PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 5 2010-2011
Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat mengungkapkan gagasan kreatifnya secara ringkas namun berdaya guna menghasilkan efek tertentu pada pembaca. Dalam hal puisi, tentu saja, efek yang dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada daya apresiasi pembaca atas karya puisi dimaksud. Dalam tulisan ini baiklah efek dimaksud kita sebut saja sebagai "efek puitik", yaitu efek, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata, di sisi pembaca sebagai tanggapan atas pembacaannya pada sebuah karya puisi.
Efek puitik ini bisa saja sama atau berbeda antara pembaca satu dengan yang lainnya sebab di dalamnya tercakup unsur-unsur puitik apa saja yang mampu dicerna oleh pembaca tersebut, apakah unsur-unsur estetika, makna, emosi ataukah bahkan unsur spiritual. Daya cerna pembaca satu dengan yang lainnya tentu sangat mungkin berbeda tergantung "bekal puitik" yang dimilikinya.
Penyair, terutama yang masih mula-mula menggauli puisi, sering tergoda untuk memilih kata-kata, frasa, atau idiom yang indah-indah sebagaimana sering dijumpai dalam karya-karya sastra klasik, syair-syair lagu, atau kartu-kartu ucapan hari khusus, seolah-olah kata-kata tersebut serta-merta membuat sebuah sajak menjadi "indah". Estetika bahasa seolah diyakini dapat dicapai melalui penggunaan idiom-idiom yang klise tersebut, yang cenderung "berbunga-bunga".
Efek estetik seakan menjadi satu-satunya yang penting dalam proses penciptaan puisi, sehingga rekan-rekan penyair yang muda pengalaman sering kali melupakan elemen-elemen lain yang tak kalah pentingnya dalam puisi. Bukankah terlalu terpaku pada polesan kosmetika sering beresiko memudarkan inner beauty, "kecantikan dalam", aura seseorang?
Begitu pula puisi, ada "tenaga dalam" yang juga (lebih) perlu mendapatkan perhatian penyair. Diksi, sedikit banyak memegang peranan penting dalam memunculkan kekuatan-kekuatan sebuah karya puisi, baik secara fisik semisal unsur bunyi (musikalitas), keunikan komposisi, maupun secara nonfisik seperti picuan asosiasi makna yang terbangkit dalam benak dan hati pembaca, getar emosi tertentu atau bahkan debar spiritual yang tak terjelaskan yang dirasakan oleh seseorang seusai membaca sebuah karya.
Diksi tentu tak bisa dilepaskan dari kosa kata. Agar seorang penyair mampu mengolah diksi, ia dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup kaya serta upaya yang tekun dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam puisi setiap kata, frasa atau bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca. Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya bernas, telak, sekaligus enak didengar dan membekas dalam benak pembaca.
Membekasnya sebuah ucap-ucapan dalam puisi ini bisa jadi dikarenakan idiom tersebut memiliki asosiasi tertentu yang membangkitkan emosi tertentu dalam diri pembaca, mungkin karena mengingatkannya pada pengalaman pribadinya sendiri, atau karena idiom tersebut memiliki keunikan tersendiri baik dalam hal bentuk atau bunyinya, kebaruannya, atau bahkan keusilannya "mengerjai" simpul-simpul syaraf puitik pembaca.
Memperkaya diri dengan bacaan-bacaan lintas disiplin, wawasan bahasa lintas budaya, serta pengalaman berbahasa maupun pengalaman batin secara luas baik dari interaksi dengan orang lain, lingkungan maupun dengan diri sendiri adalah beberapa upaya yang dapat disebut guna mengasah kepekaan diktif seorang penyair. Kekuatan diksi dapat lambat laun dicapai melalui latihan-latihan empirik. Dari situlah mungkin dapat dimengerti mengapa setiap penyair dapat dikenali gaya ucapnya melalui diksi dalam rangkaian karya-karya puisinya.
Selamat berkarya!
Selamat berkarya!
Nama : Eflin Winata
BalasHapusKelas : XII IPA 5 / 12
Tema : Cinta
Perih
Bagaikan Bumi memerlukan matahari
Begitu pula arti cintamu bagiku kini
Ketika diriku sedih kau selalu menemani
Namun sekarang engkau pergi
Aku hanya dapat menangis dan merasakan perih
Mengingat hilangnya dirimu kasih
Tanpa terasa sudah sekian lama kupendam rasa perih
Kapankah kau akan kembali kasih
Namun kau tau bahwa cintaku tak akan pernah mati
Walau dihantam ombak pun aku akan tetap menanti
Selama engkau tetap meberiku arti
Ku tak akan menyerah menjaga cinta ini
Mungkin hanya waktu yang dapat menjawab cintaku padamu
Karena diriku menanti kau kembali padaku
Aku percaya bahwa kau akan kembali menemuiku
Memberiku hidup yang penuh dengan kasih sayangmu
Tema : Dekadensi Moral
Jeritan Rakyat
Langit menangis bagaikan merasakan perihnya kehidupan
Disaat para penguasa menikmati kemewahan
Rakyat menderita bagaikan rumah tak bertuan
Mencari rezeki walaupun harus dengan penuh perjuangan
Akankah kau penguasa tau bahwa rakyat juga manusia
Melihat kalian menikmati kemewahan semata
Bagaikan menusukkan jarum ke kulit rakyat biasa
Sadarkah engkau penguasa yang terhormat
Uang yang engkau sumbangkan akan sangat bermanfaat
Dibandingkan engkau hamburkan demi kesenangan sesaat
Percayalah bahwa kehidupan bagaikan roda yang terus berputar
Jika engkau tak memanfaatkannya dengan benar
Engkau akan terpuruk hingga akhir
Tema : cinta
BalasHapusKarya : Ericha Rizky Apriliza
No. absen : 14
Karena itu, aku suka kau
Kuas kanvas bercat putih
Bergerak mengikuti perasaan ini
Kicauan burung mengalun lembut
Menyamarkan perasaan yang kalut
Aku suka kau
Secarik kertas tak mampu menafsirkan
Ukiran yunani kuno tak dapat mengartikan
Dibenakku
Dirimu bak cahaya, menyentuh lembut
Bayangan indah itu menghantui setiap langkahku
Aku berbeda, dimatamu
Aku tidak sama, di jiwamu
Sungguh,
Aku suka kau!
Tema : dekadensi moral
Karya : Ericha Rizky Apriliza
No. absen : 14
Sebuah Fenomena
Pagi dingin membuatku terhanyut
Aku berdiri sendiri, tetap berdiri disini
Sepasang mata melihat fenomena itu
Kakiku kaku tersentak membatu
Air mata mengalir kemudian membeku
Hati ini terasa disayat sembilu
Merasakan gerak-gerik kikuk
Cantik, menawan, tak lusuh
Membumbui suasana saat itu
Mata lentik berambut panjang
Kupu-kupu indah menjelma liar
Berubah menjadi kupu-kupu berselimut kegelapan
Melayani setiap tamu yang datang
Merayu, membelai, menghasut
Prihatin, sungguh prihatin!
Siapa yang salah?
Siapa yang patut disalahkan?
Aku?
Kau?
Atau mereka?
Kehormatan tak lagi dipikirkan
Musnah sudah tonggak kebenaran
Moral seakan terpecah menjadi keping-keping berserakan
Aku prihatin, sungguh prihatin!
Nama: Riky Mulyadi
BalasHapusNo. Absen : 35
Tema: Cinta ( Monyet)
Ungkapan dalam Hati
cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi
memberi banyak kehidupan
membuat orang ingin tahu
dan tiap orang pasti mengalami cinta
cinta itu keikhlasan
cinta itu kemauan
cinta itu saling mengerti
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati
Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu
Tema : Dekadensi Moral
Tangisan Seorang Anak
Ibu...aku sudah tak kuat..
Menahan perih luka dan penat...
Semua orang jahat...
Hanya ibulah yang malaikat..
Ibu.. aku sakit berat...
Sekarang ayah menjadi jahat...
Seakan ia tak peduli..
Merasa aku anak tiri...
Ibu...aku ingin pergi...
Menyusul ibu dibalik pelangi...
Dimana tak ada lagi pedih...
Dalam pelukan ibu abadi...
PUISI CINTA
BalasHapusCinta Seperti Ini
Karya : Ayu Pranindya
Sama seperti dihari kau meninggalkanku
Kau masih sepeti ini dan selalu saja
Hanya memandang sinis seolah tak perduli
Kemudian pergi berlalu begitu saja
Bagaikan domba kecil yang tersesat
Aku mencarimu dalam setiap jengkal pikiran
Seperti mengais asa dalam ruangan tanpa pelita
Aku takkan patah arang
Seolah tersesat dalam terowongan tanpa celah
Aku terdiam dan terus menunggu
Hanya bisa berharap dan terus berdoa
Meskipun sakit sendiri
Aku masih disini
Pada akhirnya aku menyadari
Ini aku yang sungguh menyedihkan
Bertemu seseorang yang sangat berarti
Kemudian menemukan kenyataan bahwa
Aku tidak cukup berarti untuk menahannya pergi
TEMA : DEKADENSI MORAL
Nanti diKemudian Hari
Karya : Ayu Pranindya
Ramai diperdebatkan
Heboh diperbincangkan
Mau dibawa kemana Indonesia nanti ?
Bobroknya moral telah tergambar dinegeri ini
Jatuhnya akhlak bangsa mulai meroket
Berbagai kasus amoral banyak terkuak
Lalu bagaimana Indonesia dikemudian hari ?
Ini generasi muda penerus bangsa kian tak terarah
Pergaulan bebas dengan santainya dijalani
Gaya hidup kebarat-baratan bak makanan sehari-hari
Lalu bagaimana dengan budaya asli negeri sendiri, Indonesia ?
Kian hari anak negeri kian berani
Semakin hari semakin menjadi-jadi
Inikah generasi muda penerus bangsa ?
PUISI I
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Nama: Carollina Gita Natalia
No : 07
Putus Cinta
Usai sudah percintaan ini
Antara aku dan dirimu
Setelah lama di pertahankan
Makin kelam menjadi - jadi
Bersama janji yang kau semaikan
Haruskah aku mendah kepastian
Pada rembulan dibalik awan
Sinar terus saja menghilang
Selalu tak kunjung jawaban tiba
Bagai tanda ...
