CERPEN KARYA BERSAMA KELAS XII IPA 4-2011/2012

Cerita pendek merupakan karya satra yang memiliki hakikat cerita padat dan berisi tentang hidup dan kehidupan. Demikian juga halnya yang terungkap dalam cerita pendek berikut. Jangan ditinjau secar detail hakikat ceritanya, namun hargailah sebagai wujud kreativitas berkesinambungan dalam media yang disediakan tatkala belajar menulis cerita pendek.

Kali ini cerita pendek yang dimaksud berjudul SENYUM INDAHMU, IN! Judul itu terkesan cengeng, namun bisa dikatakan mengandung imajinasi yang amat luas.

Selamat berkarya.

Komentar

  1. Siang ini kurasakan gerahnya udara demikian menyiksa. Di mana pun situasi runag kurasakan panas dan membuat tak nyaman suasana. Apakah begitu juga dengan hati si Intan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ingin aku tanyakan langsung pada orangnya. Tapi, mungkin ia bahkan tidak mengenalku.

      Hapus
    2. Akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara dengannya.
      Kudekati dirinya dengan perasaan yang tak menentu.
      "Hai, Intan", sapaku.

      Hapus
    3. Sudah hampir dua tahun aku memperhatikannya. Saat pertama kali aku melihatnya, waktu kami sama-sama menjadi siswa baru disekolah ini, ia selalu tersenyum kepada semua orang hingga suatu ketika ia tersenyum kepadaku. Aku tak tahu mengapa, sejak itulah aku terus memperhatikannya. Sayangnya, akhir-akhir ini, sejak kami naik ke kelas 12, aku tak pernah lagi melihat senyumnya. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan. Aku tak mengerti.

      Hapus
    4. "Hai juga Leny", balasnya.
      "Hei, mengapa kau tidak seperti biasanya?", kataku.
      "Maksudmu biasanya? Memang aku biasanya bagaimana?", ucapnya.

      Hapus
    5. "dulu kau selalu tersenyum,akan tetapi sekarang kau berbeda".kataku

      Hapus
    6. "Benarkah? Mungkin beban yang aku tanggung sudah terlihat sampai orang lain pun dapat mengetahuinya", ucap Intan.

      Hapus
    7. "Kau ingat waktu pertama kali aku melihatmu, kau tak seperti ini, Intan. Kau tampak begitu menikmati hari-harimu, berbeda seperti kondisimu sekarang. Tak ingin kah kau berbagi cerita denganku?" Tanyaku begitu penasaran

      Hapus
    8. "Aku ingin, bahkan ingin seperti burung yang dapat terbang bebas. Bukan seperti sekarang, seperti burung dalam sangkar. Orang tuaku memberi beban yang amat berat. Ia ingin aku jadi dokter. Aku tak mau, aku tak suka!", ucap Intan agak kesal.

      Hapus
    9. "Jangan berkata seperti itu, percayalah bahwa terkadang orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun jika pilihan orang tuamu memang tidak sesuai yang kau inginkan, kejarlah kembali impianmu sendiri dan buktikan pada mereka kalau kau juga tetap bisa bersinar. Aku tak ingin melihatmu seperti ini!" balasku dengan penuh senyuman

      Hapus
    10. "Ya kau benar Leny. Kurasa ini adalah kata-kata yang paling menghiburku saat ini. Toh Tuhan tidak pernah tidur. Aku yakin Ia menyediakan jalan yang terbaik untukku", kata Intan.
      "Hei aku ada PR, aku pulang duluan ya, Len", ucap Intan tergesa-gesa.

      Hapus
    11. Akhirnya, Intan pun pulang ke rumah. Segera di hampirinya meja belajar dan tertegun melihat nilai ulangan yang baru saja di bagikan tadi.
      "Aku harus bisa memperbaiki nilai ini. Aku tak mau mengecewakan ibu dan ayahku", ujar Intan.

      Hapus
    12. Meski ayahnya telah pisah rumah dengan ibunya dan Intan, ia tetap menghargai sosok ayah dalam keluarganya sekarang.
      "Aku punya impian, dan impian itu adalah membanggakan orang tua dan teman-temanku. Akan kubuktikan bahwa aku layak mereka banggakan!", ucap Intan penuh semangat.

      Intan segera bertukar pakaian kemudian tidur.

      Hapus
    13. Intan segera mengeluarkan buku paket Biologi dan mulai membacanya. Tak lama kemudian, ia mengambil kembali kertas ulangan tadi. Ia memandangi nilai yang tertera di kertas itu beberapa lama dan mulai melamun.

      Hapus
    14. Ia membayangkan jika ia menjadi dokter dengan nilai dibawah ketuntasan itu. Tentu saja semua pekerjaan kedokterannya akan tidak beres.

      Hapus
    15. Lamunan membawanya ke masa lalu, masa-masa di saat Ayah menuturkan segala harapan. "Kelak, kau akan jadi dokter yang hebat, menolong banyak jiwa".
      Begitu lekat kalimat itu di benaknya.
      Sepenggal kenangan manis yang tak mungkin Intan lupakan, sepotong kisah yang utuh dari hidupnya yang penuh kekosongan akan sosok Ayah.
      Membayangkan dirinya menjadi dokter, hadir sosok Ibu yang memandangnya bangga, senyum Ayah yang mungkin akan kembali dilihatnya, dan sahabatnya, Leny, yang akan terus mendukungnya.
      Keraguan menderu, mengalir dalam nadinya, terasa jelas hingga lamunan sempat menghilang.
      Intan bertanya dalam hati, "Akankah semua ini menjadi berharga di kemudian hari? Haruskah aku mengorbankan impianku demi impian Ayah?"
      Sekali lagi diingatnya masa kecil, kebahagiaan itu.
      Ia tersenyum simpul.
      "Semua akan berarti, semua akan indah pada waktunya. Kan ku buktikan pada semua orang bahwa aku bisa, terutama pada Ayah", gumamnya dalam hati.

