.
Namun ada kalimat yang tingkat kebenaranya(truth) tidak dapat terukur. Contohnya terdapat dalam kalimat “DKI Jakarta bisa lebih sedih jika tidak ada Ahok atau Jokowi” karena tidak semua warga Jakarta akan sedih jika Jokowi dan Ahok tidak menjadi pemimpin lagi. Dan contoh yang lainnya “tidak ada pemimpin pengganti yang berkarakter seperti Ahok atau Jokowi” belum tentu tidak ada orang yang memiliki karakter yang sama seperti Jokowi dan Ahok mungkin ada saja walaupun tidak sama persis. Hal ini membuktikan bahwa opini diambil dari pemikiran individu dan opini tidak mencakup seluruh populasi warga Jakarta.
Saran untuk kalimat tersebut sebaiknya disampaikan dengan adanya fakta yang benar maka dapat diukur tingkat kebenarannya dan membuat kalimat tersebut menjadi kalimat silogisme yang sah dan benar.
Nama : Aloysius Bentara R.
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No : 3
WACANA 1
I.Tentukan Opini
1.Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
2.Dibalik kekurangan seseorang pasti adalah kelebihan yang bisa ditonjolkan atau bahkan membanggakan.
II.Tentukan Term
1.A : Semua orang pasti belajar matematika
B : Membuat orang mau muntah darah
C : Pelajaran matematika
2.A : Semua orang tidak sempurna
B : Ada kelebihan yang ditonjolkan
C : Kekurangan atau kelemahan
III.Restrukturisasi
1. PM : Semua orang yang belajar matematika muntah darah
Pm : Pelajaran matematika dipelajari semua orang
K : Pelajaran matematika mebuat orang mau muntah darah
2. PM : Semua orang yang tidak sempurna ada kelebihan yang menonjol
Pm : Kekurangan atau kelemahan dimiliki semua orang
K : Dibalik kekurangan atau kelemahan ada kelebihan yang ditonjolkan
IV.Analisa
1.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Tidak terbukti karena tidak ada bukti nyata. Belum tentu setiap orang yang belajar matematika akan muntah darah.
2.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Terbukti karena pasti dirasakan semua orang, baik secara sadar maupun tidak sadar. Karena pasti setiap orang memiliki kelebihan yang terpendam.
V.Tanggapan
Kedua kalimat opini tersebut secara sistematis telah memenuhi syarat silogisme. Karena kedua kalimat tersebut sudah bisa didapatkan premis mayor, premis minor dan kesimpulannya.
Namun, masih ada kalimat opini yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Yaitu kalimat opini yang pertama karena belum ada bukti nyata serta belum bisa diterima akal sehat.
VI.Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum bisa dikatakan sebagai wacana yang baik. Karena masih ada penulisan kata-kata yang tidak baku. Selain itu penulis juga lebih menonjolkan kelebihan dirinya sendiri dan cenderung tidak bisa menerima kelebihan orang lain, yaitu suami nya.
WACANA 2
I.Tentukan opini
1.Seorang pemimpin yang sukses membawa satu unit menjadi hebat, belum tentu berhasil menjadikan unit lain hebat.
2.Tapi, kalau kualitas wakilnya jauh di bawah, maka daerahnya akan merosot kembali ke bawah.
II.Tentukan term
1.A : Semua pemimpin pasti sukses
B : Belum tentu menjadikan unit lain hebat
C : Pemimpin membawa satu unit menjadi hebat
2.A : Setiap wakil pasti memiliki kualitas
B : Daerah merosot ke bawah
C : Kualitas wakil di bawah
III.Restrukturisasi
1.PM : Semua pemimpin yang sukses belum tentu menjadikan unit lain hebat
Pm : Pemimpin yang membawa unit menjadi hebat pasti sukses
K : Pemimpin yang membawa satu unit menjadi hebat belum tentu menjadikan unit lain hebat
IV.Analisa
1.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Tidak terbukti karena tidak ada bukti nyata. Karena masih ada pemimpin yang mampu membawa unit lain yang dipimpinya menjadi hebat juga.
V.Tanggapan
Kalimat opini tersebut secara sistematis telah memenuhi syarat silogisme. Karena kedua kalimat tersebut sudah bisa didapatkan premis mayor, premis minor dan kesimpulannya.
Namun, masih ada kalimat opini yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Yaitu karena belum ada bukti nyata serta belum bisa diterima akal sehat.
VI.Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum bisa dikatakan sebagai wacana yang baik. Karena masih ada penulisan kata-kata yang tidak baku. Selain itu penulis juga cenderung terkesan meremehkan kemampuan dari para pemimpin daerah.
Nama: Vanesa, Kelas: XII IPA 1, No. Urut: 28
BalasHapusWacana 11 "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
I. Restrukturisasi
1. Opini 1: Sebuah prism yang sering diperkosa oleh para linguist.
PM (Premis Mayor): Seperti ranah dekonstruksi (A) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
Pm (Premis Minor): Sebuah prism (C) seperti ranah dekonstruksi (A).
Kesimpulan: Sebuah prism (C) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
2. Opini 2 : Kenetralan justifikasi sistem tidak akan menuntut balik.
PM (Premis Mayor): Sistem tidak akan menuntut balik (A) sehingga menyalahkan sistem dianggap baik (B).
Pm (Premis Minor): Kenetralan justifikasi (C) sistem tidak akan menuntut balik (A).
Kesimpulan: Kenetralan justifikasi (C) dengan menyalahkan sistem dianggap baik (B).
3. Opini 3 : Hampir semua status atau post bersifat subjektif.
PM (Premis Mayor): Medsos awal penggugah (A) bersifat subjektif (B).
Pm (Premis Minor): Hampir semua status atau post (C) digugah lewat medsos (A).
Kesimpulan: Hampir semua status atau post (C) bersifat subjektif (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ketiga opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini ketiga, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘hampir semua’ yang berarti tidak semua status atau post bersifat subjektif, penalaran itu tidak bisa dibenarkan.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 11 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Hal itu juga berpengaruh terhadap kebenaran penalaran silogisme yang berarti tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Nama: Vanesa, Kelas: XII IPA 1, No. Urut: 28
BalasHapusWacana 11 "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
I. Restrukturisasi
1. Opini 1: Sebuah prism yang sering diperkosa oleh para linguist.
PM (Premis Mayor): Seperti ranah dekonstruksi (A) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
Pm (Premis Minor): Sebuah prism (C) seperti ranah dekonstruksi (A).
Kesimpulan: Sebuah prism (C) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
2. Opini 2 : Kenetralan justifikasi sistem tidak akan menuntut balik.
PM (Premis Mayor): Sistem tidak akan menuntut balik (A) sehingga menyalahkan sistem dianggap baik (B).
Pm (Premis Minor): Kenetralan justifikasi (C) sistem tidak akan menuntut balik (A).
Kesimpulan: Kenetralan justifikasi (C) dengan menyalahkan sistem dianggap baik (B).
3. Opini 3 : Hampir semua status atau post bersifat subjektif.
PM (Premis Mayor): Medsos awal penggugah (A) bersifat subjektif (B).
Pm (Premis Minor): Hampir semua status atau post (C) digugah lewat medsos (A).
Kesimpulan: Hampir semua status atau post (C) bersifat subjektif (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ketiga opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini ketiga, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘hampir semua’ yang berarti tidak semua status atau post bersifat subjektif, penalaran itu tidak bisa dibenarkan.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 11 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Hal itu juga berpengaruh terhadap kebenaran penalaran silogisme yang berarti tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Nama : Aloysius Bentara R.
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No : 3
WACANA 1
I.Tentukan Opini
1.Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah
2.Dibalik kekurangan seseorang pasti adalah kelebihan yang bisa ditonjolkan atau bahkan membanggakan.
II.Tentukan Term
1.A : Semua orang pasti belajar matematika
B : Membuat orang mau muntah darah
C : Pelajaran matematika
2.A : Semua orang tidak sempurna
B : Ada kelebihan yang ditonjolkan
C : Kekurangan atau kelemahan
III.Restrukturisasi
1.PM : Semua orang yang belajar matematika muntah darah
Pm : Pelajaran matematika dipelajari semua orang
K : Pelajaran matematika mebuat orang mau muntah darah
2.PM : Semua orang yang tidak sempurna ada kelebihan yang menonjol
Pm : Kekurangan atau kelemahan dimiliki semua orang
K : Dibalik kekurangan atau kelemahan ada kelebihan yang ditonjolkan
IV.Analisa
1.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Tidak terbukti karena tidak ada bukti nyata. Belum tentu setiap orang yang belajar matematika akan muntah darah.
2.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Terbukti karena pasti dirasakan semua orang, baik secara sadar maupun tidak sadar. Karena pasti setiap orang memiliki kelebihan yang terpendam.
V.Tanggapan
Kedua kalimat opini tersebut secara sistematis telah memenuhi syarat silogisme. Karena kedua kalimat tersebut sudah bisa didapatkan premis mayor, premis minor dan kesimpulannya.
Namun, masih ada kalimat opini yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Yaitu kalimat opini yang pertama karena belum ada bukti nyata serta belum bisa diterima akal sehat.
VI.Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum bisa dikatakan sebagai wacana yang baik. Karena masih ada penulisan kata-kata yang tidak baku. Selain itu penulis juga lebih menonjolkan kelebihan dirinya sendiri dan cenderung tidak bisa menerima kelebihan orang lain, dalam wacana yaitu suami nya.
WACANA 2
I.Tentukan opini
1.Seorang pemimpin yang sukses membawa satu unit menjadi hebat, belum tentu berhasil menjadikan unit lain hebat.
2.Tapi, kalau kualitas wakilnya jauh di bawah, maka daerahnya akan merosot kembali ke bawah.
II.Tentukan term
1.A : Semua pemimpin pasti sukses
B : Belum tentu menjadikan unit lain hebat
C : Pemimpin membawa satu unit menjadi hebat
2.A : Setiap wakil pasti memiliki kualitas
B : Daerah merosot ke bawah
C : Kualitas wakil di bawah
III.Restrukturisasi
1.PM : Semua pemimpin yang sukses belum tentu menjadikan unit lain hebat
Pm : Pemimpin yang membawa unit menjadi hebat pasti sukses
K : Pemimpin yang membawa satu unit menjadi hebat belum tentu menjadikan unit lain hebat
IV.Analisa
1.Valid : Sudah valid karena sudah memenuhi syarat silogisme. Memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth : Tidak terbukti karena tidak ada bukti nyata. Karena masih ada pemimpin yang mampu membawa unit lain yang dipimpinya menjadi hebat juga.
V.Tanggapan
Kalimat opini tersebut secara sistematis telah memenuhi syarat silogisme. Karena kedua kalimat tersebut sudah bisa didapatkan premis mayor, premis minor dan kesimpulannya.
Namun, masih ada kalimat opini yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Yaitu karena belum ada bukti nyata serta belum bisa diterima akal sehat.
VI.Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum bisa dikatakan sebagai wacana yang baik. Karena masih ada penulisan kata-kata yang tidak baku. Selain itu penulis juga cenderung terkesan meremehkan kemampuan dari para pemimpin daerah.
Nama: Vanesa, Kelas: XII IPA 1, No. Urut: 28
BalasHapusWacana 11 "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
I. Restrukturisasi
1. Opini 1: Sebuah prism yang sering diperkosa oleh para linguist.
PM (Premis Mayor): Seperti ranah dekonstruksi (A) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
Pm (Premis Minor): Sebuah prism (C) seperti ranah dekonstruksi (A).
Kesimpulan: Sebuah prism (C) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
2. Opini 2 : Kenetralan justifikasi sistem tidak akan menuntut balik.
PM (Premis Mayor): Sistem tidak akan menuntut balik (A) sehingga menyalahkan sistem dianggap baik (B).
Pm (Premis Minor): Kenetralan justifikasi (C) sistem tidak akan menuntut balik (A).
Kesimpulan: Kenetralan justifikasi (C) dengan menyalahkan sistem dianggap baik (B).
3. Opini 3 : Hampir semua status atau post bersifat subjektif.
PM (Premis Mayor): Medsos awal penggugah (A) bersifat subjektif (B).
Pm (Premis Minor): Hampir semua status atau post (C) digugah lewat medsos (A).
Kesimpulan: Hampir semua status atau post (C) bersifat subjektif (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ketiga opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.ada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini ketiga, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘hampir semua’ yang berarti tidak semua status atau post bersifat subjektif, penalaran itu tidak bisa dibenarkan.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 11 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Hal itu juga berpengaruh terhadap kebenaran penalaran silogisme yang berarti tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Wacana 11 "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
BalasHapusI. Restrukturisasi
1. Opini 1: Sebuah prism yang sering diperkosa oleh para linguist.
PM (Premis Mayor): Seperti ranah dekonstruksi (A) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
Pm (Premis Minor): Sebuah prism (C) seperti ranah dekonstruksi (A).
Kesimpulan: Sebuah prism (C) yang sering diperkosa oleh para linguist (B).
2. Opini 2 : Kenetralan justifikasi sistem tidak akan menuntut balik.
PM (Premis Mayor): Sistem tidak akan menuntut balik (A) sehingga menyalahkan sistem dianggap baik (B).
Pm (Premis Minor): Kenetralan justifikasi (C) sistem tidak akan menuntut balik (A).
Kesimpulan: Kenetralan justifikasi (C) dengan menyalahkan sistem dianggap baik (B).
3. Opini 3 : Hampir semua status atau post bersifat subjektif.
PM (Premis Mayor): Medsos awal penggugah (A) bersifat subjektif (B).
Pm (Premis Minor): Hampir semua status atau post (C) digugah lewat medsos (A).
Kesimpulan: Hampir semua status atau post (C) bersifat subjektif (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ketiga opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.ada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada pelanggaran satu dari delapan kaidah, yaitu tidak boleh salah satu premisnya partikular. Sehingga kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kebeneran atau truth dari penalaran ini juga diragukan karena menggunakan kata-kata ‘sering’ yang berarti tidak semua prism diperkosa oleh para linguist.
Pada opini ketiga, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘hampir semua’ yang berarti tidak semua status atau post bersifat subjektif, penalaran itu tidak bisa dibenarkan.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 11 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Hal itu juga berpengaruh terhadap kebenaran penalaran silogisme yang berarti tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Nama: Vanesa, Kelas: XII IPA 1, No. Urut: 28
BalasHapusWacana 12 “Merawat Identitas Melalui Karya Seni”
I. Restrukturisasi
1. Opini 1: F. X. Harsono kembali dengan menciptakan Monumen Bong Belung.
PM (Premis Mayor): Monumen Bong Belung (A) mencerminkan identitasnya sebagai orang Tionghua (B).
Pm (Premis Minor): F. X. Harsono kembali (C) dengan menciptakan Monumen Bong Belung (A).
Kesimpulan: F. X. Harsono kembali (C) dengan mencerminkan identitasnya sebagai orang Tionghua (B).
2. Opini 2 : Monumen Bong Belung seperti kuburan pemakaman Tionghua yang dibantai.
PM (Premis Mayor): Altar sembahyang (A) diambil dari kuburan pembantaian orang Tionghua (B).
Pm (Premis Minor): Monumen Bong Belung (C) terdapat alat sembahyang (A).
Kesimpulan: Monumen Bong Belung (C) seperti kuburan pemakaman Tionghua yang dibantai (B).
3. Opini 3: The past of past menampilkan romansa kebudayaan Tionghua.
PM (Premis Mayor): Sebuah perahu berisi lampu-lampu lilin elektrik merah (A) menggambarkan romansa kebudayaan Tionghua (B).
Pm (Premis Minor): The past of past (C) terdapat sebuah perahu berisi lampu-lampu lilin elektrik merah (A).
Kesimpulan: The past of past (C) menampilkan romansa kebudayaan Tionghua (B).
4. Opini 4: Karya F. X. Harsono menggugah kita untuk mengingat kejadian kelam jaman dahulu.
PM (Premis Mayor): Menyentuhnya sejarah dan ingatan (A) megingatkan kejadian kelam jaman dahulu (B)
Pm (Premis Minor): Karya F. X. Harsono menggugah (C) menyentuh sejarah dan ingatan (A).
Kesimpulan: Karya F. X. Harsono menggugah kita (C) untuk mengingat kejadian kelam jaman dahulu (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Keempat opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada kebenaran penalaran silogisme tersebut atau truthnya. Hal ini dikarenakan Monumen Bong Benong bukanlah sebuah simbol yang mencerminkan seseorang itu adalah seorang Tionghua atau bukan.
Pada opini keempat, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘kita’ yang partikular yang sebenarnya hal itu tidak bisa dibenarkan karena tidak semua orang memiliki pendapat yang sama seperti penulis.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 12 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular dan juga mempertimbangkan kebenarannya, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Menggunakan kata-kata partikular tidak dibenarkan karena pendapat penulis bisa saja tidak sama dengan pendapat orang lain yaitu pembaca.
Wacana 1
BalasHapus1. Opini : Sudah banyak yang membahas,bahkan memperkosa logika 4x6=6x4 yang dianggap rancu.
a. Term-term:
A : Semua orang membahas mengenai logika 4x6=6x4
B :Logika 4x6= 6x4 dibahas banyak orang.
C :Logika 4x6=6x4 merupakan logika yang rancu
b. Restrukturisasi
Premis mayor= Semua orang membahas mengenai logika 4x6=6x4
Premis minor = Logika 4x6=6x4 banyak dibahas orang.
Kesimpulan = Banyak orang menganggap logika 4x6=6x4 logika yang rancu.
2. Opini: Sehingga,penulis pun sempat bersitegang dengan ilmiah pak Nararya
a. Term-term
A: Semua penulis bersitegang
B: Hampir semua penulis bersitegang
c: Bersitegang dikarenakan ilmiah Pak Nararya.
b.Rekonstruktutrisasi:
Premis mayor: Semua penulis bersitegang.
Premis minor: Dikarenakan ilimiah karya pak Nararya hampir semua penulis bersitegang.
Kesimpulan : Semua penulis bersitegang karena karya Pak Nararya.
3.Opini : Bukan, saya pun tidak mencoba menyamakan level logika berfikir ilmu Derrida dengan matematika anak SD.
a.Term-term
A : Semua penulis
B : Menyamakan level logika berfikir ilmu Derrida dengan matematika anak SD.
c : Menyamakan level logika berfikir ilmu Derrida dengan matematika anak SD tidak dilakukan oleh semua penulis.
b) Rekonstrukturisasi
Premis mayor : Semua penulis menyamakan level logika berfikir ilmu Derrida dengan matematika anak SD.
Premis minor: Menyamakan level logika berfikir ilmu Derrida dengan matematika anak SD tidak dilakukan oleh hampir semua penulis.
Kesimpulan : tidak semua penulis dapat menyamakan logika berfikir ilmu Derrida demgan matematika anak SD.
Wacana 12 “Merawat Identitas Melalui Karya Seni”
BalasHapusI. Restrukturisasi
1. Opini 1: F. X. Harsono kembali dengan menciptakan Monumen Bong Belung.
PM(Premis Mayor): Monumen Bong Belung (A) mencerminkan identitasnya sebagai orang Tionghua (B).
Pm(Premis Minor): F. X. Harsono kembali (C) dengan menciptakan Monumen Bong Belung (A).
Kesimpulan: F. X. Harsono kembali (C) dengan mencerminkan identitasnya sebagai orang Tionghua (B).
2.Opini 2: Monumen Bong Belung seperti kuburan pemakaman Tionghua yang dibantai.
PM(Premis Mayor): Altar sembahyang (A) diambil dari kuburan pembantaian orang Tionghua (B).
Pm(Premis Minor): Monumen Bong Belung (C) terdapat alat sembahyang (A).
Kesimpulan: Monumen Bong Belung (C) seperti kuburan pemakaman Tionghua yang dibantai (B).
3.Opini 3: The past of past menampilkan romansa kebudayaan Tionghua.
PM(Premis Mayor): Sebuah perahu berisi lampu-lampu lilin elektrik merah (A) menggambarkan romansa kebudayaan Tionghua (B).
Pm(Premis Minor): The past of past (C) terdapat sebuah perahu berisi lampu-lampu lilin elektrik merah (A).
Kesimpulan: The past of past (C) menampilkan romansa kebudayaan Tionghua (B).
4.Opini 4: Karya F. X. Harsono menggugah kita untuk mengingat kejadian kelam jaman dahulu.
PM(Premis Mayor): Menyentuhnya sejarah dan ingatan (A) megingatkan kejadian kelam jaman dahulu (B)
Pm(Premis Minor): Karya F. X. Harsono menggugah (C) menyentuh sejarah dan ingatan (A).
Kesimpulan: Karya F. X. Harsono menggugah kita (C) untuk mengingat kejadian kelam jaman dahulu (B).
II. Tanggapan
Sebuah penalaran silogisme harus memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Keempat opini pada wacana ini sudah memenuhi persyaratan tersebut. Tapi, penalaran silogisme yang benar juga harus memenuhi kaidah silogisme lainnya dan kebenarannya harus dipertanggung jawabkan.
Pada opini pertama, kesalahan penalarannya terletak pada kebenaran penalaran silogisme tersebut atau truthnya. Hal ini dikarenakan Monumen Bong Benong bukanlah sebuah simbol yang mencerminkan seseorang itu adalah seorang Tionghua atau bukan.