Usai sudah percintaan kita
Coba memadam segala kekusutan
Bagai minyak disulut api
Kau melotot, ku memaki
Tangis sedu mengakhiri
Usai sudah percintaan ini
Pernah ku ulur tanda permaafan
Tak kau gubris, kau acuhkan
Semakin dalam benci tergores
Usai sudah percintaan ini
Usai sudah percintaan ini
Bersama sendu, tangis, dan benci
Biar saja kupendam semua ini
Biarlah aku diam membisu
Di sini, sendirian
selamanya
PUISI II
Tema : Dekadensi Moral
Nama: Carollina Gita Natalia
No : 07
Negeri Bedebah
Ciri dari negeri para bedebah,
Negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau ,
Jadi kuli di negeri orang
Dengan upah serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Keadilan gampang di belokan
Tinggal setor ke rekening Bapak
Sampai kantong tebal berisi dolar
Orang baik bisa jadi salah
Orang salah menjadi benar
Di negeri pada bedebah
Tiada moral atau belas kasihan
Hanya ada slogan indah terbalut emas
Hanya sederet kata berarti kosong
Buah pikiran para jenius berotak
Tapi sayang tidak berhati
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi,
dengan diskusi
Bila kata tak bisa lagi bersuara
Diam saja,
Pangku tangan
Tutup telinga
Tutup mata
Tunggu mati
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Pujaan Hati
karya : Dedy Mediansyah / 09
Matamu yang berbinar-binar
Bagaikan cahaya matahari pagi
Kulit putihmu yang bersinar
Membuat diriku jadi hepi
Tubuhmu yang bagaikan gitar perancis
Begitu seksi menawan hati
Wajahmu yang sangat manis
Membuat diriku jatuh hati
Wahai wanita pujaan hati
Dirimu begitu menawan di hati
kau membuatku jatuh cinta
Pada pandangan pertama
Wahai kau pujaan hati
kau membuatku jadi gila
kau membuatku menjadi mkati
Menjadi mati karena cinta
Aku jatuh cinta pada dirimu
Aku ingin mengatakan I love You
tetapi apa mau kubilang
Engkau sudah jadi pujaan orang
Puisi 2
Tema : Dekadensi
Para Pemuda
karya : Dedy Mediansyah / 09
Wahai kau para pemuda
Kau adalah penerus bangsa
Kau perlu memajukan negara
Agar hidup bangsa sejahtera
Wahai kau para pemuda
jagalah moral diri kita
janganlah engkau jatuh
Pada dunia seks bebas
kalian melakukan setiap hari
tanpa perduli dengan diri
karian meruusak moral sendiri
sampai tidak sadar diri
Wahai kau penerus bangsa
Marilah kita bersama-sama
menjaga moral diri kita
Agar tidak jatuh dalam jurang derita
Tema : Cinta
BalasHapusSuatu Saat Nanti
Karya : Sylvia Chandra/40
Cinta,
Bagai daun terbang diterpa angin
Hidup bagaikan melodi begitu juga cinta
Cinta tidak perlu dimiliki
Hanya untuk dirasakan
Aku hanya manusia tak sempurna
Yang hanya bisa menatapmu dari jauh
Tak ingin hati berpaling darimu
Senyum-mu bagaikan matahari dalam hidupku
Tawa-mu membuat aku tahu hidup ini bearti
Kini ku tak berani menatapmu
Setelah apa yang kuperbuat
Kubuat dirimu seakan ayam kehilangan induknya
Kulukai hatimu tuk kesekian kali
Kutahu semua sudah terlambat
Tapi rasa cinta ini takkan pernah berubah
Ku tahu banyak paku yang menancap dihatiku
Melihat mu bersamanya
Tapi kuberusaha untuk menatap kedepan
Kuakan relakan kau bersama dia
Kubahagia melihatmu bahagia
Biarkan semua ini menjadi kenangan hitam diatas putih
Biar kusimpan rasa ini
Biarkan hanya Tuhan dan aku yang tahu
Biarkan waktu yang jawab pertanyaanku
Bila suatu saat kita berjodoh
Biar waktu-lah yang mempertemukan kita
Tema : Dekadensi Moral
Matahari
Karya : Sylvia Chandra/40
Bertahun-tahun hidup dengan belas kasihan
Bertahun-tahun hidup mencari sebutir nasi ditumpukan jerami
Bertahun-tahun berusaha mendapatkan yang terbaik
Bertahun-tahun mencoba menjadi Negara yang maju
Bertahun-tahun maju dengan gigih
Kini semua berubah
Matahari telah menyinari pagi cerah
Menyatakan bahwa Indonesia telah bebas jajahan
Wahai para pemuda
Bertumpahan darah telah dikorbankan
Agar kelak kita hidup menjadi baik
Tapi kini kau seakan tidak peduli dengan semua ini
Hanya mementingkan ego yang besar
Kau kotori bangsa ini dengan perilaku yang tidak senonoh
Kau hancurkan martabat bangsa Indonesia dengan tindakanmu itu
Kau hancurkan bangsa ini
Dengan hentikan jari kau jatuhkan Negara kita
Dengan kedipan mata kau jatuhkan martabat bangsa
Dimana hati nurani-mu wahai pemuda
Kepedulianmu bagai sebutir nasi dalam tumpukan jerami
Wahai pemuda
Kau lah generasi muda penerus bangsa
Janganlah kau permalukan bangsa kita ini
Junjunglah moral setinggi mungkin
Agar kelak Indonesia bagai matahari menyinari seluruh dunia
Nama : Giovanni Hutagalung
BalasHapusNo. absen : 19
Tema : Cinta
Cinta Picisan
Kau adalah godaan
Tuhan memberkatimu dengan keindahan
Iblis menganugerahimu keanggunan yang berbahaya
Kegelapan yang terselubung dalam cahaya
Memandangimu dari bayang-bayang
Kurahasiakan cintaku dari dunia
Semesta tak perlu tahu
Kau tak harus tahu
Namamu adalah rantai beludru
Menjerat ketika kudengar
Namun menawarkan kelembutan
Cinta picisan ini
Kuingin kau peduli
Matamu mengunci mataku
Aku terpana
Tuhan memaku kedua kakiku
Ia, Sang Maha Cinta
Menertawakan kegugupanku
Senyummu merekah
Aku tahu, Tuhan baru saja memberiku berkah
Ia, Sang Maha Cinta
Tahu cara membuatku bersukacita
Angin meniupkan suaramu
Menghembuskannya ke telingaku
Kupejamkan mataku
Kubisikkan, “Aku menginginkanmu”
Ini cinta yang salah
Membangkitkan pikiran-pikiran liarku
Akan dirimu
Aku kalah
Selemah itukah aku?
Kenyataannya, aku mencintaimu
Cinta picisan ini
Haruskah kau peduli?
Tema : Dekadensi Moral
Dosa
Kusimpan semua kata-kata tak terucap itu
Menjaga bibirku tetap tertutup
Kukubur hasrat tak termaafkan itu
Aku belum berdosa
Kulapisi wajahku dengan kebaikan semu
Aku tersenyum untuk menutupi cacat imanku
Mereka takkan pernah tahu
Aku mulai merancang dosa
Kubangun fatamorgana ini
Kusembunyikan kebenarannya
Aku yakin akan diampuni
Karena dosaku belum sempurna jadinya
Aku mengabulkan hasrat tak termaafkan itu
Mewujudkan keinginanku akan kepuasan fana
Tanpa sepengetahuanku
Dosaku hampir sempurna
Kurenggut kebahagiaan hidupnya
Bulir-bulir air matanya tumpah ruah
Aku tak bisa berhenti melangkah
Aku tak bisa kembali
Dosaku tak tercela
Menyesal?
Tidak
Dosaku telah kekal
Iblis telah menjadikanku budak
Aku takkan bertobat
Karena aku tahu
Tuhan takkan mengampuniku
Nama:Calista
BalasHapusKelas:XII IPA 5/ 06
Puisi 1
Kenangan tentang Dirimu
Karya:Calista
Sungguh tak bisa dipercaya,
Kau yang saat itu ada di dalam hatiku,
yang membuat hariku begitu indah,
bagaikan musim semi sepanjang tahun.
Kini kau telah pergi,
ke negeri asing di seberang sana.
Menyisakan begitu banyak kenangan ,
yang menggores luka dalam.
Kucoba tuk melupakanmu,
Kucoba untuk tak lagi mengingat dirimu.
Namun goresan luka yang terukir,
mengering dan terus membekas.
Bertahun lamanya,
Hatiku pun menjadi beku,
Sedingin es di musim salju
Lalu lama kelamaan akan rapuh,
dan hancur jika di genggam.
Puisi 2
Kiamat Menanti
Karya:Calista
Rakyat begitu banyak,
gerah di bawah terik matahari,
Pengemis bertebaran,
anak-anak kelaparan.
Apakah adil?
Di lain pihak korupsi merajalela,
pengadilan ramai seperti pasar,
menekankan kesalahan pada kaum kecil.
Mereka menghukum kesalahan kecil,
dan membebaskan sang penguasa.
Orang miskin tambah miskin,
orang kaya semakin jaya.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Keterpurukan menanti di depan sana.
Jika begini sangat disayangkan,
mungkin tidak bisa diselamatkan lagi.
Ada Kamu
BalasHapusKarya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)
Ada kamu di hatiku
Hatiku berdetak tak menentu
Antara suka dan rindu
Aku hanya bisa tersipu malu
Sungguh karena kamu hidupku baru
Senyumanmu membuatku layu
Paras wajahmu melumpuhkan tubuhku
Sungguh karena kamu semangatku baru
Ada kamu yang lain tak berarti
Keberadaanmu buatku diam tak berarti
Arti yang menyadarkanku kembali
Bahwa kau cinta sejati
Hilangnya Nurani
Karya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)
Waktu itu ada
Diakui indah dan agung
Jadi keberadaan selalu diagung
Tapi semua hilang dalam kenikmatan
Segelintir harapan ada di buah hati itu
Tapi dibuang
Disingkirkan
Dicaci-maki bahkan kupindah tangan
Dimana letak nurani itu
Bahkan pendewaannya selalu diagung
Datanglah harapan
Datanglah keindahan
Jangan suara-suara pejabat
Berdebat kata per kata
Tapi kenyataan tak nampak
Lalu mau dikemanakan hati nurani itu?
Pada hakikatnya
Atau
Keternyamanan semu
Hanya Kau Dan Aku
BalasHapusKarya: Agustinus Haris Prasidya (01)
Waktu seakan berhenti
Ketika ku terdiam tak mengerti
Rasakan semua yang ada di hati
seakan ku ingin mati
Melihat mata yang tak biasa
Berkedip pun ku takkan bisa
sekejap diriku memaksa
Tuk bertanya apa yang kurasa
Adakah sedikit tatap matamu yang dapat kusimpan?
Tuk kutatap kapanpun kuinginkan
atau,bolehkah kita berdiri berhadapan?
