PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 5 2010-2011

Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat mengungkapkan gagasan kreatifnya secara ringkas namun berdaya guna menghasilkan efek tertentu pada pembaca. Dalam hal puisi, tentu saja, efek yang dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada daya apresiasi pembaca atas karya puisi dimaksud. Dalam tulisan ini baiklah efek dimaksud kita sebut saja sebagai "efek puitik", yaitu efek, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata, di sisi pembaca sebagai tanggapan atas pembacaannya pada sebuah karya puisi.

Efek puitik ini bisa saja sama atau berbeda antara pembaca satu dengan yang lainnya sebab di dalamnya tercakup unsur-unsur puitik apa saja yang mampu dicerna oleh pembaca tersebut, apakah unsur-unsur estetika, makna, emosi ataukah bahkan unsur spiritual. Daya cerna pembaca satu dengan yang lainnya tentu sangat mungkin berbeda tergantung "bekal puitik" yang dimilikinya.

Penyair, terutama yang masih mula-mula menggauli puisi, sering tergoda untuk memilih kata-kata, frasa, atau idiom yang indah-indah sebagaimana sering dijumpai dalam karya-karya sastra klasik, syair-syair lagu, atau kartu-kartu ucapan hari khusus, seolah-olah kata-kata tersebut serta-merta membuat sebuah sajak menjadi "indah". Estetika bahasa seolah diyakini dapat dicapai melalui penggunaan idiom-idiom yang klise tersebut, yang cenderung "berbunga-bunga".

Efek estetik seakan menjadi satu-satunya yang penting dalam proses penciptaan puisi, sehingga rekan-rekan penyair yang muda pengalaman sering kali melupakan elemen-elemen lain yang tak kalah pentingnya dalam puisi. Bukankah terlalu terpaku pada polesan kosmetika sering beresiko memudarkan inner beauty, "kecantikan dalam", aura seseorang?

Begitu pula puisi, ada "tenaga dalam" yang juga (lebih) perlu mendapatkan perhatian penyair. Diksi, sedikit banyak memegang peranan penting dalam memunculkan kekuatan-kekuatan sebuah karya puisi, baik secara fisik semisal unsur bunyi (musikalitas), keunikan komposisi, maupun secara nonfisik seperti picuan asosiasi makna yang terbangkit dalam benak dan hati pembaca, getar emosi tertentu atau bahkan debar spiritual yang tak terjelaskan yang dirasakan oleh seseorang seusai membaca sebuah karya.

Diksi tentu tak bisa dilepaskan dari kosa kata. Agar seorang penyair mampu mengolah diksi, ia dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup kaya serta upaya yang tekun dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam puisi setiap kata, frasa atau bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca. Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya bernas, telak, sekaligus enak didengar dan membekas dalam benak pembaca.

Membekasnya sebuah ucap-ucapan dalam puisi ini bisa jadi dikarenakan idiom tersebut memiliki asosiasi tertentu yang membangkitkan emosi tertentu dalam diri pembaca, mungkin karena mengingatkannya pada pengalaman pribadinya sendiri, atau karena idiom tersebut memiliki keunikan tersendiri baik dalam hal bentuk atau bunyinya, kebaruannya, atau bahkan keusilannya "mengerjai" simpul-simpul syaraf puitik pembaca.

Memperkaya diri dengan bacaan-bacaan lintas disiplin, wawasan bahasa lintas budaya, serta pengalaman berbahasa maupun pengalaman batin secara luas baik dari interaksi dengan orang lain, lingkungan maupun dengan diri sendiri adalah beberapa upaya yang dapat disebut guna mengasah kepekaan diktif seorang penyair. Kekuatan diksi dapat lambat laun dicapai melalui latihan-latihan empirik. Dari situlah mungkin dapat dimengerti mengapa setiap penyair dapat dikenali gaya ucapnya melalui diksi dalam rangkaian karya-karya puisinya.

Selamat berkarya!

Komentar

  1. Nama : Eflin Winata
    Kelas : XII IPA 5 / 12

    Tema : Cinta

    Perih

    Bagaikan Bumi memerlukan matahari
    Begitu pula arti cintamu bagiku kini
    Ketika diriku sedih kau selalu menemani
    Namun sekarang engkau pergi

    Aku hanya dapat menangis dan merasakan perih
    Mengingat hilangnya dirimu kasih
    Tanpa terasa sudah sekian lama kupendam rasa perih
    Kapankah kau akan kembali kasih

    Namun kau tau bahwa cintaku tak akan pernah mati
    Walau dihantam ombak pun aku akan tetap menanti
    Selama engkau tetap meberiku arti
    Ku tak akan menyerah menjaga cinta ini

    Mungkin hanya waktu yang dapat menjawab cintaku padamu
    Karena diriku menanti kau kembali padaku
    Aku percaya bahwa kau akan kembali menemuiku
    Memberiku hidup yang penuh dengan kasih sayangmu



    Tema : Dekadensi Moral

    Jeritan Rakyat

    Langit menangis bagaikan merasakan perihnya kehidupan
    Disaat para penguasa menikmati kemewahan
    Rakyat menderita bagaikan rumah tak bertuan
    Mencari rezeki walaupun harus dengan penuh perjuangan

    Akankah kau penguasa tau bahwa rakyat juga manusia
    Melihat kalian menikmati kemewahan semata
    Bagaikan menusukkan jarum ke kulit rakyat biasa

    Sadarkah engkau penguasa yang terhormat
    Uang yang engkau sumbangkan akan sangat bermanfaat
    Dibandingkan engkau hamburkan demi kesenangan sesaat

    Percayalah bahwa kehidupan bagaikan roda yang terus berputar
    Jika engkau tak memanfaatkannya dengan benar
    Engkau akan terpuruk hingga akhir

    BalasHapus
  2. Tema : cinta
    Karya : Ericha Rizky Apriliza
    No. absen : 14

    Karena itu, aku suka kau

    Kuas kanvas bercat putih
    Bergerak mengikuti perasaan ini
    Kicauan burung mengalun lembut
    Menyamarkan perasaan yang kalut

    Aku suka kau
    Secarik kertas tak mampu menafsirkan
    Ukiran yunani kuno tak dapat mengartikan
    Dibenakku
    Dirimu bak cahaya, menyentuh lembut
    Bayangan indah itu menghantui setiap langkahku

    Aku berbeda, dimatamu
    Aku tidak sama, di jiwamu
    Sungguh,
    Aku suka kau!


    Tema : dekadensi moral
    Karya : Ericha Rizky Apriliza
    No. absen : 14

    Sebuah Fenomena

    Pagi dingin membuatku terhanyut
    Aku berdiri sendiri, tetap berdiri disini
    Sepasang mata melihat fenomena itu
    Kakiku kaku tersentak membatu
    Air mata mengalir kemudian membeku
    Hati ini terasa disayat sembilu

    Merasakan gerak-gerik kikuk
    Cantik, menawan, tak lusuh
    Membumbui suasana saat itu
    Mata lentik berambut panjang

    Kupu-kupu indah menjelma liar
    Berubah menjadi kupu-kupu berselimut kegelapan
    Melayani setiap tamu yang datang
    Merayu, membelai, menghasut

    Prihatin, sungguh prihatin!
    Siapa yang salah?
    Siapa yang patut disalahkan?
    Aku?
    Kau?
    Atau mereka?
    Kehormatan tak lagi dipikirkan
    Musnah sudah tonggak kebenaran
    Moral seakan terpecah menjadi keping-keping berserakan
    Aku prihatin, sungguh prihatin!

    BalasHapus
  3. Nama: Riky Mulyadi
    No. Absen : 35

    Tema: Cinta ( Monyet)

    Ungkapan dalam Hati

    cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi
    memberi banyak kehidupan
    membuat orang ingin tahu
    dan tiap orang pasti mengalami cinta
    cinta itu keikhlasan
    cinta itu kemauan
    cinta itu saling mengerti
    cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati
    Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu

    Tema : Dekadensi Moral

    Tangisan Seorang Anak

    Ibu...aku sudah tak kuat..
    Menahan perih luka dan penat...
    Semua orang jahat...
    Hanya ibulah yang malaikat..

    Ibu.. aku sakit berat...
    Sekarang ayah menjadi jahat...
    Seakan ia tak peduli..
    Merasa aku anak tiri...

    Ibu...aku ingin pergi...
    Menyusul ibu dibalik pelangi...
    Dimana tak ada lagi pedih...
    Dalam pelukan ibu abadi...

    BalasHapus
  4. PUISI CINTA

    Cinta Seperti Ini
    Karya : Ayu Pranindya

    Sama seperti dihari kau meninggalkanku
    Kau masih sepeti ini dan selalu saja
    Hanya memandang sinis seolah tak perduli
    Kemudian pergi berlalu begitu saja

    Bagaikan domba kecil yang tersesat
    Aku mencarimu dalam setiap jengkal pikiran
    Seperti mengais asa dalam ruangan tanpa pelita
    Aku takkan patah arang

    Seolah tersesat dalam terowongan tanpa celah
    Aku terdiam dan terus menunggu
    Hanya bisa berharap dan terus berdoa
    Meskipun sakit sendiri
    Aku masih disini

    Pada akhirnya aku menyadari
    Ini aku yang sungguh menyedihkan
    Bertemu seseorang yang sangat berarti
    Kemudian menemukan kenyataan bahwa
    Aku tidak cukup berarti untuk menahannya pergi


    TEMA : DEKADENSI MORAL

    Nanti diKemudian Hari
    Karya : Ayu Pranindya

    Ramai diperdebatkan
    Heboh diperbincangkan
    Mau dibawa kemana Indonesia nanti ?

    Bobroknya moral telah tergambar dinegeri ini
    Jatuhnya akhlak bangsa mulai meroket
    Berbagai kasus amoral banyak terkuak
    Lalu bagaimana Indonesia dikemudian hari ?

    Ini generasi muda penerus bangsa kian tak terarah
    Pergaulan bebas dengan santainya dijalani
    Gaya hidup kebarat-baratan bak makanan sehari-hari
    Lalu bagaimana dengan budaya asli negeri sendiri, Indonesia ?

    Kian hari anak negeri kian berani
    Semakin hari semakin menjadi-jadi
    Inikah generasi muda penerus bangsa ?