      Hapus
    16. Lamunan membawanya ke masa lalu, masa-masa di saat Ayah menuturkan segala harapan. "Kelak, kau akan jadi dokter yang hebat, menolong banyak jiwa".
      Begitu lekat kalimat itu di benaknya.
      Sepenggal kenangan manis yang tak mungkin Intan lupakan, sepotong kisah yang utuh dari hidupnya yang penuh kekosongan akan sosok Ayah.
      Membayangkan dirinya menjadi dokter, hadir sosok Ibu yang memandangnya bangga, senyum Ayah yang mungkin akan kembali dilihatnya, dan sahabatnya, Leny, yang akan terus mendukungnya.
      Keraguan menderu, mengalir dalam nadinya, terasa jelas hingga lamunan sempat menghilang.
      Intan bertanya dalam hati, "Akankah semua ini menjadi berharga di kemudian hari? Haruskah aku mengorbankan impianku demi impian Ayah?"
      Sekali lagi diingatnya masa kecil, kebahagiaan itu.
      Ia tersenyum simpul.
      "Semua akan berarti, semua akan indah pada waktunya. Kan ku buktikan pada semua orang bahwa aku bisa, terutama pada Ayah", gumamnya dalam hati.

      Hapus
  2. Ulangan tidak tuntas. Itulah perasaan Intan. Nilai 50 pada ulangan biologinya membuatnya resah dan gelisah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiba-tiba Intan menerima telepon dari Humas Universitas Sriwijaya yang mengabarkan bahwa pengajuan beasiswanya diterima.

      Hapus
    2. namun Intan menjadi ragu karena jurusan yang dia pilih adalah kedokteran

      Hapus
    3. Intan memang menyukai jurusan kedokteran . Tapi, ia merasa tak cukup kemampuan dalam bidang itu. Dengan perasaan bingung yang mendera hatinya, Intan menelepon Ibunya untuk meminta pendapat.

      Hapus
    4. Ibunya sangat kaget karena tidak menyangka anak satu-satunya bisa memdapatkan beasiswa di Universitas ternama di Palembang

      Hapus
    5. tiba-tiba ibunya terbangun dan sedih karena ternyata semua itu hanya lah sebuah mimpi

      Hapus
    6. Sejak saat itulah ibunya sangat berharap kepada Intan. Ia ingin putri kesayangannya itu menjadi dokter kelak. menurutnya, Dokter merupakan profesi yang sangat menjanjikan masa depan putrinya itu. Ia bahkan cenderung memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Intan.

      Hapus
    7. "Nak, bagaimana sekolahmu? Bagus?", tegur ibu Intan.

      Hapus
    8. "Tidak terlalu bagus, Bu. Nilai Biologiku sangat mengecewakan. Aku jadi ragu untuk kuliah di jurusan kedokteran, Bu.", jawab Intan.

      Hapus
    9. "Jangan bersedih, nak. Ibu memang ingin melihatmu menyembuhkan banyak orang. Namun inu tidak akan pernah memaksakan dirimu. Jika itu bukan impianmu, kejarlah impianmu sendiri dan buatlah ibu mu bangga atas pilihanmu" balas ibu penuh pengertian

      Hapus
    10. "Terima kasih,Bu.",kata Intan seraya tersenyum kecil.

      Hapus
    11. "Namun Intan tidak mau menyakiti hati ibunya, Ia pun mengatakan dengan lantang bahwa ia akan berusaha lebih kuat lagi "

      Hapus
    12. "Ibu, minggu depan libur. Bagaimana kalau kita berdua pergi ke Bandung. Aku ingin sekali refreshing dan membeli beberapa pernak-pernik khas Bandung.", ajak Intan.
      "Baik lah, Nak. Tapi belajarlah. Satu jam lagi tidurlah. Sudah malam", kata Ibu.
      "Siap, nyonya!", ejek Intan.
      Intan pun belajar, kemudian tertidur.
      Keesokan harinya ...

      Hapus
    13. Ibu pun berkata,"Ya, belajarlah dengan giat agar kau dapat menjadi seorang dokter untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Namun, jangan kau paksakan bila kau tak sanggup apalagi bila kau tak menyukainya. Ibu akan lebih bangga dan bahagia bila kau bahagia akan pilihan yang kau ambil."

      Hapus
    14. "Terima kasih, Bu", jawab Intan. Ibu dan anak ini pun saling berpelukan. Lalu, Intan segera menuju ke kamarnya untuk melanjutkan belajar.

      Hapus
    15. Tak terasa satu jam telah berlalu. Buku paket biologi yang dibacanya telah habis terbaca. Intan pun tak kuasa menahan kantuknya dan langsung tidur.

      Hapus
    16. Sebelum Intan tidur, Intan berdoa kepada Tuhan agar tidurnya nyenyak.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Dibalik senyumannya terlihat berkaca-kaca mata intan, seakan menahan air mata yang hampir keluar dari matanya.

      Hapus
    2. Ia berusaha menahan air matanya. Ia tidak ingin orang lain melihatnya menangis

      Hapus
    3. Aku,sebagai teman baiknya ingin sekali menghiburnya. Namun, aku sadar, bahwa apa yang dibutuhkan Intan sekarang adalah waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.

      Hapus
    4. Kuhampiri dirinya dan menyapanya.
      "Hai In, sedang apa? Boleh aku duduk di sampingmu?", tanyaku.
      "Oh, Leny. Tidak sedang apa-apa. Boleh kok.", jawab Intan dengan tersenyum.
      Akupun duduk di sebelahnya.
      "Oh ya In, kamu masuk jurusan apa kuliah nanti?" tanyaku.
      "Aku masih bingung. Ayahku ingin agar aku masuk kedokteran, tapi aku ingin masuk arsitektur." jawab Intan.

      Hapus
    5. "Apa menurutmu aku harus masuk kedokteran?",potong Intan sebelum Leny menjawab.
      "Entahlah Intan, itu pilihanmu, bukan pilihanku. Jadilah dirimu sendiri", balas Leny.

      Hapus
    6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    7. Intan tidak mengomentari tanggapanku. Kami terdiam cukup lama sampai akhirnya aku menoleh kearahnya.

      Hapus
    8. "Intan, kuharap kau tidak tersinggung dengan ucapanku", Leny memulai percakapan.
      "Tidak sama sekali Leny, aku bangga memiliki teman yang tegas sepertimu", balas Intan.