Walaupun hanya berjauhan
Karena hanya kau,tak lain tak bukan
Yang Muda Yang Berbahaya
Karya: Agustinus Haris Prasidya (01)
Derap langkah menderu-deru
Jari tengah turut berseru
Ketika sautan berseteru
Hanya dengan tangan dan batu
Mungkinkah dapat bersatu?
Tragis..
Hanya "api" sesaat di dalam dirimu
Ataukah hanya nikmat membelenggu?
Ketika moral dan nama baik dipertanyakan
kau tetap saja termakan!
Ketika harga diri dipertaruhkan
kau tetap tak menghiraukan!
Dimanakah telingamu!
Dimanakah hati nuranimu!
Wahai kau manusia tengah usia
Nama : Florensia
BalasHapusNo. Absen : 18
Tema :Dekadensi Moral
Jati Diri
Moral kita mulai berguguran
Decak cemooh mengalir bak keran
Tak perlu heran
Ketika kekerasan berbicara dalam tawuran
Ketika kupu malam menghiasi jalanan
Karena moral bangsa tak lebih dari kepicikan
Agama bagai setara perhiasaan
Bagai tembok penuh retakan
Yang runtuh oleh sentilan
Hai, pemudi-pemuda, hiduplah dalam ketakutan
Tak ada hukum maupun kebenaran
Selain yang Maha Esa, Tuhan !
Yang memberi harapan
Bangunlah moral yang berantakan
Hingga takkan ada lagi retakan di masa depan
Tema : Cinta
Cinta yang Hilang
Sesuatu sulit kucapai
Tak semudah itu aku mendapatkan cintamu
Hatiku hambar tanpa sesuatu yang kau isi
Aku seolah berdiri sendiri, di antara orang lain
Engkau memandang tanpa penuh arti yang membahagiakan
Matamu yang memandang tidak juga memiliki arti
Hatimu kosong, seperti mata yang kau pandang
Seolah kau menghindari aku dari sesuatu
Sulit itu ku terima, karena banyak makna tidak dapat ku artikan
Engkau menganggap aku bukan menjadi bagian dari dirimu
Cinta itu serasa pergi dari kehidupanmu
Pergi begitu saja, seperti air yang mengalir tiada henti
Dahulu engkau selalu memujiku entah dengan kegombalanmu
Memuja dengan kata begitu indah
Dunia seakan milik berdua
Engkau menghabiskan waktu dengan penuh cintamu
Kini pergi begitu saja,
Tanpa berkata-kata.
puisi 1 :
BalasHapustema : cinta
Cinta Membawa Bahagia
Karya : Syena Damara / 39
dia hidup dalam hati
membawa senyum dalam kasih
bersinar dalam diri
membuka hati yang tertutup sepi
dia hidup dalam jiwa
tumbuh bersih di tanah asah
melekat erat dalam kata
takkan hilang begitu saja
Terasa mentari menyambut kembali
Melarutkan luka perih dalam kilauan cahaya
Menerbitkan suka tiada tara
Menghapus keraguan dalam jiwa
Membakar rasa sakit tak berupa
Kamu...
Hidup dalam hati,Tanpa mati
Mengukir kisah dalam tiap langkah
Langkah ringan penuh tawa
Membekas jejak,Membawa Bahagia
Puisi 2 :
tema : dekadensi moral
Cinta Pembodohan
Karya : Syena Damara /39
Dunia punya cerita
cerita tentang cinta
cinta pembodohan...
dunia indah dengan cinta
dunia hancur dengan cinta
cintai diri sebelum cinta duniawi
cinta hanyalah rektorika
yang berujung kepentingan belaka
kau bilang cinta, tapi engkau menodai
kau bilang cinta, tapi engkau mengotori
kau bilang cinta, tapi engkau mendustai
itukah cinta?
katakan cinta itu buta
katakan cinta itu konyol
katakan cinta dan beri segalanya
bagiku... cinta pembodohan
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Karya : Amalia Virgita (02)
Saat Ku Jatuh Cinta
Setiap embun datang di pagi hari
Setiap mentari datang menyinari bumi
Dan setiap bintang datang berdampingan dengan sang bulan
Saat itu juga ku selalu memikirkanmu
Senyummu yang dapat membuatku ikut tersenyum,
candamu yang dapat membuatku bangkit dari kesedihan,
slalu terukir di benakku..
Kadang kuberpikir,
dan bertanya dalam hati..
”apakah ini yang disebut cinta?”
”atau ini hanyalah sebuah rasa kagumku padamu?”
Kumencari dan terus mencari jawabannya
Tapi aku tak menemukannya
Aku malah tersesat
Tersesat jauh dalam segudang kerumitan
Dan kini ku sadar,
aku telah terjatuh dalam jurang cinta..
Cinta kepadamu..
Ingin rasanya kuhentikan waktu
Walau hanya sekejap saja
Membiarkan bibirku bergetar merdu
Tuk ucapkan, aku cinta kamu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Amalia Virgita (02)
Aku yang Terjerumus
Hidupku kian kacau
Masalah datang silih berganti
Hatiku pun makin galau
Narkoba akhirnya kunanti
Aku sering berkelakuan bar-bar
Mabuk-mabukan kuanggap wajar
Meski tahu dosa mengejar
Tapi tetap kulakukan dengan sadar
Seks bebas pun ikut merajalela
Menyerang para muda juga tua
Prostitusi kian menjamur jua
Bagai mendukung manusia-manusia kotor,
yang telah kehilangan moralnya,
layaknya aku dan lainnya...
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Kata Cinta
Karya : Diven Yakub / 11
Engkau bagaikan air di padang pasir
Yang dapat menjadi penyegar dalam kekeringan
Melihatmu membuat hidupku menjadi mengalir
Sehingga engkau tak dapat kulepaskan
Kehadiranmu dapat mengubah duniaku
Yang selalu merindukan kehangatan
Andai aku bisa menemuimu
Cinta, kata yang ingin kukatakan
Mengatakan kata itu sangatlah sulit bagiku
Bagaikan mulutku tertusuk oleh belati
Biarlah ku simpan cinta ini di hatiku
Hingga ku menutup mata ini
Puisi 2
Tema : Dekadensi moral
Pejuang Bangsa
Karya : Diven Yakub / 11
Malu rasanya untuk mengucapkan
Matinya rasa nasionalisme Bangsa
65 tahun lalu kita mampu melawan
Sekarang kita tak mampu membanggakan Indonesia
Indonesia yang terkenal dengan perjuangannya
Sekarang kita tak mampu melawan
Dimana rasa nasionalisme kita
Akankah hilang di makan jaman
Inikah cara kita menghormati para pejuang
Yang dulu rela mati di medan laga
Sadarkah, kita sudah menyakitkan para pejuang
Tidak adakah cara untuk memperbaikinya
Hai para pejuang mari singsingkan baju kalian
Hidupkan kembali rasa nasionalisme kita
Mari kita melawan
Untuk Indonesia yang lebih bermakna
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Judul : Cintaku
Andaikan waktu ini bisa kuputar kembali
Sayang semua tidak bisa terulang
Akhirnya engkau pergi
Dan aku menangis menyesal
Cintaku telah pergi bersama dia
Saat ini dia telah bersama orang lain
Cintanya bukan untukku lagi
Haruskah aku menangis dan menyesali terus menerus?
Tuhan, kembalikan cintaku
Cinta yang selama ini mengisi relung hatiku
Aku ingin merajutnya bila saatnya tiba
Bersama dengan orang yang telah engkau siapkan untukku..
Tema : Dekadensi
Judul : Hai Jiwaku
Karya : Janet Jessica / 23
Hai jiwaku..
Janganlah lesu
Janganlah pasrah
Janganlah putus harapan
Janganlah melakukan hal yang sia sia
Martabat adalah perintah hidup
Hidup bukan undian
Bukan pula tebak - tebakan
Miskin bukan kutukan
Kaya bukan berkah dari langit
Sukses tidak didapat sekejap
Berjuanglah hai jiwaku!
Semangatlah hai jiwaku!
Cita - cita akan kau petik pada saatnya
Nama:Lia Wahyuni
BalasHapusKelas:XII IPA 5/ 27
Puisi 1
Tema : Cinta
Rahasia Hati
Karya : Lia Wahyuni
Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
Senantiasa membumbung tinggi di langit hati
Biarkan ia terbang melintasi hampanya hatiku
Hingga jatuh tepat di lubuk hati
Cintaku padamu seluas angkasa raya
Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
Kau dan aku adalah takdir
Kau adalah nafas hidupku
Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
Hidupku bagaikan orang asing
Kau adalah mata hidupku
Cintaku padamu seperti air
Setiap tetesan sangat berharga
Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
Biarkan senyum membalas rasaku padamu
Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
Kau adalah surga duniaku
Tak peduli indahnya surga lain
Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Judul : Hidup yang Hampa
Karya : Lia Wahyuni
Awan hitam menggumpal di langit
Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
Kekuasaan merupakan topi raja
Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
Otak dan hati telah dibutakan
Bisikan setan menyeruak
Demi diri sendiri saling menipu
Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan
Jujur hanya tinggal sebuah kata
Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
Biarkan lenyap terbawa kata-kata
Semua tinggal kenangan semata
Uang adalah penipu terhebat
Baunya menimbulkan kenikmatan
Demi dia, semua mencari keberadaannya
Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana
Terbuang percuma perjuangan selama ini
Seketika tiada berbekas
Keserakahan manusia adalah dalangnya
Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan
Nama:Lia Wahyuni
BalasHapusKelas:XII IPA 5/ 27
Puisi 1
Tema : Cinta
Rahasia Hati
Karya : Lia Wahyuni
Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku
Cintaku padamu seluas angkasa raya
Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
Kau dan aku adalah takdir
Kau adalah nafas hidupku
Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
Hidupku bagaikan orang asing
Kau adalah mata hidupku
Cintaku padamu seperti air
Setiap tetesan sangat berharga
Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
Biarkan senyum membalas rasaku padamu
Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
Kau adalah surga duniaku
Tak peduli indahnya surga lain
Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Judul : Hidup yang Hampa
Karya : Lia Wahyuni
Awan hitam menggumpal di langit
Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
Kekuasaan merupakan topi raja
Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
Otak dan hati telah dibutakan
Bisikan setan menyeruak
Demi diri sendiri saling menipu
Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan
Jujur hanya tinggal sebuah kata
Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
Biarkan lenyap terbawa kata-kata
Semua tinggal kenangan semata
Uang adalah penipu terhebat
Baunya menimbulkan kenikmatan
Demi dia, semua mencari keberadaannya
Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana
Terbuang percuma perjuangan selama ini
Seketika tiada berbekas
Keserakahan manusia adalah dalangnya
Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan
Puisi 1
BalasHapusNama : Febri Nova Indah
Kelas / Nomor : XII IPA 5 / 16
Tema : Cinta Monyet
Dirimu
Bagaikan malaikat putih yang kutemukan di bumi
Cahayamu menyinari dan mengetuk pintu hati
Sayapmu yang selalu menjaga dan melindungi
Perlahan namun pasti , aku telah jatuh hati
Dapatkah kau merasakan perasaan ini ?