    BalasHapus
  5. PUISI I
    Tema : Cinta Monyet

    Nama: Carollina Gita Natalia
    No : 07

    Putus Cinta

    Usai sudah percintaan ini
    Antara aku dan dirimu
    Setelah lama di pertahankan
    Makin kelam menjadi - jadi
    Bersama janji yang kau semaikan

    Haruskah aku mendah kepastian
    Pada rembulan dibalik awan
    Sinar terus saja menghilang
    Selalu tak kunjung jawaban tiba
    Bagai tanda ...
    Usai sudah percintaan kita

    Coba memadam segala kekusutan
    Bagai minyak disulut api
    Kau melotot, ku memaki
    Tangis sedu mengakhiri
    Usai sudah percintaan ini

    Pernah ku ulur tanda permaafan
    Tak kau gubris, kau acuhkan
    Semakin dalam benci tergores
    Usai sudah percintaan ini

    Usai sudah percintaan ini
    Bersama sendu, tangis, dan benci
    Biar saja kupendam semua ini
    Biarlah aku diam membisu
    Di sini, sendirian
    selamanya

    PUISI II
    Tema : Dekadensi Moral

    Nama: Carollina Gita Natalia
    No : 07

    Negeri Bedebah

    Ciri dari negeri para bedebah,
    Negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
    Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
    Atau ,
    Jadi kuli di negeri orang
    Dengan upah serapah dan bogem mentah

    Di negeri para bedebah
    Keadilan gampang di belokan
    Tinggal setor ke rekening Bapak
    Sampai kantong tebal berisi dolar
    Orang baik bisa jadi salah
    Orang salah menjadi benar

    Di negeri pada bedebah
    Tiada moral atau belas kasihan
    Hanya ada slogan indah terbalut emas
    Hanya sederet kata berarti kosong
    Buah pikiran para jenius berotak
    Tapi sayang tidak berhati

    Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
    Usirlah mereka dengan revolusi
    Bila tak mampu dengan revolusi,
    Dengan demonstrasi
    Bila tak mampu dengan demonstrasi,
    dengan diskusi
    Bila kata tak bisa lagi bersuara
    Diam saja,
    Pangku tangan
    Tutup telinga
    Tutup mata
    Tunggu mati

    BalasHapus
  6. Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Pujaan Hati

    karya : Dedy Mediansyah / 09

    Matamu yang berbinar-binar
    Bagaikan cahaya matahari pagi
    Kulit putihmu yang bersinar
    Membuat diriku jadi hepi

    Tubuhmu yang bagaikan gitar perancis
    Begitu seksi menawan hati
    Wajahmu yang sangat manis
    Membuat diriku jatuh hati

    Wahai wanita pujaan hati
    Dirimu begitu menawan di hati
    kau membuatku jatuh cinta
    Pada pandangan pertama

    Wahai kau pujaan hati
    kau membuatku jadi gila
    kau membuatku menjadi mkati
    Menjadi mati karena cinta

    Aku jatuh cinta pada dirimu
    Aku ingin mengatakan I love You
    tetapi apa mau kubilang
    Engkau sudah jadi pujaan orang

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi

    Para Pemuda

    karya : Dedy Mediansyah / 09

    Wahai kau para pemuda
    Kau adalah penerus bangsa
    Kau perlu memajukan negara
    Agar hidup bangsa sejahtera

    Wahai kau para pemuda
    jagalah moral diri kita
    janganlah engkau jatuh
    Pada dunia seks bebas

    kalian melakukan setiap hari
    tanpa perduli dengan diri
    karian meruusak moral sendiri
    sampai tidak sadar diri

    Wahai kau penerus bangsa
    Marilah kita bersama-sama
    menjaga moral diri kita
    Agar tidak jatuh dalam jurang derita

    BalasHapus
  7. Tema : Cinta

    Suatu Saat Nanti
    Karya : Sylvia Chandra/40

    Cinta,
    Bagai daun terbang diterpa angin
    Hidup bagaikan melodi begitu juga cinta
    Cinta tidak perlu dimiliki
    Hanya untuk dirasakan

    Aku hanya manusia tak sempurna
    Yang hanya bisa menatapmu dari jauh
    Tak ingin hati berpaling darimu
    Senyum-mu bagaikan matahari dalam hidupku
    Tawa-mu membuat aku tahu hidup ini bearti

    Kini ku tak berani menatapmu
    Setelah apa yang kuperbuat
    Kubuat dirimu seakan ayam kehilangan induknya
    Kulukai hatimu tuk kesekian kali
    Kutahu semua sudah terlambat

    Tapi rasa cinta ini takkan pernah berubah
    Ku tahu banyak paku yang menancap dihatiku
    Melihat mu bersamanya
    Tapi kuberusaha untuk menatap kedepan
    Kuakan relakan kau bersama dia

    Kubahagia melihatmu bahagia
    Biarkan semua ini menjadi kenangan hitam diatas putih
    Biar kusimpan rasa ini
    Biarkan hanya Tuhan dan aku yang tahu
    Biarkan waktu yang jawab pertanyaanku

    Bila suatu saat kita berjodoh
    Biar waktu-lah yang mempertemukan kita

    Tema : Dekadensi Moral

    Matahari
    Karya : Sylvia Chandra/40

    Bertahun-tahun hidup dengan belas kasihan
    Bertahun-tahun hidup mencari sebutir nasi ditumpukan jerami
    Bertahun-tahun berusaha mendapatkan yang terbaik
    Bertahun-tahun mencoba menjadi Negara yang maju
    Bertahun-tahun maju dengan gigih

    Kini semua berubah
    Matahari telah menyinari pagi cerah
    Menyatakan bahwa Indonesia telah bebas jajahan
    Wahai para pemuda
    Bertumpahan darah telah dikorbankan

    Agar kelak kita hidup menjadi baik
    Tapi kini kau seakan tidak peduli dengan semua ini
    Hanya mementingkan ego yang besar
    Kau kotori bangsa ini dengan perilaku yang tidak senonoh
    Kau hancurkan martabat bangsa Indonesia dengan tindakanmu itu

    Kau hancurkan bangsa ini
    Dengan hentikan jari kau jatuhkan Negara kita
    Dengan kedipan mata kau jatuhkan martabat bangsa
    Dimana hati nurani-mu wahai pemuda
    Kepedulianmu bagai sebutir nasi dalam tumpukan jerami

    Wahai pemuda
    Kau lah generasi muda penerus bangsa
    Janganlah kau permalukan bangsa kita ini
    Junjunglah moral setinggi mungkin
    Agar kelak Indonesia bagai matahari menyinari seluruh dunia

    BalasHapus
  8. Nama : Giovanni Hutagalung
    No. absen : 19

    Tema : Cinta

    Cinta Picisan

    Kau adalah godaan
    Tuhan memberkatimu dengan keindahan
    Iblis menganugerahimu keanggunan yang berbahaya
    Kegelapan yang terselubung dalam cahaya

    Memandangimu dari bayang-bayang
    Kurahasiakan cintaku dari dunia
    Semesta tak perlu tahu
    Kau tak harus tahu

    Namamu adalah rantai beludru
    Menjerat ketika kudengar
    Namun menawarkan kelembutan
    Cinta picisan ini
    Kuingin kau peduli

    Matamu mengunci mataku
    Aku terpana
    Tuhan memaku kedua kakiku
    Ia, Sang Maha Cinta
    Menertawakan kegugupanku

    Senyummu merekah
    Aku tahu, Tuhan baru saja memberiku berkah
    Ia, Sang Maha Cinta
    Tahu cara membuatku bersukacita

    Angin meniupkan suaramu
    Menghembuskannya ke telingaku
    Kupejamkan mataku
    Kubisikkan, “Aku menginginkanmu”

    Ini cinta yang salah
    Membangkitkan pikiran-pikiran liarku
    Akan dirimu
    Aku kalah
    Selemah itukah aku?
    Kenyataannya, aku mencintaimu

    Cinta picisan ini
    Haruskah kau peduli?


    Tema : Dekadensi Moral

    Dosa

    Kusimpan semua kata-kata tak terucap itu
    Menjaga bibirku tetap tertutup
    Kukubur hasrat tak termaafkan itu
    Aku belum berdosa

    Kulapisi wajahku dengan kebaikan semu
    Aku tersenyum untuk menutupi cacat imanku
    Mereka takkan pernah tahu
    Aku mulai merancang dosa

    Kubangun fatamorgana ini
    Kusembunyikan kebenarannya
    Aku yakin akan diampuni
    Karena dosaku belum sempurna jadinya

    Aku mengabulkan hasrat tak termaafkan itu
    Mewujudkan keinginanku akan kepuasan fana
    Tanpa sepengetahuanku
    Dosaku hampir sempurna

    Kurenggut kebahagiaan hidupnya
    Bulir-bulir air matanya tumpah ruah
    Aku tak bisa berhenti melangkah
    Aku tak bisa kembali
    Dosaku tak tercela

    Menyesal?
    Tidak
    Dosaku telah kekal
    Iblis telah menjadikanku budak
    Aku takkan bertobat
    Karena aku tahu
    Tuhan takkan mengampuniku

    BalasHapus
  9. Nama:Calista
    Kelas:XII IPA 5/ 06

    Puisi 1

    Kenangan tentang Dirimu
    Karya:Calista

    Sungguh tak bisa dipercaya,
    Kau yang saat itu ada di dalam hatiku,
    yang membuat hariku begitu indah,
    bagaikan musim semi sepanjang tahun.

    Kini kau telah pergi,
    ke negeri asing di seberang sana.
    Menyisakan begitu banyak kenangan ,
    yang menggores luka dalam.

    Kucoba tuk melupakanmu,
    Kucoba untuk tak lagi mengingat dirimu.
    Namun goresan luka yang terukir,
    mengering dan terus membekas.

    Bertahun lamanya,
    Hatiku pun menjadi beku,
    Sedingin es di musim salju
    Lalu lama kelamaan akan rapuh,
    dan hancur jika di genggam.


    Puisi 2

    Kiamat Menanti
    Karya:Calista

    Rakyat begitu banyak,
    gerah di bawah terik matahari,
    Pengemis bertebaran,
    anak-anak kelaparan.

    Apakah adil?
    Di lain pihak korupsi merajalela,
    pengadilan ramai seperti pasar,
    menekankan kesalahan pada kaum kecil.

    Mereka menghukum kesalahan kecil,
    dan membebaskan sang penguasa.
    Orang miskin tambah miskin,
    orang kaya semakin jaya.

    Bagaimana ini bisa terjadi?
    Keterpurukan menanti di depan sana.
    Jika begini sangat disayangkan,
    mungkin tidak bisa diselamatkan lagi.

    BalasHapus
  10. Ada Kamu
    Karya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)

    Ada kamu di hatiku
    Hatiku berdetak tak menentu
    Antara suka dan rindu
    Aku hanya bisa tersipu malu

    Sungguh karena kamu hidupku baru
    Senyumanmu membuatku layu
    Paras wajahmu melumpuhkan tubuhku
    Sungguh karena kamu semangatku baru

    Ada kamu yang lain tak berarti
    Keberadaanmu buatku diam tak berarti
    Arti yang menyadarkanku kembali
    Bahwa kau cinta sejati


    Hilangnya Nurani
    Karya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)

    Waktu itu ada
    Diakui indah dan agung
    Jadi keberadaan selalu diagung

    Tapi semua hilang dalam kenikmatan
    Segelintir harapan ada di buah hati itu
    Tapi dibuang
    Disingkirkan
    Dicaci-maki bahkan kupindah tangan

    Dimana letak nurani itu
    Bahkan pendewaannya selalu diagung
    Datanglah harapan
    Datanglah keindahan

    Jangan suara-suara pejabat
    Berdebat kata per kata
    Tapi kenyataan tak nampak

    Lalu mau dikemanakan hati nurani itu?
    Pada hakikatnya
    Atau
    Keternyamanan semu

    BalasHapus
  11. Hanya Kau Dan Aku
    Karya: Agustinus Haris Prasidya (01)

    Waktu seakan berhenti
    Ketika ku terdiam tak mengerti
    Rasakan semua yang ada di hati
    seakan ku ingin mati

    Melihat mata yang tak biasa
    Berkedip pun ku takkan bisa
    sekejap diriku memaksa
    Tuk bertanya apa yang kurasa

    Adakah sedikit tatap matamu yang dapat kusimpan?
    Tuk kutatap kapanpun kuinginkan
    atau,bolehkah kita berdiri berhadapan?
    Walaupun hanya berjauhan
    Karena hanya kau,tak lain tak bukan



    Yang Muda Yang Berbahaya
    Karya: Agustinus Haris Prasidya (01)

    Derap langkah menderu-deru
    Jari tengah turut berseru
    Ketika sautan berseteru
    Hanya dengan tangan dan batu
    Mungkinkah dapat bersatu?

    Tragis..

    Hanya "api" sesaat di dalam dirimu
    Ataukah hanya nikmat membelenggu?