      Hapus
    9. "Aku rasa akan lebih baik bagimu untuk mengikuti keinginanmu sendiri bukan keinginan Bapakmu, karena kaulah penentu masa depanmu sendiri.", Leny mempertegas ucapannya.
      "Apakah benar jika aku melakukan itu?", jawab Intan ragu.
      "Ya, yang terbaik bagimu pastilah terbaik juga bagi Bapakmu.", jawab Leny.

      Hapus
    10. "Entahlah Leny, kau baru saja mengenalku. Kau tidak tahu kondisi aku dan keluargaku saat ini", ucap Intan sombong.
      "Tidak perlu sok tegar Intan, setiap orang punya sisi rapuh. Aku tahu kau dalam kesulitan. Aku hanya berniat membantumu", balas Leny.
      "Terima kasih, Leny. Ayo pergi, kutraktir kau es krim", ajak Intan.

      Hapus
    11. Kemudian mereka pun berjalan-jalan sambil membeli es krim di taman.

      Hapus
    12. Di suatu sore yang mendung, Intan duduk di teras rumah sambil melamun. Ia masih memikirkan masalah yang sedang dihadapinya. Ya, tak lain dan tak bukan, masalah jurusan kedokteran ataukah arsitektur yang akan ia pilih.

      Hapus
    13. Ia memang terampil menggambar perpektif, apalagi jika ia harus menggambar gedung-gedung. Arsiran dan sketsa gedungnya bagaikan nyata.

      Hapus
  4. Kulihat Intan sedang menatap taman bunga yang terhampar luas di perkarangan depan rumahnya. Di sekitar taman itu terlihat burung-burung sedang bernyanyi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyanyian burung-burung itu tampaknya telah mengubah suasana hati Intan. Kegelisahan yang tadinya masih tersirat di wajahnya seketika hilang.

      Hapus
    2. Malang benar gadis itu. Ayahnya ingin sekali ia menjadi dokter meskipun ia merasa bahwa dirinya sama sekali tidak berbakat di bidang biologi. Intan lebih senang mengungkapkan perasaan di hatinya melalui goresan-goresan halus pensil beraneka warna di sebuah kertas polos daripada membaca berbagai buku biologi. Sering kudengar ayahnya memarahinya akibat hobinya itu. Tak jarang kulihat Pak Tere, Ayah Intan, membuang berbagai gambar karya gadis itu. Intan pun hanya bisa menangis tersedu dan menatap kosong ke arah gambar-gambar karyanya yang telah hancur bersama kemurkaan Ayahnya.

      Hapus
    3. Ingin rasanya aku menghiburnya. Namun apa dayaku? Aku terus berkata pada diriku, "Ayo Binar, kamu pasti bisa". Akan tetapi, keberanianku hilang seketika setiap kali aku mencoba mendekatinya. Aku terlalu takut untuk menjadi temannya. Aku takut ayah akan marah dan menghukumku jika mendekatinya.

      Hapus
    4. Mungkin orang-orang sial lah yang berteman denganku. Ingin rasanya aku dapat diandalkan oleh teman-temanku. Tapi entah mengapa seluruh tekad itu runtuh seketika saat temanku meminta pendapatku.

      Hapus
    5. Akhirnya aku pun hanya dapat menatapi Intan yang sedang menangis tersedu-sedu itu. Aku berjanji di dalam benakku, "besok aku akan pergi menemuinya".

      Hapus
    6. Keesokan harinya, aku, Binar Mustika bersiap untuk menemui Intan di sekolah.
      "Hai Intan, kenalkan aku Binar. Tetangga kelas mu", ucapku senang.
      "Oh, hai Binar, senang bisa bertemu denganmu. Ada yang bisa kubantu?", balas Intan.

      Hapus
    7. "Hmmm, aku bingung dengan soal Matamatika yang diberikan oleh Pak Doni kemarin. Bisakah kau membantuku?" jawab Intan.
      "Tentu saja" balas Intan sambil tersenyum kepadanya.

      Hapus
    8. "Ah tidak, aku hanya ingin berteman denganmu. Sudah enam tahun kita selalu bersekolah di tempat yang sama. Aku pun telah memperhatikanmu sejak pertama kali kita masuk SMP. Tapi, aku tak punya keberanian untuk menyapamu", ucap Binar.
      "Oo, benarkah? Aku memang sering melihatmu dari dulu. Tapi, tak kusangka ternyata kau sering memperhatikanku", jawab Intan dengan wajah malu-malu.

      Hapus
    9. Binar berkata, "Hahahha .. Dari dulu kau selalu terlihat sibuk membaca buku biologimu Tan, aku tak ingin mengganggu konsentrasi membacamu"

      Hapus
  5. Seperti biasa kuperhatikan ia pada waktu istirahat di taman, rambutnya dikibaskan seperti model iklan sampo. Tapi, tetap saja yang kuperhatikan senyumnya yang indah. Gingsul di giginya semakin membuatnya manis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku ingin menghiburnya tapi aku tak punya keberanian. Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan.

      Hapus
    2. tiba-tiba Intan melirik ke arah ku, membuat jantungku berdetak kencang.

      Hapus
    3. Akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah menjawab senyuman manisnya itu tanpa berkata apa-apa. Mata ini pun tak tega untuk menutup jika Intan sudah memperlihatkan senyuman indahnya itu.

      Hapus
    4. Perlahan-lahan Intan berjalan mendekatiku. Jantungku terasa mau berhenti saat ia datang mendekatiku. Senyumnya yang indah membuatku larut dalam lamunan indahku.

      Hapus
    5. "Hei, siapa namamu? Mengapa kau menatapku seperti itu?", tanya Intan.

      Hapus
    6. Tak ada satu kata pun yang dapat keluar dari bibirku. Aku hanya terus memandanginya dengan getaran yang semakin memuncak di dadaku.

      Hapus
    7. Ingin rasanya aku menjawab pertanyaannya, namun apa daya bibirku terkunci sangat rapat.

      Hapus
    8. "Jangan diam saja dong! Siapa namamu? Dari tadi melihatku seperti maling mengincar motor!", bentak Intan.
      "Anu, emm.. Anu", hanya itu yang keluar dari mulutku.
      "Hei serius! Siapa namamu? Aku tak punya waktu bercanda!", timpal Intan.

      Hapus
    9. bentakan itu, mengubah pandanganku tentang Intan.