Perasaan ini bagaikan sang surya yang terus bersinar
Setiap waktu teringat kan senyummu yang bagaikan warna pelangi
Ingin aku memilikimu dan mendekapmu sepenuh hati
Mengisi kekosongan hati yang bagaikan ruang tak berpenghuni
Menyinari hari-hari yang gelap bagai malam yang tak bercahaya
Membuat hidup ini menjadi lebih berarti
Pernahkah dirimu merasakan perasaan ini ?
Kucoba tuk menghapus perasaan yang mengunci diriku
Namun tak dapat dan tak pernah berhasil
Wahai pangeranku yang bagaikan malaikat
Dengarkah dirimu tentang semua ini?
Puisi ini aku buat untukmu
Untuk kekasih hati yang tak dapat terganti
Ku berdoa kepada Sang Penguasa
Somaga perasaan ini kan abadi
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Keadilan yang Tak Tergapai
Aku tak mengerti akan negara ini
Dimanakah letak keadilan yang harusnya dijunjung ?
Seakan semua hukum dibuat hanya untuk dilanggar
Seakan sanksi dibuat hanya untuk disuap
Mengapa mereka dapat bersenang-senang diantara penderitaan kami?
Kami memilih Anda, karena kami percaya kepada Anda
Namun sering Anda kecewakan kepercayaan kami..
Andalah sang pemimpin negara ini, kenapa Anda tak peduli akan negara ini?
Tak ada sedikitpun perhatian untuk kami
Para pemerintah hanya berusaha memperkaya diri
Anda tak pernah merasakan penderitaan kami yang sesungguhnya
Karena anda tidak ingin merasakan dan tak ingin menderita
Bagi kalian kami hanya masyrakat yang merepotkan
Kalian hanya memperhatikan kami saat pemilu
Ketika kalian menang, kami pun dibuang
Apakah ini keadlian untuk kami?
Sumpah serapah yang kalian ucapkan kepada kami
Seolah tak berarti lagi untuk kami..
Kami butuh bukti bukan dengan janji
Dengarkah wahai engkau para pemimpin dan para penjabat
Jeritan hati rakyat yang terus kau siksa
Kami berdoa dan mencari uang dari pagi hingga malam untuk menghidupi keluarga kami
Sedangkan kalian hanya duduk santai sambil menikmati hasil jerih payah kami
Pemimpin negara rela menghabiskan uang negara demi sebuah mobil
Kenapa pemimpin tak memperhatikan kami, dimana HAK kami?
Kami hanya manusia biasa, dan kesabaran kami ada batasnya
Saat semua penjabat melakukan korupsi, pernakah mereka berpikir tentang kehidupan kami?
Terkadang kami ingin berdoa agar semua penjabat yang melakukan korupsi mati mengenaskan
Namun kami sadar, hati nurani kami masih berbicara
Maka kami hanya berdoa kepada TUHAN,
Berdoa agar kami dikasih keadilan
Berdoa agar hati nurani pemimpin berbicara
Namun tak kunjung tiba doa itu terkabul
Kini, kami hanya menunggu dan terus menunggu
Melihat dan terus melihat kelakuan pemerintah yang memainkan hukum
Dan hati nurani yang tertutup rapat
Hingga keadilan yang tak pernah tergapai
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta
Karya : Sherin Oktaria (37)
Saat Cintaku Terbenam
Entah mengapa hatiku gelisah
Diriku dipenuhi rasa bersalah
Entah mengapa hatiku terselimut resah
Tapi aku hanya bisa menahan amarah
Kini aku menangis
Karena aku seorang gadis
Karena hatiku teriris
Karena kisah ini terlalu tragis
Semua terasa sepi, sunyi
Tanpa Engkau disini
Tanpa dirimu disisi
Walau cintamu bukan unuk diri ini
Namun tak kunjung kau berikan harapan
Hanya luka yang kau berikan
Cukuplah sudah penantian
Karena semua hanya kesedihan
Aku hanya bisa diam
Luka itu pun melebam
Cintaku pun mulai terbenam
Dan rasa ini harus kupendam
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Sherin Oktaria (37)
Dulu dan Sekarang
Inikah tanah yang selama ini aku banggakan?
Inikah tempat dimana aku dilahirkan?
dan inikah tanah yang kelak menjanjikan?
Atau semua hanya kebohongan?
Aku ingin terlahir ditanah suci
Tanah dimana moral dijunjung tinggi
Tidak seperti sekarang ini
Moral tidaklah berarti
Tanah ini sungguh menjijikkan
Keadilan gampang dicampakkan
Dimana uang telah menjadi tuan
Dan moral pun telah tersingkirkan
Hak asasi dilupakan
Hanya kekuasaan yang dipikirkan
Kejujuran terabaikan
Dan rakyat kecil disia – siakan
Dimana tanahku yang dulu?
Semua yang dulu tabu
Kini semakin menggebu – gebu
Ibarat kita tak punya malu
Nama : Winiarti Toni
BalasHapusKelas : XI IPA 5
Nomor absen : 45
Puisi I
Tema : Cinta
TentangMu
Karya : Winiarti Toni / 45
Kulukis bayangmu
Saat rindu menghunus tepat di ulu hatiku
Kulukis bayangmu
Saat raga tak mampu kusentuh dengan tanganku
Kulukis bayangmu
Karena hari akan lebih indah saat wajahmu menari di pelupuk mataku
Kulukis semua yang ada padamu dalam tiap sel otakku
Karena mengingatmu adalah sumber kekuatan bagiku
Kulukis hatiku dengan rasa kasihku...
Rasa yang nantinya akan kuserahkan padamu
Rasa yang kemudian kunamakan CINTA
Palembang, 01 Oktober 2010
Puisi II
Tema : Dekadensi Moral
Moral Anak Bangsa
Karya : Winiarti Toni / 45
Kemanakah engkau hai Moral Anak Bangsa
Nilai-nilai yang harus kau junjung tinggi
Tetapi
Kau lupakan
Apa yang ada dipikiranmu hai Anak Bangsa
Apa yang membuatmu sangat kurang ajar
Lewat di hadapan orang tua
Tetapi kau mengacuhkannya
Apakah karena orang tua tidak bermanfaat bagimu
Apakah kalian pikir orang tua tidak mencintai kalian
Apa yang ada dipikiranmu
Wahai Anak Bangsa
Palembang, 01 Oktober 2010
Puisi 1
BalasHapusCinta….
Karya : Julius M Bona
Cinta….
Terkadang kau menghidupkan
Terkadang kau menghanyutkan
Selalu saja begitu
Apa yang bisa mengubahmu?
Kau adalah jembatan kami
Sebagai perasaan dari hati kami
Bagi orang yang kami cintai
kami sayangi dan kami kasihi
Bagaikan bintang di langit
Yang muncul pada saat hujan
Walau kau mempunyai ruang sempit
Kau tetap bisa dilewatkan
Kau seperti bunga
Yang selalu menjaga pucuknya tetap tinggi
Kalaupun kau seperti api menyala
Engkau tetap yang sejati
Kau layaknya pohon
Yang senantiasa melindungi dari panasnya matahari
Kau seperti tendon
Yang dapat cepat sembuh kembali
Cinta….
Engkau menjadi suatu keindahan
Penyatu bagi semua orang
Puisi 2
Pemuda Penerus Bangsa
Karya : Julius M Bona
Hai kau para pemuda
Jadilah Penerus bangsa yang jaya
Selalu menjadi panutan bagi negaranya
Supaya bangsa hidup bahagia
Kau bagaikan seorang anak
Yang gerah mendapatkan kepenatan
Jadilah kau orang berpendirian tegak
Kau para pemuda yang akan dibanggakan
Kau layaknya ksatria
Yang bisa menyelamatkan
Bila kau bisa menjadi suatu kebanggaan bangsa
Kau bisa jadi seorang pahlawan
Kau berkorban demi bangsa tiap hari
Bak seseorang yang tak pernah susah
Kau bisa menjadi pahlawan sejati
Dan tak akan pernah kenal lelah
Kita tidak bisa menjajah
Tetapi kita pernah diperbudakan
Kau para pemuda yang tak kenal lelah
Bangkitkanlah bangsamu agar tidak lagi dipermalukan
Nama : Hendra
BalasHapusKelas : XII IPA 5
Tema : Cinta
Karya : Hendra / 20
Penantian Cinta
Aku jatuh cinta padamu
Parasmu menggoda diriku
Engakulah pujaan hatiku
Kan ku kejar dirimu
Melihat dirimu bagaikan sinar
Yang memberikan cahaya
Cahaya yang berbinar-binar
Membuat diriku bahagia
Seiring bersama dengan waktu
Bagaikan angin bertiup
Hilang tanpa jejak
Menyisakan luka di hatiku
Diriku yang selalu rindu dirimu
Seiring dengan waktu
Cintaku
Kan ku jaga tuk dirimu
Hatiku hanyalah untukmu
Dirimulah yang kutunggu
Hatiku sepi tanpa tawamu
Bagaikan dunia yang gelap bagiku
Tema : Dekadensi moral
Karya : Hendra / 20
Generasi Muda
Generasi muda Indonesia
Dirimulah penerus bangsa
Berbagai cobaan silih berganti
Usahamu sangat dinanti
Generasi muda Indonesia
Jagalah moralmu dalam bersikap
Jangan hanya tau tuk senang-senang
Janganlah jatuh dalam gelapnya dunia
Generasi muda Indonesia
Dengan usaha yang keras
Menjaga moral kita
Agar dapat hidup sukses
tema 1 : cinta
BalasHapuskarya : Ivan Darmawan/22
Hanya Untukmu
Banyak wanita di bumi ini
Entah mengapa
Engkau selalu ada di jiwa ini
Selalu ada cinta
Sampai rembulan tak lagi menyinari bumi
Cintaku tidak akan pernah berubah untuk dirimu
Kau harus tahu betapa aku mencintaimu
Aku tidak akan pernah meminta lebih dari cintamu
Ingatlah, selalu ada aku disampingmu
Dunia berputar dan berubah
Tapi cintaku tetap dan tidak akan pernah berubah
Ketika semua sudah berakhir
Bagai siang tanpa matahari
Aku tak berdaya sampai akhir
Masih disini dan tetap disini
Dan kasihku selalu untukmu
tema 2 : dekadensi moral
karya : Ivan Darmawan/22
Moral yang Aneh
Menyontek,
Saling memusuhi,
Korupsi dimana mana,
Inilah Indonesia
Menaikkan moral bangsa bagai siput yang berjalan
tetapi
Menurunkan moral bangsa lebi cepat dari singa yang mengejar mangsanya
Moral yang sudah tertanan sejak dini
Ialah moral yang jelek, rusak, dan aneh
Apakah dengan moral seperti ini kita bisa maju ?