    Ketika moral dan nama baik dipertanyakan
    kau tetap saja termakan!
    Ketika harga diri dipertaruhkan
    kau tetap tak menghiraukan!

    Dimanakah telingamu!
    Dimanakah hati nuranimu!

    Wahai kau manusia tengah usia

    BalasHapus
  12. Nama : Florensia
    No. Absen : 18

    Tema :Dekadensi Moral

    Jati Diri

    Moral kita mulai berguguran
    Decak cemooh mengalir bak keran
    Tak perlu heran
    Ketika kekerasan berbicara dalam tawuran
    Ketika kupu malam menghiasi jalanan
    Karena moral bangsa tak lebih dari kepicikan
    Agama bagai setara perhiasaan
    Bagai tembok penuh retakan
    Yang runtuh oleh sentilan

    Hai, pemudi-pemuda, hiduplah dalam ketakutan
    Tak ada hukum maupun kebenaran
    Selain yang Maha Esa, Tuhan !
    Yang memberi harapan
    Bangunlah moral yang berantakan
    Hingga takkan ada lagi retakan di masa depan

    Tema : Cinta

    Cinta yang Hilang

    Sesuatu sulit kucapai
    Tak semudah itu aku mendapatkan cintamu
    Hatiku hambar tanpa sesuatu yang kau isi
    Aku seolah berdiri sendiri, di antara orang lain

    Engkau memandang tanpa penuh arti yang membahagiakan
    Matamu yang memandang tidak juga memiliki arti
    Hatimu kosong, seperti mata yang kau pandang
    Seolah kau menghindari aku dari sesuatu

    Sulit itu ku terima, karena banyak makna tidak dapat ku artikan
    Engkau menganggap aku bukan menjadi bagian dari dirimu
    Cinta itu serasa pergi dari kehidupanmu
    Pergi begitu saja, seperti air yang mengalir tiada henti

    Dahulu engkau selalu memujiku entah dengan kegombalanmu
    Memuja dengan kata begitu indah
    Dunia seakan milik berdua
    Engkau menghabiskan waktu dengan penuh cintamu

    Kini pergi begitu saja,
    Tanpa berkata-kata.

    BalasHapus
  13. puisi 1 :
    tema : cinta

    Cinta Membawa Bahagia
    Karya : Syena Damara / 39

    dia hidup dalam hati
    membawa senyum dalam kasih
    bersinar dalam diri
    membuka hati yang tertutup sepi

    dia hidup dalam jiwa
    tumbuh bersih di tanah asah
    melekat erat dalam kata
    takkan hilang begitu saja

    Terasa mentari menyambut kembali
    Melarutkan luka perih dalam kilauan cahaya
    Menerbitkan suka tiada tara
    Menghapus keraguan dalam jiwa
    Membakar rasa sakit tak berupa

    Kamu...
    Hidup dalam hati,Tanpa mati
    Mengukir kisah dalam tiap langkah
    Langkah ringan penuh tawa
    Membekas jejak,Membawa Bahagia


    Puisi 2 :
    tema : dekadensi moral

    Cinta Pembodohan
    Karya : Syena Damara /39

    Dunia punya cerita
    cerita tentang cinta
    cinta pembodohan...

    dunia indah dengan cinta
    dunia hancur dengan cinta
    cintai diri sebelum cinta duniawi

    cinta hanyalah rektorika
    yang berujung kepentingan belaka

    kau bilang cinta, tapi engkau menodai
    kau bilang cinta, tapi engkau mengotori
    kau bilang cinta, tapi engkau mendustai
    itukah cinta?
    katakan cinta itu buta
    katakan cinta itu konyol
    katakan cinta dan beri segalanya
    bagiku... cinta pembodohan

    BalasHapus
  14. Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet
    Karya : Amalia Virgita (02)

    Saat Ku Jatuh Cinta

    Setiap embun datang di pagi hari
    Setiap mentari datang menyinari bumi
    Dan setiap bintang datang berdampingan dengan sang bulan
    Saat itu juga ku selalu memikirkanmu

    Senyummu yang dapat membuatku ikut tersenyum,
    candamu yang dapat membuatku bangkit dari kesedihan,
    slalu terukir di benakku..

    Kadang kuberpikir,
    dan bertanya dalam hati..
    ”apakah ini yang disebut cinta?”
    ”atau ini hanyalah sebuah rasa kagumku padamu?”

    Kumencari dan terus mencari jawabannya
    Tapi aku tak menemukannya
    Aku malah tersesat
    Tersesat jauh dalam segudang kerumitan

    Dan kini ku sadar,
    aku telah terjatuh dalam jurang cinta..
    Cinta kepadamu..

    Ingin rasanya kuhentikan waktu
    Walau hanya sekejap saja
    Membiarkan bibirku bergetar merdu
    Tuk ucapkan, aku cinta kamu

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Karya : Amalia Virgita (02)

    Aku yang Terjerumus

    Hidupku kian kacau
    Masalah datang silih berganti
    Hatiku pun makin galau
    Narkoba akhirnya kunanti

    Aku sering berkelakuan bar-bar
    Mabuk-mabukan kuanggap wajar
    Meski tahu dosa mengejar
    Tapi tetap kulakukan dengan sadar

    Seks bebas pun ikut merajalela
    Menyerang para muda juga tua
    Prostitusi kian menjamur jua
    Bagai mendukung manusia-manusia kotor,
    yang telah kehilangan moralnya,
    layaknya aku dan lainnya...

    BalasHapus
  15. Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Kata Cinta

    Karya : Diven Yakub / 11

    Engkau bagaikan air di padang pasir
    Yang dapat menjadi penyegar dalam kekeringan
    Melihatmu membuat hidupku menjadi mengalir
    Sehingga engkau tak dapat kulepaskan

    Kehadiranmu dapat mengubah duniaku
    Yang selalu merindukan kehangatan
    Andai aku bisa menemuimu
    Cinta, kata yang ingin kukatakan

    Mengatakan kata itu sangatlah sulit bagiku
    Bagaikan mulutku tertusuk oleh belati
    Biarlah ku simpan cinta ini di hatiku
    Hingga ku menutup mata ini

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi moral

    Pejuang Bangsa

    Karya : Diven Yakub / 11

    Malu rasanya untuk mengucapkan
    Matinya rasa nasionalisme Bangsa
    65 tahun lalu kita mampu melawan
    Sekarang kita tak mampu membanggakan Indonesia

    Indonesia yang terkenal dengan perjuangannya
    Sekarang kita tak mampu melawan
    Dimana rasa nasionalisme kita
    Akankah hilang di makan jaman

    Inikah cara kita menghormati para pejuang
    Yang dulu rela mati di medan laga
    Sadarkah, kita sudah menyakitkan para pejuang
    Tidak adakah cara untuk memperbaikinya

    Hai para pejuang mari singsingkan baju kalian
    Hidupkan kembali rasa nasionalisme kita
    Mari kita melawan
    Untuk Indonesia yang lebih bermakna

    BalasHapus
  16. Puisi 1

    Tema : Cinta Monyet
    Judul : Cintaku

    Andaikan waktu ini bisa kuputar kembali
    Sayang semua tidak bisa terulang
    Akhirnya engkau pergi
    Dan aku menangis menyesal
    Cintaku telah pergi bersama dia
    Saat ini dia telah bersama orang lain
    Cintanya bukan untukku lagi
    Haruskah aku menangis dan menyesali terus menerus?
    Tuhan, kembalikan cintaku
    Cinta yang selama ini mengisi relung hatiku
    Aku ingin merajutnya bila saatnya tiba
    Bersama dengan orang yang telah engkau siapkan untukku..

    Tema : Dekadensi
    Judul : Hai Jiwaku
    Karya : Janet Jessica / 23


    Hai jiwaku..
    Janganlah lesu
    Janganlah pasrah
    Janganlah putus harapan
    Janganlah melakukan hal yang sia sia
    Martabat adalah perintah hidup

    Hidup bukan undian
    Bukan pula tebak - tebakan
    Miskin bukan kutukan
    Kaya bukan berkah dari langit
    Sukses tidak didapat sekejap
    Berjuanglah hai jiwaku!
    Semangatlah hai jiwaku!
    Cita - cita akan kau petik pada saatnya

    BalasHapus
  17. Nama:Lia Wahyuni
    Kelas:XII IPA 5/ 27

    Puisi 1

    Tema : Cinta
    Rahasia Hati
    Karya : Lia Wahyuni

    Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
    Senantiasa membumbung tinggi di langit hati
    Biarkan ia terbang melintasi hampanya hatiku
    Hingga jatuh tepat di lubuk hati

    Cintaku padamu seluas angkasa raya
    Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
    Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
    Kau dan aku adalah takdir

    Kau adalah nafas hidupku
    Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
    Hidupku bagaikan orang asing
    Kau adalah mata hidupku

    Cintaku padamu seperti air
    Setiap tetesan sangat berharga
    Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
    Biarkan senyum membalas rasaku padamu

    Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
    Kau adalah surga duniaku
    Tak peduli indahnya surga lain
    Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Judul : Hidup yang Hampa
    Karya : Lia Wahyuni

    Awan hitam menggumpal di langit
    Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
    Kekuasaan merupakan topi raja
    Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
    Otak dan hati telah dibutakan

    Bisikan setan menyeruak
    Demi diri sendiri saling menipu
    Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
    Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan

    Jujur hanya tinggal sebuah kata
    Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
    Biarkan lenyap terbawa kata-kata
    Semua tinggal kenangan semata

    Uang adalah penipu terhebat
    Baunya menimbulkan kenikmatan
    Demi dia, semua mencari keberadaannya
    Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana

    Terbuang percuma perjuangan selama ini
    Seketika tiada berbekas
    Keserakahan manusia adalah dalangnya
    Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan

    BalasHapus
  18. Nama:Lia Wahyuni
    Kelas:XII IPA 5/ 27

    Puisi 1

    Tema : Cinta
    Rahasia Hati
    Karya : Lia Wahyuni

    Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
    Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
    Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
    Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku

    Cintaku padamu seluas angkasa raya
    Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
    Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
    Kau dan aku adalah takdir

    Kau adalah nafas hidupku
    Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
    Hidupku bagaikan orang asing
    Kau adalah mata hidupku

    Cintaku padamu seperti air
    Setiap tetesan sangat berharga
    Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
    Biarkan senyum membalas rasaku padamu

    Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
    Kau adalah surga duniaku
    Tak peduli indahnya surga lain
    Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Judul : Hidup yang Hampa
    Karya : Lia Wahyuni

    Awan hitam menggumpal di langit
    Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
    Kekuasaan merupakan topi raja
    Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
    Otak dan hati telah dibutakan

    Bisikan setan menyeruak
    Demi diri sendiri saling menipu
    Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
    Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan

    Jujur hanya tinggal sebuah kata
    Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
    Biarkan lenyap terbawa kata-kata
    Semua tinggal kenangan semata

    Uang adalah penipu terhebat
    Baunya menimbulkan kenikmatan
    Demi dia, semua mencari keberadaannya
    Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana

    Terbuang percuma perjuangan selama ini
    Seketika tiada berbekas
    Keserakahan manusia adalah dalangnya
    Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan

    BalasHapus
  19. Puisi 1
    Nama : Febri Nova Indah
    Kelas / Nomor : XII IPA 5 / 16

    Tema : Cinta Monyet

    Dirimu

    Bagaikan malaikat putih yang kutemukan di bumi
    Cahayamu menyinari dan mengetuk pintu hati
    Sayapmu yang selalu menjaga dan melindungi
    Perlahan namun pasti , aku telah jatuh hati

    Dapatkah kau merasakan perasaan ini ?
    Perasaan ini bagaikan sang surya yang terus bersinar
    Setiap waktu teringat kan senyummu yang bagaikan warna pelangi
    Ingin aku memilikimu dan mendekapmu sepenuh hati

    Mengisi kekosongan hati yang bagaikan ruang tak berpenghuni
    Menyinari hari-hari yang gelap bagai malam yang tak bercahaya
    Membuat hidup ini menjadi lebih berarti
    Pernahkah dirimu merasakan perasaan ini ?