Pada opini keempat, kesalahan penalarannya karena melanggar salah satu dari delapan kaidah silogisme yaitu tidak boleh adanya penalaran yang bersifat partikular, sehingga kesimpulannya tidak dapat ditarik dengan sah. Kebenaran pada opini 3 ini juga tidak bisa dipertanggung jawabkan karena menggunakan ‘kita’ yang partikular yang sebenarnya hal itu tidak bisa dibenarkan karena tidak semua orang memiliki pendapat yang sama seperti penulis.
Saran terhadap penalaran silogisme di wacana 12 ini adalah penulis sebaiknya lebih memperhatikan kata-kata yang partikular dan juga mempertimbangkan kebenarannya, sehingga dapat menghargai seseorang yang memiliki pendapat lain. Menggunakan kata-kata partikular tidak dibenarkan karena pendapat penulis bisa saja tidak sama dengan pendapat orang lain yaitu pembaca.
Lanjutan Wacana1
BalasHapus4. Opini: Rumus sengkarut logika 4x6=6x4 sudah diperkosa dan diadili banyak sekali prism.
a. term-term
A:semua rumus
B:sudah diadili dan diperkosa banyak sekali prism.
C: rumus sengkarut logika merupakan suatu rumus.
b. Rekonstrukturisasi
Premis mayor : semua rumus sudah diadili dan diperkosa banyak sekali prism.
Premis minor : rumus sengkarut logika merupakan suatu rumus.
Kesimpulan : Rumus sengkarut logika sudah diadili dan diperkosa banyak sekali prism.
5.Opini : Namun, yang saya lihat pelaku utama pemerkosa logika 4x6=6x4 disini adalah media.
a. term-term:
A: Semua pihak merupakan pelaku utama.
B: pemerkosa logika 4x6=6x4
c: media merupakan salah satu pihak.
b. Rekonstrukturisasi:
Premis mayor : semua pihak memerkosa logika 4x6=6x4 adalah pelaku utama.
Premis minor : Media merupakan salah satu pihak tersebut.
Kesimpulan : Media merupakan pelaku utama pemerkosa logika 4x6=6x4.
6. Opini : Yang intinya, cuma sekedar menjustifikasi guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon.
a. term-term:
A: Semua guru SD bloon.
B: guru SD dijustifikasi bloon.
c: guru pemberi nilai 20 adalah guru SD.
b. Rekonstrukturisasi :
Premis mayor: Semua guru SD djustifikasi bloon.
Premis minor : Guru pemberi nilai 20 merupakan guru SD.
Kesimpulan : Guru SD dijustifikasi bloon.
7. Opini : Walau matematika itu ilmu eksakta, namun dengan isu ini Matematika menjadi ilmu sosial.
a. term-term:
A :Semua ilmu matematika
B : merupakan ilmu eksakta yang menjadi ilmu sosial.
C : matematika menjadi ilmu sosial
b. rekonstrukturisasi
Premis mayor : Semua ilmu matematika merupakan ilmu eksakta yang dijadikan ilmu sosial.
Premis minor: menjadi ilmu sosial dikarenakan terdapat isu.
Kesimpulan : isu menjadikan matematika yang merupakan ilmu eksakta menjadi ilmu sosial.
8. Opini : Apalagi,ada corong media mainstream yang membekingi salah satu golongan.
a.term-term :
A: semua corong media
B: yang selalu membekingi salah satu golongan.
C :media mainstream termasuk suatu media
b. Rekonstrukturisasi
Premis mayor : semua corong media selalu membekingi salah satu golongan
premis minor : Media mainstream termasuk media.
Kesimpulan : Media mainstream membekingi salah satu golongan.
9. Opini : Kedua,karena sejak anak SD yang cenderung lemah dan penurut juga mrnjadi bahan bajar isu 4x6=6x4.
BalasHapusa.term-term:
A : Semua anak SD
B : Cenderung lemah dan penurut.
C : Menjadi bahan bakar isu 4x6=6x4
b. Restrukturisasi
Premis Mayor: Semua anak SD cenderung lemah dan penurut.
Premis minor: menjadi bahan bakar isu 4x6=6x4 merupakan penderitaan anak SD.
Kesimpulan : Anak SD yang cenderung lemah dan penurut menjadi bahan bakar isu 4x6=6x4.
10.Opini : Namanya orang dewasa satu-satunya di kelas. Maka murid SD menganggap ia bnar, segala benar.
a.term-term:
A : Semua guru
B : merupakan orang dewasa
C : Murid SD menganggap guru selalu benar.
b. rekonstrukturisasi
Premis mayor:Semua guru merupakan orang dewasa.
Premis minor : Murid SD menganggap guru selalu benar.
Kesimpulan : Murid SD menganggap guru sebagai orang yang dewasa.
Tanggapan
Wacana ini telah memenuhi persyaratan silogisme. Wacana ini memiliki kalimat-kalimat opini yang di dalamnya terdapat tiga term atau batasan dimana term 1 merupakan predikat dalam premis mayor (B) term 2 yang merupakan subjek dalam premis minor(C) dan term 3 yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor. Kalimat-kalimat opini tersebut juga hanya terdapat tiga proposis, tidak terdapat premis negatif maupun premis partikular. Karena tidak terdapat premis negatif maupun partikular maka dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
Namun wacana tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena banyak sekali premis mayor yang tidak dapat dibenarkan. Tidak benar karena kalimat opini tersebut banyak mmengandung faktor dorongan emosi dimana menjadikan media sosial sebagai media penyaluran emosi penulis, kalau seseorang dalam keadaan yang emosi pada saat memberikan argumen,maka argumennya tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena terdapat kesalahan psikologis pada sisi penulis. Kemudian juga banyak opini yang menggunakan istilah yang berprasangka dimana penulis banyak menghantam lawan bicaranya yang sering dimanfaatkan untuk menjatuhkan kharisma seorang guru SD.
Sebaiknya penulis dapat menulis wacana yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dan opininya harus bersifat merata,seimbang dan sama rata. Karena dalam wacana ini, penulis seolah-olah menyalahkan guru SD yang tidak dapat mengajar dengan baik. Padahal seharusnya penulis berpikir lebih dalam bahwa materi yang guru ajarkan dilandaskan pada kurikulum yang diatur oleh Pemerintah, bukan kehendaknya sendiri.
Nama : Gerri Widiarta
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Presensi : 12
Wacana “Alkisah ASU”
1 Restrukturisasi
1.1 Premis Mayor : Semua manusia adalah makhluk sosial.
Premis Minor : Manusia tidak bisa hidup sendirian.
Kesimpulan : Makhluk sosial tidak bisa hidup sendirian.
1.2 Premis Mayor : Semua manusia adalah ciptaan Allah.
Premis Minor : Manusia diciptakan serupa dengan citra Allah.
Kesimpulan : Manusia adalah ciptaan Allah yang diciptakan serupa dengan Allah.
1.3 Premis Mayor : Semua anjing adalah Hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya.
Premis Minor : Anjing rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
Kesimpulan : Anjing yang dilatih dan bisa mencintai pemiliknya dan rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya.
2 Tanggapan penulis
Berdasarkan hasil restrukturisasi yang dilakukan oleh penulis pada wacana berjudul “Alkisah ASU!” menyatakan bahwa opini-opini tersebut valid/ sah secara silogisme. Dapat dibuktikan dengan adanya term A,B, dan C. Selain itu opini-opini tersebut juga memiliki Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm), dan kesimpulan (K).
Namun ada kesalahan pada kalimat analisa diatas. Kesalahan tersebut terjadi pada Premis Mayor (PM) opini ke-3 yang menyatakan, “Semua anjing adalah Hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya.” Kata “Semua anjing” tidak memiliki bukti yang kuat bahwa semua anjing adalah hewan yang cerdas dan bisa dilatih. Ada beberapa anjing yang mengalami keterbelakangan mental dan tidak bisa untuk dilatih.
Maka dari itu, penulis menyarankan kepada penulis wacana untuk mengubah beberapa kata pada wacana tersebut agar kebenaran (truth) dari kalimat opini tersebut dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat mencakup masyarakat luas/ semua orang, tidak hanya seseorang atau kelompok.
Wacana 2
BalasHapus1. Opini : Sore itu, seperti biasa Amir yang masih duduk di bangku SD disuruh Ibunya untuk mengerjakan pr sekolah.
a.term-term :
A: Semua anak
B: yang masih duduk di bangku SD disuruh Ibunya mengerjakan pr sekolah.
C: Amir duduk di bangku SD
b. Rekonstrukturisasi
Premis mayor : Semua anak yang masih duduk di SD disuruh ibunya mengerjakan pr.
Premis minor : Amir duduk di bangku SD.
Kesimpulan : Amir disuruh ibunya mengerjakan PR.
2. Opini : Amir meminta tolong ayahnya untuk membantunya mengerjakan PR.
a. term-term:
A: Semua yang dekat dengan Ayah
B: Diminta Amir untuk membantunya mengerjakan PR.
C: Amir dekat dengan Ayah
b. Rekonstrukturisasi
Premis mayor : Semua yang dekat dengan ayah diminta Amir untuk membantunya mengerjakan pr.
Premis minor : Amir dekat dengan ayah.
Kesimpulan : Amir meminta tolong ayahnya untuk mengerjakan PR.
3. Opini: Setelah sang inu memberitahu apa jawabannya, Amir lalu bertanya lagi pada ibunya tentang soal yang kedua.
a. term-term :
A: Semua ibu yang dekat dengan anaknya.
B: memberitahu jawaban prnya.
C : Amir dekat dengan ibunya.
b) Rekonstrukturisasi
Premis mayor: Semua ibu yang dekat dengan anaknya memberitahu jawaban pr anaknya.
Premis minor : Amir dekat dengan ibunya.
Kesimpulan : Ibu Amir memberi tahu jawaban prnya.
4. Opini : teriak ibunya Amir memanggil suaminya yang terkenal pelit itu.
a.term-term :
A: Semua suami pelit.
B: Dipanggil oleh istrinya.
C: Ibu Amir memiliki suami.
b. Rekonstrukturisasi
Premis Mayor: Semua suami yang pelit dipanggil oleh istrinya.
Premis Minor : Ibu Amir memiliki suami.
Kesimpulan : Suami Ibu Amir pelit.
TANGGAPAN
Wacana ini telah memenuhi persyaratan silogisme. Wacana ini memiliki kalimat-kalimat opini yang di dalamnya terdapat tiga term atau batasan dimana term 1 merupakan predikat dalam premis mayor (B) term 2 yang merupakan subjek dalam premis minor(C) dan term 3 yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor. Kalimat-kalimat opini tersebut juga hanya terdapat tiga proposisi, tidak terdapat premis negatif maupun premis partikular. Karena tidak terdapat premis negatif maupun partikular maka dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
Namun wacana tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena banyak sekali premis mayor yang tidak dapat dibenarkan. Tidak benar karena terdapat kesalahan penalaran karena tidak mengerti persoalan dimana Ibu dan Ayah Amir bukan membicarakan mengenai pr amir yang menjadi pokok bahasan, melainkan membicarakan tentang singgungan Ibu Amir kepada Ayahnya yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan pada saat itu.Kemudian juga pada kalimat opini terdapat istilah yang prasangka yang bersifat menghantam lawan bicaranya yang dapat menjatuhkan kharisma seseorang dimana pada wacana ini mengenai Ibunya Amir yang selalu menyindir Ayahnya karena Ayah Amir terkenal pelit.
Sebaiknya penulis dapat menulis wacana yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dan opininya harus bersifat merata,seimbang dan sama rata. Karena dalam wacana ini, penulis seolah-olah menyinggung mengenai sifat pelit yang dimiliki oleh Ayahnya saja. Dengan cara menggunakan pr Amir sebagai senjata utamanya. Padahal hal tersebut sebenarnya sangat tidak diperlukan pada kondisi saat itu.
Nama : Gerri Widiarta
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Presensi : 12
Wacana “Slogan-slogan Cinta-2”
1. Restrukturisasi
1.1. Premis Mayor : Semua wadah mampu menampung segalanya.
Premis Minor : Cinta adalah sebuah wadah.
Kesimpulan : Cinta mampu menampung segalanya.
1.2. Premis Mayor : Semua sutra itu lembut.
Premis Minor : Cinta itu seperti sutra.
Kesimpulan : Cinta itu lembut.
1.3. Premis Mayor : Hijau dedaunan itu menyejukkan.
Premis Minor : Cinta menumbuhkan hijau dedaunan.
Kesimpulan : Cinta itu menyejukkan.
1.4. Premis Mayor : Benalu liar itu menyakitkan.
Premis Minor : Cinta bukan menumbuhkan benalu liar.
Kesimpulan : Cinta tidak menyakitkan.
1.5. Premis Mayor : Semua bunga akan bermekaran bila disiram dengan kasih dan sayang.
Premis Minor : Cinta itu bunga.
Kesimpulan : Cinta akan bermekaran bila disiram dengan kasih dan sayang.
1.6. Premis Mayor : Semua hukum mempunyai banyak aturan.
Premis Minor : Cinta tidak seperti hukum.
Kesimpulan : Cinta tidak mempunyai banyak aturan.
1.7. Premis Mayor : Tidak neko-neko itu apa adanya.
Premis Minor : Cinta itu tidak neko-neko.
Kesimpulan : Cinta itu apa adanya
2. Tanggapan penulis
Berdasarkan hasil restrukturisasi yang dilakukan oleh penulis pada wacana berjudul “Alkisah ASU!” menyatakan bahwa opini-opini tersebut valid/ sah secara silogisme. Dapat dibuktikan dengan adanya term A,B, dan C. Selain itu opini-opini tersebut juga memiliki Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm), dan kesimpulan (K).
Namun penulis menemukan beberapa kesalahan pada kalimat analisa diatas, pada kesimpulan opini ke-1 yang menyatakan, “Cinta mampu menampung segalanya.” Pada kenyataannya cinta tidak dapat menampung segala hal. Pada kesimpulan opini ke-2 yang menyatakan, “Cinta itu lembut.” Kata “lembut” salah karena tidak semua orang beranggapan bahwa cinta itu lembut. Pada Premis Minor opini ke-3 yang menyatakan, “Cinta menumbuhkan hijau dedaunan.” Kenyataannya cinta tidak dapat menumbuhkan dedaunan. Pada kesimpulan opini ke-5 yang menyatakan, “Cinta akan bermekaran bila disiram dengan kasih dan sayang.” Karena cinta tidak dapat bermekaran seperti bunga.
Maka dari itu, penulis menyarankan kepada penulis wacana untuk mengubah beberapa kata pada wacana tersebut agar kebenaran (truth) dari kalimat opini tersebut dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat mencakup masyarakat luas/ semua orang, tidak hanya seseorang atau kelompok.
Wacana 14
BalasHapusOpini 1 : Amir yang masih duduk di bangku SD disuruh ibunya untuk mengerjakan PR sekolah
PM : Anak SD disuruh ibunya mengerjakan PR
Pm : Amir adalah anak SD
K : Amir disuruh ibunya mengerjakan PR
Opini 2 : Amir pun segera mengeluarkan buku tulisnya yang bersampul gambar Batman
PM : Buku tulis Amir bersampul gambar Batman
Pm : Amir mengerluarkan buku tulisnya
K : Amir mengeluarkan buku bersampul gambar Batman
Tanggapan
Menururt analisa penulis kedua opini tersebut sah secara kaidah-kaidah silogisme. Setiap opini sudah terdiri dari tiga bagian yaitu, premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Terdapat kesalahan pada premis mayor opini pertama. Dengan kata “Anak SD” menyangkut seluruh komunitas anak SD yang ada. Sehingga dapat dikatakan premis mayor pada opini pertama tidak sesuai dengan realita yang ada. Seharusnya kata “Anak SD” diganti menjadi “Sebagian anak SD”.
Penulis juga tidak spendapat dengan premis mayor opini pertama yang berbunyi “Anak SD disuruh ibunya mengerjakan PR”. Tidak semua anak SD disuruh oleh ibunya untuk mengerjakan PR sekolah, bisa saja ada yang tidak tinggal bersama ibunya. Sehingga dapat dikatakan premis mayor tersebut tidak selaras dengan realita kehidupan yang ada pada zaman sekarang.
Yoshua Amadeus/ XII P1/ 35
BalasHapusWacana 14
Opini 1 : Amir yang masih duduk di bangku SD disuruh ibunya untuk mengerjakan PR sekolah
PM : Anak SD disuruh ibunya mengerjakan PR
Pm : Amir adalah anak SD
K : Amir disuruh ibunya mengerjakan PR
Opini 2 : Amir pun segera mengeluarkan buku tulisnya yang bersampul gambar Batman
PM : Buku tulis Amir bersampul gambar Batman
Pm : Amir mengerluarkan buku tulisnya
K : Amir mengeluarkan buku bersampul gambar Batman
Tanggapan
Menururt analisa penulis kedua opini tersebut sah secara kaidah-kaidah silogisme. Setiap opini sudah terdiri dari tiga bagian yaitu, premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Terdapat kesalahan pada premis mayor opini pertama. Dengan kata “Anak SD” menyangkut seluruh komunitas anak SD yang ada. Sehingga dapat dikatakan premis mayor pada opini pertama tidak sesuai dengan realita yang ada. Seharusnya kata “Anak SD” diganti menjadi “Sebagian anak SD”.
Penulis juga tidak spendapat dengan premis mayor opini pertama yang berbunyi “Anak SD disuruh ibunya mengerjakan PR”. Tidak semua anak SD disuruh oleh ibunya untuk mengerjakan PR sekolah, bisa saja ada yang tidak tinggal bersama ibunya. Sehingga dapat dikatakan premis mayor tersebut tidak selaras dengan realita kehidupan yang ada pada zaman sekarang.
Nama : Willyandi Tairas
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 33
Wacana 13 "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media"
Restrukturisasi:
Inti Opini 1 : Rumus sengkarut logika 4 x 6 = 6 x 4 sudah diperkosa dan diadili banyak sekali prism.
PM : Semua rumus logika 4 x 6 = 6 x 4 sudah diperkosa dan diadili banyak sekali prism.
Pm : Doktor fisika, pemerhati pendidik, pendidik, atau budayawan, atau pengamat ilmu sosial adalah prism.
K : Semua rumus logika 4 x 6 = 6 x 4 sudah diperkosa dan diadili doktor fisika, pemerhati pendidik, pendidik, atau budayawan atau pengamat sosial.
Inti Opini 2 : Jarang saya kira ada murid SD yang kritis dan berani menyanggah gurunya.
PM : Semua murid SD jarang kritis dan berani menyanggah gurunya.
Pm : Adik dari pengunggah isu logika 4 x 6 = 6 x 4 di Facebook adalah murid SD.
K : Adik dari pengunggah isu logika 4 x 6 = 6 x 4 di Facebook adalah murid SD yang jarang kritis dan berani menyanggah gurunya.
Inti Opini 3 : Namun, yang saya lihat 'pelaku utama' pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 disini adalah media, khususnya media sosial.
PM : Semua media adalah pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
Pm : Media sosial adalah salah satu media.
K : Media sosial adalah pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
Tanggapan:
Berdasarkan opini-opini yang ditemukan di Wacana 13 yang berjudul "Soal 4 x 6, Saat Matematika SD Diperkosa Media", penulis menemukan 3 opini. Seluruh opini telah memenuhi kaidah silogisme yang pertama. Hal ini berarti seluruh opini telah memenuhi syarat kaidah silogisme yang pertama yaitu valid atau opini-opini tersebut memiliki kesimpulan yang sahih. Tetapi, walaupun opini-opini tersebut telah memenuhi kaidah silogisme yang pertama yaitu berdasarkan valid (sah), opini-opini tersebut belum tentu memenuhi syarat yang kedua yaitu truth (kebenaran). Hal ini dikarenakan opini-opini tersebut tidak memiliki kesesuaian dengan kenyataan. Pada opini 2, kesimpulan yang ditarik memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa anak SD tersebut jarang kritis dan berani menyanggah gurunya. Padahal, kenyataannya anak SD tersebut belum tentu jarang kritis dan berani menyanggah gurunya. Lalu, pada opini 3, kesimpulan yang ditarik menimbulkan pemahaman pada pembaca bahwa media sosial adalah pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4. Sedangkan, pada kenyataannya belum tentu media sosial adalah pelaku utama pemerkosa logika 4 x 6 = 6 x 4.
Saran penulis yaitu penulis wacana sebaiknya tidak menimbulkan pemahaman yang belum tentu kebenarannya kepada pembaca. Hal ini dapat dilakukan di opini 2 dan 3 yang tidak memenuhi kaidah silogisme yang kedua yaitu truth (kebenaran). Dengan belum adanya kesesuaian apakah opini yang dilontarkan penulis wacana dengan kebenaran yang ada, maka hal ini dapat menimbulkan pemahaman yang salah oleh pembaca.
Alternatif yang dapat digunakan oleh penulis wacana adalah dengan menyertakan bukti-bukti yang mendukung opini yang dilontarkan oleh penulis wacana sehingga pembaca dapat memahami opini tersebut dengan benar karena adanya data-data yang mendukung kebenaran dari opinin tersebut.