Apakah dengan moral seperti ini kita bisa berkembang ?
Sekarang
Siapa yang harus di salahkan ?
Para menteri dan pengurus bangsa lebih memilih bungkam
Jika tidak ada perubahan
Maka,
Indonesia akan lebih dikenal sebagai negara dengan moral yang buruk
Nama : Sony Afriandy
BalasHapusKelas : XII IPA 5
Nomor absen : 38
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Andaikan Ku Bisa Berkata
Karya : Sony Afriandy
Detik demi detik berlalu
Sejak ku jumpa dirimu
Kau duduk sendiri
Terpesona ku melihatmu
Melihat pesona wajahmu yang indah
Ingin ku dekati dirimu saat itu
Namun jantungku berdetak kencang bagaikan ombak di laut
Membuat ku terpaku
Membuat ku tak sanggup mendekatimu
Berat bagiku untuk melangkah mendekatimu
Entah apa yang terjadi padaku
Semua keberanian ku pupus
Aku tak bisa berkata-kata
Aku hanya bisa terdiam sambil berbicara dalam hati kecilku
Andaikan aku bisa berkata kepadamu
Aku ingin katakan aku cinta padamu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Moral dan Bangsaku
Karya : Sony Afriandy
Tak pernah ku lihat lagi kebanggaan
Tak pernah ku dengar lagi deru perjuangan
Sejak citra bangsa ini mulai tercoreng hitam
Tercoreng oleh tangan-tangan yang kotor
Tercoreng oleh tingkah-tingkah yang biadab
Yang ada hanyalah kebobrokan tindakan dan pikiran
Kelakuan-kelakuan yang makin kabur
Yang tak bebas menjadi bebas tanpa arah
Demi kesenangan dan kepentingan
Dimana moral yang dijunjung oleh bangsa ini?
Dimana letak kesadaran bangsa?
Sampai kapan keterpurukan ini berakhir
Wahai para penerus bangsa
Bangkitlah dan Bangunlah bangsa ini
Kembali menuju kemajuan dan kemakmuran
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta Monyet
Antara Ada Dan Tiada
Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42
Suatu ketika kau hadir dalam pikiranku
Kau hadir untuk membangunkanku
Dari tidurku yang lelap
Dan juga lamunanku yang panjang
Kau mengakhiri semua itu dari diriku
Kau juga menggantikan semua itu
Hanya untuk diriku
Yang telah diam terpaku
Hanya untuk menanti dirimu
Tapi itu tak berlangsung lama
Rasa itu pergi begitu saja
Ketika aku sudah tak dapat menerimamu lagi
Hal itu bagaikan kupu-kupu yang pergi
ketika sudah tak lagi menemukan madu sedikit pun
Namun rasa itu terkadang datang kembali
Ketika aku kembali dalam lamunan
Dan juga tidur yang panjang
Bagai tak akan terbangun lagi
Mungkin memang itu semua
Yang dikatakan dengan cinta
Kadang ada dan tiada
Kadang datang dan pergi
Seperti angin yang bertiup hanya untuk sesekali
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Hilang tak Dianggap
Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42
Kecil namun tak diangggap
Bagaikan sampah yang dibuang begitu saja
Tapi itulah yang terjadi sekarang ini
Dulu aku banyak digunakan
Namun sekarang tidak
Memang ada yang mengunakan ku
Tapi tidak untuk hal yang berguna
Hanya digunakan untuk memuaskan diri
Dan hanya untuk hal sesaat
Betapa sedihnya aku melihat semua itu
Namun itu memang terjadi
Pada Negara dan orang didalamnya
Dan Tuhan hanya menjadi saksi semata
Dunia sekarang ini hanya seperti gua
Hanya digunakan untuk berlindung sesaat
Jika terjadi sesuatu yang membahayakan
Yang mengancam dunia ini
Aku hanya bisa bersabar
Sampai orang menggunakanku kembali
Untuk hal yang berguna bagi Bangsa dan Negara
Karna aku hanyalah sebuah sikap
Nama:Lia Wahyuni
BalasHapusKelas:XII IPA 5/ 27
Puisi 1
Tema : Cinta
Rahasia Hati
Karya : Lia Wahyuni
Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku
Cintaku padamu seluas angkasa raya
Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
Kau dan aku adalah takdir
Kau adalah nafas hidupku
Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
Hidupku bagaikan orang asing
Kau adalah mata hidupku
Cintaku padamu seperti air
Setiap tetesan sangat berharga
Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
Biarkan senyum membalas rasaku padamu
Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
Kau adalah surga duniaku
Tak peduli indahnya surga lain
Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Judul : Hidup yang Hampa
Karya : Lia Wahyuni
Awan hitam menggumpal di langit
Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
Kekuasaan merupakan topi raja
Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
Otak dan hati telah dibutakan
Bisikan setan menyeruak
Demi diri sendiri saling menipu
Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan
Jujur hanya tinggal sebuah kata
Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
Biarkan lenyap terbawa kata-kata
Semua tinggal kenangan semata
Uang adalah penipu terhebat
Baunya menimbulkan kenikmatan
Demi dia, semua mencari keberadaannya
Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana
Terbuang percuma perjuangan selama ini
Seketika tiada berbekas
Keserakahan manusia adalah dalangnya
Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan
Nama:Lia Wahyuni
BalasHapusKelas:XII IPA 5/ 27
Puisi 1
Tema : Cinta
Rahasia Hati
Karya : Lia Wahyuni
Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku
Cintaku padamu seluas angkasa raya
Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
Kau dan aku adalah takdir
Kau adalah nafas hidupku
Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
Hidupku bagaikan orang asing
Kau adalah mata hidupku
Cintaku padamu seperti air
Setiap tetesan sangat berharga
Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
Biarkan senyum membalas rasaku padamu
Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
Kau adalah surga duniaku
Tak peduli indahnya surga lain
Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Judul : Hidup yang Hampa
Karya : Lia Wahyuni
Awan hitam menggumpal di langit
Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
Kekuasaan merupakan topi raja
Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
Otak dan hati telah dibutakan
Bisikan setan menyeruak
Demi diri sendiri saling menipu
Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan
Jujur hanya tinggal sebuah kata
Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
Biarkan lenyap terbawa kata-kata
Semua tinggal kenangan semata
Uang adalah penipu terhebat
Baunya menimbulkan kenikmatan
Demi dia, semua mencari keberadaannya
Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana
Terbuang percuma perjuangan selama ini
Seketika tiada berbekas
Keserakahan manusia adalah dalangnya
Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan
Nama : Sony Afriandy
BalasHapusKelas : XII IPA 5
Nomor absen : 38
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Andaikan Ku Bisa Berkata
Karya : Sony Afriandy
Detik demi detik berlalu
Sejak ku jumpa dirimu
Kau duduk sendiri
Terpesona ku melihatmu
Melihat pesona wajahmu yang indah
Ingin ku dekati dirimu saat itu
Namun jantungku berdetak kencang bagaikan ombak di laut
Membuat ku terpaku
Membuat ku tak sanggup mendekatimu
Berat bagiku untuk melangkah mendekatimu
Entah apa yang terjadi padaku
Semua keberanian ku pupus
Aku tak bisa berkata-kata
Aku hanya bisa terdiam sambil berbicara dalam hati kecilku
Andaikan aku bisa berkata kepadamu
Aku ingin katakan aku cinta padamu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Moral dan Bangsaku
Karya : Sony Afriandy
Tak pernah ku lihat lagi kebanggaan
Tak pernah ku dengar lagi deru perjuangan
Sejak citra bangsa ini mulai tercoreng hitam
Tercoreng oleh tangan-tangan yang kotor
Tercoreng oleh tingkah-tingkah yang biadab
Yang ada hanyalah kebobrokan tindakan dan pikiran
Kelakuan-kelakuan yang makin kabur
Yang tak bebas menjadi bebas tanpa arah
Demi kesenangan dan kepentingan
Dimana moral yang dijunjung oleh bangsa ini?
Dimana letak kesadaran bangsa?
Sampai kapan keterpurukan ini berakhir
Wahai para penerus bangsa
Bangkitlah dan Bangunlah bangsa ini
Kembali menuju kemajuan dan kemakmuran
Nama : Meldha Afriyanti
BalasHapusKelas : XII IPA 5/ 32
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Penantian
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Rintik hujan dimalam hari
Membangunkanku dari kelelapan sunyi
Dikala hati yang rapuh ini
Mengisyaratkan cinta yang mati
Termenungku dalam diam
Menggali hati yang terdalam
Kosong tatapku pada masa silam
Begitu pedih dan sungguh kejam
Melintas dia dalam benakku
Hati dan mataku tertuju
Indah paras dan hatimu
Membuatku tersenyum terpaku
Tetapi semua telah berlalu
Sekarang kau telah menjauh
Hati dan jiwaku semakin rapuh
Rapuh terdiam dan membisu
Andaikan engkau tau
Betapa hancur perasaanku
Semakin engkau melupakanku
Semakin dalam cintaku padamu
Wahai kekasih hatiku
Hanya satu harapanku
Dengarkan suara hatiku
Dalam penantian yang tak menentu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Wajah Negara
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Betapa hati kian pedih
Getar jiwa mengiris hati
Seakan punah mata batin
Merosot moral bangsa ini
Terlintas dibayanganku
Benih bangsa yang tumbuh
Hendaknya menjadi suatu teladan
Untuk pemersatu hidup yang teguh
Apa hendak dikata
Inilah wajah negara
Keadilan semakin dipertimbangkan
Kejujuran semakin dipertaruhkan
Sepintas hatiku sedih
Akan kehidupan bangsa ini
Runtuhnya pemeerat bangsa
Punahnya pemersatu negara
Dimanakah hati nurani
Yang memberi pengharapan
Akan suatu pencerahan
Untuk hidupkan negara yang kelam
Nama : Meldha Afriyanti
BalasHapusKelas : XII IPA 5/ 32
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Penantian
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Rintik hujan dimalam hari
Membangunkanku dari kelelapan sunyi
Dikala hati yang rapuh ini
Mengisyaratkan cinta yang mati
Termenungku dalam diam
Menggali hati yang terdalam
Kosong tatapku pada masa silam
Begitu pedih dan sungguh kejam
Melintas dia dalam benakku
Hati dan mataku tertuju
Indah paras dan hatimu
Membuatku tersenyum terpaku
Tetapi semua telah berlalu
Sekarang kau telah menjauh
Hati dan jiwaku semakin rapuh
Rapuh terdiam dan membisu
Andaikan engkau tau
Betapa hancur perasaanku
Semakin engkau melupakanku
Semakin dalam cintaku padamu
Wahai kekasih hatiku
Hanya satu harapanku
Dengarkan suara hatiku
Dalam penantian yang tak menentu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Wajah Negara
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Betapa hati kian pedih
Getar jiwa mengiris hati
Seakan punah mata batin
Merosot moral bangsa ini
Terlintas dibayanganku
Benih bangsa yang tumbuh
Hendaknya menjadi suatu teladan
Untuk pemersatu hidup yang teguh
Apa hendak dikata
Inilah wajah negara
Keadilan semakin dipertimbangkan
Kejujuran semakin dipertaruhkan
Sepintas hatiku sedih
Akan kehidupan bangsa ini
Runtuhnya pemeerat bangsa
Punahnya pemersatu negara
Dimanakah hati nurani
Yang memberi pengharapan
Akan suatu pencerahan
Untuk hidupkan negara yang kelam
Karya: Ira Anggraini (21)
BalasHapusPuisi 1:
Tema : Cinta
Cinta Tak Harus Memiliki
Mengapa hati ini…
Harus merasakan cinta yang mendalam
Hanya untuk ia seorang
Yang belum tentu terbalaskan
Bukan rasa sakit yang ku rasakan
Justru rasa cinta semakin ku rasakan
Ketika rasa itu tak terbalaskan
Oh Tuhan…
Kenapa kami ‘tak disatukan
Kenapa pula rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan
Kenapa Engkau ‘tak berikan rasa itu kepadanya juga…
Tuhan
Kuingin bersamanya
Erat dalam pelukan sayangnya..