    Kucoba tuk menghapus perasaan yang mengunci diriku
    Namun tak dapat dan tak pernah berhasil
    Wahai pangeranku yang bagaikan malaikat
    Dengarkah dirimu tentang semua ini?

    Puisi ini aku buat untukmu
    Untuk kekasih hati yang tak dapat terganti
    Ku berdoa kepada Sang Penguasa
    Somaga perasaan ini kan abadi




    Puisi 2

    Tema : Dekadensi Moral

    Keadilan yang Tak Tergapai

    Aku tak mengerti akan negara ini
    Dimanakah letak keadilan yang harusnya dijunjung ?
    Seakan semua hukum dibuat hanya untuk dilanggar
    Seakan sanksi dibuat hanya untuk disuap

    Mengapa mereka dapat bersenang-senang diantara penderitaan kami?
    Kami memilih Anda, karena kami percaya kepada Anda
    Namun sering Anda kecewakan kepercayaan kami..
    Andalah sang pemimpin negara ini, kenapa Anda tak peduli akan negara ini?

    Tak ada sedikitpun perhatian untuk kami
    Para pemerintah hanya berusaha memperkaya diri
    Anda tak pernah merasakan penderitaan kami yang sesungguhnya
    Karena anda tidak ingin merasakan dan tak ingin menderita

    Bagi kalian kami hanya masyrakat yang merepotkan
    Kalian hanya memperhatikan kami saat pemilu
    Ketika kalian menang, kami pun dibuang
    Apakah ini keadlian untuk kami?

    Sumpah serapah yang kalian ucapkan kepada kami
    Seolah tak berarti lagi untuk kami..
    Kami butuh bukti bukan dengan janji
    Dengarkah wahai engkau para pemimpin dan para penjabat
    Jeritan hati rakyat yang terus kau siksa

    Kami berdoa dan mencari uang dari pagi hingga malam untuk menghidupi keluarga kami
    Sedangkan kalian hanya duduk santai sambil menikmati hasil jerih payah kami
    Pemimpin negara rela menghabiskan uang negara demi sebuah mobil
    Kenapa pemimpin tak memperhatikan kami, dimana HAK kami?

    Kami hanya manusia biasa, dan kesabaran kami ada batasnya
    Saat semua penjabat melakukan korupsi, pernakah mereka berpikir tentang kehidupan kami?
    Terkadang kami ingin berdoa agar semua penjabat yang melakukan korupsi mati mengenaskan
    Namun kami sadar, hati nurani kami masih berbicara

    Maka kami hanya berdoa kepada TUHAN,
    Berdoa agar kami dikasih keadilan
    Berdoa agar hati nurani pemimpin berbicara
    Namun tak kunjung tiba doa itu terkabul

    Kini, kami hanya menunggu dan terus menunggu
    Melihat dan terus melihat kelakuan pemerintah yang memainkan hukum
    Dan hati nurani yang tertutup rapat
    Hingga keadilan yang tak pernah tergapai

    BalasHapus
  20. Puisi 1
    Tema : Cinta
    Karya : Sherin Oktaria (37)

    Saat Cintaku Terbenam

    Entah mengapa hatiku gelisah
    Diriku dipenuhi rasa bersalah
    Entah mengapa hatiku terselimut resah
    Tapi aku hanya bisa menahan amarah

    Kini aku menangis
    Karena aku seorang gadis
    Karena hatiku teriris
    Karena kisah ini terlalu tragis

    Semua terasa sepi, sunyi
    Tanpa Engkau disini
    Tanpa dirimu disisi
    Walau cintamu bukan unuk diri ini

    Namun tak kunjung kau berikan harapan
    Hanya luka yang kau berikan
    Cukuplah sudah penantian
    Karena semua hanya kesedihan

    Aku hanya bisa diam
    Luka itu pun melebam
    Cintaku pun mulai terbenam
    Dan rasa ini harus kupendam

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Karya : Sherin Oktaria (37)

    Dulu dan Sekarang

    Inikah tanah yang selama ini aku banggakan?
    Inikah tempat dimana aku dilahirkan?
    dan inikah tanah yang kelak menjanjikan?
    Atau semua hanya kebohongan?

    Aku ingin terlahir ditanah suci
    Tanah dimana moral dijunjung tinggi
    Tidak seperti sekarang ini
    Moral tidaklah berarti

    Tanah ini sungguh menjijikkan
    Keadilan gampang dicampakkan
    Dimana uang telah menjadi tuan
    Dan moral pun telah tersingkirkan

    Hak asasi dilupakan
    Hanya kekuasaan yang dipikirkan
    Kejujuran terabaikan
    Dan rakyat kecil disia – siakan

    Dimana tanahku yang dulu?
    Semua yang dulu tabu
    Kini semakin menggebu – gebu
    Ibarat kita tak punya malu

    BalasHapus
  21. Nama : Winiarti Toni
    Kelas : XI IPA 5
    Nomor absen : 45
    Puisi I
    Tema : Cinta

    TentangMu
    Karya : Winiarti Toni / 45

    Kulukis bayangmu
    Saat rindu menghunus tepat di ulu hatiku
    Kulukis bayangmu
    Saat raga tak mampu kusentuh dengan tanganku
    Kulukis bayangmu
    Karena hari akan lebih indah saat wajahmu menari di pelupuk mataku
    Kulukis semua yang ada padamu dalam tiap sel otakku
    Karena mengingatmu adalah sumber kekuatan bagiku

    Kulukis hatiku dengan rasa kasihku...
    Rasa yang nantinya akan kuserahkan padamu
    Rasa yang kemudian kunamakan CINTA

    Palembang, 01 Oktober 2010

    Puisi II
    Tema : Dekadensi Moral

    Moral Anak Bangsa
    Karya : Winiarti Toni / 45

    Kemanakah engkau hai Moral Anak Bangsa
    Nilai-nilai yang harus kau junjung tinggi
    Tetapi
    Kau lupakan

    Apa yang ada dipikiranmu hai Anak Bangsa
    Apa yang membuatmu sangat kurang ajar
    Lewat di hadapan orang tua
    Tetapi kau mengacuhkannya

    Apakah karena orang tua tidak bermanfaat bagimu
    Apakah kalian pikir orang tua tidak mencintai kalian
    Apa yang ada dipikiranmu
    Wahai Anak Bangsa

    Palembang, 01 Oktober 2010

    BalasHapus
  22. Puisi 1

    Cinta….
    Karya : Julius M Bona

    Cinta….
    Terkadang kau menghidupkan
    Terkadang kau menghanyutkan
    Selalu saja begitu
    Apa yang bisa mengubahmu?

    Kau adalah jembatan kami
    Sebagai perasaan dari hati kami
    Bagi orang yang kami cintai
    kami sayangi dan kami kasihi

    Bagaikan bintang di langit
    Yang muncul pada saat hujan
    Walau kau mempunyai ruang sempit
    Kau tetap bisa dilewatkan

    Kau seperti bunga
    Yang selalu menjaga pucuknya tetap tinggi
    Kalaupun kau seperti api menyala
    Engkau tetap yang sejati

    Kau layaknya pohon
    Yang senantiasa melindungi dari panasnya matahari
    Kau seperti tendon
    Yang dapat cepat sembuh kembali

    Cinta….
    Engkau menjadi suatu keindahan
    Penyatu bagi semua orang


    Puisi 2

    Pemuda Penerus Bangsa
    Karya : Julius M Bona

    Hai kau para pemuda
    Jadilah Penerus bangsa yang jaya
    Selalu menjadi panutan bagi negaranya
    Supaya bangsa hidup bahagia

    Kau bagaikan seorang anak
    Yang gerah mendapatkan kepenatan
    Jadilah kau orang berpendirian tegak
    Kau para pemuda yang akan dibanggakan

    Kau layaknya ksatria
    Yang bisa menyelamatkan
    Bila kau bisa menjadi suatu kebanggaan bangsa
    Kau bisa jadi seorang pahlawan

    Kau berkorban demi bangsa tiap hari
    Bak seseorang yang tak pernah susah
    Kau bisa menjadi pahlawan sejati
    Dan tak akan pernah kenal lelah

    Kita tidak bisa menjajah
    Tetapi kita pernah diperbudakan
    Kau para pemuda yang tak kenal lelah
    Bangkitkanlah bangsamu agar tidak lagi dipermalukan

    BalasHapus
  23. Nama : Hendra
    Kelas : XII IPA 5

    Tema : Cinta
    Karya : Hendra / 20

    Penantian Cinta

    Aku jatuh cinta padamu
    Parasmu menggoda diriku
    Engakulah pujaan hatiku
    Kan ku kejar dirimu

    Melihat dirimu bagaikan sinar
    Yang memberikan cahaya
    Cahaya yang berbinar-binar
    Membuat diriku bahagia

    Seiring bersama dengan waktu
    Bagaikan angin bertiup
    Hilang tanpa jejak
    Menyisakan luka di hatiku

    Diriku yang selalu rindu dirimu
    Seiring dengan waktu
    Cintaku
    Kan ku jaga tuk dirimu

    Hatiku hanyalah untukmu
    Dirimulah yang kutunggu
    Hatiku sepi tanpa tawamu
    Bagaikan dunia yang gelap bagiku

    Tema : Dekadensi moral
    Karya : Hendra / 20

    Generasi Muda

    Generasi muda Indonesia
    Dirimulah penerus bangsa
    Berbagai cobaan silih berganti
    Usahamu sangat dinanti

    Generasi muda Indonesia
    Jagalah moralmu dalam bersikap
    Jangan hanya tau tuk senang-senang
    Janganlah jatuh dalam gelapnya dunia

    Generasi muda Indonesia
    Dengan usaha yang keras
    Menjaga moral kita
    Agar dapat hidup sukses

    BalasHapus
  24. tema 1 : cinta

    karya : Ivan Darmawan/22

    Hanya Untukmu

    Banyak wanita di bumi ini
    Entah mengapa
    Engkau selalu ada di jiwa ini
    Selalu ada cinta
    Sampai rembulan tak lagi menyinari bumi

    Cintaku tidak akan pernah berubah untuk dirimu
    Kau harus tahu betapa aku mencintaimu
    Aku tidak akan pernah meminta lebih dari cintamu
    Ingatlah, selalu ada aku disampingmu

    Dunia berputar dan berubah
    Tapi cintaku tetap dan tidak akan pernah berubah

    Ketika semua sudah berakhir
    Bagai siang tanpa matahari
    Aku tak berdaya sampai akhir
    Masih disini dan tetap disini
    Dan kasihku selalu untukmu

    tema 2 : dekadensi moral

    karya : Ivan Darmawan/22

    Moral yang Aneh

    Menyontek,
    Saling memusuhi,
    Korupsi dimana mana,
    Inilah Indonesia

    Menaikkan moral bangsa bagai siput yang berjalan
    tetapi
    Menurunkan moral bangsa lebi cepat dari singa yang mengejar mangsanya

    Moral yang sudah tertanan sejak dini
    Ialah moral yang jelek, rusak, dan aneh

    Apakah dengan moral seperti ini kita bisa maju ?
    Apakah dengan moral seperti ini kita bisa berkembang ?
    Sekarang
    Siapa yang harus di salahkan ?