Nama : Willyandi Tairas
BalasHapusKelas : XII IPA 1
Nomor absen : 33
Wacana 14 "Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika"
Restrukturisasi:
Inti Opini 1 : Ibunya Amir memanggil suaminya yang terkenal pelit itu.
PM : Ibunya Amir memanggil suaminya.
Pm : Suaminya ibunya Amir adalah orang yang terkenal pelit.
K : Ibunya Amir memanggil suaminya yang terkenal pelit.
Tanggapan:
Penulis menemukan sebuah opini pada wacana 14 yang berjudul "Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika". Berdasarkan hasil analisis penulis, opini tersebut telah memenuhi kaidah silogisme yang pertama yaitu opini tersebut bersifat valid. Tetapi, opini tersebut tidak memenuhi kaidah silogisme yang kedua yaitu truth (kebenaran). Hal ini dikarenakan adanya pemahaman yang didapatkan oleh pembaca bahwa suaminya ibunya Amir adalah orang yang terkenal pelit. Padahal, pada kenyataannya, belum tentu suaminya ibunya Amir adalah orang yang terkenal pelit.
Saran penulis kepada penulis wacana yaitu sebaiknya tidak menimbulkan pemahaman yang belum tentu kebenarannya kepada pembaca. Hal ini dapat dilakukan pada opini 1 yang tidak memenuhi kaidah silogisme yang kedua yaitu truth (kebenaran). Penulis sebaiknya tidak memasukkan opini yang menimbulkan pemahaman bahwa suaminya ibunya Amir adalah orang yang pelit karena hal tersebut belum tentu sesuai dengan kenyataannya.
Alternatif yang dapat digunakan oleh penulis wacana yaitu menyertakan bukti bahwa suaminya ibunya Amir adalah orang yang terkenal pelit sehingga kalimat tersebut memenuhi syarat silogisme yang kedua yaitu truth karena adanya data-data yang mendukung berdasarkan kenyataan yang disertakan oleh penulis wacana.
Nama : Ahmad Rizki Dwi Prasetia
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 01
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 1 :
1. Pernah suatu hari aku ada tugas mendadak sehingga tidak bisa mendampingi anak nomor dua (waktu itu kelas 3 SD) mengerjakan PR bahasa Jawa. Jadi mau tidak mau si anak harus bertanya kepada Bapaknya.
PM : Aku ada tugas mendadak jadi tidak bisa mengerjakan PR bahasa Jawa.
Pm : Anak bertanya kepada bapaknya karena aku ada tugas mendadak.
K : Anak bertanya kepada bapaknya untuk mengerjakan PR bahasa Jawa.
2. Dari kejadian tersebut ada hikmah yang dapat kupetik bahwa Allah pasti memberikan kelebihan pada setiap hambaNya.
PM : Ada hikmah yang dapat dipetik berupa kelebihan pada setiap hambaNya.
Pm : Allah memberikan hikmah yang dapat dipetik.
K : Allah memberikan kelebihan pada setiap hambaNya.
3. Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Aku tidak menguasai pelajaran matematika tetapi bisa menghidupi keluarga selama sebulan.
Pm : Aku mampu mengelola duit tetapi aku tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Aku mampu mengelola duit untuk menghidupi keluarga selama sebulan.
Tanggapan terhadap wacana 1 :
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 1 telah sesuai dengan kaidah silogisme atau dapat dikatakan valid. Hal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat-kalimat opini tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur. Hal itu dapat ditunjukkan pada kalimat “Aku pernah berantem ‘abis-abisan’ dengan suami gegara matematika” yang terdapat pada paragraf kedua wacana 1. Berantem abis-abisan yang dimaksudkan pada kalimat tersebut tidak dapat diketahui dalam bentuk yang seperti apa. Berantem abis-abisan bisa berupa pertengkaran fisik, adu pendapat, ataupun perdebatan yang keras. Dan juga abis-abisan yang dimaksud tidak diketahui batasannya. Pada kalimat “Kebetulan aku ‘sedikit’ menguasai pendidikan agama Islam, untuk urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku di atas awan.” yang berada pada paragraf keempat wacana 1 terdapat kesalahan pemilihan kata yang membuat kalimat menjadi tidak efektif. Tiga kata “di atas awan” tidak bisa mewakili pernyataan bahwa subjek “aku” tersebut paham dan menguasai mengenai pendidikan agama Islam. Dan juga kata “sedikit” tidak terukur karena tidak terdapat batasan yang jelas.
Saran terhadap kalimat-kalimat dalam wacana 1 yaitu kalimat-kalimat tersebut sebaiknya menggunakan kata-kata lain yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna atau arti yang sama. Kalimat-kalimat opini tersebut sebaiknya disesuaikan dengan aturan tata bahasa yang formal agar dapat dipahamisecara maksimal oleh pembaca. Dan juga sebaiknya pemilihan kata pada kalimat opini harus dipilih dengan baik agar susunan katanya dapat membuat suatu kalimat yang efektif.
Penolakan terhadap wacana 1
Kalimat “Kebetulan aku ‘sedikit’ menguasai pendidikan agama Islam, untuk urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.” mendapatkan penolakan. Hal itu dikarenakan tiga kata “di atas awan” pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan fakta. Penulis pada kenyataannya tidak berada di atas awan ketika ia menguasai pendidikan agama Islam. Selain itu, kalimat “#pleaseee,,, untuk para ahli jangan ngetawain yaaa., ini curhat yang paling dalam.” juga mengalami penolakan karena kalimat tersebut tidak sesuai dengan tata Bahasa Indonesia.
Nama : Ahmad Rizki Dwi Prasetia
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 01
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 2 :
1. Pertanyaannya, jika mereka ditarik menjadi menteri, apakah daerahnya akan tetap menanjak menjadi “Hebat”, atau sebaliknya merosot menjadi “Tidak Hebat”? Mungkin bisa tetap menanjak, jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
PM : Daerah tidak merosot jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
Pm : Daerah tetap menanjak apabila daerah tidak merosot.
K : Daerah tetap menanjak jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
2. Tapi, kalau kualitas wakilnya jauh di bawah, maka daerahnya akan merosot kembali ke bawah. Artinya, Indonesia akan kehilangan sejumlah kabupaten/kota “Hebat”.
PM : Daerah dengan kualitas wakil yang jauh di bawah akan merosot kembali ke bawah.
Pm : Indonesia kehilangan sejumlah kabupaten/kota yang hebat bila ada daerah dengan kualitas wakil yang jauh di bawah.
K : Indonesia kehilangan sejumlah kabupaten/kota yang hebat dan merosot kembali ke bawah.
3. Sebelum blunder terjadi, maka wajar jika warga daerah yang kepalanya ditarik Jokowi akan berteriak serentak, “Pak Jokowi, jangan ambil kepala daerah kami”.
PM : Tidak melakukan blunder sebelum terjadi agar Pak Jokowi tidak mengambil kepala daerahnya
Pm : Warga daerah berteriak pada Pak Jokowi untuk tidak melakukan blunder sebelum terjadi.
K : Warga daerah berteriak agar Pak Jokowi tidak mengambil kepala daerahnya.
Tanggapan terhadap wacana 2:
Kalimat-kalimat opini dalam wacana 2 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam kaidah silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakkan valid.
Namun, terdapat beberapa kalimat di antara wacana 2 yang mempunyai kesalahan-kesalahan karena kebenarannya tidak dapat terukur. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “Ingat! Jokowi mau mentransformasi Indonesia dari “Baik” (good) menjadi “Hebat” (Great).” yang terdapat dalam wacana 2. Pada kalimat tersebut,kata “Baik” ataupun kata “Hebat” merupakan kata yang tidak terukur pada kenyataannya. Kita tidak dapat mengetahui baik yang dimaksudkan dalam bidang apa, apakah dari bidang ekonomi, sosial, politik, atau pertahanan.Selain itu, kalimat “Sebelum blunder terjadi, maka wajar jika warga daerah yang kepalanya ditarik Jokowi akan berteriak serentak, “Pak Jokowi, jangan ambil kepala daerah kami” pada kalimat opini analisa ketiga bukanlah kalimat yang efektif. Hal ini dikarenakan terdapat kata “kepala” yang pada umumnya kata kepala diartikan sebagai bagian organ dari makhluk hidup.
Saran terhadap kalimat-kalimat tersebut yaitu kalimat-kalimat itu hendaknya mempunyai kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi dapat terukur dengan menggunakan kata lain yang memiliki referensi serupa namun memiliki fakta yang dapat terukur. Kalimat tersebut hendaknya menggunakan kata-kata yang efektif agar maksud dari kalimat tersebut dapat dimengerti dengan baik.
Penolakan terhadap wacana 2:
Kalimat “Mungkin Jokowi adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat” yang terdapat dalam wacana 2 tersebut mendapat penolakan karena kalimat tersebut berisi tanggapan atau pendapat mengenai seseorang yang belum dibuktikan kebenarannya. Tidak ada jaminan kebenaran karena tindakan yang akan diambil Jokowi belum dilakukan.
Nama : Ahmad Rizki Dwi Prasetia
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 01
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 2 :
1. Pertanyaannya, jika mereka ditarik menjadi menteri, apakah daerahnya akan tetap menanjak menjadi “Hebat”, atau sebaliknya merosot menjadi “Tidak Hebat”? Mungkin bisa tetap menanjak, jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
PM : Daerah tidak merosot jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
Pm : Daerah tetap menanjak apabila daerah tidak merosot.
K : Daerah tetap menanjak jika wakilnya memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang lebih setara.
2. Tapi, kalau kualitas wakilnya jauh di bawah, maka daerahnya akan merosot kembali ke bawah. Artinya, Indonesia akan kehilangan sejumlah kabupaten/kota “Hebat”.
PM : Daerah dengan kualitas wakil yang jauh di bawah akan merosot kembali ke bawah.
Pm : Indonesia kehilangan sejumlah kabupaten/kota yang hebat bila ada daerah dengan kualitas wakil yang jauh di bawah.
K : Indonesia kehilangan sejumlah kabupaten/kota yang hebat dan merosot kembali ke bawah.
3. Sebelum blunder terjadi, maka wajar jika warga daerah yang kepalanya ditarik Jokowi akan berteriak serentak, “Pak Jokowi, jangan ambil kepala daerah kami”.
PM : Tidak melakukan blunder sebelum terjadi agar Pak Jokowi tidak mengambil kepala daerahnya
Pm : Warga daerah berteriak pada Pak Jokowi untuk tidak melakukan blunder sebelum terjadi.
K : Warga daerah berteriak agar Pak Jokowi tidak mengambil kepala daerahnya.
Tanggapan terhadap wacana 2:
Kalimat-kalimat opini dalam wacana 2 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam kaidah silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakkan valid.
Namun, terdapat beberapa kalimat di antara wacana 2 yang mempunyai kesalahan-kesalahan karena kebenarannya tidak dapat terukur. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “Ingat! Jokowi mau mentransformasi Indonesia dari “Baik” (good) menjadi “Hebat” (Great).” yang terdapat dalam wacana 2. Pada kalimat tersebut,kata “Baik” ataupun kata “Hebat” merupakan kata yang tidak terukur pada kenyataannya. Kita tidak dapat mengetahui baik yang dimaksudkan dalam bidang apa, apakah dari bidang ekonomi, sosial, politik, atau pertahanan.Selain itu, kalimat “Sebelum blunder terjadi, maka wajar jika warga daerah yang kepalanya ditarik Jokowi akan berteriak serentak, “Pak Jokowi, jangan ambil kepala daerah kami” pada kalimat opini analisa ketiga bukanlah kalimat yang efektif. Hal ini dikarenakan terdapat kata “kepala” yang pada umumnya kata kepala diartikan sebagai bagian organ dari makhluk hidup.
Saran terhadap kalimat-kalimat tersebut yaitu kalimat-kalimat itu hendaknya mempunyai kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi dapat terukur dengan menggunakan kata lain yang memiliki referensi serupa namun memiliki fakta yang dapat terukur. Kalimat tersebut hendaknya menggunakan kata-kata yang efektif agar maksud dari kalimat tersebut dapat dimengerti dengan baik.
Penolakan terhadap wacana 2:
Kalimat “Mungkin Jokowi adalah kesalahan sejarah yang harus terjadi demi Indonesia Hebat” yang terdapat dalam wacana 2 tersebut mendapat penolakan karena kalimat tersebut berisi tanggapan atau pendapat mengenai seseorang yang belum dibuktikan kebenarannya. Tidak ada jaminan kebenaran karena tindakan yang akan diambil Jokowi belum dilakukan.
Nama : Ahmad Rizki Dwi Prasetia
BalasHapusKelas / No : XII IPA 1 / 01
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 1 :
1. Pernah suatu hari aku ada tugas mendadak sehingga tidak bisa mendampingi anak nomor dua (waktu itu kelas 3 SD) mengerjakan PR bahasa Jawa. Jadi mau tidak mau si anak harus bertanya kepada Bapaknya.
PM : Aku ada tugas mendadak jadi tidak bisa mengerjakan PR bahasa Jawa.
Pm : Anak bertanya kepada bapaknya karena aku ada tugas mendadak.
K : Anak bertanya kepada bapaknya untuk mengerjakan PR bahasa Jawa.
2. Dari kejadian tersebut ada hikmah yang dapat kupetik bahwa Allah pasti memberikan kelebihan pada setiap hambaNya.
PM : Ada hikmah yang dapat dipetik berupa kelebihan pada setiap hambaNya.
Pm : Allah memberikan hikmah yang dapat dipetik.
K : Allah memberikan kelebihan pada setiap hambaNya.
3. Aku memang tidak menguasai di pelajaran matematika tapi masih mampu mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
PM : Aku tidak menguasai pelajaran matematika tetapi bisa menghidupi keluarga selama sebulan.
Pm : Aku mampu mengelola duit tetapi aku tidak menguasai pelajaran matematika.
K : Aku mampu mengelola duit untuk menghidupi keluarga selama sebulan.
Tanggapan terhadap wacana 1 :
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 1 telah sesuai dengan kaidah silogisme atau dapat dikatakan valid. Hal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat-kalimat opini tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur. Hal itu dapat ditunjukkan pada kalimat “Aku pernah berantem ‘abis-abisan’ dengan suami gegara matematika” yang terdapat pada paragraf kedua wacana 1. Berantem abis-abisan yang dimaksudkan pada kalimat tersebut tidak dapat diketahui dalam bentuk yang seperti apa. Berantem abis-abisan bisa berupa pertengkaran fisik, adu pendapat, ataupun perdebatan yang keras. Dan juga abis-abisan yang dimaksud tidak diketahui batasannya. Pada kalimat “Kebetulan aku ‘sedikit’ menguasai pendidikan agama Islam, untuk urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku di atas awan.” yang berada pada paragraf keempat wacana 1 terdapat kesalahan pemilihan kata yang membuat kalimat menjadi tidak efektif. Tiga kata “di atas awan” tidak bisa mewakili pernyataan bahwa subjek “aku” tersebut paham dan menguasai mengenai pendidikan agama Islam. Dan juga kata “sedikit” tidak terukur karena tidak terdapat batasan yang jelas.
Saran terhadap kalimat-kalimat dalam wacana 1 yaitu kalimat-kalimat tersebut sebaiknya menggunakan kata-kata lain yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna atau arti yang sama. Kalimat-kalimat opini tersebut sebaiknya disesuaikan dengan aturan tata bahasa yang formal agar dapat dipahamisecara maksimal oleh pembaca. Dan juga sebaiknya pemilihan kata pada kalimat opini harus dipilih dengan baik agar susunan katanya dapat membuat suatu kalimat yang efektif.
Penolakan terhadap wacana 1
Kalimat “Kebetulan aku ‘sedikit’ menguasai pendidikan agama Islam, untuk urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.” mendapatkan penolakan. Hal itu dikarenakan tiga kata “di atas awan” pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan fakta. Penulis pada kenyataannya tidak berada di atas awan ketika ia menguasai pendidikan agama Islam. Selain itu, kalimat “#pleaseee,,, untuk para ahli jangan ngetawain yaaa., ini curhat yang paling dalam.” juga mengalami penolakan karena kalimat tersebut tidak sesuai dengan tata Bahasa Indonesia.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Restrukturisasi Wacana 5 "Alkisah Asu"
Restrukturisasi Kalimat Opini (1)
PM : Semua hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya patut untuk diteladani.
Pm : Anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya.
K : Anjing adalah hewan yang patut untuk diteladani.
Restrukturisasi Kalimat Opini (2)
PM : Semua hewan yang diperlakukan secara tidak asuwi akan menyerang manusia hingga membunuhnya.
Pm : Anjing diperlakukan secara tidak asuwi.
K : Anjing akan menyerang manusia hingga membunuhnya.
Restrukturisasi Kalimat Opini (3)
PM : Semua mahluk ciptaan Allah yang serupa dan secitra dengan Allah harusnya berakhlak mulia.
Pm : Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang serupa dan secitra dengan Allah.
K : Manusia harusnya berahklak mulia.
Restrukturisasi Kalimat Opini (4)
PM : Semua orang yang dibilang “Dasar ASU!” harus membalas dengan senyuman dan ucapan terimakasih.
Pm : Saya dibilang “Dasar ASU!”
K : Saya harus membalas dengan senyuman dan ucapan terimakasih.
Restrukturisasi Kalimat Opini (5)
PM : Semua orang yang melihat segala sesuatu dari sisi positif mampu melawan puluhan sisi kelamahan pada dirinya.
Pm : Saya melihat segala sesuatu dari sisi positif.
K : Saya mampu melawan puluhan sisi kelamahan pada dirinya.
Citra Pratiwi Prayitno / XII IPA 1 / 06
BalasHapusWacana 3
1. Restrukturisasi
1.1Premis Mayor : Semua orang harus memiliki kualitas penegasan yang baik yaitu dengan memperlakukan dirinya dengan tegas.
Premis Minor: Seorang pemimpin harus memiliki kualitas penegasan yang baik.
Kesimpulan: Seorang pemimpin harus memperlakukan dirinya dengan tegas.
1.2 Premis Mayor: Semua orang harus memutuskan segala sesuatu dengan bulat dan berani mengambil resiko.
Premis Minor : Seorang pemimpin harus memutuskan segala sesuatu dengan bulat.
Kesimpulan : Seorang pemimpin harus berani mengambil resiko.
1.3 Premis Mayor: Semua orang akan tampak lebih percaya diri jika mempunyai sifat tegas.
Premis Minor : Seorang pemimpin harus tampak percaya diri.
Kesimpulan : Seorang pemimpin harus mempunyai sifat tegas.
1.4 Premis Mayor: Setiap orang yang berani mengambil resiko, berarti berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Premis Minor : Orang yang ‘tegas’ berani mengambil resiko.
Kesimpulan : Orang yang ‘tegas’ berani menghadapi tantangan dalam hidupnya.
1.5 Premis Mayor: Setiap orang harus meningkatkan daya logikanya untuk perkembangan pola pikir, perasaan dan perilakunya.
Premis Minor : Orang yang ‘tegas’ harus meningkatkan daya logikanya.
Kesimpulan : Orang yang ‘tegas’ akan berkembang pola pikir, perasaan dan perilakunya.
1.6 Premis Mayor: Setiap orang yang selalu memotivasi dirinya akan bangkit dan bersemangat kembali.
Premis Minor : Orang yang memiliki karakter bersikap tegas selalu memotivasi dirinya.
Kesimpulan :Orang yang memiliki karakter bersikap tegas akan bangkit dan bersemangat kembali.
1.7 Premis Mayor: Setiap orang harus membangun kepercayaan diri untuk memiliki ketegasan diri.
Premis Minor : Orang yang tegas membangun kepercayaan diri.
Kesimpulan : Orang yang tegas memiliki unsur ketegasan diri.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Analisis Wacana 5 "Alkisah ASU"
Kalimat opini yang terdapat dalam wacana berjudul “Alkisah ASU” dapat direstrukturisasi menjadi lima buah kalimat opini inti. Kalimat opini dianilisis menurut validitasnya (valid) dan kebenarannya (truth). Kelima kalimat silogisme di atas sudah sesuai dengan kaidah silogisme yaitu terdiri dari tiga proporsi utama yang meliputi Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm) dan Kesimpulan (K), sehingga kalimat dikatakan sudah valid. Namun, resturkturasi kalimat opini di atas tidak mengandung kebenaran (truth), karena pada kalimat tersebut terdapat pernyataan yang dianggap tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan memiliki predikat yang tidak terukur. Salah satu contoh yaitu kalimat “Semua mahluk ciptaan Allah yang serupa dan segambar dengan Allah harusnya berahklak mulia”. Dalam kalimat opini tersebut terdapat kata “harus” yang tidak dapat dikukur predikatnya, karena tidak diikuti dengan keterangan yang dapat menjelaskan predikat tersebut. Sementara itu, kata “semua” pada premis mayor dalam restrukturisasi ketiga, keempat dan kelima juga terkesan mewakili seluruh subjek secara unirversal, walaupun pada dasarnya suatu pernyataan yang berasal dari satu pribadi tidak dapat mewakili seluruh populasi dunia. Selain itu, kalimat tersebut tentu saja tidak sesuai pada realita atau fakta, karena pada kenyataannya tidak semua manusia berakhlak mulia. Perbuatan dan sikap manusia tidak dapat dibatasi ataupun dipatok pada satu ketentuan dimana hal tersebut akan membuat presepsi “seolah-olah” yang tidak dapat diyakini kebenarannya.