      Hapus
    10. "Aku Ridwan, nama kamu siapa?" jawabku sambil mengajaknya berkenalan.
      "Aku Intan. Salam kenal" balasny dengan senyum manisnya.
      Inilah pertama kalinya aku merasakan sesuatu yang bergetar di dalam dadaku. "Apakah ini cinta pada senyuman pertama?" ujarku dalam hati.

      Hapus
    11. "Hei, kok melamun sih?". Perkataan Intan itu membuatku tersadar dari lamunanku.

      Hapus
    12. "Ah tidak Tan. Aku hanya menyukai senyummu. Senyumanmu sungguh manis.", jawabku malu-malu.

      Hapus
    13. Terima kasih atas pujianmu Ridwan.",jawabku tersenyum

      Hapus
  6. Di siang hari yang cerah namun sebagian orang menganggapnya panas terik, terlihat pak pos sedang berkeliling.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memberikan surat-surat kepada orang-orang di sekitar situ.

      Hapus
    2. Wajah letih yang nampak dari wajahnya tertutupi oleh senyumnya yang merekah saat memberikan surat.

      Hapus
    3. itulah kebahagiaan seorang pak pos yang melihat orang-orang yang mendapatkan surat

      Hapus
    4. Pak pos mendatangi Intan layaknya seorang pejuang 1945. Perlahan pasti, pak pos itu mengeluarkan sebuah paket berukuran sedang untuk Intan.
      "Ini neng, ada kiriman dari seseorang. Tolong tandatangani disini", ucap tukang pos.
      "Ha, kiriman? dari siapa ini?", timpal Intan.
      "Saya tidak tahu neng, tidak ada nama pengirimnya, yang pasti untung e-neng. Nama eneng, Intan Giovanni Prasetyo kan?", balas pak pos.

      Hapus
    5. "Benar, pak" ucap Intan.
      (menandatangani tanda terima)
      "Terima kasih, pak" ujar Intan.
      "Sama-sama, neng" jawab pak pos.

      Hapus
    6. Segera Intan membuka paket kiriman itu. Saking penasarannya, sebelum dibuka, Intan menebak-nebak isi kiriman itu. Mungkin sejenis Blackberry, iPod, iPhone atau mungkin uang tunai.
      "(Intan menatap hampa isinya) Haa? Ensiklopedia dan buku-buku tentang kesehatan? Mimpi apa aku semalam?", ucap Intan kesal.

      Hapus
    7. Melihat kiriman yang ia dapatkan, Intan kembali tersenyum dan menganggap barang-barang itu sebagai pemicu semangat belajarnya.

      Hapus
    8. walaupun merasa kesal Intan tetap menerima dan membaca buku tersebut

      Hapus
    9. "Ahh, harus kuapakan buku-buku tebal ini? Apa orang yang mengirimnya ingin aku mengenakan kacamata super tebal?", gerutu Intan.
      "(Menarik nafas)Ahh, toh buku-buku ini kudapatkan dengan gratis.", Intan tertawa.

      Hapus
    10. Buku yang dianggapnya dapat menambah bnyak pengetahuan. Sejenak ia berpikir, berasal darimanakah buku ini? Mengapa ada orang yang begitu baiki dapat mengirim buku ini kepadanya

      Hapus
    11. "Ibu, aku pulang", sapa Intan.
      "Ya nak, gantilah baju. Lalu makan di dapur, cepat ya nak", ucap Ibu Intan.
      Intan pun ganti baju lalu pergi ke dapur secepat kilat.
      "(Mengunyah makanan) enak sekali bu, tumben sekali banyak makanan?", tanya Intan.

      Hapus
    12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    13. "sudah jangan banyak tanya Intan, lekas selesaikan makananmu kemudian ajaklah adikmu si Roy untuk bermain", ujar ibu sambil tersenyum

      Hapus
    14. "Iya Bu, kata Intan dengan tergesa-gesa menyantap makan siangnya."

      Hapus
    15. Intan pun menghampiri Roy yang tengah bermain dengan robot barunya.
      "Hei Roy, mau dengar cerita lucu nggak?", ucap Intan.
      "(Mengerutkan alis)Hmm?", desah Roy
      "Emm. Buah apa yang bikin bingung?", timpal Intan.
      "Jeruk"
      "Pisang"
      "Buah bingung"
      "Upil?"
      "Salah semua, Roy? (tertawa)", ejek Intan.
      "Jadi apa kak?", tanya Roy.
      "Anggur", kata Intan.
      "Loh kenapa?", jawab Roy.
      "Tuh kan bingung. Hahahahahaha...", tawa Intan.

      Hapus
    16. "Ih, sebel. Kini giliran aku kak. Ayo coba tebak, bis bis apa yang paling disukai cewek-cewek", balas Roy.
      "Bis kota?", jawab Intan.
      "Ya salahlah kak. Ayo coba tebak lagi", balas Roy.
      "Aduh, susah banget sih. Kakak nyerah deh", pupus Intan.
      "Jawabannya bis-a aja gue. Hahahahahah" Roy pun tertawa mengejek.

      Hapus
    17. "Ah, permainan kakak gak asik", gerutu roy sambil terus memainkan robotnya.

      Hapus
    18. Tiba-tiba robot yang dimainkan Roy terjatuh.

      Hapus
    19. Lalu diambilnyalah robot tersebut sambil berfikir, apa yang sedang terjadi?
      Roy pun menjadi gelisah dan resah.

      Hapus
  7. Tiba-tiba, aku melihat ia ditawari sutradara iklan sampoo untuk memerankan merek samponya yang tak pernah laku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku heran mengapa ia bisa ditawari sutradara tersebut. Entah berapa banyak kemenyan yang telah ia bakar, tapi aku iri.

      Hapus
    2. Ia pun kulihat tersipu malu namun dengan tegas menolak tawaran tersebut. Yang ada di pikiran Intan hanyalah sekolah dan mencapai cita-cita yang ia impikan yaitu menjadi dokter.

      Hapus
    3. Setelah melihat Intan menolak tawaran tersebut, aku yakin bahwa Intan tidak membakar kemenyan untuk mendapat peran itu. Akan tetapi yang membuatku bingung, mengapa sutradara itu menawari Intan iklan, secara Intan itu tidak berambut sehelai pun.