    Para menteri dan pengurus bangsa lebih memilih bungkam
    Jika tidak ada perubahan
    Maka,
    Indonesia akan lebih dikenal sebagai negara dengan moral yang buruk

    BalasHapus
  25. Nama : Sony Afriandy
    Kelas : XII IPA 5
    Nomor absen : 38

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Andaikan Ku Bisa Berkata
    Karya : Sony Afriandy

    Detik demi detik berlalu
    Sejak ku jumpa dirimu
    Kau duduk sendiri
    Terpesona ku melihatmu
    Melihat pesona wajahmu yang indah
    Ingin ku dekati dirimu saat itu
    Namun jantungku berdetak kencang bagaikan ombak di laut
    Membuat ku terpaku
    Membuat ku tak sanggup mendekatimu
    Berat bagiku untuk melangkah mendekatimu

    Entah apa yang terjadi padaku
    Semua keberanian ku pupus
    Aku tak bisa berkata-kata
    Aku hanya bisa terdiam sambil berbicara dalam hati kecilku
    Andaikan aku bisa berkata kepadamu
    Aku ingin katakan aku cinta padamu

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Moral dan Bangsaku
    Karya : Sony Afriandy

    Tak pernah ku lihat lagi kebanggaan
    Tak pernah ku dengar lagi deru perjuangan
    Sejak citra bangsa ini mulai tercoreng hitam
    Tercoreng oleh tangan-tangan yang kotor
    Tercoreng oleh tingkah-tingkah yang biadab
    Yang ada hanyalah kebobrokan tindakan dan pikiran
    Kelakuan-kelakuan yang makin kabur
    Yang tak bebas menjadi bebas tanpa arah
    Demi kesenangan dan kepentingan

    Dimana moral yang dijunjung oleh bangsa ini?
    Dimana letak kesadaran bangsa?
    Sampai kapan keterpurukan ini berakhir
    Wahai para penerus bangsa
    Bangkitlah dan Bangunlah bangsa ini
    Kembali menuju kemajuan dan kemakmuran

    BalasHapus
  26. Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Antara Ada Dan Tiada

    Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42

    Suatu ketika kau hadir dalam pikiranku
    Kau hadir untuk membangunkanku
    Dari tidurku yang lelap
    Dan juga lamunanku yang panjang

    Kau mengakhiri semua itu dari diriku
    Kau juga menggantikan semua itu
    Hanya untuk diriku
    Yang telah diam terpaku
    Hanya untuk menanti dirimu

    Tapi itu tak berlangsung lama
    Rasa itu pergi begitu saja
    Ketika aku sudah tak dapat menerimamu lagi
    Hal itu bagaikan kupu-kupu yang pergi
    ketika sudah tak lagi menemukan madu sedikit pun

    Namun rasa itu terkadang datang kembali
    Ketika aku kembali dalam lamunan
    Dan juga tidur yang panjang
    Bagai tak akan terbangun lagi

    Mungkin memang itu semua
    Yang dikatakan dengan cinta
    Kadang ada dan tiada
    Kadang datang dan pergi
    Seperti angin yang bertiup hanya untuk sesekali




    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Hilang tak Dianggap
    Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42

    Kecil namun tak diangggap
    Bagaikan sampah yang dibuang begitu saja
    Tapi itulah yang terjadi sekarang ini
    Dulu aku banyak digunakan
    Namun sekarang tidak

    Memang ada yang mengunakan ku
    Tapi tidak untuk hal yang berguna
    Hanya digunakan untuk memuaskan diri
    Dan hanya untuk hal sesaat

    Betapa sedihnya aku melihat semua itu
    Namun itu memang terjadi
    Pada Negara dan orang didalamnya
    Dan Tuhan hanya menjadi saksi semata

    Dunia sekarang ini hanya seperti gua
    Hanya digunakan untuk berlindung sesaat
    Jika terjadi sesuatu yang membahayakan
    Yang mengancam dunia ini

    Aku hanya bisa bersabar
    Sampai orang menggunakanku kembali
    Untuk hal yang berguna bagi Bangsa dan Negara
    Karna aku hanyalah sebuah sikap

    BalasHapus
  27. Nama:Lia Wahyuni
    Kelas:XII IPA 5/ 27

    Puisi 1

    Tema : Cinta
    Rahasia Hati
    Karya : Lia Wahyuni

    Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
    Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
    Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
    Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku

    Cintaku padamu seluas angkasa raya
    Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
    Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
    Kau dan aku adalah takdir

    Kau adalah nafas hidupku
    Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
    Hidupku bagaikan orang asing
    Kau adalah mata hidupku

    Cintaku padamu seperti air
    Setiap tetesan sangat berharga
    Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
    Biarkan senyum membalas rasaku padamu

    Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
    Kau adalah surga duniaku
    Tak peduli indahnya surga lain
    Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Judul : Hidup yang Hampa
    Karya : Lia Wahyuni

    Awan hitam menggumpal di langit
    Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
    Kekuasaan merupakan topi raja
    Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
    Otak dan hati telah dibutakan

    Bisikan setan menyeruak
    Demi diri sendiri saling menipu
    Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
    Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan

    Jujur hanya tinggal sebuah kata
    Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
    Biarkan lenyap terbawa kata-kata
    Semua tinggal kenangan semata

    Uang adalah penipu terhebat
    Baunya menimbulkan kenikmatan
    Demi dia, semua mencari keberadaannya
    Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana

    Terbuang percuma perjuangan selama ini
    Seketika tiada berbekas
    Keserakahan manusia adalah dalangnya
    Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan

    BalasHapus
  28. Nama:Lia Wahyuni
    Kelas:XII IPA 5/ 27

    Puisi 1

    Tema : Cinta
    Rahasia Hati
    Karya : Lia Wahyuni

    Cintaku padamu bagaikan butir air yang berkumpul menjadi awan
    Senantiasa membumbung tinggi di langit hatiku
    Biarkan ia terbang melintasi hampanya hati
    Hingga jatuh tepat di lubuk hatiku

    Cintaku padamu seluas angkasa raya
    Kau bagaikan planet yang selalu mengitari matahari hatiku
    Aku bulan yang akan selalu menerangi malammu
    Kau dan aku adalah takdir

    Kau adalah nafas hidupku
    Tanpamu, aku hanyalah jiwa yang hampa
    Hidupku bagaikan orang asing
    Kau adalah mata hidupku

    Cintaku padamu seperti air
    Setiap tetesan sangat berharga
    Terangi dan warnailah hidupku dengan cinta tulusmu
    Biarkan senyum membalas rasaku padamu

    Cintaku padamu akan bertahan seperti Turritopsis Nutricula
    Kau adalah surga duniaku
    Tak peduli indahnya surga lain
    Biarkan rasa ini terukir abadi dalam hatiku

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Judul : Hidup yang Hampa
    Karya : Lia Wahyuni

    Awan hitam menggumpal di langit
    Manusia bagaikan patung lilin yang bergerak
    Kekuasaan merupakan topi raja
    Penderitaan orang adalah lapangan pekerjaan
    Otak dan hati telah dibutakan

    Bisikan setan menyeruak
    Demi diri sendiri saling menipu
    Tiada rasa belas kasihan yang tergambar
    Sekarang di dunia ini adalah kepalsuan

    Jujur hanya tinggal sebuah kata
    Terukir dengan sangat indah dalam bibir manis
    Biarkan lenyap terbawa kata-kata
    Semua tinggal kenangan semata

    Uang adalah penipu terhebat
    Baunya menimbulkan kenikmatan
    Demi dia, semua mencari keberadaannya
    Tak peduli apa yang terjadi di alam fana sana

    Terbuang percuma perjuangan selama ini
    Seketika tiada berbekas
    Keserakahan manusia adalah dalangnya
    Tak cukup puas dengan pemberian Tuhan

    BalasHapus
  29. Nama : Sony Afriandy
    Kelas : XII IPA 5
    Nomor absen : 38

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Andaikan Ku Bisa Berkata
    Karya : Sony Afriandy

    Detik demi detik berlalu
    Sejak ku jumpa dirimu
    Kau duduk sendiri
    Terpesona ku melihatmu
    Melihat pesona wajahmu yang indah
    Ingin ku dekati dirimu saat itu
    Namun jantungku berdetak kencang bagaikan ombak di laut
    Membuat ku terpaku
    Membuat ku tak sanggup mendekatimu
    Berat bagiku untuk melangkah mendekatimu

    Entah apa yang terjadi padaku
    Semua keberanian ku pupus
    Aku tak bisa berkata-kata
    Aku hanya bisa terdiam sambil berbicara dalam hati kecilku
    Andaikan aku bisa berkata kepadamu
    Aku ingin katakan aku cinta padamu

    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Moral dan Bangsaku
    Karya : Sony Afriandy

    Tak pernah ku lihat lagi kebanggaan
    Tak pernah ku dengar lagi deru perjuangan
    Sejak citra bangsa ini mulai tercoreng hitam
    Tercoreng oleh tangan-tangan yang kotor
    Tercoreng oleh tingkah-tingkah yang biadab
    Yang ada hanyalah kebobrokan tindakan dan pikiran
    Kelakuan-kelakuan yang makin kabur
    Yang tak bebas menjadi bebas tanpa arah
    Demi kesenangan dan kepentingan

    Dimana moral yang dijunjung oleh bangsa ini?
    Dimana letak kesadaran bangsa?
    Sampai kapan keterpurukan ini berakhir
    Wahai para penerus bangsa
    Bangkitlah dan Bangunlah bangsa ini
    Kembali menuju kemajuan dan kemakmuran

    BalasHapus
  30. Nama : Meldha Afriyanti
    Kelas : XII IPA 5/ 32

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Penantian
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Rintik hujan dimalam hari
    Membangunkanku dari kelelapan sunyi
    Dikala hati yang rapuh ini
    Mengisyaratkan cinta yang mati

    Termenungku dalam diam
    Menggali hati yang terdalam
    Kosong tatapku pada masa silam
    Begitu pedih dan sungguh kejam

    Melintas dia dalam benakku
    Hati dan mataku tertuju
    Indah paras dan hatimu
    Membuatku tersenyum terpaku

    Tetapi semua telah berlalu
    Sekarang kau telah menjauh
    Hati dan jiwaku semakin rapuh
    Rapuh terdiam dan membisu

    Andaikan engkau tau
    Betapa hancur perasaanku
    Semakin engkau melupakanku
    Semakin dalam cintaku padamu

    Wahai kekasih hatiku
    Hanya satu harapanku
    Dengarkan suara hatiku
    Dalam penantian yang tak menentu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Wajah Negara
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Betapa hati kian pedih
    Getar jiwa mengiris hati
    Seakan punah mata batin
    Merosot moral bangsa ini

    Terlintas dibayanganku
    Benih bangsa yang tumbuh
    Hendaknya menjadi suatu teladan
    Untuk pemersatu hidup yang teguh

    Apa hendak dikata
    Inilah wajah negara
    Keadilan semakin dipertimbangkan
    Kejujuran semakin dipertaruhkan

    Sepintas hatiku sedih
    Akan kehidupan bangsa ini
    Runtuhnya pemeerat bangsa
    Punahnya pemersatu negara

    Dimanakah hati nurani
    Yang memberi pengharapan
    Akan suatu pencerahan
    Untuk hidupkan negara yang kelam

    BalasHapus
  31. Nama : Meldha Afriyanti
    Kelas : XII IPA 5/ 32

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Penantian
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Rintik hujan dimalam hari
    Membangunkanku dari kelelapan sunyi
    Dikala hati yang rapuh ini
    Mengisyaratkan cinta yang mati

