ASPEK TEKNIS KARYA TULIS ILMIAH AKADEMIS

Sebagai sebuah karya tulis, tulisan ilmiah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni 1) tulisan ilmiah populer; dan 2) tulisan ilmiah akademis. Kesamaan kedua bentuk tersebut terletak pada sifat kajiannnya dengan menggunakan penalaran ilmiah yang bercirikan objetif dan rasional. Perbedaan keduanya terletak pada format, media, dan tulisannya. Tulisan ilmiah populer dikemas secara populer sesuai dengan karakter media dan selera pembaca yang boleh dikatakan tanpa menggunakan konvensi akademis. Sisi konvensi ilmiah tidak demikian penting sebab misinya adalah memasyarakatkan keilmiahan suatu ilmu melaui media yang digunakan. Sedangkan tulisan ilmiah akademis mempunyai visi dan misi kebenaran ilmiah serta memajukan ilmu pengetahuan demi kehidupan semakin keberadaban dan kemartabatan kehidupan manusia. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah akademis mempunyai kriteria-kriteria normatif sebagai bentuk kesepakatan yang digunakan sebagai acuan. Berdasarkan hal tersebut, format karya tulis ilmiah akademis mempunyai keterikatan konvensi-konvensi akademis sesuai dengan yang diberlakukan.

Format tulisan ilmiah akdemis sekuarang-kurangnya harus memperhatikan hal-hal berikut, yakni:
1) sistem penomoran; 2) sistem pengutipan; 3) sistem penulisan catatan kaki; dan 4) sistem penulisan daftar pustaka/bibliografi.
1. Sistem penomoran
Dalam sistem penulisan ilmiah akademis dikenal empat sistem penomoran, yaitu 1) sistem angka Romawi-Arab; 2) sistem angka dan huruf; 3) sistem desimal; dan 4) sistem Romawi-Arab-Latin. Pertimbangan penggunaan sistem tersebut sangat bergantung pada aspek kepentingan dan kesepakatannya. Walaupun begitu, konsistensi (keajegan) sistem harus benar-benar diperhatikan sehingga satu karya tulis ilmiah akademis cukup menggunakan satu sistem penomoran dari awal hingga akhir karya tulis ilmiah tersebut. Fungsinya untuk mempertahankan agar sistematika tulisannya tetap dan mencerminkan pola penalaran yang teratur.

1.1 Sistem angka Romawi-Arab

I. …………………………………………
1. …………………………………………..
(1) ………………………………………
(2) ………………………………………
2. ……………………………………………
(1) …………………………………..
(2) …………………………………..
II. ………………………………………
1. ………………………………..
2. ……………………………….
dan seterusnya

1.2 Sistem angka-huruf

1. ………………………………
A ………………………….
(1) ………………….
(2) …………………….
(3) …………………….
(a)…………………….
(b)………………………
B. …………………….
(1) …………………
(2) …………………
2. ……………………………
A.……………………
B.…………………………
(1) …………………………
(2) …………………………
dan seterusnya

1.3 Sistem desimal

1. ……….………………
1.1 …………………..
1.2 ………………….
2. ……………………….
2.1 ………………….
2.2 …………………..
2.2.1 ………….
2.2.2 …………...
dan seterusnya.

1.4 Sistem Romawi-Arab-Latin

I …………………………………….
A. …………………….
1. ……………………
a. ………………………
1) ……………………
2) ………………………
a) …………………….
b) ……………………
(1) …………………
(a) ……………….    
(b) ……………….
II. ………………………………………….
dan seterusnya.

2. Sistem pengutipan

Pengutipan merupakan penulisan kembali pendapat atau hasil karya tulis peneliti lain. Pengutipan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yakni 1) cara langsung; 2) cara tak langsung. Tiap-tiap cara memiliki konvensi yangh berbeda. Konvensi tertsebut berfungsi untuk menjaga kejujuran akademis di samping aspek kode etik ilmiahnya. Oleh karena itu seorang penulis harus tetap mencantumkan sumber asal pendapat yang dikutipn dalam karya tulisnya sehingga tidak melanggar intelectual property right. Pencantuman sumber tulisan juga mencerminkan kerendahan hati penulis sebab beliau telah mengakui secara jujur bahwa konsep tersebut telah dikemukakan oleh pihak lain sebelumnya. Dengan demikian, penulis kelihatan memiliki pengetahuan dan referensi yang luas sebelum menentukan pengembangan berikutnya.