      Hapus
    4. Rasa penasaran Ku semakin meningkat, Aku ingin tahu apa yang membuat Intan ditawari sebagai model iklan sampo itu. Ku langkahkan kaki Ku menuju tempat Intan dan sutradara sedang berbincang, perlahan Aku mendekat. "Sudah 3 jam aku berada di taman ini, namun tak kunjung aku temui model sampo yang tepat untuk perusahaan sampo Ku. Namun, Aku melihat Anda adalah sosok yang pas sebagai modelnya? Bagaimana menurut Anda?" ujar Sutradara.
      Intan menjawab dengan nada suara tak percaya,"Mengapa bisa Aku? Padahal aku tak punya rambut sehelai pun".
      "Karena Kau Istimewa" ujar Sutradara menggoda.

      Hapus
    5. "Haa? Istimewa? Kurasa kau salah orang. Aku tidak yakin bisa menjadi model iklan. Aku hanya anak SMA kelas 3. Bukan aku yang kau cari!", Intan agak bingung.

      Hapus
    6. dan Intan pun berfikir sejenak. Dalam fikirannya berkata " bagaimana aku di bayar, kalau shampoo itu tidak laku ? ". Kata-kata itu selalu melayang di fikirannya. Akhirnya ia menolak tawaran itu.

      Hapus
    7. "Menjadi model iklan itu tidak sulit, Nak. Setiap orang bahkan bermimpi untuk jadi model iklan. Kenapa kau tidak mau?", ucap Narji.
      "Aku tidak bisa dan aku tidak mau", balas Intan.
      "Benar pengamatanku, kau lah yang cocok untuk jadi model iklan shampoo ku ini", ucap Narji.

      Hapus
    8. "apa bapak tuli? aku tidak ingin menjadi model iklan shampo bapak, tolong jangan memaksa", ujar Intan.

      Hapus
    9. "Cita-citaku memanglah bukan sebagai model iklan, melainkan sebagai dokter seperti yang aku impikan sejak kecil", ujar Intan menambahkan.

      Hapus
    10. "Emm. Kutawari kau Rp. 2 juta tiap foto yang kupakai!(Mengernyitkan alis menatap Intan)", kata Narji.
      "Hmm. 2 juta? Itu sangat lebih dari cukup! Aku bisa meringankan beban ibu untuk aku kuliah! Dan itu per foto yang akan dipakai. Aku bisa membawa ibu ke taraf hidup yang lebih baik", bisik Intan dalam hati.
      "Bagaimana, Nak?"
      "Baik, tapi jangan terikat kontrak dulu", balas Intan.
      "Tidak masalah, sebagai bonus ini 1 juta rupiah sebagai uang muka. Minggu kita pemotretan di Jalan Mangga III nomor 78. Ini kartu namaku (menyodorkan kartu nama)", balas Narji.
      "OK!", kata Intan.
      Kemudian Intan berlari ke rumahnya untuk memberi kabar kepada ibunya.
      "Ibu!!", pekik Intan.

      Hapus
    11. "Ya nak, ada apa", jawab ibu sambil memegang panci di dapur.
      "Ibu, ibu, tadi Intan ditawari oleh seseorang untuk menjadi model iklan shampo. Intan menerimanya tapi belum dikontrak. Ia memberikan uang 1 juta sebagai uang muka. Ini uangnya bu", balas Intan sambil tergesa-gesa dan memberika uang tersebut kepada ibunya.
      "Ha? Intan ditawari jadi model iklan shampo? Apa sutradara itu buta? Padahal anak ibu ini kan tidak punya rambut?", ujar ibu dengan sangat terkejut.

      Hapus
    12. "Ada apa, nak? Kenapa kau bersemangat sekali?, Jawab Ibu yang segera menghentikan kegiatan menyapu teras rumah begitu Intan tiba di rumah. Sebelum Intan sempat menjawab, Ibunya berkata lagi," Apa ada hal yang membahagiakan? Kau baru saja diterima di jurusan kedokteran ya? Oh sungguh beruntungnya Ibu mempunyai anak sepertimu." (Ibu tersenyum sumringah)

      Hapus
    13. "Bukan bu.. Aku ditawari menjadi model iklan sampo bu! Aku sudah menerima tawarannya dan diberi uang muka 1 juta rupiah", ucap Intan tersenyum.
      "Hmm .. Bukannya kau ingin menjadi dokter nak?", tanya ibu.

      Hapus
  8. lalu kutatapi 1 per 1 burung tersebut sambil tersenyum dan berpikir alangkah enaknya menjadi burung yang bisa terbang bebas di udara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu seorang pemuda tersenyum menatapku. Mata kami pun bertemu.

      Hapus
    2. Aku tidak menyangka matanya sangat indah, dan membuat hatiku berdetak kencang. Apakah ini dinamakan cinta?

      Hapus
  9. Andai ia menerima tawaran jadi bintang iklan itu, mungkin ia tak akan bisa bebas seperti burung-burung yang ia lihat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namun tiada keinginannya menjadi terkenal. Ia hanya ingin menjadi Intan yang biasa dan sederhana. Bahkan keinginannya untuk menjadi arsitek pun masih tak mampu ia wujudkan karena tak mampu ia melawan keinginan Bapaknya.

      Hapus
    2. Pernah terlintas dalam benak Intan untuk tidak memperdulikan keinginan Bapaknya. Tapi, hati kecil Intan tak mengijinkannya untuk menjadi anak pembangkang.

      Hapus
    3. Alangkah lebih berbahagia, jika keinginan anak bisa direstui oleh orang tuanya? Itulah harapan Intan. Dia hanya bisa berharap dan terus berharap.

      Hapus
    4. Impian besar Bapak dan Ibu nya terhadap dirinya, membuat Intan hanya bisa berusaha menjadi apa yang diingikan kedua orang tuanya.

      Hapus
    5. Intan bukanlah seorang anak yang lemah. Ia terus berusaha untuk terus belajar agar dirinya bisa berhasil di kemudian hari.

      Hapus
    6. Namun, ia masih berharap suatu saat Ayah dan Ibunya mau mengikuti keinginannya untuk menjadi seorang arsitek. Ya, ia tak dapat menghilangkan keinginannya itu walau ia sudah berusah. Baginya, menjadi arsitek adalah keinginannya sejak kecil namun, ia juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya.