    Termenungku dalam diam
    Menggali hati yang terdalam
    Kosong tatapku pada masa silam
    Begitu pedih dan sungguh kejam

    Melintas dia dalam benakku
    Hati dan mataku tertuju
    Indah paras dan hatimu
    Membuatku tersenyum terpaku

    Tetapi semua telah berlalu
    Sekarang kau telah menjauh
    Hati dan jiwaku semakin rapuh
    Rapuh terdiam dan membisu

    Andaikan engkau tau
    Betapa hancur perasaanku
    Semakin engkau melupakanku
    Semakin dalam cintaku padamu

    Wahai kekasih hatiku
    Hanya satu harapanku
    Dengarkan suara hatiku
    Dalam penantian yang tak menentu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Wajah Negara
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Betapa hati kian pedih
    Getar jiwa mengiris hati
    Seakan punah mata batin
    Merosot moral bangsa ini

    Terlintas dibayanganku
    Benih bangsa yang tumbuh
    Hendaknya menjadi suatu teladan
    Untuk pemersatu hidup yang teguh

    Apa hendak dikata
    Inilah wajah negara
    Keadilan semakin dipertimbangkan
    Kejujuran semakin dipertaruhkan

    Sepintas hatiku sedih
    Akan kehidupan bangsa ini
    Runtuhnya pemeerat bangsa
    Punahnya pemersatu negara

    Dimanakah hati nurani
    Yang memberi pengharapan
    Akan suatu pencerahan
    Untuk hidupkan negara yang kelam

    BalasHapus
  32. Karya: Ira Anggraini (21)
    Puisi 1:
    Tema : Cinta

    Cinta Tak Harus Memiliki

    Mengapa hati ini…
    Harus merasakan cinta yang mendalam
    Hanya untuk ia seorang
    Yang belum tentu terbalaskan

    Bukan rasa sakit yang ku rasakan
    Justru rasa cinta semakin ku rasakan
    Ketika rasa itu tak terbalaskan

    Oh Tuhan…
    Kenapa kami ‘tak disatukan
    Kenapa pula rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan
    Kenapa Engkau ‘tak berikan rasa itu kepadanya juga…

    Tuhan
    Kuingin bersamanya
    Erat dalam pelukan sayangnya..
    Menghindari semua duka demi dia..

    Tuhan
    Ku yakin Engkau punyai rencana indah
    Ku bukan ‘tuknya,
    Melainkan ‘tuk yang lebih baik darinya



    Puisi 2:
    Tema : Dekadensi Moral

    Kangen seperti dulu

    Dahulu..
    Rasa toleransi s’lalu di jaga
    Rasa saling menghormati s’lalu di perlihatkan
    Dan rasa saling membantu s’lalu di pupuk

    Tak ada rasa gelisah dalam hati
    Justru rasa aman yang ada dalam jiwa
    Canda tawa riang
    Begitu indah masa-masa itu
    Hingga dapat di tanam dalam pikiran

    Oh Mengapa sekarang seperti ini?
    Tak ada lagi rasa toleransi umat beragama
    Tak ada lagi budaya timur yang di anut
    Tak ada lagi rasa tenggang rasa antar manusia

    Apakah ini ciri moral anak bangsa?
    tak dapat lagi membedakan salah dan benar
    karna kesalahan bisa menjadi pembenaran
    dan kebenaran bisa menjadi kesalahan

    Perih hati melihat s’mua ini
    Apakah manusia tak punya akal sehat lagi?

    Oh Tuhan..
    Bertubi-tubi Engkau beri cobaan bagi tanah tercintaku ini
    Perlahan-lahan kami lewati
    Tapi sekarang kami lelah
    Kami ingin hidup seperti dahulu
    Dan lebih mendekatkan diri padaMu
    Hingga s’mua manusia terselamatkan

    BalasHapus
  33. Nama : Veto Octavianus
    No Absen : 43

    Puisi I
    tema : Cinta

    Segalanya Cinta
    Karya Veto

    Hari mulai senja
    Tapi kau terlihat peluh kesah
    Berjalan dengan sikap resah
    Haruskah aku diam dan pasrah

    Rasa Cinta dan sayang timbul dari dada
    Seraya asa dan kasihku tertanda
    Aku hanya terdiam tanpa kata
    Aku bingung terdiam tanpa kata

    Akankah ini artinya ku jatuh dalam cinta
    Cinta mudaku yang kudambakan
    Cinta tersayang dihatiku yang kecil
    Sekecil langkah kakimu yang fana

    Hati bila dipaksakan
    Pasti tidak akan baik
    Pantasnya dia mencintai dan dicintai
    Cinta kamu wahai cintaku


    Puisi II
    tema : Dekadensi Moral

    Rusaknya Moral
    Karya Veto

    Perjalanan masih sangat panjang
    Menuju perdamaian moral
    Akankah ini sangat berimbang
    Kepada hati yang penuh ikal

    Mungkinkah hati ini rapuh
    Mengenai jiwa yang hilang
    Karena runtuhnya moral
    Apakah kita bisa hidup didunia ini

    Lupakan tentan masa lalu
    Lihatlah kedepan
    Terus maju menuju perdamaian moral
    Menghampiri kita yang tak terungkapkan

    BalasHapus
  34. Tema : Cinta ( Monyet)

    Setia pada Cinta Pertama
    Karya : Fifin Sunarlie / 17

    Dahulu terasa begitu indah bagiku
    Melewati hari demi hari sangatlah menyenangkan bersamamu
    Tak ingin melupakanmu sedetikpun
    Tak ingin diriku merasakan hampanya hidup tanpamu
    Dirimulah yang senantiasa hidup dalam hatiku

    Engkau selalu membuat aku tersenyum bahagia
    Membuatku merasa aman dan nyaman bersamamu

    Aku mencintaimu apapun dirimu
    Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu
    Apapun yang terjadi dan kapanpun

    Tetapi mengapa dirimu meninggalkanku
    Meninggalkanku seorang diri
    Meninggalkanku untuk selamanya

    Biarpun begitu
    Aku tetap akan selalu mencintaimu
    Dan aku berjanji
    Cinta kita berdua akan abadi selamanya
    Tiada seorang pun yang dapat menggantikan dirimu


    Tema : Dekadensi moral

    Kisah Negeriku
    Karya : Fifin Sunarlie / 17

    Negeriku yang menawan ini
    Memiliki sejuta keindahan di dalamnya
    Dari keindahan panorama alamnya hingga lainya

    Tetapi dibalik itu semua
    Masih tersimpan perasaan enggan
    Untuk mengakui negeriku sendiri
    Sebagai negeri yang kucintai

    Yang ada hanyalah perasaan takut
    Takut pada situasi
    Dimana kebenaran bisa berubah menjadi kesalahan
    Dimana kesalahan bisa berubah menjadi kebenaran
    Lalu apa yang bisa diharapkan dari situasi seperti ini?

    Harapan pada negeri tercinta hanyalah satu hal
    Kapan keadilan di negeri ini akan ditegakkan ?
    Tanpa harus menindas yang lemah

    BalasHapus
  35. Puisi 1

    Tema : Cinta

    Ketulusanku
    Karya : Elfira / 13

    Kau yang kucinta
    Walaupun ucapmu seringkali menyayat hatiku
    Walaupun amarahmu membuat hatiku pilu
    Menggoreskan luka di hatiku
    Namun ku tak peduli
    Karena aku tulus mencintaimu

    Aku kan menjadi bintang dan menerangi dalam gelapmu
    Aku kan selalu ada disampingmu
    Melakukan semua untuk dirimu
    Walau di matamu aku tak pernah berarti untukmu

    Aku hanya ingin seperti ini
    Bersamamu selalu melalui hariku
    Mengukir sedikit demi sedikit kenangan tentang kita
    Hingga akhir waktuku tiba

    Dan bila akhirnya tetap aku yang ditinggalkan
    Ku takkan menyesal akan semuanya
    Biarlah kenangan yang telah kita ukir bersama
    Tersimpan di relung hatiku selamanya


    Puisi 2

    Tema : Dekadensi Moral

    Pelayan Cinta
    Karya : Elfira / 13

    Lihatlah dia disana
    Gadis cantik jelita dambaan setiap pria
    Kulihat dia di pinggiran kota
    Berdiri diam ia disana
    Menanti pekerjaan datang padanya

    Demi harta ia lakukan
    Demi kesenangan duniawi ia rela melepas kesucian
    Tak peduli apa yang orang katakan
    Yang penting tak ada penderitaan

    Masuklah ia sekarang
    Dalam jurang yang begitu dalam
    Gelap..
    Dan tak dapat keluar selamanya

    BalasHapus
  36. Puisi 1

    Tema : cinta

    Ketulusanku
    Karya : Elfira / 13

    Kau yang kucinta
    Walaupun ucapmu seringkali menyayat hatiku
    Walaupun amarahmu membuat hatiku pilu
    Menggoreskan luka di hatiku
    Namun ku tak peduli
    Karena aku tulus mencintaimu

    Aku kan menjadi bintang dan menerangi dalam gelapmu
    Aku kan selalu ada disampingmu
    Melakukan semua untuk dirimu
    Walau di matamu aku tak pernah berarti untukmu

    Aku hanya ingin seperti ini
    Bersamamu selalu melalui hariku
    Mengukir sedikit demi sedikit kenangan tentang kita
    Hingga akhir waktuku tiba

    Dan bila akhirnya tetap aku yang ditinggalkan
    Ku takkan menyesal akan semuanya
    Biarlah kenangan yang telah kita ukir bersama
    Tersimpan di relung hatiku selamanya


    Puisi 2

    Tema : Dekadensi Moral

    Pelayan Cinta
    Karya : Elfira / 13

    Lihatlah dia disana
    Gadis cantik jelita dambaan setiap pria
    Kulihat dia di pinggiran kota
    Berdiri diam ia disana
    Menanti pekerjaan datang padanya

    Demi harta ia lakukan
    Demi kesenangan duniawi ia rela melepas kesucian
    Tak peduli apa yang orang katakan
    Yang penting tak ada penderitaan

    Masuklah ia sekarang
    Dalam jurang yang begitu dalam
    Gelap..
    Dan tak dapat keluar selamanya

    BalasHapus
  37. Nama : Lydia Felicia
    Kelas/nomor absen : XII IPA 5/28

    Tema 1: Cinta
    Bukan Seorang Putri

    Kepergian dirimu
    Masih membekas dalam ingatanku
    Kata kata mu yang menusuk hatiku
    Derap derap kakimu yang menjauhi diriku
    Meninggalkanku sendiri.dalam sepiku

    Aku terdiam,menangis sendiri
    Menangisi diriku yang tersakiti
    Lalu aku bangkit.mencoba berdiri
    Teringat sebuah hal yang pasti

    Aku bukan seorang putri
    Aku terlalu naïf untuk sadar akan hal ini
    Ini sebuah kenyataan,bukan dongeng ataupun sebuah mimpi
    Pangeran berkuda putih tak akan datang mencari
    Akhir bahagia selamanya tak akan pernah aku dapati
    Rasa sakit adalah sebuah hal yang pasti

    Hari ini ,kucoba untuk menghapusmu
    Menghapus bayanganmu dari ingatanku
    Menenggelamkan perasaanku padamu dalam telaga hatiku
    Dan aku putuskan untuk maju menatap masa depanku
    Tanpa dirimu disisiku,tanpa senyum mu menemaniku.