Tanggapan penulis terhadap wacana “Alkisah ASU” adalah tidak menyetujui opini yang dilontarkan oleh Sdr. Claudius , karena penulis beranggapan bahwa opini tersebut tidak berlandaskan pada kenyataan dan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Disamping menghargai pendapat yang disampaikan oleh Sdr. Claudius, namun sekali lagi dapat ditegaskan bahwa pendapat beliau masih belum memenuhi syarat kebenaran (truth) dalam kaidah silogisme.
Penulis memiliki penolakkan terhadap opini yang dilontarkan oleh Claudius. Penolakkan ini berdasarkan kepada pendapat Claudius, dimana Sdr. Claudius berpendapat bahwa menyamakan seseorang dengan hewan bukanlah hal yang patut untuk disalahkan, melainkan mereka yang direndahkan haruslah merasa bangga dan membalas dengan senyuman. Hal ini tentu saja bertentangan dengan realita dan akal sehat, dimana tidak semua orang dapat menganggap bahwa disamakan dengan hewan, sekalipun hewan tersebut adalah anjing yang terkenal akan kecerdasan dan kesetiaannya, adalah sesuatu yang patut dibanggakan. Penyetaraan manusia dengan hewan adalah hal yang dianggap tabu dan tidak sopan oleh kalangan masyarakat luas, karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Saran penulis terhadap opini dari Sdr. Claudius adalah lebih baik jika predikat yang digunakan dalam kalimat-kalimat opini tersebut dapat terukur dan memiliki keterangan yang jelas. Selain itu, dapat pula diperbaiki subjek pada premis mayor serta menyertakan bukti-bukti nyata yang dapat mendukung opini tersebut.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Restrukturisasi Wacana 6 "Slogan-slogan Cinta 2"
1. Restrukturisasi Kalimat Opini (1)
PM : Semua cinta yang sejati adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.
Pm : Cinta adalah sejati.
K : Cinta adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.
2. Restrukturisasi Kalimat Opini (2)
PM : Semua cinta yang materialis tidak akan membuat seseorang kenyang.
Pm : Cinta bersifat materialis.
K : Cinta tidak akan membuat seseorang kenyang.
3. Restrukturisasi Kalimat Opini (3)
PM : Semua cinta yang tulus tidak dapat dihentikan dan kian mengakar.
Pm : Cinta adalah ketulusan.
K : Cinta tidak dapat dihentikan dan kian mengakar.
4. Restrukturisasi Kalimat Opini (4)
PM : Semua cinta yang sepaham tak banyak aturan dan selalu seia sejalan.
Pm : Cinta adalah sepaham.
K : Cinta itu tak banyak aturan dan selalu seia sejalan.
Citra Pratiwi Prayitno / XII IPA 1 / 06
BalasHapus2. Analisa Wacana 3
Kalimat di atas sesuai dengan kalimat silogisme karena terdiri dari tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga sudah dapat dinyatakan valid atau sah.
Opini-opini pada wacana di atas belum dapat dibuktikan kebenarannya dan belum mencakup populasi umum pada kalimat bagian premis mayornya.
3. Tanggapan Wacana 3
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, kalimat-kalimat pada wacana 3 yang berjudul “Cara Gampang Bangun Ketegasan pada Diri Sendiri” sudah memenuhi persyaratan dalam silogisme, yaitu dengan memiliki bagian premis mayor, premis minor, dan dapat ditariknya kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat di atas dapat dikatakan valid atau sah.
Namun, opini di atas tidak terdapat kebenaran yang terukur pada bagian kalimat premis mayornya. Sebagai contoh pada kalimat opini pertama yang menyatakan, “Semua orang harus memiliki kualitas penegasan yang baik yaitu dengan memperlakukan dirinya dengan tegas”. Pada kenyataannya, tidak semua orang harus memiliki kualitas penegasan yang baik, karena kualitas diri seseorang biarlah orang tersebut yang menentukan tanpa ada campur tangan pihak lain. Selain itu, dinyatakan bahwa kualitas penegasan yang baik dilakukan dengan memperlakukan dirinya dengan tegas. Padahal suatu sikap tegas dalam diri seseorang dapat tercipta bukan hanya dari dalam diri, tetapi juga lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya pada opini kedua, kalimat premis mayor menyatakan, “Semua orang harus memutuskan segala sesuatu dengan bulat dan berani mengambil resiko”. Pada kenyataannya, dalam mengambil resiko, tidak hanya dibutuhkan keberanian, tetapi juga sikap bertanggung jawab dalam segala akibat yang akan ditimbulkan.
Pada opini ketiga , kalimat premis mayor menyatakan, “Semua orang akan tampak lebih percaya diri jika mempunyai sifat tegas.” hal tersebut belum dapat dibuktikan penalarannya karena tidak semua orang akan tampak lebih percaya diri dikarenakan sifat ketegasannya, mungkin dikarenakan penampilannya ataupun cara ia berkomunikasi dengan orang lain.
Pada opini keempat kalimat premis mayor menyatakan, “Setiap orang yang berani mengambil resiko, berarti berani menghadapi tantangan dalam hidupnya”. Kalimat tersebut terdapat kesalahan nalar dikarenakan belum tentu setiap orang yang berani mengambil resiko akan berani menghadapi tantangan hidup. Karena tantangan hidup seseorang tidak dapat dibandingkan dengan setiap resiko yang harua kita ambil.
Pada opini kelima kalimat premis mayor menyatakan, “Setiap orang harus meningkatkan daya logikanya untuk perkembangan pola pikir, perasaan dan perilakunya”. Kalimat tersebut belum dapat dibuktikan penalarannya, karena orang yang meningkatkan daya logikanya belum tentu hanya akan berdampak pada perkembangan pola pikir, perasaan, ataupun perilaku seseorang.
Pada opini keenam dinyatakan, “Setiap orang yang selalu memotivasi dirinya akan bangkit dan bersemangat kembali” pada kalimat premis mayornya. Padahal tidak setiap orang yang memiliki suatu motivasi akan kembali bangkit dan bersemangat. Hal tersebut tergantung pada individu masing-masing.
Pada opini ketujuh dinyatakan, “Setiap orang harus membangun kepercayaan diri untuk memiliki ketegasan diri” pada kalimat premis mayornya. Padahal tidak setiap orang harus membangun kepercayaan diri untuk memiliki sikap tegas, karena sikap tegas dapat timbul dari keinginan individu itu sendiri.
Saran dalam wacana 3 yaitu kalimat-kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata-kata yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna/arti yang sama. Kalimat-kalimat opini tersebut juga seharusnya disesuaikan dengan aturan tata bahasa yang formal agar dapat dipahami secara maksimal oleh pembaca.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Analisis Wacana 6 "Slogan-slogan Cinta 2"
Kalimat opini yang terdapat dalam wacana berjudul “Slogan-slogan Cinta 2” dapat direstrukturisasi menajdi empat buah kalimat opini inti. Kalimat opini dianilisis menurut validitasnya (valid) dan kebenarannya (truth). Keempat kalimat silogisme di atas sudah sesuai dengan kaidah silogisme yaitu terdiri dari tiga proporsi utama yang meliputi Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm) dan Kesimpulan (K), sehingga kalimat dikatakan sudah valid. Namun, resturkturisasi kalimat opini di atas tidak dapat dipastikan kebenarannya (truth), karena pada kalimat tersebut terdapat pernyataan yang dianggap tidak berlandaskan pada fakta/ realita dan kalimat juga diduga tidak murni pengamatan apa adanya namun telah memiliki bias/ pengaruh dari pendapat pribadi. Salah satu contoh dapat ditemukan pada kalimat “Semua cinta yang sejati adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.” Pada kalimat ini, kata “semua” terkesan terlalu luas cakupannya, sementara tidak semua orang yang pernah jatuh cinta memiliki pendapat yang sama. Selain itu, kata “cinta” sendiri tidak terukur dan tidak dapat pula digambarkan karena pada dasarnya cinta tidak memiliki bentuk fisik sehingga pengambaran semacam apapun bukanlah sesuai dengan fakta yang ada melainkan hanya sebatas pendapat/ imajinasi. Setiap orang memiliki pendapat dan prefensi yang berbeda-beda sehingga cinta dapat ditafsirkan lain tergantung masing-masing pribadi.
Tanggapan penulis terhadap wacana “Slogan-slogan Cinta 2” adalah tidak menyetujui opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet, karena penulis beranggapan bahwa opini tersebut tidak berlandaskan pada fakta dan realita. Kalimat opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet dapat dikategorikan sebagai pendapat pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarnnya. Sdr. Didiet berpendapat bahwa cinta adalah sesuatu hal yang baik, walaupun pada kenyataannya tidak semua orang beranggapan sama. Sdr. Didiet terjebak pada satu sudut pandang saja, yaitu cinta adalah sesuatu yang baik dan tidak neko-neko, sementara “cinta” itu sendiri tidak memiliki pengertian yang pasti mengingat bahwa cinta tidak memiliki bentuk fisik yang dapat dijabarkan dengan kata-kata.
Penulis juga memiliki penolakkan terhadap opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet. Penolakkan ini berdasarkan pada pendapat Sdr. Didiet yang menurut penulis tidak seimbang. Sdr. Didiet hanya menyampaikan sisi-sisi positif dari cinta, dimana beliau berpendapat bahwa cinta itu adalah suatu hal yang baik dan dapat mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan. Dalam wacana tersebut Sdr. Didiet tidak mengemukakan sisi negatif dari cinta, dimana bagi sebagian orang cinta itu menyakitkan dan dapat membuat seseorang turut merasakan putus asa dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Sdr. Didiet terkesan memihak pada satu sisi saja, sehingga dapat dikatakan bahwa opini tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya. Saran penulis terhadap opini tersebut adalah lebih baik jika Sdr. Didiet tidak berpatok pada satu sudut pandang saja, namun turut diperhatikan pula sudut-sudut pandang yang lain. Selain itu, dapat pula diperbaiki subjek pada premis mayor serta menyertakan bukti-bukti nyata yang dapat mendukung opini tersebut.
Citra Pratiwi Prayitno / XII IPA 1 / 06
BalasHapusWacana 4
1. Restrukturisasi
1.1 Premis mayor: Setiap orang menganggap jika sudah masuk koalisi dalam 6 jajaran parpol di Indonesia, maka akan menghasilkan kemenangan dalam pemilu.
Premis minor : Prabowo sudah masuk dalam koalisi 6 jajaran parpol di Indonesia. Kesimpulan : Prabowo akan menghasilkan kemenangan dalam pemilu.
1.2 Premis mayor: Setiap anggota koalisi Parpol Merah Putih membangun imajinasi dan logika jika ingin terpilih menjadi presiden harus mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia.
Premis minor : Prabowo, anggota koalisi Parpol Merah Putih membangun imajinasi dan logika untuk terpilih menjadi presiden.
Kesimpulan : Prabowo mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia.
1.3 Premis mayor : setiap anggota koalisi permanen dianggap akan memilih Prabowo seluruhnya dan berimajinasi ia menjadi presiden Republik Indonesia.
Premis minor : Prabowo, dianggap
Kesimpulan : Prabowo berimajinasi sebagai presiden Republik Indonesia
1.4 Premis mayor: Semua anggota koalisi permanen membangun kepentingan mereka sendiri dan tidak peduli dengan pandangan non-koalisi permanen ataupun pandangan rakyat.
Premis minor : Prabowo, anggota koalisi permanen membangun kepentingannya sendiri.
Kesimpulan : Prabowo tidak peduli dengan pandangan non-koalisi ataupun pandangan rakyat.
1.5 Premis mayor: Semua anggota koalisi Merah Putih melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal menarik perhatian rakyat yang semakin pintar.
Premis minor : Prabowo, anggota koalisi Merah Putih melihat rakyat sebagai deretan manusia.
Kesimpulan : Prabowo gagal menarik perhatian rakyat yang semakin pintar.
1.6 Premis mayor: Setiap anggota koalisi permanen hanya memiliki perspektif satu arah sehingga hanya memandang kemenangan atau kekalahan di atas kertas.
Premis minor : Prabowo, anggota koalisi permanen hanya memiliki perspektif satu arah.
Kesimpulan : Prabowo hanya memandang kemenangan di atas kertas.
Citra Pratwi Prayitno / XII IPA 1 / 06
BalasHapus2. Analisa Wacana 4
Silogisme dianalisis dari segi validitas (valid) dan kebenarannya (truth). Kalimat di atas dari segi validitas sudah sesuai dengan kalimat silogisme karena terdiri dari tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Sedangkan dari sisi kebenarannya, beberapa restrukturisasi silogisme tersebut belum mencakup populasi umum dan tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur sehingga belum dapat dibuktikan kebenarannya
3. Tanggapan Wacana 4
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, kalimat-kalimat pada wacana 4 yang berjudul “Kesamaan Logika 4x6 dan 6x4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan Koalisi Permanen” sudah memenuhi persyaratan dalam silogisme, yaitu dengan memiliki bagian premis mayor, premis minor, dan dapat ditariknya kesimpulan. Oleh karena itu, kalimat di atas dapat dikatakan valid atau sah.
Namun, opini di atas tidak terdapat kebenaran yang terukur pada bagian kalimat premis mayornya. Sebagai contoh pada kalimat opini pertama yang menyatakan, “Setiap orang menganggap jika sudah masuk koalisi dalam 6 jajaran parpol di Indonesia, maka akan menghasilkan kemenangan dalam pemilu”. Opini tersebut terdapat kesalahan nalar dikarenakan tidak setiap orang menganggap jika 6 parpol akan berdampak bagi kemenangan dalam suatu pemilu. Pada kalimat “Setiap anggota koalisi Parpol Merah Putih membangun imajinasi dan logika jika ingin terpilih menjadi presiden harus mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia” yang merupakan kalimat opini kedua terdapat kesalahan nalar bagi subjek kalimat tersebut dan benar apa yang dikatakan penulis. Karena kemenangan dalam suatu pemilu tidak didapatkan dengan mengumpulkan jumlah suara manusia, tetapi juga didapatkan dengan kepercayaan rakyat terhadap calon pemimpinnya. Pada kalimat “Setiap anggota koalisi permanen dianggap akan memilih Prabowo seluruhnya dan berimajinasi ia menjadi presiden Republik Indonesia” yang merupakan kalimat premis mayor opini ketiga tidak terdapat kebenaran di dalamnya karena tidak setiap anggota koalisi permanen akan memilih Prabowo menjadi presiden RI. Sedangkan pada kalimat premis mayor keempat yang menyatakan, ”Semua anggota koalisi permanen membangun kepentingan mereka sendiri dan tidak peduli dengan pandangan non-koalisi permanen ataupun pandangan rakyat” merupakan kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena mungkin saja ada anggota koalisi yang masih peduli rakyat. Pada kalimat premis mayor opini kelima menyatakan, “Semua anggota koalisi Merah Putih melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal menarik perhatian rakyat yang semakin pintar” kalimat tersebut merupakan kalimat salah nalar karena tidak semua anggota koalisi Prabowo yang gagal menarik perhatian rakyat untuk memilih Prabowo. Pada kalimat “Setiap anggota koalisi permanen hanya memiliki perspektif satu arah sehingga hanya memandang kemenangan atau kekalahan di atas kertas” yang merupakan kalimat premis mayor opini keenam terdapat kesalahan di dalamnya karena tidak semua anggota koalisi permanen hanya memiliki perspektif satu arah.
Saran dalam wacana 4 yaitu kalimat-kalimat tersebut hendaknya mencakup semua atau beberapa populasi sehingga tidak digunakan kata semua. Sehingga menggunakan kata-kata yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna/arti yang sama. Kalimat-kalimat opini tersebut juga seharusnya disesuaikan dengan aturan tata bahasa yang formal agar dapat dipahami secara maksimal oleh pembaca.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Restrukturisasi Wacana 5 “Alkisah ASU”
Restrukturisasi Kalimat Opini (1)
PM : Semua hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya patut untuk diteladani.
Pm : Anjing adalah hewan cerdas yang bisa dilatih dan bisa mencintai pemiliknya.
K : Anjing adalah hewan yang patut untuk diteladani.
Restrukturisasi Kalimat Opini (2)
PM : Semua hewan yang diperlakukan secara tidak asuwi akan menyerang manusia hingga membunuhnya.
Pm : Anjing diperlakukan secara tidak asuwi.
K : Anjing akan menyerang manusia hingga membunuhnya.
Restrukturisasi Kalimat Opini (3)
PM : Semua mahluk ciptaan Allah yang serupa dan secitra dengan Allah harusnya berakhlak mulia.
Pm : Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang serupa dan secitra dengan Allah.
K : Manusia harusnya berahklak mulia.
Restrukturisasi Kalimat Opini (4)
PM : Semua orang yang dibilang “Dasar ASU!” harus membalas dengan senyuman dan ucapan terimakasih.
Pm : Saya dibilang “Dasar ASU!”
K : Saya harus membalas dengan senyuman dan ucapan terimakasih.
Restrukturisasi Kalimat Opini (5)
PM : Semua orang yang melihat segala sesuatu dari sisi positif mampu melawan puluhan sisi kelamahan pada dirinya.
Pm : Saya melihat segala sesuatu dari sisi positif.
K : Saya mampu melawan puluhan sisi kelamahan pada dirinya.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Analisa Wacana 5 “Alkisah ASU”
Kalimat opini yang terdapat dalam wacana berjudul “Alkisah ASU” dapat direstrukturisasi menjadi lima buah kalimat opini inti. Kalimat opini dianilisis menurut validitasnya (valid) dan kebenarannya (truth). Kelima kalimat silogisme di atas sudah sesuai dengan kaidah silogisme yaitu terdiri dari tiga proporsi utama yang meliputi Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm) dan Kesimpulan (K), sehingga kalimat dikatakan sudah valid. Namun, resturkturasi kalimat opini di atas tidak mengandung kebenaran (truth), karena pada kalimat tersebut terdapat pernyataan yang dianggap tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan memiliki predikat yang tidak terukur. Salah satu contoh yaitu kalimat “Semua mahluk ciptaan Allah yang serupa dan segambar dengan Allah harusnya berahklak mulia”. Dalam kalimat opini tersebut terdapat kata “harus” yang tidak dapat dikukur predikatnya, karena tidak diikuti dengan keterangan yang dapat menjelaskan predikat tersebut. Sementara itu, kata “semua” pada premis mayor dalam restrukturisasi ketiga, keempat dan kelima juga terkesan mewakili seluruh subjek secara unirversal, walaupun pada dasarnya suatu pernyataan yang berasal dari satu pribadi tidak dapat mewakili seluruh populasi dunia. Selain itu, kalimat tersebut tentu saja tidak sesuai pada realita atau fakta, karena pada kenyataannya tidak semua manusia berakhlak mulia. Perbuatan dan sikap manusia tidak dapat dibatasi ataupun dipatok pada satu ketentuan dimana hal tersebut akan membuat presepsi “seolah-olah” yang tidak dapat diyakini kebenarannya.
Tanggapan penulis terhadap wacana “Alkisah ASU” adalah tidak menyetujui opini yang dilontarkan oleh Sdr. Claudius , karena penulis beranggapan bahwa opini tersebut tidak berlandaskan pada kenyataan dan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Disamping menghargai pendapat yang disampaikan oleh Sdr. Claudius, namun sekali lagi dapat ditegaskan bahwa pendapat beliau masih belum memenuhi syarat kebenaran (truth) dalam kaidah silogisme.
Penulis memiliki penolakkan terhadap opini yang dilontarkan oleh Claudius. Penolakkan ini berdasarkan kepada pendapat Claudius, dimana Sdr. Claudius berpendapat bahwa menyamakan seseorang dengan hewan bukanlah hal yang patut untuk disalahkan, melainkan mereka yang direndahkan haruslah merasa bangga dan membalas dengan senyuman. Hal ini tentu saja bertentangan dengan realita dan akal sehat, dimana tidak semua orang dapat menganggap bahwa disamakan dengan hewan, sekalipun hewan tersebut adalah anjing yang terkenal akan kecerdasan dan kesetiaannya, adalah sesuatu yang patut dibanggakan. Penyetaraan manusia dengan hewan adalah hal yang dianggap tabu dan tidak sopan oleh kalangan masyarakat luas, karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Saran penulis terhadap opini dari Sdr. Claudius adalah lebih baik jika predikat yang digunakan dalam kalimat-kalimat opini tersebut dapat terukur dan memiliki keterangan yang jelas. Selain itu, dapat pula diperbaiki subjek pada premis mayor serta menyertakan bukti-bukti nyata yang dapat mendukung opini tersebut.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Restrukturisasi Wacana 6 “Slogan-slogan Cinta 2”
1. Restrukturisasi Kalimat Opini (1)
PM : Semua cinta yang sejati adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.
Pm : Cinta adalah sejati.
K : Cinta adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.
2. Restrukturisasi Kalimat Opini (2)
PM : Semua cinta yang materialis tidak akan membuat seseorang kenyang.