Menghindari semua duka demi dia..
Tuhan
Ku yakin Engkau punyai rencana indah
Ku bukan ‘tuknya,
Melainkan ‘tuk yang lebih baik darinya
Puisi 2:
Tema : Dekadensi Moral
Kangen seperti dulu
Dahulu..
Rasa toleransi s’lalu di jaga
Rasa saling menghormati s’lalu di perlihatkan
Dan rasa saling membantu s’lalu di pupuk
Tak ada rasa gelisah dalam hati
Justru rasa aman yang ada dalam jiwa
Canda tawa riang
Begitu indah masa-masa itu
Hingga dapat di tanam dalam pikiran
Oh Mengapa sekarang seperti ini?
Tak ada lagi rasa toleransi umat beragama
Tak ada lagi budaya timur yang di anut
Tak ada lagi rasa tenggang rasa antar manusia
Apakah ini ciri moral anak bangsa?
tak dapat lagi membedakan salah dan benar
karna kesalahan bisa menjadi pembenaran
dan kebenaran bisa menjadi kesalahan
Perih hati melihat s’mua ini
Apakah manusia tak punya akal sehat lagi?
Oh Tuhan..
Bertubi-tubi Engkau beri cobaan bagi tanah tercintaku ini
Perlahan-lahan kami lewati
Tapi sekarang kami lelah
Kami ingin hidup seperti dahulu
Dan lebih mendekatkan diri padaMu
Hingga s’mua manusia terselamatkan
Nama : Veto Octavianus
BalasHapusNo Absen : 43
Puisi I
tema : Cinta
Segalanya Cinta
Karya Veto
Hari mulai senja
Tapi kau terlihat peluh kesah
Berjalan dengan sikap resah
Haruskah aku diam dan pasrah
Rasa Cinta dan sayang timbul dari dada
Seraya asa dan kasihku tertanda
Aku hanya terdiam tanpa kata
Aku bingung terdiam tanpa kata
Akankah ini artinya ku jatuh dalam cinta
Cinta mudaku yang kudambakan
Cinta tersayang dihatiku yang kecil
Sekecil langkah kakimu yang fana
Hati bila dipaksakan
Pasti tidak akan baik
Pantasnya dia mencintai dan dicintai
Cinta kamu wahai cintaku
Puisi II
tema : Dekadensi Moral
Rusaknya Moral
Karya Veto
Perjalanan masih sangat panjang
Menuju perdamaian moral
Akankah ini sangat berimbang
Kepada hati yang penuh ikal
Mungkinkah hati ini rapuh
Mengenai jiwa yang hilang
Karena runtuhnya moral
Apakah kita bisa hidup didunia ini
Lupakan tentan masa lalu
Lihatlah kedepan
Terus maju menuju perdamaian moral
Menghampiri kita yang tak terungkapkan
Tema : Cinta ( Monyet)
BalasHapusSetia pada Cinta Pertama
Karya : Fifin Sunarlie / 17
Dahulu terasa begitu indah bagiku
Melewati hari demi hari sangatlah menyenangkan bersamamu
Tak ingin melupakanmu sedetikpun
Tak ingin diriku merasakan hampanya hidup tanpamu
Dirimulah yang senantiasa hidup dalam hatiku
Engkau selalu membuat aku tersenyum bahagia
Membuatku merasa aman dan nyaman bersamamu
Aku mencintaimu apapun dirimu
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu
Apapun yang terjadi dan kapanpun
Tetapi mengapa dirimu meninggalkanku
Meninggalkanku seorang diri
Meninggalkanku untuk selamanya
Biarpun begitu
Aku tetap akan selalu mencintaimu
Dan aku berjanji
Cinta kita berdua akan abadi selamanya
Tiada seorang pun yang dapat menggantikan dirimu
Tema : Dekadensi moral
Kisah Negeriku
Karya : Fifin Sunarlie / 17
Negeriku yang menawan ini
Memiliki sejuta keindahan di dalamnya
Dari keindahan panorama alamnya hingga lainya
Tetapi dibalik itu semua
Masih tersimpan perasaan enggan
Untuk mengakui negeriku sendiri
Sebagai negeri yang kucintai
Yang ada hanyalah perasaan takut
Takut pada situasi
Dimana kebenaran bisa berubah menjadi kesalahan
Dimana kesalahan bisa berubah menjadi kebenaran
Lalu apa yang bisa diharapkan dari situasi seperti ini?
Harapan pada negeri tercinta hanyalah satu hal
Kapan keadilan di negeri ini akan ditegakkan ?
Tanpa harus menindas yang lemah
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta
Ketulusanku
Karya : Elfira / 13
Kau yang kucinta
Walaupun ucapmu seringkali menyayat hatiku
Walaupun amarahmu membuat hatiku pilu
Menggoreskan luka di hatiku
Namun ku tak peduli
Karena aku tulus mencintaimu
Aku kan menjadi bintang dan menerangi dalam gelapmu
Aku kan selalu ada disampingmu
Melakukan semua untuk dirimu
Walau di matamu aku tak pernah berarti untukmu
Aku hanya ingin seperti ini
Bersamamu selalu melalui hariku
Mengukir sedikit demi sedikit kenangan tentang kita
Hingga akhir waktuku tiba
Dan bila akhirnya tetap aku yang ditinggalkan
Ku takkan menyesal akan semuanya
Biarlah kenangan yang telah kita ukir bersama
Tersimpan di relung hatiku selamanya
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Pelayan Cinta
Karya : Elfira / 13
Lihatlah dia disana
Gadis cantik jelita dambaan setiap pria
Kulihat dia di pinggiran kota
Berdiri diam ia disana
Menanti pekerjaan datang padanya
Demi harta ia lakukan
Demi kesenangan duniawi ia rela melepas kesucian
Tak peduli apa yang orang katakan
Yang penting tak ada penderitaan
Masuklah ia sekarang
Dalam jurang yang begitu dalam
Gelap..
Dan tak dapat keluar selamanya
Puisi 1
BalasHapusTema : cinta
Ketulusanku
Karya : Elfira / 13
Kau yang kucinta
Walaupun ucapmu seringkali menyayat hatiku
Walaupun amarahmu membuat hatiku pilu
Menggoreskan luka di hatiku
Namun ku tak peduli
Karena aku tulus mencintaimu
Aku kan menjadi bintang dan menerangi dalam gelapmu
Aku kan selalu ada disampingmu
Melakukan semua untuk dirimu
Walau di matamu aku tak pernah berarti untukmu
Aku hanya ingin seperti ini
Bersamamu selalu melalui hariku
Mengukir sedikit demi sedikit kenangan tentang kita
Hingga akhir waktuku tiba
Dan bila akhirnya tetap aku yang ditinggalkan
Ku takkan menyesal akan semuanya
Biarlah kenangan yang telah kita ukir bersama
Tersimpan di relung hatiku selamanya
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Pelayan Cinta
Karya : Elfira / 13
Lihatlah dia disana
Gadis cantik jelita dambaan setiap pria
Kulihat dia di pinggiran kota
Berdiri diam ia disana
Menanti pekerjaan datang padanya
Demi harta ia lakukan
Demi kesenangan duniawi ia rela melepas kesucian
Tak peduli apa yang orang katakan
Yang penting tak ada penderitaan
Masuklah ia sekarang
Dalam jurang yang begitu dalam
Gelap..
Dan tak dapat keluar selamanya
Nama : Lydia Felicia
BalasHapusKelas/nomor absen : XII IPA 5/28
Tema 1: Cinta
Bukan Seorang Putri
Kepergian dirimu
Masih membekas dalam ingatanku
Kata kata mu yang menusuk hatiku
Derap derap kakimu yang menjauhi diriku
Meninggalkanku sendiri.dalam sepiku
Aku terdiam,menangis sendiri
Menangisi diriku yang tersakiti
Lalu aku bangkit.mencoba berdiri
Teringat sebuah hal yang pasti
Aku bukan seorang putri
Aku terlalu naïf untuk sadar akan hal ini
Ini sebuah kenyataan,bukan dongeng ataupun sebuah mimpi
Pangeran berkuda putih tak akan datang mencari
Akhir bahagia selamanya tak akan pernah aku dapati
Rasa sakit adalah sebuah hal yang pasti
Hari ini ,kucoba untuk menghapusmu
Menghapus bayanganmu dari ingatanku
Menenggelamkan perasaanku padamu dalam telaga hatiku
Dan aku putuskan untuk maju menatap masa depanku
Tanpa dirimu disisiku,tanpa senyum mu menemaniku.