    Tema 2 : Dekadensi Moral

    Indonesia…
    Indonesia,sungguh aku prihatin melihat keadaanmu
    Surat surat kabar dipenuhi berita sendu
    Media media elektronik pun sama halnya begitu
    Berbagai masalah berpadu.kemelut yang sudah terlalu

    Kerusuhan terjadi dimana mana
    Korupsi merajalela di berbagai kalangan
    Teriakan rakyat kecil yang terlantar dan merana
    Teriakan yang tak pernah didengar dan dicerna

    Indonesia,hanya satu penyebab dari semua masalahmu
    Moral bangsa yang sudah jatuh
    Terinjak injak dan terlupakan
    Seolah moral adalah sampah

    Generasi penerus yang tak mau tahu
    Pergaulan bebas,itu yang mereka mau
    Nilai moral tak mereka perlu
    Membuat masa depan tak menentu

    Indonesia,mau dibawa kemana masa depan bangsa ini ?
    Jika moral bangsa saja tak dipedulikan lagi?
    Indonesia.bagaimana negeri ini bisa maju nanti?
    Jika bagian dari negeri ini saja tidak mau peduli lagi?

    BalasHapus
  38. Puisi 1
    Tema : Cinta
    Karya : Patrick Ong (33)


    Kekeliruan Cinta


    Sepi... Sunyi...
    Ini yang kurasakan

    Perlahan...
    Bisikan suaramu
    Menggoda jiwaku
    Membuatku merasakan kehadiranmu disisiku

    Hembusan nafasmu
    Bagaikan tiupan alam
    Menggairahkan hasratku
    Membuatku hinggaku tak berdaya

    Liuk tubuhmu
    Bagaikan keindahan masyur
    Membangkitkan nafsu birahiku
    Menjerumuskanku ke dalam liang kemunafikan

    Entah apa yang merasukiku
    Kau berhasil menjerat hidupku
    Tapi... yang kurasa hanyalah kenikmatan sesaat
    Bukanlah cinta tulus yang kuharapkan darimu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Karya : Patrick Ong (33)


    Kiamat Sebelum Kiamat


    Kisah sedih negeriku tercinta
    Tergoreskan penghianatan dan kemunafikkan

    Cairkanlah hati yang beku akan keadilan
    Lumerkan jiwa yang bebal akan kebaikan

    Jalan yang lurus tak lagi lurus
    Cahaya benderang tak lagi terang
    Kiamat sebelum kiamat
    Tengah terjadi di negeri ini
    Lalu, harus bagaimanakah kita?

    BalasHapus
  39. Nama : Meldha Afriyanti
    Kelas : XII IPA 5/ 32

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Penantian
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Rintik hujan dimalam hari
    Membangunkanku dari kelelapan sunyi
    Dikala hati yang rapuh ini
    Mengisyaratkan cinta yang mati

    Termenungku dalam diam
    Menggali hati yang terdalam
    Kosong tatapku pada masa silam
    Begitu pedih dan sungguh kejam

    Melintas dia dalam benakku
    Hati dan mataku tertuju
    Indah paras dan hatimu
    Membuatku tersenyum terpaku

    Tetapi semua telah berlalu
    Sekarang kau telah menjauh
    Hati dan jiwaku semakin rapuh
    Rapuh terdiam dan membisu

    Andaikan engkau tau
    Betapa hancur perasaanku
    Semakin engkau melupakanku
    Semakin dalam cintaku padamu

    Wahai kekasih hatiku
    Hanya satu harapanku
    Dengarkan suara hatiku
    Dalam penantian yang tak menentu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Wajah Negara
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Betapa hati kian pedih
    Getar jiwa mengiris hati
    Seakan punah mata batin
    Merosot moral bangsa ini

    Terlintas dibayanganku
    Benih bangsa yang tumbuh
    Hendaknya menjadi suatu teladan
    Untuk pemersatu hidup yang teguh

    Apa hendak dikata
    Inilah wajah negara
    Keadilan semakin dipertimbangkan
    Kejujuran semakin dipertaruhkan

    Sepintas hatiku sedih
    Akan kehidupan bangsa ini
    Runtuhnya pemeerat bangsa
    Punahnya pemersatu negara

    Dimanakah hati nurani
    Yang memberi pengharapan
    Akan suatu pencerahan
    Untuk hidupkan negara yang kelam

    BalasHapus
  40. Puisi 1
    Tema : Cinta
    Karya : Desi Wandi Florencia (10)
    Cinta
    Cinta…
    Begitu indah saat kita sedang jatuh cinta
    Begitu bahagia saat kita menjalaninya
    Begitu enak untuk dipikirkan dan dirasakan

    Cinta…
    Membuat kita lupa akan segalanya
    Membuat kita merasa dunia hanya milik kita

    Jatuh cinta..
    Sejuta rasanya
    Membuat kita seperti orang gila
    Karena terkadang kita tersenyum sendiri ketika mengingat si dia

    Cinta…
    Membuat hati ini berdegup kencang
    Membuat kita gembira setiap saat
    Membuat kita mabuk kepayang

    Hari demi hari ku lalui
    Dengan sejuta rasa yang tak menentu
    Membuat kita seperti orang bodoh
    Yang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan

    Cinta… oh cinta
    Cinta memang gila
    Tidak kenal waktu dan kondisi
    Cinta bisa datang kapan saja
    Jatuh cinta..
    Sejuta rasanya
    Apakah ini namanya cinta?


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral
    Karya : Desi Wandi Florencia (10)

    Bangsa yang Terpuruk

    Zaman kini kian berkembang
    Teknologi makin berkembang
    Pola pikir masyarakat pun turut berkembang
    Moral manusia pun makin beraneka ragam

    Perilaku remaja makin tak terkendali
    Mabuk-mabukan, balap liar, hingga pergaulan bebas makin merajai
    Tak dapat lagi dikendali
    Mereka buta oleh teknologi

    Apa kata dunia nanti kepada bangsaku
    Tentang bangsa yang kian memburuk
    Moral yang kian terpuruk
    Akibat carut marut kehidupan yang buruk

    Mari gunakan waktu kita untuk hal yang lebih bermanfaat
    Membangkitkan kembali moral masyarakat
    Guna mengembalikan citra, harkat, dan martabat
    Bangsa kita yang tercinta …
    Indonesia…

    BalasHapus
  41. Nama : Mario Tanjung
    Kelas : XII IPA 5
    No. absen : 30

    Tema : Cinta

    Cinta Masa Sekolah
    Karya : Mario Tanjung

    Kemarin kita menghabiskan waktu
    Bersama-sama
    Wajahmu sungguh gembira dan senang
    Ketika kita masih bersekolah

    Dan sekarang
    Kita telah berpisah
    Karena telah dewasa
    Masing-masing mengambil jalannya
    Sendiri-sendiri

    Saat kita bertemu sekarang
    Ku lihat wajah kita sudah berubah
    Tidak seceria seperti dahulu
    Masing-masing memiliki jalan

    Rintangan kehidupan
    Sudah membuat kita terlalu sibuk
    Sehingga saling melupakan
    Saat kita pernah berwajah gembira dan ceria
    Pada masa kecil

    Tema : Dekadensi Moral

    Runtuhnya Moral
    Karya : Mario Tanjung

    Betapa sedihnya
    Kemanakah perginya
    Semua anak yang memiliki moral
    Apakah tak ada yang memiliki
    Moral yang sehat

    Kau runtuhkan bangsa ini
    Kau runtuhkan moral bangsa ini
    Seenaknya kau injak-injak
    Moral-moral yang sehat ini

    Telah kau lupakan jasa pahlawan
    Telah kau lupakan pengorbananya
    Apakah masih ada
    Yang memiliki moral yang sehat
    Dimasa saat ini

    BalasHapus
  42. Nama : Deborah Kristianti Sitompul / 08
    Kelas : XII IPA 5 / 08
    Tema : Cinta monyet

    Puisi 1
    Curahan hati
    Karya : Deborah Kristianti Sitompul

    Saat itu saat pertama kali kita berjumpa
    Saat itu denyut jantungku kian berdetak kencang
    Ku tatap wajahmu
    Detak kan itu kian mengencang

    Kau mengisahkan nada do,re,mi,fa,sol,la,si,do
    Kau memberikanku me,ji,ku,hi,bi,ni,u
    Semua itu membawaku pada dunia dongeng cinderella, pocahontas
    Kian menari-nari dalam hati
    Warna merah muda kian memancarkan sinarnya melalui tatapan mata yang turut tersenyum
    Menutupi kehitaman hati dan kau balut dengan putihmu itu
    Sungguh tak terbayang kau membuat hidupku berwarna

    Sepatu kaca cinderella tidak dapat mengantikan betapa transparannya hatiku padamu
    Apel snow white tidak dapat menggambarkan rasa manis cintaku terhadapmu
    Dan para peri tidak dapat menggantikan dirimu sebagai malaikat dihatiku
    Sebuah panah menancap dihatiku
    Mengganti kepingan hati yang hancur dapat kau satukan kembali membentuk pelangi yang kian membasahi hati yang rapuh


    Tiba-tiba saja ku teringat
    Ternyata kamu sudah mencintai seseorang
    Sakit? tentu saja iya
    Entah mengapa linangan air mata membasahi tulang pipiku

    Ku tahu aku salah
    Tapi perasaan ini masih mengiringi ku hingga kini
    Saat engkau membantuku dengan tulus
    Itu membuatku sangat menyukaimu

    Ku ingat saat aku sedang sedih
    Kau datang menghampiriku
    Tapi aku terus bertanya apakah itu betul tulus dari dalam hatimu
    atau hanya kemauan semata

    Aku terus memikirkannya
    Sampai suatu saat persahabatan terjalin
    Ketika itu baru kuketahui bahwa ternyata dirimu hanya menginginkan dirinya
    Memang perih rasanya
    Tapi itu lah kenyataannya

    Kuingin kau tahu
    Tapi kutak ingin kau pergi
    Sudah cukup permasalahan yang terjadi
    Hal itu kian membuatku sedih
    Sedih karna kau kian menjauh

    Janganlah pergi dariku, kasih
    Kutak ingin kau pergi
    Mungkin persahabatan itu sudah cukup bagiku
    Nyata bahwa aku sangat mencintaimu melalui cara aku bersahabat denganmu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Himpitan hati bangsa
    Karya : Deborah Kristianti Sitompul


    Bangunan-bangunan menjulang tinggi
    ditengah-tengah ada sebuah gubuk
    terlantar dan tak terurus
    Wahai kau petinggi negara
    Pedulikah engkau terhadap negara ini
    Atau engkau hanya peduli perutmu saja
    Otak kian mengecil perut kian membesar

    Anjing menggonggong
    Khafila berlalu
    Hal itu membuat negara termenung
    Akan sikapmu yang buruk itu
    Oh Tuhan. . .
    Dengarkanlah jeritan rakyatmu ini
    Jeritan penuh penderitaan

    Dimanakah hatimu, wahai para pemimpin?
    Dimanakah nuranimu itu?
    Tidakkah kau lihat batin kami?
    Teriris akan keserakahan yang kau buat
    Sepertinya pedih perih tidak akan pernah berlalu
    Bagaikan himpitan yang kau buat untuk kami, bangsamu
    Dengarlah! Dengarlah!
    Hai pemimpin-pemimpinku buktikanlah bahwa engkau tidak tinggal diam
    Dan jawablah kalbu kami

    BalasHapus
  43. Nama : Hendra
    Kelas : XII IPA 5

    Tema : Cinta
    Karya : Hendra / 20

    Penantian Cinta

    Aku jatuh cinta padamu
    Parasmu menggoda diriku
    Engakulah pujaan hatiku
    Kan ku kejar dirimu

    Melihat dirimu bagaikan sinar
    Yang memberikan cahaya
    Cahaya yang berbinar-binar
    Membuat diriku bahagia