Pm : Cinta bersifat materialis.
K : Cinta tidak akan membuat seseorang kenyang.
3. Restrukturisasi Kalimat Opini (3)
PM : Semua cinta yang tulus tidak dapat dihentikan dan kian mengakar.
Pm : Cinta adalah ketulusan.
K : Cinta tidak dapat dihentikan dan kian mengakar.
4. Restrukturisasi Kalimat Opini (4)
PM : Semua cinta yang sepaham tak banyak aturan dan selalu seia sejalan.
Pm : Cinta adalah sepaham.
K : Cinta itu tak banyak aturan dan selalu seia sejalan.
Nama : Grace Agnes Helena S.
BalasHapusKelas/ No. Abs : XII IPA 1/ 14
Analisa Wacana 6 “Slogan-slogan Cinta 2”
Kalimat opini yang terdapat dalam wacana berjudul “Slogan-slogan Cinta 2” dapat direstrukturisasi menajdi empat buah kalimat opini inti. Kalimat opini dianilisis menurut validitasnya (valid) dan kebenarannya (truth). Keempat kalimat silogisme di atas sudah sesuai dengan kaidah silogisme yaitu terdiri dari tiga proporsi utama yang meliputi Premis Mayor (PM), Premis Minor (Pm) dan Kesimpulan (K), sehingga kalimat dikatakan sudah valid. Namun, resturkturisasi kalimat opini di atas tidak dapat dipastikan kebenarannya (truth), karena pada kalimat tersebut terdapat pernyataan yang dianggap tidak berlandaskan pada fakta/ realita dan kalimat juga diduga tidak murni pengamatan apa adanya namun telah memiliki bias/ pengaruh dari pendapat pribadi. Salah satu contoh dapat ditemukan pada kalimat “Semua cinta yang sejati adalah menyejukkan dan bukan menyakitkan.” Pada kalimat ini, kata “semua” terkesan terlalu luas cakupannya, sementara tidak semua orang yang pernah jatuh cinta memiliki pendapat yang sama. Selain itu, kata “cinta” sendiri tidak terukur dan tidak dapat pula digambarkan karena pada dasarnya cinta tidak memiliki bentuk fisik sehingga pengambaran semacam apapun bukanlah sesuai dengan fakta yang ada melainkan hanya sebatas pendapat/ imajinasi. Setiap orang memiliki pendapat dan prefensi yang berbeda-beda sehingga cinta dapat ditafsirkan lain tergantung masing-masing pribadi.
Tanggapan penulis terhadap wacana “Slogan-slogan Cinta 2” adalah tidak menyetujui opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet, karena penulis beranggapan bahwa opini tersebut tidak berlandaskan pada fakta dan realita. Kalimat opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet dapat dikategorikan sebagai pendapat pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarnnya. Sdr. Didiet berpendapat bahwa cinta adalah sesuatu hal yang baik, walaupun pada kenyataannya tidak semua orang beranggapan sama. Sdr. Didiet terjebak pada satu sudut pandang saja, yaitu cinta adalah sesuatu yang baik dan tidak neko-neko, sementara “cinta” itu sendiri tidak memiliki pengertian yang pasti mengingat bahwa cinta tidak memiliki bentuk fisik yang dapat dijabarkan dengan kata-kata.
Penulis juga memiliki penolakkan terhadap opini yang dilontarkan oleh Sdr. Didiet. Penolakkan ini berdasarkan pada pendapat Sdr. Didiet yang menurut penulis tidak seimbang. Sdr. Didiet hanya menyampaikan sisi-sisi positif dari cinta, dimana beliau berpendapat bahwa cinta itu adalah suatu hal yang baik dan dapat mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan. Dalam wacana tersebut Sdr. Didiet tidak mengemukakan sisi negatif dari cinta, dimana bagi sebagian orang cinta itu menyakitkan dan dapat membuat seseorang turut merasakan putus asa dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Sdr. Didiet terkesan memihak pada satu sisi saja, sehingga dapat dikatakan bahwa opini tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya. Saran penulis terhadap opini tersebut adalah lebih baik jika Sdr. Didiet tidak berpatok pada satu sudut pandang saja, namun turut diperhatikan pula sudut-sudut pandang yang lain. Selain itu, dapat pula diperbaiki subjek pada premis mayor serta menyertakan bukti-bukti nyata yang dapat mendukung opini tersebut.
Nama : Claudio Canagia Mountana
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No absen : 07
Wacana 3 “Cara Gampang Bangun ”Ketegasan” pada Diri Sendiri”
Opini utama :
1. Ketegasan erat hubungannya dengan ketegaran, ketangguhan, dan kewibawaan.
2. Ketegasan diinginkan karena kenyamanannya
Term :
1. A : Semua manusia memiliki ketegasan
B : Hubungannya erat dengan ketegaran, ketangguhan, dan kewibawaan.
C :Ketegasan
2. A : Semua orang ingin tegas
B : Kenyamanannya
C : Tegas
Restrukturisasi
1. PM : Semua orang yang memiliki ketegasan ada hubungan dengan ketegaran, ketangguhan, dan kewibawaan
PMn : Ketegasan dimiliki oleh semua orang.
K : Ketegasan memiliki hubungan erat dengan ketegaran, ketangguhan, dan kewibawaan.
2. PM : Semua orang ingin tegas karena kenyamanannya
PMn : Ketegasan diinginkan oleh semua orang
K : Ketegasan diinginkan karena kenyamanannya.
Analisa
1. Validitas : opini diatas sudah valid dikarenakan sudah memenuhi syarat silogisme yaitu memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kebenaran : opini diatas belum tentu benar dikarenakan tidak semua orang menginginkan ketegasan.
2. Validitas : opini diatas sudah valid dikarenakan sudah memenuhi syarat silogisme yaitu memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kebenaran : opini diatas belum tentu benar dikarenakan tidak semua orang yang mengininkan ketegasan karena kenyamanannya.
Tanggapan
Berdasarkan opini-opini yang ada dalam wacana 3 yang berjudul “Cara Gampang Bangun ”Ketegasan” pada Diri Sendiri”. Opini-opini yang telah di restruturisasi ke dalam bentuk penalaran silogisme memenuhi kaidah-kaidah silogisme.
Namun walaupun secara keseluruhan penalaran silogisme tersebut sudah memenuhi kaidah- kaidah yang ada, tapi masih ada penalaran silogisme yang tidak sahih, yaitu pada kata “Semua orang menginginkan ketegasan” dan kata “Semua orang menginginkan ketegasan karena kenyamanannya”. Tidak semua orang menginginkan ketegasan karena cara pandang setiap manusia berbeda-beda. Dan juga tidak semua orang menginginkan ketegasan karena akan mendapatkan kenyamanan karena mungkin saja sebagian orang mendapatkan kenyamanannya dengan cara mereka sendiri bukan dengannya ketegasan.
Maka dari itu, saran dari penulis untuk penulis wacana supaya penulis wacana harus memberi data yang valid dan ada kebenarannya, sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam wacana tersebut. Penulis wacana juga harus memperhatikan tulisan kata-kata untuk memperbaiki wacana tersebut.
Penolakan
Kalimat “Ketegasan diinginkan karena kenyamanannya
” yang terdapat pada wacana 3 mendapat penolakan karena kalimat tersebut tidak dapat dijamin kebenarannnya. Karena kenyamanan bisa didapat dengan cara lain selain ketegasan.
Nama : Claudio Canagia Mountana
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No absen : 07
Wacana 4 “Kesamaan Logika 4 X 6 dan 6 X 4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan Koalisi Permanen”
Opini utama :
1. Konsep angka (4X6) dan (6X4) sebagai simbol jejeran benda atau binatang seperti batu, kerikil, kucing, babi, ayam, ikan yang ada di alam tempat tinggal manusia purba.
2. Perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4 berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot
Term :
1. A : Semua orang memiliki konsep angka 4X6 dan 6X4.
B : Sebagai simbol jejeran benda atau binatang seperti batu, kerikil, kucing, babi, ayam, ikan yang ada di alam tempat tinggal manusia purba.
C : Konsep angka 4X6 dan 6X4
2. A : Semua orang mengetahui perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4
B : Berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot
C : Perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4
Restrukturisasi
1. PM : Semua orang memiliki konsep angka 4X6 dan 6X4 sebagai simbol jejeran benda atau binatang seperti batu, kerikil, kucing, babi, ayam, ikan yang ada di alam tempat tinggal manusia purba.
PMn : Konsep angka 4X6 dan 6X4 dimiliki oleh semua orang
K : konsep angka 4X6 dan 6X4 sebagai simbol jejeran benda atau binatang seperti batu, kerikil, kucing, babi, ayam, ikan yang ada di alam tempat tinggal manusia purba
1. PM : Semua orang mengetahui perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4 Berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot
PMn : Perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4 diketahui oleh semua orang.
K : Perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4 berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
Analisa
1. Validitas : opini diatas sudah valid dikarenakan sudah memenuhi syarat silogisme yaitu memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kebenaran : opini diatas belum tentu benar dikarenakan tidak semua orang mengetahui konsep 4X6 dan 6X4.
2. Validitas : opini diatas sudah valid dikarenakan sudah memenuhi syarat silogisme yaitu memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Kebenaran : opini diatas belum tentu benar dikarenakan tidak semua orang mengetahui perbedaan 4X6 dan 6X4.
Tanggapan
Berdasarkan opini-opini yang ada dalam wacana 4 yang berjudul “Kesamaan Logika 4 X 6 dan 6 X 4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan Koalisi Permanen”. Opini-opini yang telah di restruturisasi ke dalam bentuk penalaran silogisme memenuhi kaidah-kaidah silogisme.
Namun walaupun secara keseluruhan penalaran silogisme tersebut sudah memenuhi kaidah- kaidah yang ada, tapi masih ada penalaran silogisme yang tidak sahih, yaitu pada kata “Semua orang memiliki konsep angka 4X6 dan 6X4.” dan kata “Semua orang mengetahui konsep angka 4X6 dan 6X4.”. Tidak semua orang mengetahui konsep dan perbedaan dari konsep 4X6 dan 6X4.. Hal ini dikarenakan tidak pernah mendengar konsep tersebut.
Maka dari itu, saran dari penulis untuk penulis wacana supaya penulis wacana harus memberi data yang valid dan ada kebenarannya, sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam wacana tersebut. Penulis wacana juga harus memperhatikan tulisan kata-kata untuk memperbaiki wacana tersebut.
Penolakan
Kalimat “Perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4 berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot
” yang terdapat pada wacana 4 mendapat penolakan karena kalimat tersebut tidak dapat dijamin kebenarannnya. Karena fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot belum tentu cara membedakan 4 X 6 dan 6 X 4.
Nama: Servasius Gilland
BalasHapusKelas: XII IPA 1/23
Wacana 10
Restrukturisasi opini 1
Opini: Namun logika dipahami sebagai suatu ilmu yang sistematis, dikarenakan upaya pemikiran Aristoteles.
Kesimpulan: Aristoteles memahami logika sebagai ilmu yang sistematis.
Premis Mayor: Aristoteles memahami konsep logika.
Premis Minor: Logika adalah ilmu yang sistematis.
Restrukturisasi opini 2
Opini: Obyek kajian atau hal yang dipelajari dalam ilmu logika terbagi atas obyek materiil yaitu pikiran (bernalar) dan obyek formil yaitu aturan berpikir (bernalar) benar.
Kesimpulan: Obyek Kajian yang dipelajari dalam ilmu logika terbagi menjadi obyek materil dan obyek formil.
Premis Mayor: Obyek kajian dalam ilmu logika terbagi menjadi 2.
Premis Minor: Objek materil dan objek formil merupakan bagian dari ilmu logika.
Restrukturisasi opini 3
Opini: Aktivitas berpikir yang merupakan obyek kajian logika adalah penalaran.
Kesimpulan: Aktivitas berpikir yang merupakan obyek kajian logika adalah penalaran.
Premis Mayor: Semua aktifitas berfikir merupakan objek kajian logika.
Premis Minor: Objek kajian logika adalah penalaran.
Restrukturisasi opini 4
Opini: Dalam logika modern, ilmu terbagi ke dalam ilmu a posteriori dan ilmu a priori.
Kesimpiulan: Dalam logika modern, ilmu terbagi ke dalam ilmu a posteriori dan ilmu a priori.
Premis Mayor: Logika modern terbagi menjadi 2 ilmu.
Premis Minor: ilmu a posteriori dan ilmu a priori merupakan ilmu logika modern.
Restrukturisasi opini 5
Opini: Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya menjadi benar.
Kesimpulan: Logika sebagai pengatur cara berfikir seseorang hingga cara berikirnya benar.
Premis Mayor: Logika sebagai pengatur cara berfikir seseorang.
Premis Minor: Seseorang berfikir dengan caranya hingga berfikirnya benar.
Analisa dan Tanggapan Penolakan Wacana 10
Dalam wacana tersebut menerangkan tentang ilmu logika yang benar berdasarakan teori teori yang ada, terutama teori teori yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Ini bisa menjadi tolak ukur dalam validasi dan kebenaran opini-opini diatas. Semua opini diatas sudah memiliki 3 bagian proporsi yaitu premis Mayor, premis Minor, dan kesimpulan dan sudah cukup untuk dikatakan valid dalam kaidah silogisme.
Opini-opini tersebut juga sudah dapat dibuktikan kebenarannya dalam teori teori yang digunakan dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua opini tersebut 100% benar adanya, seperti contoh dalam Premis Mayor Opini 5 yang menggambarkan bahwa semua orang berfikir menggunakan logika yang mengatur cara berfikir mereka. Padahal dalam prakteknya tidak semua orang menggunakan logika sebagai dasar berfikirnya, sebagian orang masih menggunakan realita yang ada dan pengalaman-pengalaman mereka untuk mengambil keputusan mereka sendiri.
Dalam kasus ini, sebaiknya penulis tidak memaksakan semua orang menggunakan cara berfikir dengan menggunakan logika yang teoritis, namun hanya sebagai refrensi. Dengan refrensi ini diharapkan orang lain mau dengan sendirinya menggunakan logika sebagai dasar berfikir mereka, dan bisa mengendalikan dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nama: Servasius Gilland
BalasHapusKelas: XII IPA 1/23
Wacana 9
Restrukturisasi opini 1
Opini : Tetapi, sebenarnya itu bukan karena gangguan aneh, tetapi karena “imajinasi liar” anak-anak yang belum terkontrol.
Kesimpulan: Ketakutan bukan karena gangguan aneh, tetapi imajinasi liar anak-anak yang belum terkontrol.
Premis Mayor: Semua ketakutan merupakan gangguan-gangguan aneh yang dialami anak-anak.
Premis Minor: Anak-anak memiliki imanjinasi liar yang belum terkontrol.
Restrukturisasi opini 2
Opini: Sebab pengaruh ibu ke anak jauh lebih kuat daripada pengaruh saya sebagai orang luar kepada anak anda.
Kesimpulan: Pengaruh ibu ke anak lebih kuat daripada pengaruh orang lain kepada anak tersebut.
Premis Mayor: Semua orang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap anaknya.
premis Minor: Anak lebih mudah dipengaruhi oleh ibunya sendiri.
Restukturisasi opini 3
Opini: Pemahaman seperti ini perlu dimiliki oleh para orang tua, agar tidak memberikan sugesti yang menyeramkan, sebab nanti masuk ke pikiran bawah sadar anak dan menyebabkan ketakutan bahkan sampai seolah-olah melihat.
Kesimpulan: Orang tua jangan memberikan sugesti seram agar anak tidak ketakutan.
Premis Mayor: Orang tua tidak memberikan sugesti seram kepada anak agar anak bisa lebih menurut kepada mereka.
Premis Minor: Anak yang diberikan sugesti seram agar menyebabkan ketakutan yang berlebihan.
Restrukturisasi opini 4
Opini: Dan salahnya malah membawa ke orang2 pintar yang menguatkan kalau yang dilihat adalah adalah hal aneh, padahal itu semua adalah pikiran anak itu sendiri.
Kesimpulan: Orang berkonsultasi kepada “orang pintar” agar sembuh.
premis Mayor: Semua orang berkonsultasi dengan “orang pintar”.
Premis Minor: “Orang pintar” dapat menyembuhkan hal-hal aneh.
Analisa dan Tanggapan Penolakan Wacana 9
Opin-opini dalam wacana “Cara Mudah Mengatasi Anak yang Takut Tidur Sendiri” diatas sudah dapat diterima dengan kaidah silogisme. Dalam opini-opini diatas sudah dapat divalidasi dan kebenarannya. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut telah memiliki tiga bagian proporsi yaitu premis Mayor, premis Minor, dan kesimpulan sehingga dapat dikatakan telah memiliki validitas.
Dalam opini opini diatas juga dapat diklarifikasi kebenarannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal ini dikarenakan memang sebagian besar orang kurang percaya dengan hal-hal aneh (gaib) yang dapat mempengaruhi mereka. Namun semua “Hal aneh” itu hanya dijadikan ancaman terhadap anak-anak mereka. Karena sebagian besar anak anak mudah dipengaruhi oleh hal-hal mistis, apa lagi melalui orang tua mereka sendiri. Sehingga sugesti ini melekat kepada anak- anak dan terbawa dalam bayang-bayang mereka sehari-hari.
Dalam opini-opini diatas juga terdapat hal-hal yang kurang disetujui maknanya. Didalam opini tersebut, menggambarkan bahwa anak anak hanya bisa dipengaruhi, padahal kita dapat membuat anak anak lebih cepat berfikir kritis walaupun di usia muda. Sehingga anak anak dapat menyaring mana yang baik dan yang benar, mereka tidak harus selalu mengikuti sugesti-sugesti orang lain yang kurang masuk akal, sehingga pada akhirnya anak tidak mudah ketakutan dalam berbagai kondisi terutama pada saat tidur sendiri.
Wacana 13
BalasHapusOpini 1 : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem pendidikan lebih dianggap baik karena sistem tidak akan menuntut balik.
PM : Semua orang yang menyalahkan sistem pendidikan akan dianggap lebih baik karena sistem tidak akan menuntut balik.
Pm : Kita ditutntut untuk menyalahkan sistem pendidikan akan dianggap lebih baik
K : Kita tidak akan menuntut balik sistem.
Opini 2 : Isu subjektifitas dan kepolosan anak SD menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media.
PM : Semua isu subjektifitas menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media
Pm : Anak SD menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media.
K : Anak SD menjadikan isu subjektifitas diperkosa di media
Opini 3 : Walau terlihat agak cemplang atau tidak setara, sejatinya ada hal yang serupa dari analogi Dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4
PM : Semua terlihat agak cemplang atau tidak setara dari analogi dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4.
Pm : Media sosial terlihat agak cemplang atau tidak setara
K : Semua analogi dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4 tidak benar
Tanggapan:
Menurut saya, ditinjau dari kesahihan dan validalitasnya, opini dari wacana berjudul “Soal 4x6, saat Matematika SD Diperkosa Media” secara meyeluruh sudah sahih dan valid karena kaidah penalaran silogismenya sesuai dengan realita pada zaman anak SD sekarang. Restrukturisasi pada wacana yang truth ini pun valid karena inti opini yang dipilih juga valid.
Namun terdapat kesalahan pada kalimat penalaran silogisme di atas. Kesalahan itu terletak pada opini kedua antara premis mayor dan premis minor.
Saran saya, sebaiknya penulis wacana tersebut mengubah kalimat yang memiliki kesalahan penalaran silogisme tersebut agar valid. Saya juga menyarankan agar kalimat yang diubah adalah kalimat yang berhubungan dengan premis minor tersebut.
Wacana 14
Opini 1: Sepertinya ibumu lebih jago tentang PR matematika ini.
PM : Semua orang jago PR matematika
Pm : Ibu Amir lebih jago tentang PR matematika.
K : Ibu amir lebih jago tentang PR Matematika.
Tanggapan:
Menurut saya, ditinjau dari kesahihan dan validalitasnya, opini dari wacana berjudul
“ Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika” secara menyeluruh tidak sahih dan tidak valid.
Kaidah penalaran silogismenya tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan realita pada zaman
sekarang.
Kemudian terdapat kesalahan pada kalimat penalaran silogisme di atas. Kesalahan
ini terletak pada opini yang diungkapkan penulis tidak masuk akal. Dan juga restrukturisasi
antara premis mayor dan premis minor tidak valid.
Saran saya, wacana ini perlu diperbaiki karena tidak terdapat kaidah penalaran
silogisme yang jelas dan benar. Penulis juga perlu untuk memperpanjang wacana ini sehigga
pembaca dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh penulis.
Wacana 13
BalasHapusOpini 1 : Kenetralan justifikasi dengan menyalahkan sistem pendidikan lebih dianggap baik karena sistem tidak akan menuntut balik.
PM : Semua orang yang menyalahkan sistem pendidikan akan dianggap lebih baik karena sistem tidak akan menuntut balik.
Pm : Kita ditutntut untuk menyalahkan sistem pendidikan akan dianggap lebih baik
K : Kita tidak akan menuntut balik sistem.
Opini 2 : Isu subjektifitas dan kepolosan anak SD menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media.