2.1 Kutipan cara langsung

Teknik kutipan ini memiliki dua pola, yaitu 1) kutipan langsung panjang; dan 2) kutipan langsung pendek. Kedua cara itu menggunakan format yang berbeda.

2.1.1 Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang ini ditulis persis sama dengan aslinya, menyangkut orisinalitas kata dan sistem ejaannya. Kutipan semacam ini biasanya diperlukan untuk mengutip rumus, peraturan hukum, surat keputusan, definisi, konsep, dan lain-lain. Kutipan langsung disebut panjang bila melebihi tiga baris teknis penulisannya. Kutipan langsung diketik dengan format ukuran huruf (size) si bawah standar. Jarak antarbaris cukup spasi 1 (satu). Kutipan diketik berjarak dengan margin kiri dan kanan sebagaimana batas paragraf baru atau berjarak karakter ganjil (7, 9, 11, dst.).

Di akhir kutipan dicantumkan sumber kutipan dalam catatan punggung yang berisi nama pengarang (unsur trakhir nama jika lebih dari satu kata), tahun penerbitan sumber, dan halaman dimuatnya tulisan di sumber tersebut. Secara teknis catatan punggung diketik di bagian kanan bawah kutipan, berjarak dua spasi dengan baris di atas dan di bawahnya.

Contoh:

Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusia, yang bak dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Membaca, khususnya yang dilaksanakan di sekolah, merupakan tanggung jawab seluruh kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Akan tetapi kebanyakan sekolah menganggap bahwa pengajaran merupakan tugas kedua, yang hanya merupakan tambahan. Menurut cara pandang ini, membaca itu penting, tetapi hanya merupakan alat bantu dalam pengajaran bidang tertentu.

(Tarigan, 1989: 27)


2.1.2 Kutipan langsung pendek

Kutipan langsung pendek panjangnya tidak lebih dari tiga baris, ditulis terpadu dengan kalimat-kalimat uraian penulis, ditandai dengan apitan tanda kutip (“….”). Penulisan kutipan langsung yang pendek ini juga disertai catatan punggung.

2.2 Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung merupakan uraian penulis dengan kata-katanya sendiri yang didasarkan pada konsep/pendapat atau hasil karya peneliti lain. Meskipun dmikian, penulis tidak memasukkan pendapat subjektifnya ke dalam kutipan tersebut. Kutipan tidak langsung ditulis tanpa tanda kutip sebagai apitan. Sedangkan pencantuman sumber dapat dilakukan melalui dua cara, yakni 1)sumber dapat dicantumkan dalam catatan kaki (foot note), dan 2) sumber dapat langsung disebut di awal kutipan.

Contoh:
Dengan atau tanpa prinsip etis, oleh salah satu penganjur neo-liberalisme, Theodore Levit (1958) dikatakan bahwa kinerja bisnis memang harus bertarung seperti dalam perang; sebagai perang yang efektif, bisnis harus dijalankan dengan berani dan, yang terpenting, bukan bukan secara moral (not morality). Lalu apa moralitas bisnis? Seorang ekonom neo-liberal lain, Milton Friedman (1962) mengatakan bahwa satu dan hanya satu tangung jawab bisnis, yaitu mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk akumulasi laba.

3. Catatan Kaki

Catatan kaki adalah catatan yang terletak di kaki halaman tulisan ilmiah akademis. Catatan kaki berfungsi memberikan penjelasan lebih lanjut atau membandingkan uraian yang dibuat terhadap persoalan tertentu yang ada di tubuh karangan dengan tulisan atau uraian penulis lain yang membahas persoalan yang sama. Catatan kaki ditulis dengan nomor urut dari awal sampai akhir tulisan agar mudah memberi keterangan dan melacak buku sumber yang dikutipnya. Karena itu catatan kaki juga memiliki konvensi-konvensi tertentu yang harus dikuasai oleh seorang peneliti.