      Hapus
    7. Orangtuanya beranggapan bahwa menjadi dokter menawarkan masa depan yang cerah bagi anak tercintanya. Mereka tidak ingin anak mereka satu-satunya hidup tak berkecukupan.

      Hapus
    8. Karena keinginan yang begitu kuat dari orang tuanya, akhirnya dengan pemikiran yang sehat dan menurutnya pun baik untuk masa depannya, Intan pun belajar sungguh-sungguh agar dapat menjadi dokter yang terkenal.

      Hapus
  10. Namun impian itu tiba tiba berubah menjadi mala petaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata sutradara itu bukan menawarkan pekerjaan model untuk dirinya, melainkan untuk temannya yang juga bernama Intan.

      Hapus
    2. Intan diam seribu kata, dengan raut muka yang merah ia pun tersenyum berharap bahwa ia tidak ada di sana saat itu.

      Hapus
  11. Sang sutradara terus meneror hidup intan sejak saat itu. Sutradara bernama Narji itu sangat terobsesi agar Intan menjadi model iklannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupun Intan terus beralasan bahwa ia tidak punya pulsa, tetapi sutradara itu malah membelikannya pulsa seratus ribu setiap hari.

      Hapus
    2. Dan ketika Intan beralasan bahwa hp nya rusak, sang sutradara langsung memberikan hp baru kepada Intan agar bisa meneror hidup Intan terus menerus.

      Hapus
  12. Tiba-tiba datanglah pencuri bayaran yang ditugasi sutradara tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Badan kekar, berkulit putih, berwajah tampah bagaikan David Beckham, itulah perawakan sang pencuri.

      Hapus
    2. Lalu bukannya mencuri, sang pencuri malah menggoda Intan dengan beribu kata gombal.
      "Papa kamu tukang jaga toilet?", ucap sang pencuri
      "bukan bang", balas Intan
      "masa?", ucap pencuri
      "Papa abang pencuri ya?", balas Intan
      "Jadi papa kamu bukan penjaga toilet?", ucap pencuri
      "Kalau iya?", balas Intan
      "Pantas kamu pinta kali cebok-cebok hati abang", balas pencuri
      Intan diam hening, berpikir sesaat untuk membalas gombalan si abang pencuri.

      Hapus
  13. Namun pencuri itu dihadapi intan dengan senyuman, dan pencuri bayaran itu pun tergoda.

    BalasHapus
  14. "Mengapa kau tersenyum?"tanya pencuri itu, Intan pun menjawab "karena aku telah diculik oleh seorang pangeran".

    BalasHapus
  15. Si pencuri pun membalas tersenyum, yang dibalas Intan dengan tanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. "mengapa kau tersenyum?" tanya Intan. "Aku akan menculik seorang malaikat" ujar si pencuri.

      Hapus
    2. Intan pun membuka mulutnya, "Sebenarnya kau lebih pantas jadi seorang pujangga daripada seorang pencuri. Mengapa kau mau jadi pencuri?"

      Hapus
    3. "demi sesuap nasi" ujar si pencuri sambil menundukkan kepala.

      Hapus
    4. "bukankah masih banyak pekerjaan yang lebih layak dibandingkan dari seorang penculik. Bukankah menjadi seorang penculik memiliki resiko yang besar?" tanyaku dengan bingung

      Hapus
    5. "Setiap orang punya masalah masing-masing, bukan? Kurasa kita sama. Layaknya burung dalam sangkar yang terjerat akan kesulitan hidup ini", kata Intan.
      "Kau tidak mengerti!", ucap pencuri itu dengan gaya menyindir.
      "Apa yang tak ku mengerti?", tanya Intan.

      Hapus
    6. "aku hanya seorang lelaki yang tidak punya keahlian! tidak seperti mu, kau mempunyai paras yang cantik dan otak yang pintar!", bentak si pencuri.

      Hapus
    7. "Seharusnya aku tahu dari awal, kau hanyalah lelaki brengsek yang cuma tahu uang, uang, dan uang!", ucap Intan kesal.
      "Lepaskan aku bajingan!", gerutu Intan.

      Hapus
    8. "Beraninya kau bicara seperti itu kepadaku! sudah bosan hidup kamu?!", bentak si pencuri sambil menodongkan pistol ke arah Intan.

      Hapus
    9. "Kau tembak aku, uangmu hilang bukan? Dasar bodoh!", kata Intan marah.
      "(diam saja)", balas Paijo, si penculik Intan.
      "Sudah kuduga, hmm. aku lapar! Berikan aku makanan Kentucky Fried Chicken serta Coca-cola!", teriak Intan.
      "(tetap diam lalu menelepon KFC delivery", reaksi Paijo.
      "Ahh, enaknya diculik, sehari dua hari tidak apalah", bisik Intan dalam hati.
      Kemudian pesanan Intan datang semua. Ia makan dengan lahap. Paijo hanya bisa menelan ludah melihat Intan makan.
      "Nih, makan juga", kata Intan.
      "Tidak perlu!", balas Paijo
      "Makan saja, tidak usah munafik. Aku tidak sejahat yang kau kira",kata Intan.
      Setelah makan, Intan dilepaskan oleh si Paijo karena hati Paijo tersentuh melihat kebaikan Intan.
      Intan pun pulang ke rumah karena sudah maghrib. Ia khawatir ibunya mencari-cari dia.
      Setibanya di rumah...
      "Ibuuuu", teriak Intan.

      Hapus
    10. "Ya nak, ada apa? Setiap kali pulang ke rumah pasti tidak memberi salam dulu", ujar ibu dengan sedikit kesal.

      Hapus
    11. "oo, anakku. Kemana saja kau? Sudah berjam-jam Ibu mencarimu. Kenapa kau pergi tidak berpamitan dulu dengan Ibu. Ibu jadi khawatir." (Ibu berlari menuju Intan dan memeluknya)

      Hapus
    12. Tak disangka Intan bahwa Ibunya bisa tergolong sebagai orang yang "lebai".

      Hapus
  16. Intan pun rela diculik oleh perncuri itu. Kemudian intan dibawa ke rumah Narji.