PM : Semua isu subjektifitas menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media
Pm : Anak SD menjadikan isu ini semena-mena diperkosa di media.
K : Anak SD menjadikan isu subjektifitas diperkosa di media
Opini 3 : Walau terlihat agak cemplang atau tidak setara, sejatinya ada hal yang serupa dari analogi Dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4
PM : Semua terlihat agak cemplang atau tidak setara dari analogi dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4.
Pm : Media sosial terlihat agak cemplang atau tidak setara
K : Semua analogi dekonstruksi dengan isu 4x6=6x4 tidak benar
Tanggapan:
Menurut saya, ditinjau dari kesahihan dan validalitasnya, opini dari wacana berjudul “Soal 4x6, saat Matematika SD Diperkosa Media” secara meyeluruh sudah sahih dan valid karena kaidah penalaran silogismenya sesuai dengan realita pada zaman anak SD sekarang. Restrukturisasi pada wacana yang truth ini pun valid karena inti opini yang dipilih juga valid.
Namun terdapat kesalahan pada kalimat penalaran silogisme di atas. Kesalahan itu terletak pada opini kedua antara premis mayor dan premis minor.
Saran saya, sebaiknya penulis wacana tersebut mengubah kalimat yang memiliki kesalahan penalaran silogisme tersebut agar valid. Saya juga menyarankan agar kalimat yang diubah adalah kalimat yang berhubungan dengan premis minor tersebut.
Wacana 14
Opini 1: Sepertinya ibumu lebih jago tentang PR matematika ini.
PM : Semua orang jago PR matematika
Pm : Ibu Amir lebih jago tentang PR matematika.
K : Ibu amir lebih jago tentang PR Matematika.
Tanggapan:
Menurut saya, ditinjau dari kesahihan dan validalitasnya, opini dari wacana berjudul
“ Ketika Anak SD Kesulitan PR Matematika” secara menyeluruh tidak sahih dan tidak valid.
Kaidah penalaran silogismenya tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan realita pada zaman
sekarang.
Kemudian terdapat kesalahan pada kalimat penalaran silogisme di atas. Kesalahan
ini terletak pada opini yang diungkapkan penulis tidak masuk akal. Dan juga restrukturisasi
antara premis mayor dan premis minor tidak valid.
Saran saya, wacana ini perlu diperbaiki karena tidak terdapat kaidah penalaran
silogisme yang jelas dan benar. Penulis juga perlu untuk memperpanjang wacana ini sehigga
pembaca dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh penulis.
Nama : Evelyne Nathania Suwandy
BalasHapusKelas/No.Abs: XII IPA 1/10
1.Term A : Logika semua orang.
Term B : Merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
Term C : Logika Profesor Lapan
Rekonstruksi
PM : Logika semua orang merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
Pm : Logika Profesor Lapan logika semua orang
K : Logika Profesor Lapan merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
2.Term A : Seluruh profesor.
Term B : Dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
Term C : Profesor Lapan.
Rekonstruksi
PM : Seluruh profesor dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
Pm : Profesor Lapan seluruh profesor.
K : Profesor Lapan dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
3. Term A : Semua profesor
Term B : hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
Term C : Profesor Lapan.
Rekonstruksi
PM : Semua profesor hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
Pm : Profesor Lapan semua profesor.
K : Profesor Lapan hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
4.Term A : Presiden RI.
Term B : Didukung oleh mayoritas partai.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden RI didukung oleh mayoritas partai.
Pm : Prabowo presiden RI.
K : Prabowo didukung oleh mayoritas partai, karena para parpol adalah perwakilan partai dan kursi parpol.
5.Term A : Logika semua masyarakat.
Term B : Dipastikan akan runtuh.
Term C : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen.
Rekonstruksi
PM : Logika semua masyarakat dipastikan akan runtuh.
Pm : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen logika semua masyarakat.
K : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen dipastikan akan runtuh.
6.Term A : Presiden.
Term B : Melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Pm : Prabowo presiden.
K : Prabowo melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
7.Term A : Partai-partai politik.
Term B : Akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
Term C : Partai Gerindra.
Rekonstruksi
PM : Partai-partai politik akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
Pm : Partai Gerindra partai-partai politik.
K : Partai Gerindra akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
8.Term A : Presiden RI.
Term B : Memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden RI memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Pm : Prabowo presiden RI.
K : Prabowo Memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Nama : Darwin Stephanus
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No Absen : 08
Wacana 3
1. Opini : Sikap tegas merupakan satu sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh siapa saja yang menjabat sebagai pemimpin/ atasan sebuah organisasi atau kumpulan dari orang banyak.
C = Pemimpin atau atasan sebuah organisasi
B = Harus memiliki sikap tegas
A = Semua orang yang memimpin orang lain
Kesimpulan : Pemimpin atau atasan sebuah organisasi harus memiliki sikap tegas
PM : Semua orang yang memimpin orang lain harus memiliki sikap tegas
Pm : Pemimpin atau atasan sebuah organisasi adalah seseorang yang memimpin orang lain
2. Opini : Nah, siapa saja dari kita yang barangkali ingin menjadi orang besar, barangkali ingin menjadi pemimpin untuk orang lain, mari belajar bareng!
C = Orang yang ingin menjadi pemimpin
B = Harus belajar bareng
A = Semua orang besar
Kesimpulan : Orang yang ingin menjadi pemimpin harus belajar bareng
PM : Semua orang besar harus belajar bareng
Pm : Orang yang ingin menjadi pemimpin adalah orang besar
3. Opini : Secara fisik, seseorang yang mempunyai sikap tegas, akan tampak lebih percaya diri, semangat dan energik!
C = Orang yang percaya diri, semangat, dan energik
B = Orang yang bersikap tegas
A = Semua orang yang sehat secara fisik dan mental
Kesimpulan : Orang yang percaya diri, semangat, dan energik adalah orang yang bersikap tegas
PM : Semua orang yang sehat secara fisik dan mental adalah orang yang bersikap tegas
Pm : Orang yang percaya diri, semangat, dan energik adalah orang yang sehat secara fisik dan mental
4. Opini : Merenung disini, saya artikan sebagai langkah menggabungkan antara ilmu yang kita miliki dengan kegiatan nyata sehari- hari, juga merupakan langkah lain menggabungkan antara ilmu dengan alam semesta. Kekuatan membedakan mana yang salah dan mana yang benar akan menjadi sebuah”ketegasan” dalam diri seseorang.
C = Kekuatan membedakan mana yang salah dan benar
B = Sebuah ketegasan dalam diri seseorang
A = Hasil penggabungan ilmu sehari-hari
Kesimpulan : Kekuatan membedakan mana yang salah dan yang benar akan menjadi sebuah ketegasan dalam diri seseorang
PM : Semua hasil penggabungan ilmu sehari-hari akan menjadi sebuah ketegasan dalam diri seseorang
Pm : Kekuatan membedakan mana yang salah dan benar adalah hasil penggabungan ilmu sehari-hari
5. Opini : Orang yang tegas, mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan. Dan tantangan itu, akan menjadi indah jika dapat ditaklukkan. Dengan jalan, mau mencoba sebagai wujud usahanya agar tantangannya tertaklukkan!
C = Pandangan orang yang tegas terhadap resiko
B = Bagian dari sebuah tantangan
A = Keindahan yang perlu ditaklukkan
Kesimpulan : Pandangan orang yang tegas terhadap resiko adalah bagian dari sebuah tantangan
PM : Semua keindahan yang perlu ditaklukkan adalah bagian dari sebuah tantangan
Pm : Pandangan orang yang tegas terhadap resiko adalah sebagai keindahan
Nama : Evelyne Nathania Suwandy
BalasHapusKelas/No.Abs: XII IPA 1/10
1.Term A : Logika semua orang.
Term B : Merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
Term C : Logika Profesor Lapan
Rekonstruksi
PM : Logika semua orang merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
Pm : Logika Profesor Lapan logika semua orang
K : Logika Profesor Lapan merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
2.Term A : Seluruh profesor.
Term B : Dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
Term C : Profesor Lapan.
Rekonstruksi
PM : Seluruh profesor dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
Pm : Profesor Lapan seluruh profesor.
K : Profesor Lapan dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya.
3. Term A : Semua profesor
Term B : hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
Term C : Profesor Lapan.
Rekonstruksi
PM : Semua profesor hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
Pm : Profesor Lapan semua profesor.
K : Profesor Lapan hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot.
4.Term A : Presiden RI.
Term B : Didukung oleh mayoritas partai.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden RI didukung oleh mayoritas partai.
Pm : Prabowo presiden RI.
K : Prabowo didukung oleh mayoritas partai, karena para parpol adalah perwakilan partai dan kursi parpol.
5.Term A : Logika semua masyarakat.
Term B : Dipastikan akan runtuh.
Term C : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen.
Rekonstruksi
PM : Logika semua masyarakat dipastikan akan runtuh.
Pm : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen logika semua masyarakat.
K : Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen dipastikan akan runtuh.
6.Term A : Presiden.
Term B : Melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Pm : Prabowo presiden.
K : Prabowo melihat rakyat sebagai deretan manusia dan gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
7.Term A : Partai-partai politik.
Term B : Akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
Term C : Partai Gerindra.
Rekonstruksi
PM : Partai-partai politik akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
Pm : Partai Gerindra partai-partai politik.
K : Partai Gerindra akan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
8.Term A : Presiden RI.
Term B : Memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Term C : Prabowo.
Rekonstruksi
PM : Presiden RI memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Pm : Prabowo presiden RI.
K : Prabowo Memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan hanya dihitung di atas kertas.
Nama : Darwin Stephanus
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 08
Tanggapan terhadap wacana 3 :
Kalimat-kalimat opini yang telah dianalisis dari wacana 3 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat-kalmat tersebut memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Kalmat-kalimat tersebut dinyatakan valid.
Namun terdapat beberapa kalimat-kalimat dalam wacana 7 yang tidak dapat diketahui kebenaran kalimatnya. Orang yang ingin menjadi pemimpin harus belajar bareng adalah salah satu contoh opini yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Tidak semua orang yang belajar bersama adalah orang yang ingin menjadi pemimpin. Kekuatan membedakan mana yang salah dan yang benar akan menjadi sebuah ketegasan dalam diri seseorang adalah salah satu contoh opini lain yang tidak dapat dibuktikan pola berpikirnya. Ketegasan dan kemampuan membedakan mana yang salah dan mana yang benar adalah hal yang berbeda. Ketegasan lebih bersifat mentalitas seseorang sedangkan kemampuan membedakan mana yang benar dan salah lebih bersifat logika seseorang.
Saran terhadap wacana 3 tersebut adalah wacana lebih baik menggunakan kata-kata yang tepat dan dapat diketahui kebenarannya. Kalimat yang terdapat pada wacana tersebut juga lebih baik menggunakan tata berbahasa yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Penolakan pendapat terhadap wacana 3 :
Kalimat “Secara fisik, seseorang yang mempunyai sikap tegas, akan tampak lebih percaya diri, semangat dan energik!” adalah kalimat yang termasuk dalam bentuk kalimat yang memiliki kesalahan penalaran. Orang yang percaya diri, semangat, dan energik belum tentu adalah orang yang bersikap tegas. Orang yang bersikap tegas juga belum tentu dirinya adalah orang yang percaya diri, semangat, dan energik.
Kutipan “Orang yang tegas, mengubah pandangannya bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan. Dan tantangan itu, akan menjadi indah jika dapat ditaklukkan. Dengan jalan, mau mencoba sebagai wujud usahanya agar tantangannya tertaklukkan!” adalah kalimat-kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Tidak semua orang yang tegas akan mengatakan bahwa resiko adalah bagian dari sebuah tantangan. Walaupun dengan usaha keras sebagai wujud ingin menaklukkan tantangannya, belum tentu tantangan bisa ditaklukkan. Tidak semua tantangan juga akan menjadi indah jika resiko yang dihadapi terdapat pengorbanan.
Analisis
BalasHapus1.Validitas
Opini-opini dalam wacana keempat ini sudah valid atau sudah sesuai karena term-termnya sudah ada dalam opini-opini wacana ini dan dapat disusun dalam kaidah-kaidah penalaran silogisme yang ada seperti premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2.Truth
Dalam wacana keempat ini semua opini-opininya sudah valid, namun tidak semua opini yang sudah valid itu pasti benar isinya. Seperti pada opini kelima yang menyatakan bahwa “Logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen dipastikan akan runtuh.” Hal ini belum diketahui kebenarannya, karena kepastian runtuhnya logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanennya masih tidak diketahui hingga saat ini.
Tanggapan
Opini-opini yang ada pada wacana keempat dengan judul “Kesamaan Logika 4 X 6 dan 6 X 4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan Koalisi Permanen” ini sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran silogisme yang ada, karena memenuhi syarat-syarat penalaran silogisme yang ada. Seperti memiliki premis mayor(A=B), premis minor(C=A), dan kesimpulan(C=B), yang tersusun atas 3 term. Ketiga term tersebut adalah term A yang merupakan hal umum dari term C yang berupa subjek, misal term C-nya adalah Prabowo maka term A-nya adalah Presiden RI atau semua orang. Dan juga ada term B yang berupa predikat.
Wacana ini menyatakan bahwa Profesor Lapan Thomas Djamaluddin, ahli astrofisika, dengan tepat menjelaskan 4 X 6 dan 6 X 4 sesuai perspektif satu arahnya. Dari pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa isi wacana ini sebagian besar hanya berisikan pernyataan, gagasan, dan opini dari profesor Lapan yang belum diketahui kebenarannya dan belum tentu sama dengan gagasan orang lain. Sehingga wacana ini masih diragukan isinya, karena belum ada fakta-fakta yang mendukung kebenarannya.
“Logika Profesor Lapan itu merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.” Kalimat ini merupakan salah satu kalimat yang ada dalam waacana keempat. Dari kalimat ini kita mendapat sebuah informasi bahwa pemikiran profesor Lapan dan Prabowo sama, sehingga secara tidak langsung pendapat profesor Lapan ini mendukung Prabowo dan koalisi permanennya.
Maka dapat ditarik kesimpulan dari wacana ini bahwa Prabowo dan koalisi permanennya mendapat dukungan secara tidak langsung dari preofessor Lapan mengenai hasil pemilihan umum yang telah dilaksanakan tanggal 9 Juli lalu. Karena profesor lapan menyampaikan gagasannya mengenai kesamaan logika 4 x 6 dan 6 x 4 Profesor Lapan dengan Prabowo dan koalisi permanen, dari perspektif logika politik.
Nama : Darwin Stephanus
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 08
Kalimat-kalimat opini pada wacana 4
1. Opini : Logika Profesor Lapan itu merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen.
C = Logika Profesor Lapan
B = Logika Prabowo dan koalisi permanen
A = Logika perspektif tunggal satu arah
Kesimpulan : Logika Profesor Lapan sama dengan logika yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen
PM : Logika perspektif tunggal satu arah adalah logika yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen
Pm : Logika Profesor Lapan adalah logika perspektif satu arah
2. Opini : Ini adalah logika dasar manusia sejak zaman perkembangan tentang ditemukannya angka, karena menggambarkan atau penggambaran jumlah benda tidak mampu lagi menampung kebutuhan manusia yang lebih imajinatif daripada sebelumnya. Prabowo secara primitif melihat rakyat sebagai deretan manusia dan Prabowo gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
C = Logika dasar Prabowo
B = Tidak membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang imajinatif dan ekspektatif
C = Logika dasar primitif
Kesimpulan : Logika dasar Prabowo tidak membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang imajinatif dan ekspektatif
PM : Semua logika dasar primitif tidak membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang imajinatif dan ekspektatif
Pm : Logika dasar Prabowo adalah logika dasar primitif
3. Opini : Prabowo tak salah jika menggambarkan imajinasi sebagai presiden Republik Indonesia telah terbentuk ketika didukung oleh mayoritas partai, karena para parpol adalah perwakilan partai dan kursi parpol dianggap sebagai jumlah pemilih yang sama akan memilihnya sehingga akhirnya menghasilkan simbol bentuk lain: presiden RI yang dia gambarkan dan imajinasikan.
C = Gambaran Prabowo sebagai Presiden
B = Imajinasi Presiden Republik Indonesia yang ditentukan oleh perwakilan partai dan kursi parpol
A = Presiden RI yang Prabowo imajinasikan
Kesimpulan : Gambaran Prabowo sebagai presiden adalah imajinasi Presiden Republik Indonesia yang ditentukan oleh perwakilan partai dan kursi parpol
PM : Presiden RI yang Prabowo imajinasikan adalah imajinasi Presiden Republik Indonesia yang ditentukan oleh perwakilan partai dan kursi parpol
Pm : Gambaran Prabowo sebagai Presiden adalah Presiden RI yang dia imajinasikan
4. Opini : Kesamaan dengan logika Prabowo dan koalisi permanen adalah bahwa dengan jejeran 6 parpol pengusung atau 63%, maka dalam cara pandang Prabowo maka akan menghasilkan kemenangan lebih dari 90 juta pemilih.
C = Logika dari Prabowo
B = Prabowo akan menghasilkan kemenangan
A = Logika dari anggota partai koalisi permanen
Kesimpulan : Logika dari Prabowo mengatakan Prabowo akan menghasilkan kemenangan
PM : Logika anggota partai koalisi permanen mengatakan Prabowo akan menghasilkan kemenangan
Pm : Logika dari Prabowo sama dengan logika anggota partai koalisi permanen
5. Opini : Prabowo hanya memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan (atau kekalahan) hanya dihitung di atas kertas.
C = Kemenangan Prabowo
B = Dihitung di atas kertas
A = Orang yang berperspektif satu arah
Kesimpulan : Kemenangan Prabowo hanya dihitung di atas kertas
PM : Semua orang yang berperspektif satu arah menghitung kemenangan Prabowo di atas kertas
Pm : Kemenangan Prabowo dikatakan oleh orang yang berperspektif satu arah
Nama : Darwin Stephanus
BalasHapusKelas : XII IPA 1
No. Absen : 08
Tanggapan terhadap wacana 4
Kalimat-kalimat opini yang telah dianalisis dari wacana 3 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat-kalmat tersebut memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Kalmat-kalimat tersebut dinyatakan valid.
Namun pada wacana tersebut terdapat beberapa kalimat yang tidak dapat ditentukan kebenarannya. Logika Profesor Lapan yang dinyatakan dalam wacana tidak dapat dibuktikan bahwa logika tersebut sama dengan logika yang dimiliki oleh Prabowo dan partai koalisi. Gambaran Prabowo sebagai presiden yang menyatakan bahwa seorang Presiden Republik Indonesia ditentukan oleh perwakilan partai dan kursi parpol juga belum tentu benar. Tidak terdapat bukti yang tepat mengatakan gambaran Prabowo yang seperti itu.
Saran terhadap wacana tersebut adalah tidak semua perbandingan logika antara 4x6 dan 6x4 yang bisa dikatakan benar dan sesuai dengan fakta. Selain itu, penulis dari wacana berkesan terlalu berpihak kepada Profesor Lapan. Ini dibuktikkan dengan penulis yang mengatakan bahwa logika Profesor Lapan yang sangat cocok dengan logika Prabowo dan koalisi permanen.
Penolakan pendapat terhadap wacana 4 :
Kalimat “Prabowo hanya memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan (atau kekalahan) hanya dihitung di atas kertas” adalah kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Kalimat tersebut menyatakan Prabowo yang memiliki prespektif satu arah, sedangkan cara berpikir seseorang tidak dapat dibuktikan dan dinyatakan dalam kata-kata. Orang yang cerdas cenderung memiliki pemikiran perspektif yang banyak arah.
Yoshua Amadeus/ XII P1/ 35
BalasHapusWacana 13
Opini 1 : Logika 4x6=6x4 cenderung diperkosa oleh sebuah prism
PM : Ranah ilmu cenderung sering diperkosa oleh sebuah prism
Pm : Logika 4x6=6x4 merupakan salah satu ranah ilmu
K : Logika 4x6=6x diperkosa oleh sebuah prism
Opini 2 : Guru SD yang memberi nilai 20 itu bloon
PM : Guru yang tidak pandai, yang memberi nilai 20
Pm : Guru SD adalah guru yang tidak pandai
K : Guru SD yang memberi nilai 20 tidaklah pandai
Opini 3 : Semua yang heboh dan trending di medsos, kini menjadi berita mainstream
PM : Semua yang dipermasalahkan dan diperbincangkan, menjadi berita mainstream
Pm : Semua yang heboh dan trending di medsos, dipermasalahkan dan diperbincangkan
K : Semua yang heboh dan trending di medsos, menjadi berita mainstream
Opini 4 : Isu SARA pada Jokowi atau Ahok menjadi honeypot media
PM : Isu subjektif menjadi honeypot media
Pm : Isu SARA merupakan isu yang subjektif
K : Isu SARA menjadi honeypot media
Opini 5 : Anak SD cenderung lemah dan penurut
PM : Anak yang masih berumur kurang dari 13 tahun cenderung lemah dan penurut
Pm : Anak SD masih berumur kurang dari 13 tahun
K : Anak SD cenderung lemah dan penurut
Tanggapan
Secara kaidah, opini-opini tersebut valid. Karena setiap opini telah terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagian dari opini tersebut sudah sesuai dengan realita kehidupan sekarang, tapi sebagian ada yang tidak sesuai dengan realita kehidupan zaman sekarang.