    Seiring bersama dengan waktu
    Bagaikan angin bertiup
    Hilang tanpa jejak
    Menyisakan luka di hatiku

    Diriku yang selalu rindu dirimu
    Seiring dengan waktu
    Cintaku
    Kan ku jaga tuk dirimu

    Hatiku hanyalah untukmu
    Dirimulah yang kutunggu
    Hatiku sepi tanpa tawamu
    Bagaikan dunia yang gelap bagiku

    Tema : Dekadensi moral
    Karya : Hendra / 20

    Generasi Muda

    Generasi muda Indonesia
    Dirimulah penerus bangsa
    Berbagai cobaan silih berganti
    Usahamu sangat dinanti

    Generasi muda Indonesia
    Jagalah moralmu dalam bersikap
    Jangan hanya tau tuk senang-senang
    Janganlah jatuh dalam gelapnya dunia

    Generasi muda Indonesia
    Dengan usaha yang keras
    Menjaga moral kita
    Agar dapat hidup sukses

    BalasHapus
  44. Nama : Meldha Afriyanti
    Kelas : XII IPA 5/ 32

    Puisi 1
    Tema : Cinta Monyet

    Penantian
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Rintik hujan dimalam hari
    Membangunkanku dari kelelapan sunyi
    Dikala hati yang rapuh ini
    Mengisyaratkan cinta yang mati

    Termenungku dalam diam
    Menggali hati yang terdalam
    Kosong tatapku pada masa silam
    Begitu pedih dan sungguh kejam

    Melintas dia dalam benakku
    Hati dan mataku tertuju
    Indah paras dan hatimu
    Membuatku tersenyum terpaku

    Tetapi semua telah berlalu
    Sekarang kau telah menjauh
    Hati dan jiwaku semakin rapuh
    Rapuh terdiam dan membisu

    Andaikan engkau tau
    Betapa hancur perasaanku
    Semakin engkau melupakanku
    Semakin dalam cintaku padamu

    Wahai kekasih hatiku
    Hanya satu harapanku
    Dengarkan suara hatiku
    Dalam penantian yang tak menentu


    Puisi 2
    Tema : Dekadensi Moral

    Wajah Negara
    Karya : Meldha Afriyanti / 32

    Betapa hati kian pedih
    Getar jiwa mengiris hati
    Seakan punah mata batin
    Merosot moral bangsa ini

    Terlintas dibayanganku
    Benih bangsa yang tumbuh
    Hendaknya menjadi suatu teladan
    Untuk pemersatu hidup yang teguh

    Apa hendak dikata
    Inilah wajah negara
    Keadilan semakin dipertimbangkan
    Kejujuran semakin dipertaruhkan

    Sepintas hatiku sedih
    Akan kehidupan bangsa ini
    Runtuhnya pemeerat bangsa
    Punahnya pemersatu negara

    Dimanakah hati nurani
    Yang memberi pengharapan
    Akan suatu pencerahan
    Untuk hidupkan negara yang kelam

    BalasHapus
  45. Nama: Rizky Wirawan Pratama
    Nomor: 36
    Tahun Ajaran 2010/2011


    Tema : Dekadensi Moral


    Api di Tengah Hujan

    Moral...
    Dimana engkau?
    Meninggal?
    Atau berhibernasi?

    Kau bagai api di tengah hujan
    Ada dan hidup
    Tapi tak tampak di mata
    Yang tertutup oleh derasnya hujan

    Kau terus berjuang untuk hidup
    Ditengah hujan yang mengancammu
    Mencari nafas-nafas kehidupan
    Ditengah-tengah kejamnya dunia

    Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
    Kesadaran yang telah lama hilang
    Untuk memayungi api kecil itu
    Hingga akhir hujan turun

    Dimana?
    Dimana kesadaran untuk berjuang
    Berjuang melawan hujan itu
    Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu




    Tema : Cinta Monyet


    Pandangan Mata

    Kenang-kenangan indah
    Saat ada bersamamu
    Disampingmu, didekatmu
    Akan tertulis rapi dihidupku

    Pertama kupandang engaku
    Yang sedang berdiri ditengah keramaian
    Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
    Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan


    Awalnya aku binggung
    Inikah yang dinamakan suka?
    Diakah orangnya?
    Atau ini hanya kebetulan belaka?

    Besok kupandang lagi dirinya
    Jantung terasa mengalami gempa
    Gempa yang datang tiba-tiba
    Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga

    Ditengah pandanganku
    Ia melirik ke diriku
    Membuatku spontan beralih pandangan
    Jantung bagai berhenti memompa

    Detik-detik terasa melambat sejenak
    Jam pasir berhenti bergerak
    Gravitasi berhenti bekerja sejenak
    Inikah jawabnya?

    BalasHapus
  46. Nama: Rizky Wirawan Pratama
    Nomor: 36
    Tahun Ajaran 2010/2011




    Tema : Dekadensi Moral


    Api di Tengah Hujan

    Moral...
    Dimana engkau?
    Meninggal?
    Atau berhibernasi?

    Kau bagai api di tengah hujan
    Ada dan hidup
    Tapi tak tampak di mata
    Yang tertutup oleh derasnya hujan

    Kau terus berjuang untuk hidup
    Ditengah hujan yang mengancammu
    Mencari nafas-nafas kehidupan
    Ditengah-tengah kejamnya dunia

    Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
    Kesadaran yang telah lama hilang
    Untuk memayungi api kecil itu
    Hingga akhir hujan turun

    Dimana?
    Dimana kesadaran untuk berjuang
    Berjuang melawan hujan itu
    Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu




    Tema : Cinta Monyet


    Pandangan Mata

    Kenang-kenangan indah
    Saat ada bersamamu
    Disampingmu, didekatmu
    Akan tertulis rapi dihidupku

    Pertama kupandang engaku
    Yang sedang berdiri ditengah keramaian
    Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
    Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan


    Awalnya aku binggung
    Inikah yang dinamakan suka?
    Diakah orangnya?
    Atau ini hanya kebetulan belaka?

    Besok kupandang lagi dirinya
    Jantung terasa mengalami gempa
    Gempa yang datang tiba-tiba
    Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga

    Ditengah pandanganku
    Ia melirik ke diriku
    Membuatku spontan beralih pandangan
    Jantung bagai berhenti memompa

    Detik-detik terasa melambat sejenak
    Jam pasir berhenti bergerak
    Gravitasi berhenti bekerja sejenak
    Inikah jawabnya?

    BalasHapus
  47. Nama: Rizky Wirawan Pratama
    Nomor: 36
    Tahun Ajaran 2010/2011




    Tema : Dekadensi Moral


    Api di Tengah Hujan

    Moral...
    Dimana engkau?
    Meninggal?
    Atau berhibernasi?

    Kau bagai api di tengah hujan
    Ada dan hidup
    Tapi tak tampak di mata
    Yang tertutup oleh derasnya hujan

    Kau terus berjuang untuk hidup
    Ditengah hujan yang mengancammu
    Mencari nafas-nafas kehidupan
    Ditengah-tengah kejamnya dunia

    Apakah tidak ada sedikit pun kesadaran
    Kesadaran yang telah lama hilang
    Untuk memayungi api kecil itu
    Hingga akhir hujan turun

    Dimana?
    Dimana kesadaran untuk berjuang
    Berjuang melawan hujan itu
    Hujan yang pasti akan hilang oleh waktu





    Tema : Cinta Monyet


    Pandangan Mata

    Kenang-kenangan indah
    Saat ada bersamamu
    Disampingmu, didekatmu
    Akan tertulis rapi dihidupku

    Pertama kupandang engaku
    Yang sedang berdiri ditengah keramaian
    Yang penuh keceriaan dan kebahagiaan
    Kau tampak seperti cahaya ditengah kegelapan


    Awalnya aku binggung
    Inikah yang dinamakan suka?
    Diakah orangnya?
    Atau ini hanya kebetulan belaka?

    Besok kupandang lagi dirinya
    Jantung terasa mengalami gempa
    Gempa yang datang tiba-tiba
    Tapi, aku yakin ia mengalaminya juga

    Ditengah pandanganku
    Ia melirik ke diriku
    Membuatku spontan beralih pandangan
    Jantung bagai berhenti memompa

    Detik-detik terasa melambat sejenak
    Jam pasir berhenti bergerak
    Gravitasi berhenti bekerja sejenak
    Inikah jawabnya?

    BalasHapus
  48. Nama : Yunita Chandra
    Kelas : XII IPA 5
    Nomor absen : 46

    Puisi 1
    Tema : Cinta

    Aku padamu

    sejak pertama bertemu
    kau selalu di benak ku
    sejak mengenalmu
    ku bersinar karna mu
    bagai tujuh warna pelangi di langit biru

    semakin mengenalmu
    semakin kusadari
    cintamu padanya
    dan perasaanku yang tak terbalas

    aku cintaimu
    kau cintainya
    ia yang kusayang
    membuatku makin gila

    dengan ekspresi seperti apa
    suara seperti apa
    agar kau mengerti
    rasa ku ini

    untuknya yang kusayang
    kau kurelakan
    meski waktu kan menghapus rasa sakit ini
    ku hanya dapat berdiri terdiam
    menanti warna esok yang baru

    pelangi begitu indah
    namun kau lebih indah
    pada mu yang buatku bersinar
    dan kan selalu ku kenang
    terima kasih...


    Nama : Yunita Chandra
    Kelas : XII IPA 5
    Nomor absen : 46

    Puisi 2
    Tema : dekadensi moral

    Budaya kita

    Budaya Indonesia
    Begitu berlimpah
    Namun tak di jaga
    Hanya ucapan saja

    Budaya kita
    Sekarang hanya aset wisata
    Tak dipeihara
    Apalagi di puja

    Budaya sendiri lupa
    Orang lain merampas
    Hanya dapat marah
    Tidak berbuat apa-apa

    Daerahnya saja lupa
    Apalagi budayanya
    Pemerintah hanya bicara
    Rakyat masa bodoh saja

    Dulu budaya diperjuangkan
    Sekarang diacuhkan
    Generasi tua kecewa
    Generasi muda tertawa

    BalasHapus
  49. Kejujuran Cinta
    Karya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03

    Cintamu takkan pernah hilang terhapus waktu
    Hingga ajal menjemput
    Walaupun kita tak dapat bersama lagi
    Namun ku yakin inilah yang terbaik untuk kita

    Walaupun sulit aku akan tetap bertahan
    Karna perpisahan ini adalah kehendak Tuhan
    Dan jodoh pertemuan di tangan Tuhan bukan kita yang tentukan

    Yang diperlukan hanyalah kesabaran
    Dan pelukan pengorbanan
    Andai cinta itu selalu jujur
    Pasti akan berakhir dengan kebahagiaan
    Bagaikan kehangatan di awal musim semi




    Tikus Berdasi
    Karya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03

    Mulai dari proyek kecil hingga proyek besar
    Mulai dari jutaan, milyaran, hingga triliunan uang yang telah lenyap
    Tak terhitung jumlahnya
    Entah siapa yang pelakunya
    Tak ada yang tahu
    Seperti air yang mengalir entah kemana

    Walau semua usaha telah dilakukan
    Mulai dari sanksi hingga hukuman pidana
    Tim pelacak pun telah dibentuk
    Tapi tetap saja tak menguranginya
    Malah hanya mempertontonkannya pada masyarakat

    Bak tikus yang berpakaian lengkap dan rapi
    Tanpa disadari dan diawasi
    Terus melakukan kegiatan bawah tanahnya
    Hingga negara terkaya ini runtuh perlahan

    BalasHapus

Posting Komentar

Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015