    BalasHapus
  17. Si penculik mukanya menjadi merah padam, akhirnya si penculik tidak jadi menculik Intan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si penculik pulang dengan tangan hampa. Sesampai dirumahnya, ia langsung dimarahi oleh istrinya karena gagal menculik, akhirnya istri si penculik pun turun tangan. Istrinya yang menculik, setelah kira-kira 3 jam, istrinya pun pulang dengan membawa anak sapi, lalu istri berkata" ini hasil kerjaku, sekarang masakkan aku makanan yang enak".

      Hapus
    2. "Ha? Bagaimana bisa kau mendapatkan anak sapi padahal kita hidup di tengah hutan seperti ini?", tanya Narji.
      "Ah, ayah ini seperti tidak tahu saja. Namanya kan juga sulap. Hahahaha", jawab sang istri sambil tertawa terbahak-bahak.

      Hapus
    3. "Iya, Bu" jawab Narji dengan raut muka sedih. Lalu Ia berjalan menuju dapur untuk memasakkan makanan bagi Istrinya.

      Hapus
  18. Perasaan senang mengalir dalam jiwa Intan karena ia tidak jadi diculik. Ia pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke rumah. Sesekali ia menoleh ke arah penculik dengan wajah prihatin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Seharusnya, penculik itu dapat mencari pekerjaan yang lebih baik," guman Intan dalam hatinya.

      Hapus
    2. "Hei!! gadis cantik jangan pergi dulu", panggil si pencuri
      Intan menengok kebelakang dengan perasaan bingung, kenapa pencuri itu memanggilnya kembali.

      Hapus
    3. "apakah di rumahmu membutuhkan seorang pembantu, supir atau tukang kebun?", tanya si pencuri penuh harapan
      "sepertinya ada, kenapa?", tanya Intan

      Hapus
    4. "aku ingin berubah, aku tidak ingin menjadi seorang pencuri lagi. oleh karena itu bolehkah aku bekerja di rumahmu?",tanya si pencuri

      Hapus
    5. "tentu saja boleh. Justru aku senang karena kau ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Ayo, ikut ke rumahku sekarang", Jawab Intan dengan senyum manisnya. Mereka pun berjalan menuju rumah Intan.

      Hapus
    6. "Kenapa kau tidak mencari pekerjaan lain saja? Misalnya sebagai pelayan atau yang lainnya?", tegas Intan.

      Hapus
    7. "Aku hanya lulusan SD dik. Tidak akan ada restoran yang merima aku bekerja disana", ucap pencuri sedih.

      Hapus
    8. Jangan menyerah, hidupmu kan masih panjang", ucap Intan.

      Hapus
  19. Akhirnya ia pun dapat bernafas lega karena dirinya berhasil lolos dari kejaran si penculik.

    BalasHapus
  20. Sesampainya, Ia di rumah Ibunya bertanya tentang hasil ulangan biologinya. "Bagaimana hasil ulanganmu, Nak? Apakah memuaskan?" sapa Ibunya Pelan.
    "Ibu rasanya Aku tak cukup daya untuk mengambil jurusan kedokteran".
    Wajah Ibu tampak heran dan binggung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Nilai ulanganku 50 bu. Kurasa aku tak akan sanggup jika harus masuk kedokteran di universitas kedokteran terbaik di negeri kita", ucap Intan sedih.

      Hapus
  21. Hati Intan sakit karena ibunya tahu kalau nilai ulangannya jelek.
    "Bu, aku tidak yakin dapat kuliah kedokteran. Maaf bu, aku telah mengecewakan ibu", jawab Intan lirih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Kamu tidak boleh menyerah Intan. Ibu yakin kamu pasti bisa, " ucap Ibu Intan.

      "Sekalipun kelihatannya mustahil. Kamu harus tetap berjuang. Ingat, tidak boleh menyerah sebelum kamu mencoba. Karena belum tentu yang kamu takutkan itu akan menimpamu." Ucapan Ibu membuat Intan kembali bersemangat.

      Hapus
    2. "Terima kasih bu. Intan janji, Intan akan lebih serius belajar.", ucap Intan sambil memeluk ibunya.

      Hapus
  22. (Ibu Intan mendengus) "Hmm.. Sebenarnya, sejak kepergian ayahmu, ibu hanya dapat mengharapkanmu. Di satu sisi ibu kecewa, namun Intan tetaplah Intan, ibu mu ini tidak dapat memaksamu. Ibu harap kau tetap menjadi dirimu sendiri, Nak. Tapi tetaplah belajar, belajar lah dari pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang terbaik", ucap Ibu Intan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Aku tau bu. Tapi, bagaimana jika ulanganku terus seperti ini? Apakah aku masih layak masuk ke sekolah kedokteran?", tanya Intan.

      Hapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Ya, mungkin Intan memiliki sosok ayah. Tapi sekarang, Intan dapat dikatakan seperti seorang anak yatim. Tiga bulan yang lalu, ayah Intan pergi dengan perempuan lain. Ibu Intan sangat kecewa, bahkan sangat terpuruk saat itu. Untung setelah dibawa ke psikiater, ibu Intan menjadi lebih baik dan dapat beraktifitas normal.

    BalasHapus
  25. Intan lah yang membantu ibunya menjalani dan melewati kerasnya hidup. Intan menjadi seorang pelajar sekaligus bekerja membanting tulang membatu mencari nafkah. Namun senyuman Intan tetap terukir di wajahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Intan dikenal sebagai sosok yang tegar dan tak pernah mengeluh di kalangan teman-temannya. Meskipun badai seakan menerjang terus menerus, namun kecerian yang terdapat dalam dirinya tidak pernah pudar. Intan tetap bersyukur, memasrahkan segalaNya kepada Maha Pencipta.

      Hapus
  26. senyuman Intan yang menawan dapat menghapus kesedihan ibunya karena merindukan sosok suami yang telah pergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi Intan, semyuman dari wajah ibunya adalah hal yg tidak dapat tergantikan oleh apapun. Senyuman yg dulu sempat pudar, kini kembali merekah di wajah ibu yang penuh keriput. Senyuman Intan seolah-olah memulihkan kembali semangat dalam dirinya. Serta belajar untuk menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.

      Hapus
  27. "Ibu, boleh aku bertanya sesuatu?", mulai Intan.
    "Tentu saja, Nak. Apa?", balas ibu Intan.
    "Apakah kalau aku tidak jadi dokter, ibu akan kecewa padaku?", ucap Intan.