Contohnya, pada premis mayor opini ketiga yang berbunyi, “Semua yang dipermasalahkan dan diperbincangkan, menjadi berita mainstream”. Jelaslah tidak semua yang diperbincangkan dalam realita kehidupan ini menjadi berita yang mainstream. Yang kedua, Premis mayor pada opini keempat. Menurut realita kehidupan zaman sekarang hal tersebut tidaklah sesuai.
Menurut penulis kata “semua” pada premis mayor opini ketiga diganti dengan sebagian besar. Karen jika menggunakan kata “semua”, maka opini tersebut tidak akan sesuai dengan realita kehidupan zaman sekarang. Lalu penulis juga tidak sependapat dengan premis mayor opini keempat yang berbunyi, “isu subjektif menjadi honeypot media”. Hal ini juga tidak relevan dengan realita sekarang, karena tidak semua isu yang subjektif menjadi honeypot suatu media.
Nama :Adi Subrata
BalasHapusKelas:XII P1
No absen :02
g-mail: adicayangdiaselalu@gmail.com
WACANA 1
Inti opini 1 : Setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah.
Premis Mayor : Semua orang yang salah mengerjakan PR matematika sampai sekarang
merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Premis minor : Saya orang yang salah mengarjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya sampai sekarang merasa mau muntah darah saat melihat matematika.
Inti opini 2 : Untuk PR selain Matematika, aku masih sanggup mendampingi buah hati
kami.
Premis Mayor : Semua orang yang tidak bisa mengerjakan PR matematika masih sanggup
mendampingi buah hatinya.
Premis minor : Saya tidak bisa mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Saya masih sanggup mendampingi buah hati saya.
Inti opini 3 : Urusan PR agama dan serba serbi Alquran alhamdulillah aku diatas awan.
Premis Mayor : Semua orang yang tidak paham pelajaran matematika, dalam pelajaran
agama dan serba serbi Alquran beada di atas awan.
Premis minor : Saya tidak paham pelajaran matematika.
Kesimpulan : Saya dalam pelajaran agama dan serba serbi Alquran berada di atas awan.
Inti opini 4 : Pulang sekolah dan si kecil menangis dan menceritakan kalau hasil PR
bahasa Jawa hanya mendapat nilai 2.
Premis Mayor : Semua orang yang bisa PR matematika tidak bisa mengerjakan PR bahasa
Jawa.
Premis minor : Sang Bapak bisa mengerjakan PR matematika.
Kesimpulan : Sang Bapak tidak bisa mengerjakan PR Bahasa Jawa.
Inti opini 5 : Jelek-jelek masih berguna juga.
Premis Mayor : Semua orang jelek masih berguna.
Premis minor : Saya orang jelek.
Kesimpulan : Saya berguna juga.
Inti opini 6 : Aku memang tidak menguasai pelajaran matematika tapi masih mampu
mengelola duit yang harus diputer untuk keperluan hidup keluarga selama
sebulan.
Premis Mayor : Semua orang yang tidak menguasai pelajaran matematika mampu mengelola
duit untuk keperluan hidup keluarga selama sebulan.
Premis minor : Saya orang yang tidak menguasai pelajran Matematika.
Kesimpulan : Saya mampu mengelola duit untuk keperluan keluarga selama sebulan.
Nama :Adi Subrata
BalasHapusKelas: XIIP1
No absen:02
Tanggapan wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika”
Pada wacana “Tak Harus ber-Matematika” dapat ditarik 6 buah opini inti pada wacana tersebut. Wacana tersebut kemudian dapat disusun berdasarkan penalaran silogisme sehingga masing-masing dapat menghasilkan Premis Mayor, Premis minor, dan Kesimpulan sehingga kalimat tersebut valid (sah). Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), karena pada bagian pernyataan tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, misalkan pada inti opini 1,2,3 membuat Premis Mayor yang menyatakan bahwa “Semua orang...” tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata atau pasti. Karena belum tentu “Semua orang yang tidak bisa matematika pasti bisa agama,” “Semua orang yang tidak bisa matematika bisa memiliki waktu luang untuk anak.” dan beberapa opini lainnya.
Selain itu, terjadi kesamaan kesalahan penalaran pada kalimat opini “Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah” ini merupakan suatu kesalahan dalam kerangka berpuikir seseorang secara nyata. Karena sebenarnya jika kita melihat pelajran matematika kita tidak akan ada rasa untuk mau muntah darah, pola kesalahan berpikir ini telah tertanam pada ingatan/otak penulis sehingga penulis membuat suatu pola berpikir yang salah, padahal hal yang dibentuk tersebut belum tentu benar dan dapat diterima masyarakat luas.
Tanggapan Penulis terhadap wacana diatas yaitu bahwa setiap orang pasti akan memiliki suatu kelebihan atau kekurangan baik yang secara terlihat atau tidak terlihat, misalkan seperti pada wacana di atas yang penulis nyatakan bahwa “Jelek-jelek berguna juga.” Ini menunjukkan bahwa seseorang yang jelek/buruk, tidak sepenuhnya tidak berguna atau hanya menjadi beban, tetapi pasti memiliki kelebihan lain yang berguna bagi masyarakat luas.
Nama : Adi Subrata
BalasHapusKelas: XIIP1
No absen: 02
WACANA 2
Inti opini 1 : Bisa blunder kalau Jokowi menarik para kepala daerah hebat menjadi
menteri dalam kabinetnya.
Premis Mayor : Semua orang menjadi blunder kalau menarik kepala daerah hebat menjadi
menteri dalam kabinetnya.
Premis minor : Jokowi menarik kepala daerah hebat menjadi menteri dalam kabinetnya.
Kesimpulan : Jokowi menjadi blunder.
Inti opini 2 : Jangan memindahkan pemimpin yang sukses menjadikan unitnya hebat
kedalam unit lain yang belum hebat.
Premis Mayor : Semua orang yang menjadikan unitnya hebat belum tentu hebat dalam unit
yang lain jika dipindahkan.
Premis minor : Jokowi belum tentu hebat dalam unit yang lain jika ia dipindahkan.
Kesimpulan : Jokowi menjadikan unitnya hebat.
Inti opini 3 : Fenomena “Jokowi” mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Premis Mayor : Semua orang berfikir fenomena “Jokowi” hanya muncul sekali dalam sejarah
Indonesia.
Premis minor : Saya berfikir mengenai fenomena “Jokowi”
Kesimpulan : Saya hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Inti opini 4 : Jokowi adalah “unik”.
Premis Mayor : Saya adalah Jokowi
Kesimpulan : Saya unik.
Nama : Adi Subrata
BalasHapusKelas: XII P1
No absen: 02
Tanggapan wacana 2 “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami”
Pada wacana “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami” dapat ditarik 4 buah opini inti pada wacana tersebut. Wacana tersebut kemudian dapat disusun berdasarkan penalaran silogisme sehingga masing-masing dapat menghasilkan Premis Mayor, Premis minor, dan Kesimpulan sehingga kalimat tersebut valid (sah). Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), karena pada bagian pernyataan tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, misalkan pada inti opini 3 membuat Premis Mayor yang menyatakan bahwa “Semua orang...” tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata atau pasti. Karena belum tentu “Semua orang berfikir mengenai fenomena Jokowi hanya muncul sekali di Indonesia” mungkin saja ada peluang suatu saat nanti akan ada pemimpin yang menyerupai beliau atau bahkan lebih baik dan bagus dari pak Jokowi sendiri.
Selain itu, terjadi kesamaan kesalahan penalaran pada kalimat kesimpulan “Jokowi menjadi blunder” ini merupakan suatu kesalahan dari seorang penulis secara sepihak karena kalimat tersebut hanya berasal dari pandangan dan pendapat penulis. Dalam kenyataanya belum tentu jika Jokowi menarik Kepala Daerah yang hebat maka ia akan menjadi blunder. Mungkin saja ia akan menjadi pahlawan atau yang lainnya.
Tanggapan Penulis terhadap wacana diatas yaitu sang penulis melihat wacana tersebut hanya berasal dari satu sudut pandang atau satu sumber saja, tidak mencari sumber atau fakta lain sehingga hal ini membuat kesalahan pola berpikir dalam otak sang penulis, Mungkin ketika pertama kali membaca artikel mengenai Jokowi sang penulis mendapatkan kesan buruk sehingga ia berpikir bahwa Jokowi itu tidak bagus. Hal inilah yang harus diperbaiki dalam kerangka berfikir yang telah diciptakan, sebab jika ini terus disebarluaskan maka orang lain yang baru pertama kali membacanya juga akan mengalami pengaruh ke otak mereka yang sama dan membuat kerangka berfikir mereka menjadi salah.
Penolakan Gagasan Wacana 2
Pada wacana tersebut dapat ditarik sebuah penolakan gagasan, sebab fakta-fakta yang dilontarkan pada wacana tersebut tidak memiliki bukti yang kuat dan tidak ada data kuantitatif pada wacana ke-2 sehingga data yang dikatakan absrud. Seperti fenomena Jokowi hanya sekali dalam sejarah Indonesia. Pernyataan tersebut dilontarkan tanpa berfikir karena jika fenomena Jokowi hanya sekali dalam sejarah Indonesia, bagaimana dengan Jokowi-Jokowi lain yang masi berada di luar sana yang siap membantu Indonesia dengan Ikhlas, mereka tidak akan bisa masuk ke dunia politik dengan karakter yang sama dengan Jokowi karena telah di cap bahwa fenomena Jokowi hanya terjadi sekali dalam sejarah Indonesia
Nama : Adi Subrata
BalasHapusKelas: XII P1
No Absen: 02
g-mail: adicayangdiaselalu@gmail.com
Tanggapan wacana 1 “Tak Harus ber-Matematika”
Pada wacana “Tak Harus ber-Matematika” dapat ditarik 6 buah opini inti pada wacana tersebut. Wacana tersebut kemudian dapat disusun berdasarkan penalaran silogisme sehingga masing-masing dapat menghasilkan Premis Mayor, Premis minor, dan Kesimpulan sehingga kalimat tersebut valid (sah). Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), karena pada bagian pernyataan tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, misalkan pada inti opini 1,2,3 membuat Premis Mayor yang menyatakan bahwa “Semua orang...” tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata atau pasti. Karena belum tentu “Semua orang yang tidak bisa matematika pasti bisa agama,” “Semua orang yang tidak bisa matematika bisa memiliki waktu luang untuk anak.” dan beberapa opini lainnya.
Selain itu, terjadi kesamaan kesalahan penalaran pada kalimat opini “Sejak saat itu setiap ketemu pelajaran matematika rasanya mau muntah darah” ini merupakan suatu kesalahan dalam kerangka berpuikir seseorang secara nyata. Karena sebenarnya jika kita melihat pelajran matematika kita tidak akan ada rasa untuk mau muntah darah, pola kesalahan berpikir ini telah tertanam pada ingatan/otak penulis sehingga penulis membuat suatu pola berpikir yang salah, padahal hal yang dibentuk tersebut belum tentu benar dan dapat diterima masyarakat luas.
Tanggapan Penulis terhadap wacana diatas yaitu bahwa setiap orang pasti akan memiliki suatu kelebihan atau kekurangan baik yang secara terlihat atau tidak terlihat, misalkan seperti pada wacana di atas yang penulis nyatakan bahwa “Jelek-jelek berguna juga.” Ini menunjukkan bahwa seseorang yang jelek/buruk, tidak sepenuhnya tidak berguna atau hanya menjadi beban, tetapi pasti memiliki kelebihan lain yang berguna bagi masyarakat luas.
Nama : Adi Subrata
BalasHapusKelas: XIIP1
No absen : 02
g-mail: adicayangdiaselalu@gmail.com
WACANA 2
Inti opini 1 : Bisa blunder kalau Jokowi menarik para kepala daerah hebat menjadi
menteri dalam kabinetnya.
Premis Mayor : Semua orang menjadi blunder kalau menarik kepala daerah hebat menjadi
menteri dalam kabinetnya.
Premis minor : Jokowi menarik kepala daerah hebat menjadi menteri dalam kabinetnya.
Kesimpulan : Jokowi menjadi blunder.
Inti opini 2 : Jangan memindahkan pemimpin yang sukses menjadikan unitnya hebat
kedalam unit lain yang belum hebat.
Premis Mayor : Semua orang yang menjadikan unitnya hebat belum tentu hebat dalam unit
yang lain jika dipindahkan.
Premis minor : Jokowi belum tentu hebat dalam unit yang lain jika ia dipindahkan.
Kesimpulan : Jokowi menjadikan unitnya hebat.
Inti opini 3 : Fenomena “Jokowi” mungkin hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Premis Mayor : Semua orang berfikir fenomena “Jokowi” hanya muncul sekali dalam sejarah
Indonesia.
Premis minor : Saya berfikir mengenai fenomena “Jokowi”
Kesimpulan : Saya hanya muncul sekali dalam sejarah Indonesia.
Inti opini 4 : Jokowi adalah “unik”.
Premis Mayor : Saya adalah Jokowi
Kesimpulan : Saya unik.
Nama : Adi Subrata
BalasHapusKelas : XIIP1
No Absen : 02
g-mail: adicayangdiaselalu@gmail.com
Tanggapan wacana 2 “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami”
Pada wacana “Pak Jokowi, Jangan Ambil Kepala Daerah Kami” dapat ditarik 4 buah opini inti pada wacana tersebut. Wacana tersebut kemudian dapat disusun berdasarkan penalaran silogisme sehingga masing-masing dapat menghasilkan Premis Mayor, Premis minor, dan Kesimpulan sehingga kalimat tersebut valid (sah). Namun, jika ditinjau dari segi kebenaran tidak semua pola penalaran silogisme diatas memiliki truth (kebenaran), karena pada bagian pernyataan tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, misalkan pada inti opini 3 membuat Premis Mayor yang menyatakan bahwa “Semua orang...” tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata atau pasti. Karena belum tentu “Semua orang berfikir mengenai fenomena Jokowi hanya muncul sekali di Indonesia” mungkin saja ada peluang suatu saat nanti akan ada pemimpin yang menyerupai beliau atau bahkan lebih baik dan bagus dari pak Jokowi sendiri.
Selain itu, terjadi kesamaan kesalahan penalaran pada kalimat kesimpulan “Jokowi menjadi blunder” ini merupakan suatu kesalahan dari seorang penulis secara sepihak karena kalimat tersebut hanya berasal dari pandangan dan pendapat penulis. Dalam kenyataanya belum tentu jika Jokowi menarik Kepala Daerah yang hebat maka ia akan menjadi blunder. Mungkin saja ia akan menjadi pahlawan atau yang lainnya.
Tanggapan Penulis terhadap wacana diatas yaitu sang penulis melihat wacana tersebut hanya berasal dari satu sudut pandang atau satu sumber saja, tidak mencari sumber atau fakta lain sehingga hal ini membuat kesalahan pola berpikir dalam otak sang penulis, Mungkin ketika pertama kali membaca artikel mengenai Jokowi sang penulis mendapatkan kesan buruk sehingga ia berpikir bahwa Jokowi itu tidak bagus. Hal inilah yang harus diperbaiki dalam kerangka berfikir yang telah diciptakan, sebab jika ini terus disebarluaskan maka orang lain yang baru pertama kali membacanya juga akan mengalami pengaruh ke otak mereka yang sama dan membuat kerangka berfikir mereka menjadi salah.
Penolakan Gagasan Wacana 2
Pada wacana tersebut dapat ditarik sebuah penolakan gagasan, sebab fakta-fakta yang dilontarkan pada wacana tersebut tidak memiliki bukti yang kuat dan tidak ada data kuantitatif pada wacana ke-2 sehingga data yang dikatakan absrud. Seperti fenomena Jokowi hanya sekali dalam sejarah Indonesia. Pernyataan tersebut dilontarkan tanpa berfikir karena jika fenomena Jokowi hanya sekali dalam sejarah Indonesia, bagaimana dengan Jokowi-Jokowi lain yang masi berada di luar sana yang siap membantu Indonesia dengan Ikhlas, mereka tidak akan bisa masuk ke dunia politik dengan karakter yang sama dengan Jokowi karena telah di cap bahwa fenomena Jokowi hanya terjadi sekali dalam sejarah Indonesia.
Nama: Maria G Vania C
BalasHapusKelas: XII IPA 1/17
Wacana 7
1. Dalam cara baru ini, caranya atau jalannya itu sama pentingnya dengan hasilnya.
PM: semua cara memiliki cara atau jalan yang sama pentingnya dengan hasilnya
Pm: cara baru ini merupakan salah satu cara
K : cara baru ini memiliki cara atau jalan yang sama pentingnya dengan hasilnya.
2. Guru-guru mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis melalui pelajaran matematika.
PM: melalui semua pelajaran mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis
Pm : matematika merupakan salah satu pelajaran
K: Melalui matematika mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis.
3. Bu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru.
PM: semua guru SD di negri mengajarkan matematika cara baru
Pm: Bu guru yang bersangkutan merupakan salah satu guru SD di negri
K: Bu guru yang bersangkutan mengajarkan matematika cara baru
4. Para Kepala Sekolah dan para pejabat dari Dinas Pendidikan di masing-masing Kota semestinya harus mewaspadai hal-hal kecil ini.
PM: semua para kepala sekolah dan para pejabat dari dinas pendidikan mewaspadai hal-hal kecil.
Pm : masing-masing kota memiliki para kepala sekolah dan para pejabat
K: Para kepala sekola dan para pejabat dari dinas pendidikan masing-masing kota mewaspadai hal-hal kecil.
nama: Maria G Vania C
BalasHapuskelas: XII IPA 1/17
Tanggapan
Siswa SD banyak yang belum terbiasa dengan pembelajaran matematika dengan cara yang baru. Terdapat beberapa perubahan kecil yang membuat banyak siswa SD bingung sehingga ia menanyakannya kepada orang terdekat yang menurutnya bisa mengerjakannya. Dalam wacana 7 ditemukan 4 opini dan dalam hukum silogisme, opini tersebut valid dikarenakan memiliki term A, B, C, dan memiliki premis minor, mayor, dan dapat ditarik kesimpulan.
Walaupun menurut hukum silogisme hal ini valid, opini tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya. Pada opini pertama yang mengatakan bahwa cara baru ini memiliki cara atau jalan yang sama pentingnya dengan hasilnya dapat tidak ditemukan kesalahan dikarenakan apabila menggunakan cara lain namun hasilnya sama dapat merubah konsep berpikir seorang anak seperti contohnya 4+4+4+4+4+4. Dalam contoh tersebut apabila kita menulis 6x4 merupakan hal yang salah walaupun hasilnya akan sama namun yang diajarkan dalam hal ini adalah merubah cara konsep berpikir seorang anak, 4+4+4+4+4+4 dapat berarti terdapat 4 sebanyak 6 kali sehingga yang benar adalah 4x6 hal ini dapat memperbaiki cara berpikir seorang anak secara perlahan.Pada opini yang kedua mengatakan bahwa melalui matematika mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis memiliki kesalahan dikarenakan tidak hanya matematika saja yang mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis. Terdapat beberapa pelajaran lain yang dapat mengajarkan hal tersebut sehingga dibutuhkannya peran semua guru dari segala bidang pelajaran agar dapat membatu perkembangan berpikir seorang anak agar dapat berpikir sistematis dan logis. Pada opini yang ketiga mengatakan bahwa guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru, tidak ditemukan kesalahan dikarenakan hal ini diberlakukan untuk semua sekolah yang memiliki kurikulum sama sehingga tugas untuk mengajarkan matematika dengan cara baru tidak hanya diberikan untuk sekolah tertentu namun untuk semua sehingga semua anak yang memiliki sekolah yang berbeda mendapatkan cara ajar yang sama walaupun dengan metode ajar yang berbeda. Pada opini terakhir yang mengatakan bahwa para kepala sekolah dan para pejabat dari dinas pendidikan masing-masing kota harus mewaspadai hal-hal kecil tidak dapat ditemukan kesalahan dikarenakan hanya kepala sekolah dan para pejabat dari dinas pendidikanlah yang dapat mengkontrol guru-guru di sekolahnya.
Sebaiknya hal ini ditanamkan kepada anak secara perlahan dikarenakan apabila secara terburu-buru anak akan merasa terkejut. Diperlukannya kesabaran dalam merubah konsep berpikir seseorang agar lebih baik. Diperlukan juga kerjasama dari kepala sekolah dan para pejabat dari dinas pendidikan dengan guru-guru agar proses cara belajar mengajar dapan berjalan dengan baik sehingga dapat membuat anak-anak berpikir secara sistematis dan logis.
nama: Maria G Vania C
BalasHapuskelas: XII IPA 1/17
Wacana 8
1. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan mempercepat beberapa program unggulan Ibu Kota dalam sisa tiga tahun pemerintahannya
PM: Wakil Gubernur DKI Jakarta akan mempercepat beberapa program unggulan Ibu Kota
Pm : Basuki Tjahaja Purnama merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta
Kesimpulan: Basuki Tjahaja Purnama akan mempercepat beberapa program unggulan Ibu Kota
2. Masih jauh lebih banyak orang benar, rakyat dan pejabat negara yang baik, yang siap membelanya.
PM: semua orang yang benar siap membelanya
Pm: rakyat dan pejabat negara yang baik merupakan orang yang benar
Kesimpulan: Rakyat dan pejabat negara yang baik siap membelanya.