3.1 Pedoman Penulisan Catatan Kaki
3.1.1    Catatan kaki ditulis di bagian bawah (kaki) halaman dengan garis pemisah antara tubuh dan catatan kaki sekitar 2 x 2 spasi.
3.1.2    Catatan kaki ditulis mulai dari ketikan kedelapan dari margin kiri dan baris seanjutnya dimulai dari ketukan pertama.
3.1.3    Jarak antabaris dalam satu catatan kaki adalah satu spasi, sedangkan jarak antarcatatan kaki dua spasi.

Catatan: konvensi di atas hanya diterapkan jika kita mengunakan ketik manual, sedangkan bila menggunakan sistem komputer kita tinggal mengaplikasikan program yang sudah ada.

3.2 Istilah-Istilah dalam Catatan Kaki

Penulisan catatan kaki memiliki sistematika tertentu dan singkatan-singkatan yang
digunakan untuk menghindari pengulangan penulisan sumber yang sama. Sistematika dan istilah-istilah itu dapat dipaparkan sebagai berikut.
Catatan kaki terdiri atas unsur-unsur yang disusun secara sistematis dan diterapkan secara konsisten. Unsur-unsur catatan kaki adalah: nama pengarang ; judul buku; kota penerbit; tahun terbit, tanda kurung; halaman kutipan; dan tanda titik serta tanda titik dua. Tiap-tiap unsur itu wajib diletakkan pada tempatnya, sesuai dengan konvensi resmi penulisan catatan kaki dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

3.3 Singkatan-Singkatan dalam Catatan Kaki
Ada beberapa istilah yang disingkat dalam catatan kaki, yaitu: Ibid.; Op. Cit.; dan Loc. Cit.. Singkatan-singkatan itu dapat diterapkan berdasarkan penjelasan berikut.

3.3.1 Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini dipakai jika kita menuliskan sumber catatan kaki urutan kedua atau berikutnya yang berasal dari sumber yang sama dengan catatan kaki pertama serta tidak diselingi oleh catatan kaki lain yang menggunakan sumber berbeda. Penulisan Ibid. harus disertai dengan nomor halaman bila kutipannya berasal dari halaman yang berbeda dengan halaman sumber di atasnya.

3.3.2 Op. Cit.

Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: Opere Citato yang berarti dalam karya yang dikutip terdahulu. Op. Cit. dipakai untuk menuliskan sumber kutipan catatan kaki dari buku yang pernah dikutip, lalu dikutip lagi, tetapi diselingi oleh satu sumber kutipan lain. Penulisan Op. Cit. dilakukan dengan mencantumkan: nama pengarang, Op. Cit., dan nomor halaman bila halamannya berbeda dengan halaman sumber yang pernah dikutip itu.

3.3.3 Loc. Cit.

Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: loco citato yang berarti pada tempat yang pernah disebut. Loc. Cit. dipakai untuk menuliskan sumber kutipan catatan kaki yang sama dengan di atasnya, tetapi diselingi oleh lebih dari satu sumber lain dengan sumber yang dikutipnya. Penulisan loc. cit. sama dengan penulisan Op. Cit., yaitu dengan mencantumkan nama pengarang, Loc. Cit., dan nomor halaman bila halaman yang dikutip itu berbeda dengan nomor halaman kutipan sebelumnya.

3.3.4 Contoh Penerapan Catatan Kaki

1Hubert M. Blalock Jr.. Pengantar Penelitian Sosial. (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), halaman 20.
2J. Vredenbergt. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1983), halaman 50.
3Ibid.
4Ibid., halaman 51.
5Hubert M. Blalock Jr.. Op. Cit., halaman 21.
6A.B. Shah. Metodologi Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987), halaman 32.
7B.S. Mardiatmadja. Tantangan Dunia Pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius, 1986), halaman 10.
8Hubert M. Blalock Jr.. Loc. Cit., halaman 22.
9B.S. Mardiatmadja, Op. Cit.
10Ibid., halaman 12.


4. Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi berfungsi untuk memberikan data deskriptif acuan sumber-sumber tertulis secara lengkap yang digunakan penulis dalam mengolah suatu karya tulis. Daftar pustaka ditulis berdasarkan konvensi tertentu yang digunakan secara konsisten.

4.1 Pedoman Penulisan Daftar Pustaka
4.1 1 Daftar pustaka ditulis di bagian akhir suatu karya tulis atau karangan ilmiah.
4.1.2 Daftar psutaka ditulis mulai tepat di batas margin kiri, sedangkan baris selanjutnya -jika tidak cukup dalam satu baris- dimulai dari ketukan kesepuluh.
4.1.3 Jarak antarbaris dalam satu sumber adalah satu spasi.
4.1.4 Jarak antarsumber daftar pustaka adalah dua spasi.
4.1.5 Semua gelar (gelar akademis, gelar kebangsawanan, gelar keagamaan) tidak perlu ditulis.
4.1.6 Jika nama pengarang terdiri lebih dari satu kata, penulisannya diumulai dari nama belakang,\
diikuti nama pertama dan seterusnya. Antara nama belakang dengan unsur nama depan diberi tanda koma.
Misalnya:
Andrias Harefa                   -> Harefa, Andrias
I Made Sukada                   -> Sukada, I Made
Todung Mulya Lubis          -> Lubis, Todung Mulya

4.1.7 Jika pengarang buku terdiri dua-tiga orang penulis, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu  dibalik atau cukup ditulis seperti aslinya tanpa gelar.
4.1.8 Jika pengarang buku terdiri atas empat orang atau lebih, cukup ditulis nama pengarang pertama sesuai dengan konvensi, kemudian diberi keterangan dkk. (dan kawan-kawan) atau et al. (et alii).
4.1.9 Daftar pustaka yang berasal dari surat kabar, majalah, atau ensiklopedi, memiliki konvensi yang sedikit berbeda.
4.1.10 Sitematika penulisan daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit buku, judul buku, (jilid), (cetakan ke…), kota penerbit, dan penerbit.
4.1.11 Di antara unsur-unsur tersebut diberi tanda titik, kecuali antara kota dan penerbit diberi tanda titik dua.
4.1.12 Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut, tetapi disusun berdasarkan urutan abjad nama pengarang setelah diolah atau diproses.


4.2 Contoh penulisan daftar pustaka

4.2.1 Sumber buku

Alisjhabana, Sutan Takdir. 1956. Sedjarah Bahasa Indonesia. Djakarta: Pustaka Rakyat.

Kridalaksana, Harimurti. 1971. Seminar Bahasa Indonesia 1968. Flores: Nusa Indah.

Mees, C.A. 1953. Tatabahasa Indonesia. Bandung: G. Kolff & Co.

Rosidi, Ajib. 1969. Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia. Djakarta: Binatjipta.

Soewandi, A.M. Slamet. 1989. Tingkat Kedwibahasaan Jawa-Indonesia dan Hubungannya dengan   Prestasi Belajar Murid-murid Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Pasca-Sarjana IKIP Malang.

4.2.2 Sumber Majalah

Parera, J.D., “Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Dilihat dari Segi Sosiopolitikolinguistik”. Analisis Kebudayaan. Depdikbud Tahun IV-No. 3 1983/1984.

Mangunwijaya, J.B.. "Nafas Kehidupan Demokrasi Alami Erosi Menyedihkan”. Basis, 12 Agustus 1995.

4.2.3 Sumber Surat Kabar

Prasetyantono, A. Tony. “Rupiah Menguat, Dollar Melemah”. Kompas, 3 Juni 2002.

Nurachman, Zeily. “Pendekatan Baru Atasi Trombosis”. Kompas, 4 Juni 2002.

4.2.3 Sumber website/jaringan

Jangan Salahkan Qory Sandrioriva, Dia Hanyalah Korban ...” karya Madi Hakim dalam www.kompasiana.com.
Benarkah Impian Itu Penting?” karya Syahril Syam dalam www.pembelajar.com





Bangau, Agustus 2005

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015