Tema 2 : Dekadensi Moral
Indonesia…
Indonesia,sungguh aku prihatin melihat keadaanmu
Surat surat kabar dipenuhi berita sendu
Media media elektronik pun sama halnya begitu
Berbagai masalah berpadu.kemelut yang sudah terlalu
Kerusuhan terjadi dimana mana
Korupsi merajalela di berbagai kalangan
Teriakan rakyat kecil yang terlantar dan merana
Teriakan yang tak pernah didengar dan dicerna
Indonesia,hanya satu penyebab dari semua masalahmu
Moral bangsa yang sudah jatuh
Terinjak injak dan terlupakan
Seolah moral adalah sampah
Generasi penerus yang tak mau tahu
Pergaulan bebas,itu yang mereka mau
Nilai moral tak mereka perlu
Membuat masa depan tak menentu
Indonesia,mau dibawa kemana masa depan bangsa ini ?
Jika moral bangsa saja tak dipedulikan lagi?
Indonesia.bagaimana negeri ini bisa maju nanti?
Jika bagian dari negeri ini saja tidak mau peduli lagi?
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta
Karya : Patrick Ong (33)
Kekeliruan Cinta
Sepi... Sunyi...
Ini yang kurasakan
Perlahan...
Bisikan suaramu
Menggoda jiwaku
Membuatku merasakan kehadiranmu disisiku
Hembusan nafasmu
Bagaikan tiupan alam
Menggairahkan hasratku
Membuatku hinggaku tak berdaya
Liuk tubuhmu
Bagaikan keindahan masyur
Membangkitkan nafsu birahiku
Menjerumuskanku ke dalam liang kemunafikan
Entah apa yang merasukiku
Kau berhasil menjerat hidupku
Tapi... yang kurasa hanyalah kenikmatan sesaat
Bukanlah cinta tulus yang kuharapkan darimu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Patrick Ong (33)
Kiamat Sebelum Kiamat
Kisah sedih negeriku tercinta
Tergoreskan penghianatan dan kemunafikkan
Cairkanlah hati yang beku akan keadilan
Lumerkan jiwa yang bebal akan kebaikan
Jalan yang lurus tak lagi lurus
Cahaya benderang tak lagi terang
Kiamat sebelum kiamat
Tengah terjadi di negeri ini
Lalu, harus bagaimanakah kita?
Nama : Meldha Afriyanti
BalasHapusKelas : XII IPA 5/ 32
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Penantian
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Rintik hujan dimalam hari
Membangunkanku dari kelelapan sunyi
Dikala hati yang rapuh ini
Mengisyaratkan cinta yang mati
Termenungku dalam diam
Menggali hati yang terdalam
Kosong tatapku pada masa silam
Begitu pedih dan sungguh kejam
Melintas dia dalam benakku
Hati dan mataku tertuju
Indah paras dan hatimu
Membuatku tersenyum terpaku
Tetapi semua telah berlalu
Sekarang kau telah menjauh
Hati dan jiwaku semakin rapuh
Rapuh terdiam dan membisu
Andaikan engkau tau
Betapa hancur perasaanku
Semakin engkau melupakanku
Semakin dalam cintaku padamu
Wahai kekasih hatiku
Hanya satu harapanku
Dengarkan suara hatiku
Dalam penantian yang tak menentu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Wajah Negara
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Betapa hati kian pedih
Getar jiwa mengiris hati
Seakan punah mata batin
Merosot moral bangsa ini
Terlintas dibayanganku
Benih bangsa yang tumbuh
Hendaknya menjadi suatu teladan
Untuk pemersatu hidup yang teguh
Apa hendak dikata
Inilah wajah negara
Keadilan semakin dipertimbangkan
Kejujuran semakin dipertaruhkan
Sepintas hatiku sedih
Akan kehidupan bangsa ini
Runtuhnya pemeerat bangsa
Punahnya pemersatu negara
Dimanakah hati nurani
Yang memberi pengharapan
Akan suatu pencerahan
Untuk hidupkan negara yang kelam
Puisi 1
BalasHapusTema : Cinta
Karya : Desi Wandi Florencia (10)
Cinta
Cinta…
Begitu indah saat kita sedang jatuh cinta
Begitu bahagia saat kita menjalaninya
Begitu enak untuk dipikirkan dan dirasakan
Cinta…
Membuat kita lupa akan segalanya
Membuat kita merasa dunia hanya milik kita
Jatuh cinta..
Sejuta rasanya
Membuat kita seperti orang gila
Karena terkadang kita tersenyum sendiri ketika mengingat si dia
Cinta…
Membuat hati ini berdegup kencang
Membuat kita gembira setiap saat
Membuat kita mabuk kepayang
Hari demi hari ku lalui
Dengan sejuta rasa yang tak menentu
Membuat kita seperti orang bodoh
Yang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan
Cinta… oh cinta
Cinta memang gila
Tidak kenal waktu dan kondisi
Cinta bisa datang kapan saja
Jatuh cinta..
Sejuta rasanya
Apakah ini namanya cinta?
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Desi Wandi Florencia (10)
Bangsa yang Terpuruk
Zaman kini kian berkembang
Teknologi makin berkembang
Pola pikir masyarakat pun turut berkembang
Moral manusia pun makin beraneka ragam
Perilaku remaja makin tak terkendali
Mabuk-mabukan, balap liar, hingga pergaulan bebas makin merajai
Tak dapat lagi dikendali
Mereka buta oleh teknologi
Apa kata dunia nanti kepada bangsaku
Tentang bangsa yang kian memburuk
Moral yang kian terpuruk
Akibat carut marut kehidupan yang buruk
Mari gunakan waktu kita untuk hal yang lebih bermanfaat
Membangkitkan kembali moral masyarakat
Guna mengembalikan citra, harkat, dan martabat
Bangsa kita yang tercinta …
Indonesia…
Nama : Mario Tanjung
BalasHapusKelas : XII IPA 5
No. absen : 30
Tema : Cinta
Cinta Masa Sekolah
Karya : Mario Tanjung
Kemarin kita menghabiskan waktu
Bersama-sama
Wajahmu sungguh gembira dan senang
Ketika kita masih bersekolah
Dan sekarang
Kita telah berpisah
Karena telah dewasa
Masing-masing mengambil jalannya
Sendiri-sendiri
Saat kita bertemu sekarang
Ku lihat wajah kita sudah berubah
Tidak seceria seperti dahulu
Masing-masing memiliki jalan
Rintangan kehidupan
Sudah membuat kita terlalu sibuk
Sehingga saling melupakan
Saat kita pernah berwajah gembira dan ceria
Pada masa kecil
Tema : Dekadensi Moral
Runtuhnya Moral
Karya : Mario Tanjung
Betapa sedihnya
Kemanakah perginya
Semua anak yang memiliki moral
Apakah tak ada yang memiliki
Moral yang sehat
Kau runtuhkan bangsa ini
Kau runtuhkan moral bangsa ini
Seenaknya kau injak-injak
Moral-moral yang sehat ini
Telah kau lupakan jasa pahlawan
Telah kau lupakan pengorbananya
Apakah masih ada
Yang memiliki moral yang sehat
Dimasa saat ini
Nama : Deborah Kristianti Sitompul / 08
BalasHapusKelas : XII IPA 5 / 08
Tema : Cinta monyet
Puisi 1
Curahan hati
Karya : Deborah Kristianti Sitompul
Saat itu saat pertama kali kita berjumpa
Saat itu denyut jantungku kian berdetak kencang
Ku tatap wajahmu
Detak kan itu kian mengencang
Kau mengisahkan nada do,re,mi,fa,sol,la,si,do
Kau memberikanku me,ji,ku,hi,bi,ni,u
Semua itu membawaku pada dunia dongeng cinderella, pocahontas
Kian menari-nari dalam hati
Warna merah muda kian memancarkan sinarnya melalui tatapan mata yang turut tersenyum
Menutupi kehitaman hati dan kau balut dengan putihmu itu
Sungguh tak terbayang kau membuat hidupku berwarna
Sepatu kaca cinderella tidak dapat mengantikan betapa transparannya hatiku padamu
Apel snow white tidak dapat menggambarkan rasa manis cintaku terhadapmu
Dan para peri tidak dapat menggantikan dirimu sebagai malaikat dihatiku
Sebuah panah menancap dihatiku
Mengganti kepingan hati yang hancur dapat kau satukan kembali membentuk pelangi yang kian membasahi hati yang rapuh
Tiba-tiba saja ku teringat
Ternyata kamu sudah mencintai seseorang
Sakit? tentu saja iya
Entah mengapa linangan air mata membasahi tulang pipiku
Ku tahu aku salah
Tapi perasaan ini masih mengiringi ku hingga kini
Saat engkau membantuku dengan tulus
Itu membuatku sangat menyukaimu
Ku ingat saat aku sedang sedih
Kau datang menghampiriku
Tapi aku terus bertanya apakah itu betul tulus dari dalam hatimu
atau hanya kemauan semata
Aku terus memikirkannya
Sampai suatu saat persahabatan terjalin
Ketika itu baru kuketahui bahwa ternyata dirimu hanya menginginkan dirinya
Memang perih rasanya
Tapi itu lah kenyataannya
Kuingin kau tahu
Tapi kutak ingin kau pergi
Sudah cukup permasalahan yang terjadi
Hal itu kian membuatku sedih
Sedih karna kau kian menjauh
Janganlah pergi dariku, kasih
Kutak ingin kau pergi
Mungkin persahabatan itu sudah cukup bagiku
Nyata bahwa aku sangat mencintaimu melalui cara aku bersahabat denganmu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Himpitan hati bangsa
Karya : Deborah Kristianti Sitompul
Bangunan-bangunan menjulang tinggi
ditengah-tengah ada sebuah gubuk
terlantar dan tak terurus
Wahai kau petinggi negara
Pedulikah engkau terhadap negara ini
Atau engkau hanya peduli perutmu saja
Otak kian mengecil perut kian membesar
Anjing menggonggong
Khafila berlalu
Hal itu membuat negara termenung
Akan sikapmu yang buruk itu
Oh Tuhan. . .
Dengarkanlah jeritan rakyatmu ini
Jeritan penuh penderitaan
Dimanakah hatimu, wahai para pemimpin?
Dimanakah nuranimu itu?
Tidakkah kau lihat batin kami?
Teriris akan keserakahan yang kau buat
Sepertinya pedih perih tidak akan pernah berlalu
Bagaikan himpitan yang kau buat untuk kami, bangsamu
Dengarlah! Dengarlah!