3. Jika Jokowi, masih mencalonkan diri lagi untuk kedua kali di pilpres 2019, maka calon wakil presiden yang paling berpotensi dan paling cocok berpasangan dengan Jokowi adalah Ahok
PM: Semua orang yang berpotensi dan paling cocok berpasangan dengan Jokowi akan menjadi calon wakil presiden 2019
Pm: Ahok merupakan orang yang berpotensi dan paling cocok berpasangan dengan Jokowi
Kesimpulan: Ahok akan menjadi wakil presiden 2019
4. Semuanya itu memang masih lama, tetapi sudah harus dipikirkan dan ditanam benih-benihnya yang terbaik mulai dari sekarang.
PM: semua hal harus dipikirkan dan ditanam benih-benihnya yang terbaik mulai dari sekarang
Pm: hal yang masih lama merupakan salah satu hal
Kesimpulan: hal yang masih lama harus dipikirkan dan ditanam benih-benihnya yang terbaik mulai dari sekarang.
Tanggapan
Ahok merupakan sosok pribadi yang sangat dikagumi oleh banyak rakyat dikarenakan kedisiplinan dan ketangguhannya dalam menegakkan hukum di Indonesia. Dalam wacana 8 ditemukan 4 opini dan dalam hukum silogisme, opini tersebut valid dikarenakan memiliki term A, B, C, dan memiliki premis minor, mayor, dan dapat ditarik kesimpulan.
Keempat opini ini tidak ditemukan kesalahan dikarenakan opini yang terdapat dalam wacana tersebut telah disetujui oleh masyarakat besar yang dapat dibuktikan dari seluruh aprirasi rakyat dalam mendukung perbuatan Ahok melawan tindak yang merugikan negara.
Sebaiknya Ahok dijadikan calon wakil presiden untuk periode berikutnya dan dipasangkan dengan presiden Jokowi dikarenakan mereka merupakan kombinasi yang sangat cocok. Dengan adanya mereka Indonesia dapat lebih maju dan berkembang.
Sindy Senorita Dewanti
BalasHapusKelas XII IPA 1
Nomor absen 24
(01/04)
Komentar untuk Wacana 9 (Cara Mudah Mengatasi Anak yang Takut Tidur Sendiri)
Wacana yang berjudul “Cara Mudah Mengatasi Anak yang Takut Tidur Sendiri” memiliki empat opini inti. Opini-opini inti tersebut valid berdasarkan kaidah penalaran silogisme dan tidak bisa disalahkan karena didukung hubungan kausal yang tepat.
Opini inti pertama ada pada kalimat “Ketika anda sebagai orang tua pergi ke spiritual untuk mengatasi masalah ini, maka pasti dikatakan bahwa anak anda mendapat gangguan mistis, ya tentu saja”. Bila dianalisis penalaran silogismenya dalam wacana tersebut, diketahui bahwa ia ditarik dari premis mayor “ Masalah selalu ditanggapi kaum spiritualis sebagai ganguan mistis” dan premis minor “anak takut sendirian merupakan masalah”.
Opini inti kedua berada pada kalimat “Pemahaman seperti ini perlu dimiliki oleh para orang tua , agar tidak memberikan sugesti yang menyeramkan, sebab nanti masuk ke pikiran bawah sadar anak dan menyebabkan ketakutan bahkan sampai seolah-olah melihat”. Opini ini ditarik dari silogisme tipe sorites, dengan premis pertama:”orang tua memberikan sugesti seram kepada anak-anak”, premis kedua: “Sugesti seram masuk ke bawah sadar anak-anak”, premis ketiga:” Alam bawah sadar yang mendapat sugesti seram akan menghasilkan imajinasi seram.” Serta premis keempat “ Imajinasi menyebabkan anak ketakutan sendiri.” Keempat premis tersebut membuahkan kesimpulan bahwa “orang tua membuat anaknya ketakuatan sendiri.”
Opini inti ketiga pada kalimat “Dan salahnya malah membawa ke orang2 pintar yang menguatkan kalau yang adalah adalah hal aneh padahal itu semua adalah pikiran anak itu sendiri.” Ia ditarik penulis dari premis mayor “Sugesti mistis/seram merupakan pendapat kaum spiritualis” dan premis minor “Salah bila anak yang takut sendirian diberikan sugesti seram/mistis.” Sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa “Salah bila masalah anak takut sendirian dimintai pendapat kepada spiritualis”.
Opini keempat yang terakhir ada pada satu-satunya kalimat di paragraf terakhir. Premis mayor yang mendarsari opini ini adalah “sugesti seram membuat anak ketakutan sendiri”, premis minornya adalah “sugesti menyenangkan berkebalikan dengan sugesti seram”, dan kesimpulannya adalah “sugesti menyenangkan membuat anak tidak takut sendiri.”
Sindy Senorita Dewanti
BalasHapusKelas XII IPA 1
Nomor absen 24
(02/04)
Wacana ini masih memiliki kekurangan dalam opini-opininya. Penalaran yang digunakan penulis sesuai dengan kaidah, namun beberapa opini menggunakan istilah yang berprasangka. Ditemukan tiga kata yang mengandung istilah berprasangka. Isitilah pertama ada pada akhir paragraf kedua, yaitu” …mungkin anda sendiri sebagai orang tua...” Kata “anda” penulis tujukan kepada pembaca dengan prasangka bahwa semua pembaca wacana ini adalah seorang orang tua, padahal nyatanya tidak. Istilah kedua ada pada akhir paragraph ketiga, yaitu “.. pasti anda menjelaskan dengan seram dan menakutkan, benar kan?” istilah “pasti” dan “anda” pada penggalan kalimat tersebut penulis juga tujukan kepada pembaca. Disana terliaht bahwa penulis salah berprasangkan bahwa semua pembaca wacana ini adalah orang tua yang member sugesti seram pada anaknya, padahal nyatanya belum tentu semua pembacanya seperti itu. Istilah berprasangka yang terakhir ada pada kalimat kedua paragraph keenam, yaitu “… dan salahnya malah membawa ke orang-orang puntar yang menguatkan kalau…”. Istilah “orang pintar” yang digunakan ditujukan penulis pada kaum spiritualis. Penulis tampaknya berprasangkan bahwa makna “orang spiritualis” sama dengan “orang pintar”. Meskipun mungkin saja seorang spritualis adalah orang yang pintar, makna “orang spiritualis” sebenarnya sekedar merujuk pada orang yang percaya bahwa spirit atau roh berada di sekitar manusia dan dapat berinteraksi dengan manusia.
Secara umum, wacana ini sudah baik karena semua opini intinya sudah sahih dan dapat dibenarkan. Namun agar wacana ini semakin baik, sebaiknya penggunaan beberapa kata yang merupakan istilah beprasangka diubah. Istilah “anda” yang malah merujuk pada pembaca sebaiknya dijadikan kata “orang tua” yang merujuk pada orang tua secara umum. Lalu, istilah “orang pintar” yang merujuk ke “orang spiritualis” sebaiknya tidak digunakan karena tidak tepat.
Sindy Senorita Dewanti
BalasHapusKelas XII IPA 1
Nomor absen 24
(03/04)
Komentar untuk wacana 10 (Ilmu Logika: Prinsip Bernalar Benar)
Wacana berjudul “Ilmui Logika: Prinsip Bernalar Benar” bukan merupakan wacana yang baik. Banyak kesalahan penalaran dalam opini-opininnya. Ada opini yang tidak didasari oleh kaidah penalaran silogisme, tidak menggunakan kaidah penalaran yang tepat, tidak didasari fakta yang relevan dan tidak jelas hubungan kausalnya. Juga ada ketidak koherensi penalaran dalam wacana.
Banyak opini yang muncul tiba-tiba tanpa didasari penalaran silogisme. Salah satu opini tersebut ada pada kalimat terakhir paragraph pertama, “Yang jelas, kita tidak dapat menghukumi sesuatu tanpa mengetahui sesuatu yang kita hukumi tersebut.” Kata “yang jelas” menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan kesimpulan yang menyederhanakan suatu gagasan, tanpa adanya alasan/premis yang mendasari. Beberapa opini lain yang merupakan kesimpulan tanpa premis yang jelas adalah kalimat “Manusia yang bijaksanan tentunya mempertanyakan manfaat dalam melakukan atau mempelajari sesuatu tersebut” dan kalimat “Jadi kurangi atau bahkan berhenti berciara, komentar, dan berentindak jika tidak diawali dengan berpikir (bernalar) benar”.
Ada opini yang sudah menggunakan kaidah silogisme, namun tidak tepat karena premis-premisnya tidak berhubungan. Opini tersebut adalah kesimpulan bahwa “Khayal atau imajinasi adalah salah satu instrument pembelajaran.” Apabila diuraikan berdasarkan kaidah silogiseme, kesimpulan tersebut didapat dari premis mayor “Hal yang dapat membuat pengetahuan/realitas yang ditangkap akal adalah instrument pembelajaran” dan premis minor “Khayal atau imajinasi dapat membuat realitas yang ditangkap akal diperoleh.” Kesalahannya ada premis minor karena mungkin dari khayalan diperoleh suatu realitas. Karena, khayalan dan realitas merupakan dua hal yang sangat bertolak bekalang di dunia ini, tidak
Ada banyak kesalahan penarikan hubungan kausal. Mulai dari paragraf pertama, sudah ada opini yang tidak benar hubungan kausalnya, yaitu “Tentu hal terseut mengundang pertanyaan, apa sebenarnya yang dipelajari dalam ilmu logika.” Pernyataan tersebut menurut penulis disebabakan oleh “Sebagian orang melarang orang lainnya untuk belajar logika. Bahkan seabagian lainnya malah mengkafirkan mereka yang belajar logika.” Sebuah hubungan sebab-akibat yang jelas atau tidak nyambung. Kesalahan penarikan hubungan kausal lain ada pada kalimat “Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu”. Kata “Karena” mengindikasikan bahwa kalimat itu menjelaskan suatu penyebab. Hal yang dijelaskan oleh kalimat tersebut, berdasarkan susunan kalimat adalah kalimat “Kita tidak mungkin mendapatkan hasil yang benar, tindakan yang benar, dan perkataan yang benar, jika tidak dimulai dari berpikir benar”, juga tidak jelas hubungan kausalnya.
Sindy Senorita Dewanti
BalasHapusKelas XII IPA 1
Nomor absen 24
(04/04)
Banyak sekali opini yang menjadi premis opini lainnya, namun tidak difukung fakta. Misalnya kalimat “Sebagian orang melarang orang lainnya untuk belajar logika. Bahkan seabagian lainnya malah mengkafirkan mereka yang belajar logika” dan “Tidak seikit ilmuan, agama dan filsuf yang berpendapat bahwa inti dari kemanusiaan adalah akal.”
Kesalahan paling besar dalam wacana ini adalah sang penulis tidak mengerti persoalan yang hendak ia bicarakan. Menurut judulnya, wacana ini akan berbicara tentang ilmu logika. Pada awal wacana, logika dibicarakan. Lalu, di bagian tengah wacana, tiba-tiba tentang pengetahuan dan limu dibicarakan tanpa dijelaskan hubungan pengetahuna dan limu dengan logika. Lalu, di akhir wacana, diceritakan lagi tentang logika. Dengan kata lain, paragraf-paragraf dalam wacana ini tidak kohern satu sama lain. Tidak kohern dapat menyebabkan pembaca tidak menangkap inti yang dibicarakan wacana.
Terlihat juga tidak koherensinya dalam kalimat “Ilmu logika adalah ilmu yang berguna untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada cara berpikir (bernalar) yang benar” di paragraph terakhir. Dari kalimat itu, penulis mengemukakan bahwa berpikir sama saja dengan bernalar, karena kata”bernalar” diletakkan dalan tanda kurung setelah kata “berpikir”. Padahal di paragraf ketiga, terdapat kalimat-kalimat “ Logika adalah ilmu yang mempelajari tentang prinsip berpikir benar. Dalam perkembangannya kemudia, definisi logika tersebut dikritik oleh Irving M. Copu yang berpendapat bahwa logka bukan mempelajari prinsip berpikir benar… Aktivitas berpikir yang menjadi objek kajian logika adalah penalaran”. Berarti sebenarnya penulis sudah mengemukakan bahwa berpikir tidak sama dengan bernalar.
Berbagai cara dapat ditempuh untuk memperbaiki wacana ini. Untuk memperbaiki opini yang tidak memiliki premis yang jelas, penulis dapat memberikan premis yang jelas. Hal yang sama juga dilakukan untuk opini yang tidak memiliki hubungan kausal yang benar, yaitu diperbaiki dengan memberi alasan sebab-akibat yang benar. Tentunya premis-premis dan sebab-akibat tersebut dilengkapi dengan fakta pendukung. Sementara itu, untuk memperbaiki koherensi wacana, penulis dapat menyeleksi pernyataan-pernyataan yang tidak kohern, yaitu tenteng pengetahuan dan ilmu, atau memberikan informasi tambahan yang menghubungkan antara pengetahuan dan ilmu serta dengan logika.
Raihanbusyaf hibatur rahman absen21 xii ipa1
BalasHapusWACANA 1
Tentukan Opini
Hal ini terjadi bukan karena gangguan2 mistis, sebenarnya terjadi karena PIKIRAN anak itu sendiri yang berasal dari sugesti negatif.
maka mulai sekarang ubahlah kalimat sugesti ancaman kepada anak menjadi sugesti yang menyenangkan
Tentukan Term
A: Semua anak diberi sugesti negatif
B: anak takut tidur sendiri
C: Pemberian sugesti negatif
A: semua orang tua
B: memberi Sugesti negatif kepada anak
C: anak tidak bisa tidur
Restrukturisasi
PM: Semua anak diberi sugesti negatif sehingga takut tidur sendiri
PMn: sugesti negatif diberikan kepada setiap anak
K: Pemberian sugesti negatif membuat anak takut tidur sendiri
PM: Semua orang tua memberi sugesti negatif kepada anak
PMn: anak tidak bisa tidur karena orang tua
K: anak tidak bisa tidur karena diberi sugesti negatif
Analisa
a.Valid : sudah memenuhi syarat-syarat silogisme. Pendapat memilki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth: Terbukti kebenarannya karena suatu perkataan memang bisa mempengaruhi pola pikir seseorang apalagi masih dibawah umur
b. Valid: sudah memenuhi syarat-syarat silogisme. Pendapat memilki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth: Terbukti kebenarannya karena suatu perkataan memang bisa mempengaruhi pola pikir seseorang apalagi masih dibawah umur
Tanggapan
Menurut saya kedua opini diatas memiliki kesimpulan yang sama yaitu suatu sugesti dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Dengan kesimpulan yang terbukti dan valid adanya, dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut memiliki tujuan yg tepat, yaitu mengatakan bahwa sebaiknya para orang tua tidak memberikan sugesti yang mengerikan kepada sang anak.
Memang banyak penyebab lain yang menyebabkan seorang anak tidak bisa tidur. Tetapi persentase tidak bisa tidurnya seorang anak mungkin50% keatas dipengaruhi oleh sugesti tentang setan, seperti akan ada setan yg akan datang jika tidak tidur sebelum jam 10 malam, hal itu malah membuat seorang anak takut untuk tidur dan lebih memilih tidur dengan orang tuanya.
Maka menurut saya gagasan dari kesimpulan ini patut di tiru sehingga generasi muda kita tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistik.Gantilah sugesti tersebut degan sugesti positif yg memacu anak menjadi lebih mandiri dan inofatif
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Dan juga banyak anak yg tidak takut walaupun diberi suatu sugesti, artinya ketakutan itu muncul berdasarkan mental yg lemah, kita harus melatih mental generasi muda kita dengan keras.
Raihan busyaf xii ipa1 absen 21
BalasHapusWacana 2
Tentukan Opini
Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya menjadi benar ab,ca,cb
Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat manakala kita menjadikannya landasan pengetahuan dan pembelajaran
Tentukan term
A: semua orang
B: mengatur cara berpikir
C: menggunakan logika
A: Semua orang
B Memiliki landasan pengetahuan dan pembelajaran
C: Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat
Restrukturisasi
PM: Semua orang mengatur cara berpikir
Pmn:Logika Digunakan semua orang
K:Menggunakan logika membuat orang mengatur cara berpikir
PM: Semua orang memiliki landasan pengetahuan dan pembelajaran
Pmn: Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat untuk semua orang
K: Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat karena memiliki landasan pengetahuan dan pembelajaran
Analisa
a.Valid : sudah memenuhi syarat-syarat silogisme. Pendapat memilki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth: Terbukti kebenarannya karena memang semua orang mengatur cara berpikir menggunakan logika
b. Valid: sudah memenuhi syarat-syarat silogisme. Pendapat memilki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Truth: Terbukti kebenarannya karena logika memang merupakan landasan pengetahuan dan pembelajaran.
Tanggapan
Menurut saya kedua opini diatas memiliki kesimpulan yang sama yaitu suatu logika dimiliki setiap orang dan merupakan landasan pengetahuan. Dengan kesimpulan yang terbukti dan valid adanya, dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut memiliki tujuan yg tepat, yaitu mengatakan bahwa sebaiknya kita melatih cara berpikir kita secara logis .
Memang pemikiran yang tidak logis kadang ada benarnya juga. Tetapi persentase kebenaran pemikiran secara logis kira-kira50%,karena pemikiran yang tidak logis tidak didasari oleh fakta fakta yang dijumpai dan hanya mengandalkan rasa kerpercayaan terhadap suatu informasi dan mengikuti kata hati.
Maka menurut saya gagasan dari kesimpulan ini patut di tiru sehingga generasi muda kita melatih cara berpikir secara logis. Buat lah generasi muda lebih baik dari kita generasi sebelumnya.
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Buktinya pelajaran yang kita terima di sekolah seperti rumus-rumus matematika kita tidak mengetahui proses mendapatkannya suatu rumus, kita hanya mengetahui dan berpikir sesuai informasi yang diberikan guru, bukan berdasarkan suatu pemikiran logis.
Theressa/XII IPA 1/27
BalasHapusTanggapan wacana 11 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 11 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-1 yang berisi, " Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun" kebenarannya diragukan karena tidak semua orang yang tinggal di Bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun. Pada premis mayor opini ke-2 yang berisi, “semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi” kebenarannya diragukan karena tidak semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatakan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Buktinya tidak semua profesor di dunia ini menolak mentah-mentah ranah Dekonstruksi. Pemahaman tentang memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 hanya masyarakat sendiri yang dapat menafsirkannya sendiri.
Theressa/XII IPA 1/27
BalasHapusTanggapan wacana 12 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 12 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-3 yang berisi, "semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening." kebenarannya diragukan karena tidak semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.. Pada premis mayor opini ke-4 yang berisi, “semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.” kebenarannya diragukan karena tidak semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya..
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatakan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Buktinya tidak semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.
Theressa/XII IPA 1/27
BalasHapusTanggapan wacana 11 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 11 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-1 yang berisi, " Semua orang tinggal di bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun" kebenarannya diragukan karena tidak semua orang yang tinggal di Bumi pasti menganggap bahwa memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 adalah racun. Pada premis mayor opini ke-2 yang berisi, “semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi” kebenarannya diragukan karena tidak semua professor pintar mentah-mentah menolak ranah Dekonstruksi.
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatakan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Buktinya tidak semua profesor di dunia ini menolak mentah-mentah ranah Dekonstruksi. Pemahaman tentang memperkosa logika 4 x 6 = 6 x 4 hanya masyarakat sendiri yang dapat menafsirkannya sendiri.
Theressa/XII IPA 1/27
BalasHapusTanggapan wacana 12 :
Berdasarkan hasil analisis di atas, pola penalaran silogisme pada wacana 12 seluruhnya bersifat valid (sah). Dikatakan valid (sah) karena kalimat silogisme di atas telah memenuhi persyaratan kalimat silogisme yang itu memiliki premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dilihat dari segi kebenarannya pada premis mayor opini ke-3 yang berisi, "semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening." kebenarannya diragukan karena tidak semua orang Tionghoa memiliki video yang menggambarkan bagaimana usaha ia untuk menulis nama Mandarinnya dengan kuas dan tinta hitam pada sebuah kaca bening.. Pada premis mayor opini ke-4 yang berisi, “semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.” kebenarannya diragukan karena tidak semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya..
Maka dari itu, penulis menyarankan agar penulis wacana dapat memilih kata-kata yang tidak membuat kebenaran dari kalimat silogisme diragukan. Agar orang-orang yang membaca kalimat silogisme percaya akan kebenarannya.
Penolakan
Gagasan wacana tersebut belum dapat dikatakan sebagai suatu gagasan wacana yang baik. Karena sebenarnya kebenaran dalam gagasan tersebut tidak ada bukti nyata kebenarannya. Buktinya tidak semua orang zaman dahulu biasanya karya yang berjudul Light in the Suitcase (2014) terpampang pada rumahnya.