    BalasHapus
  28. "Nak, sejujurnya ibu sangat ingin kau jadi dokter. Mungkin cuma itu satu-satunya permintaan ibu untukmu. Tapi jika kau tidak mau, tidak perlu dipaksakana. Ibu tidak akan marah padamu. Toh semua pilihan hanya dapat diambil olehmu", ucap ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. "Terima kasih, Bu", ucap Intan.
      "Jadi apa sebenarnya keinginanmu?", tanya ibu.
      "Aku mau jadi arsitek, Bu.", jawab Intan tegas

      Hapus
    4. "Bu, satu lagi yang membuatku bingung. Dahulu yang sangat ingin menjadikanku dokter adalah ayah, tapi sekarang ayah sudah pergi dengan wanita lain entah kemana, kenapa ibu masih ingin meneruskan keinginan ayah itu?" tanya Intan bingung.

      Hapus
    5. "Bagaimanapun juga ia tetap Ayahmu. Kau harus menuruti keinginannya, janganlah kau menjadi anak durhaka.", jawab Ibu.

      Hapus
    6. "Bukan! dia bukan Ayahku! dia hanyalah lelaki yang tidak bertanggung jawab!", bantah Intan.

      Hapus
    7. "Nak, mungkin ada yang namanya mantan istri maupun mantan istri. Namun tidak ada yang namanya mantan bapak ataupun mantan ibu. Bagaimanapun juga, ia tetap ayahmu", kata ibu lemah.

      Hapus
    8. "kenapa ibu selalu membela laki-laki itu? ia tidak pantas ibu perlakukan seperti itu!", ujar Intan.

      Hapus
    9. "Ia telah mengkhianati Ibu. ia juga telah menelantarkan kita. Intan tak sudi punya ayah seperti itu., ujar Intan (muka merah [padam dan nada suara tinggi)

      Hapus
  29. Intan berfikir sejenak, sementara itu ibunya melanjutkan menonton acara TV kesukaannya. Tidak lama kemudian teman Intan memanggilnya, lalu intan pergi bermain bersama teman-temannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum Intan pergi bermain, Intan membawa makanan yang banyak. Pada saat nanti Intan kelaparan, jadi tidak usah lagi membeli di warung.

      Hapus
  30. Diperjalanan, Intan bertemu dengan penculik yang pada hari yang lalu ingin menculiknya. Lalu Intan berbincang dengan penculik itu, setelah lama mengobrol, Intan mengetahui namanya adalah Paijo, dan telah memiliki istri. Intan hanya tersenyum mendengar cerita perjuangan Paijo menghidupi keluarganya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita yang diberi tahu oleh Paijo sungguh sangat menyedihkan. Intan sangat tersentuh dengan cerita yang di bicarakan oleh Paijo. Intan meneteskan air mata, sambil meninggalkan Paijo dan melanjutkan bermain bersama teman-temannya.

      Hapus
  31. Ketika bermain, Intan berjumpa dengan seorang kakek. Tubuhnya besar dan tinggi. Sepertinya, hendak menghampiri Intan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Dik.. Ingatkah kau pada saya?", tanya kakek itu.

      Hapus
    2. kemudian Intan pun terdiam sejenak sembari mengenang siapa kakek ini, apakah benar dia mengenalinya atau tidak.

      Hapus
  32. Dibalik topeng penculik nya, ternyata Paijo sudah mirip kakek-kakek. Intan mengira ia masih muda dan kekar. Namun ia merasa malu ketika yang pernah menculiknya adalah seorang kakek-kakek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ia menjadi ragu-ragu untuk mempekerjakannya. "Gimana mau kerja di rumahku, udah tua gini. Huh, nyesel aku tadi ngajak dia kerja di rumahku", gumam Intan di dalam hati.

      Hapus
    2. Tapi hati kecilnya merasa kasihan pada Paijo, tidak mungkin ia mencampakkan inisiatif Paijo untuk kembali ke jalan yang benar.

      Hapus
    3. layaknya pribahasa "nasi sudah menjadi bubur" Kata Intan dalam hati. "Ya sudahlah lagi pula aku senang karena bisa membantu seseorang", kata Intan lagi. Intan sangat senang karena ia berhasil mengubah pencuri menjadi seorang yang baik hati karena senyumannya yang begitu menawan.

      Hapus
    4. Akhirnya Paijo pun berubah menjadi pribadi yang baik. Paijo sekarang menjadi pembantu di rumah Intan, Ia membantu membereskan rumah keluarga Intan. Paijo yang sekarang bukanlah Paijo yang dulu, Paijo yang sekarang memiliki senyuman yang begitu mirip dengan Intan, karena menurut Paijo, dari senyuman Intan lah yang berhasil merubah hidup Paijo menjadi lebih baik.

      Hapus
    5. Tak terasa sudah 1 bulan Paijo telah bekerja di rumah Intan. Ibu Intan sangatlah senang dengan pekerjaan Paijo yang benar-benar tekun. Melihat Ibunya yang begitu senang Intan sangat terhibur dengan senyuman Ibunya, Intan belum pernah melihat senyuman Ibunya yang begitu lepas.

      Hapus
  33. Ia melihat kakek itu sedang bingung dan resah. Lalu ia menghampiri si kakek.
    "Kek, mengapa kakek terlihat sedih?" tanya Intan
    "Ia, sebenarnya kakek lagi butuh uang, cucu kakek sakit dan uang rumah sakit sungguh besar" jawab kakek.
    Intan pun mengerrutkan dahinya sambil berfikir termenung

    BalasHapus
  34. Intan pun tersenyum kepada kakek tersebut dan berkata "Kek, ambilah dulu uang jajanku yang tak begitu banyak, sekiranya dengan uang ini kakek dapat membawa cucu kakek ke klinik" sambil menyodorkan uang seratus ribuan.
    kakek yang awalnya bingung dan resah, menjadi sangat terharu."Nak, kamu sangatlah mirip dengan cucu kakek. Terima kasih nak" sambil meneteskan air mata.

    BalasHapus

Posting Komentar

Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 2 TAHUN 2014/2015

FORMAT KARYA TULIS ILMIAH AKADEMIS