Hai pemimpin-pemimpinku buktikanlah bahwa engkau tidak tinggal diam
Dan jawablah kalbu kami
Nama : Hendra
BalasHapusKelas : XII IPA 5
Tema : Cinta
Karya : Hendra / 20
Penantian Cinta
Aku jatuh cinta padamu
Parasmu menggoda diriku
Engakulah pujaan hatiku
Kan ku kejar dirimu
Melihat dirimu bagaikan sinar
Yang memberikan cahaya
Cahaya yang berbinar-binar
Membuat diriku bahagia
Seiring bersama dengan waktu
Bagaikan angin bertiup
Hilang tanpa jejak
Menyisakan luka di hatiku
Diriku yang selalu rindu dirimu
Seiring dengan waktu
Cintaku
Kan ku jaga tuk dirimu
Hatiku hanyalah untukmu
Dirimulah yang kutunggu
Hatiku sepi tanpa tawamu
Bagaikan dunia yang gelap bagiku
Tema : Dekadensi moral
Karya : Hendra / 20
Generasi Muda
Generasi muda Indonesia
Dirimulah penerus bangsa
Berbagai cobaan silih berganti
Usahamu sangat dinanti
Generasi muda Indonesia
Jagalah moralmu dalam bersikap
Jangan hanya tau tuk senang-senang
Janganlah jatuh dalam gelapnya dunia
Generasi muda Indonesia
Dengan usaha yang keras
Menjaga moral kita
Agar dapat hidup sukses
Nama : Meldha Afriyanti
BalasHapusKelas : XII IPA 5/ 32
Puisi 1
Tema : Cinta Monyet
Penantian
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Rintik hujan dimalam hari
Membangunkanku dari kelelapan sunyi
Dikala hati yang rapuh ini
Mengisyaratkan cinta yang mati
Termenungku dalam diam
Menggali hati yang terdalam
Kosong tatapku pada masa silam
Begitu pedih dan sungguh kejam
Melintas dia dalam benakku
Hati dan mataku tertuju
Indah paras dan hatimu
Membuatku tersenyum terpaku
Tetapi semua telah berlalu
Sekarang kau telah menjauh
Hati dan jiwaku semakin rapuh
Rapuh terdiam dan membisu
Andaikan engkau tau
Betapa hancur perasaanku
Semakin engkau melupakanku
Semakin dalam cintaku padamu
Wahai kekasih hatiku
Hanya satu harapanku
Dengarkan suara hatiku
Dalam penantian yang tak menentu
Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Wajah Negara
Karya : Meldha Afriyanti / 32
Betapa hati kian pedih
Getar jiwa mengiris hati
Seakan punah mata batin
Merosot moral bangsa ini
Terlintas dibayanganku
Benih bangsa yang tumbuh
Hendaknya menjadi suatu teladan
Untuk pemersatu hidup yang teguh
Apa hendak dikata
Inilah wajah negara
Keadilan semakin dipertimbangkan
Kejujuran semakin dipertaruhkan
Sepintas hatiku sedih
Akan kehidupan bangsa ini
Runtuhnya pemeerat bangsa
Punahnya pemersatu negara
Dimanakah hati nurani
Yang memberi pengharapan
Akan suatu pencerahan
Untuk hidupkan negara yang kelam
Nama: Rizky Wirawan Pratama
BalasHapusNomor: 36
Tahun Ajaran 2010/2011
Tema : Dekadensi Moral
Api di Tengah Hujan
Moral...
Dimana engkau?
Meninggal?
Atau berhibernasi?
Kau bagai api di tengah hujan
Ada dan hidup
Tapi tak tampak di mata
Yang tertutup oleh derasnya hujan
Kau terus berjuang untuk hidup
Ditengah hujan yang mengancammu
Mencari nafas-nafas kehidupan
Ditengah-tengah kejamnya dunia
Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
Kesadaran yang telah lama hilang
Untuk memayungi api kecil itu
Hingga akhir hujan turun
Dimana?
Dimana kesadaran untuk berjuang
Berjuang melawan hujan itu
Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu
Tema : Cinta Monyet
Pandangan Mata
Kenang-kenangan indah
Saat ada bersamamu
Disampingmu, didekatmu
Akan tertulis rapi dihidupku
Pertama kupandang engaku
Yang sedang berdiri ditengah keramaian
Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan
Awalnya aku binggung
Inikah yang dinamakan suka?
Diakah orangnya?
Atau ini hanya kebetulan belaka?
Besok kupandang lagi dirinya
Jantung terasa mengalami gempa
Gempa yang datang tiba-tiba
Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga
Ditengah pandanganku
Ia melirik ke diriku
Membuatku spontan beralih pandangan
Jantung bagai berhenti memompa
Detik-detik terasa melambat sejenak
Jam pasir berhenti bergerak
Gravitasi berhenti bekerja sejenak
Inikah jawabnya?
Nama: Rizky Wirawan Pratama
BalasHapusNomor: 36
Tahun Ajaran 2010/2011
Tema : Dekadensi Moral
Api di Tengah Hujan
Moral...
Dimana engkau?
Meninggal?
Atau berhibernasi?
Kau bagai api di tengah hujan
Ada dan hidup
Tapi tak tampak di mata
Yang tertutup oleh derasnya hujan
Kau terus berjuang untuk hidup
Ditengah hujan yang mengancammu
Mencari nafas-nafas kehidupan
Ditengah-tengah kejamnya dunia
Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
Kesadaran yang telah lama hilang
Untuk memayungi api kecil itu
Hingga akhir hujan turun
Dimana?
Dimana kesadaran untuk berjuang
Berjuang melawan hujan itu
Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu
Tema : Cinta Monyet
Pandangan Mata
Kenang-kenangan indah
Saat ada bersamamu
Disampingmu, didekatmu
Akan tertulis rapi dihidupku
Pertama kupandang engaku
Yang sedang berdiri ditengah keramaian
Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan
Awalnya aku binggung
Inikah yang dinamakan suka?
Diakah orangnya?
Atau ini hanya kebetulan belaka?
Besok kupandang lagi dirinya
Jantung terasa mengalami gempa
Gempa yang datang tiba-tiba
Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga
Ditengah pandanganku
Ia melirik ke diriku
Membuatku spontan beralih pandangan
Jantung bagai berhenti memompa
Detik-detik terasa melambat sejenak
Jam pasir berhenti bergerak
Gravitasi berhenti bekerja sejenak
Inikah jawabnya?
Nama: Rizky Wirawan Pratama
BalasHapusNomor: 36
Tahun Ajaran 2010/2011
Tema : Dekadensi Moral
Api di Tengah Hujan
Moral...
Dimana engkau?
Meninggal?
Atau berhibernasi?
Kau bagai api di tengah hujan
Ada dan hidup
Tapi tak tampak di mata
Yang tertutup oleh derasnya hujan
Kau terus berjuang untuk hidup
Ditengah hujan yang mengancammu
Mencari nafas-nafas kehidupan
Ditengah-tengah kejamnya dunia
Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
Kesadaran yang telah lama hilang
Untuk memayungi api kecil itu
Hingga akhir hujan turun
Dimana?
Dimana kesadaran untuk berjuang
Berjuang melawan hujan itu
Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu
Tema : Cinta Monyet
Pandangan Mata
Kenang-kenangan indah
Saat ada bersamamu
Disampingmu, didekatmu
Akan tertulis rapi dihidupku
Pertama kupandang engaku
Yang sedang berdiri ditengah keramaian
Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan
Awalnya aku binggung
Inikah yang dinamakan suka?
Diakah orangnya?
Atau ini hanya kebetulan belaka?
Besok kupandang lagi dirinya
Jantung terasa mengalami gempa
Gempa yang datang tiba-tiba
Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga
Ditengah pandanganku
Ia melirik ke diriku
Membuatku spontan beralih pandangan
Jantung bagai berhenti memompa
Detik-detik terasa melambat sejenak
Jam pasir berhenti bergerak
Gravitasi berhenti bekerja sejenak
Inikah jawabnya?
Nama : Yunita Chandra
BalasHapusKelas : XII IPA 5
Nomor absen : 46
Puisi 1
Tema : Cinta
Aku padamu
sejak pertama bertemu
kau selalu di benak ku
sejak mengenalmu
ku bersinar karna mu
bagai tujuh warna pelangi di langit biru
semakin mengenalmu
semakin kusadari
cintamu padanya
dan perasaanku yang tak terbalas
aku cintaimu
kau cintainya
ia yang kusayang
membuatku makin gila
dengan ekspresi seperti apa
suara seperti apa
agar kau mengerti
rasa ku ini
untuknya yang kusayang
kau kurelakan
meski waktu kan menghapus rasa sakit ini
ku hanya dapat berdiri terdiam
menanti warna esok yang baru
pelangi begitu indah
namun kau lebih indah
pada mu yang buatku bersinar
dan kan selalu ku kenang
terima kasih...
Nama : Yunita Chandra
Kelas : XII IPA 5
Nomor absen : 46
Puisi 2
Tema : dekadensi moral
Budaya kita
Budaya Indonesia
Begitu berlimpah
Namun tak di jaga
Hanya ucapan saja
Budaya kita
Sekarang hanya aset wisata
Tak dipeihara
Apalagi di puja
Budaya sendiri lupa
Orang lain merampas
Hanya dapat marah
Tidak berbuat apa-apa
Daerahnya saja lupa
Apalagi budayanya
Pemerintah hanya bicara
Rakyat masa bodoh saja
Dulu budaya diperjuangkan
Sekarang diacuhkan
Generasi tua kecewa
Generasi muda tertawa
Kejujuran Cinta
BalasHapusKarya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03
Cintamu takkan pernah hilang terhapus waktu
Hingga ajal menjemput
Walaupun kita tak dapat bersama lagi
Namun ku yakin inilah yang terbaik untuk kita
Walaupun sulit aku akan tetap bertahan
Karna perpisahan ini adalah kehendak Tuhan
Dan jodoh pertemuan di tangan Tuhan bukan kita yang tentukan
Yang diperlukan hanyalah kesabaran
Dan pelukan pengorbanan
Andai cinta itu selalu jujur
Pasti akan berakhir dengan kebahagiaan
Bagaikan kehangatan di awal musim semi
Tikus Berdasi
Karya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03
Mulai dari proyek kecil hingga proyek besar
Mulai dari jutaan, milyaran, hingga triliunan uang yang telah lenyap
Tak terhitung jumlahnya
Entah siapa yang pelakunya
Tak ada yang tahu
Seperti air yang mengalir entah kemana
Walau semua usaha telah dilakukan
Mulai dari sanksi hingga hukuman pidana
Tim pelacak pun telah dibentuk
Tapi tetap saja tak menguranginya
Malah hanya mempertontonkannya pada masyarakat
Bak tikus yang berpakaian lengkap dan rapi
Tanpa disadari dan diawasi
Terus melakukan kegiatan bawah tanahnya
Hingga negara terkaya ini runtuh perlahan