LKS MEMBERIKAN TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT KELAS XII MIPA 7 TAHUN 2015/2016
Konsep memberikan
tanggapan, sanggahan, dan penolakan secara dasar sudah kalian pahami lengkap
melalui pelacakan berbagai referensi, baik melalui buku atau jejaring, yang
hasilnya kalian tulis di Buku Latihan. Pemahaman perihal tersebut menuntut
tindak lanjut aplikasi dalam konteks yang benar. Proses pembelajaran berikutnya
adalah mewujudkan hal itu dalam konteks lebih luas tatkala kita memperoleh,
menerima, dan menghadapi suatu informasi dalam era yang serbacanggih ini.
Suatu informasi
hendaknya disikapi secara berjarak, dalam arti menyikapi secara kritis perihal
kebenarannya. Setiap orang memiliki hak untuk menerima atau menolak suatu
informasi. Sikap ini lebih baik apabila dibarengi dengan sistem atau pola pikir
yang sahih dan benar.
Beberapa kaidah dan
prinsip penalaran secara inti sudah kalian pahami, begitu juga dengan
bentuk-bentuk kesalahan penalaran yang sering kita temukan di dalam kehidupan
sehari-hari melalui opini seseoarng yang kian marak bertaburan. Nah, kini saatnya kalian menyikapi opini
dalam wacana di bawah ini dengan sikap kritis dan berdasar sehingga ketika
memberikan tanggapan, sanggahan, atau penolakan tercermin kecerdasan kalian
menyikapi pola pikir suatu gagasan atau informasi.
Langkah
Kerja Memberikan Tanggapan atau Penolakan Pendapat!
1. Tentukan kalimat-kalimat inti gagasan opini yang terdapat dalam wacana!
2. Berdasarkan kalimat inti gagasan
tersebut tentukan simpulan pendapat! Simpulan pendapat sama dengan K dalam silogisme. K dalam
silogisme memiliki rumus yang mengandung term C=B!
3. Berdasarkan hal tersebut disusun
Pm= C=A; Artinya kalian harus membuat term A, yaitu term hantaran (penghubung)
antara PM dan Pm. Ingat, bahwa A adalah term suatu komunitas, dan di dalamnya
terdapat C!
4. Bila sudah ditentukan term A,
kita restrukturisasi dalam susunan
silogisme:
PM (PU) : A = B
Pm (Pk) : C = A
K :
C = B
Manakala langkah kita benar,
kalian sudah melewati tahap validitas. Artinya,
langkah kerja kalian sudah memenuhi sebagian kaidah silogisme dari sisi term,
proposisi, dan rumusnya. Langkah kalian sudah valid, sahih.
5. Langkah berikutnya adalah
meneliti kebenarannya (truth). Di
sinilah kita lihat sisi kebenaran dari segi fakta berbicara. Apabila pernyataan
itu terdapat atau berlaku untuk suatu komunitas, kebenaran sudah diakui. Tulislah
poin-poin kalimat inti yang menurut
kalian merupakan gagasan kesalahan penalaran!
6. Berdasarkan data-data di atas kalian memberikan tanggapan atau sanggahan
dalam bentuk paragraf! Apabila kalian menemukan 1 (satu) kesalahan penalaran,
kalian memberikan sanggahan minimal dua paragraf, di samping paragraf pembuka
dan penutup. Jadi, empat paragraf! Dua paragraf sanggahan berisi 1) paragraf paparan
kekurangan atau kelemahan opini lawan yang kalian temukan, ditulis terurai atau
rinci dari umum ke khusus hingga semakin memperlihatkan kelemahan penalaran
opini yang kalian sanggah; 2) paragraf sanggahan yang mengemukakan pola pikir
dan alternatif kemungkinan lebih baik, lebih logis, lebih realistis sehingga
memperlihatkan gagasan kalian jauh lebih tepat dan lebih sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan.
7. Kriteria penilaian didasarkan
pada isi, konstruksi, dan bahasa yang secara proporsional berbanding 40-30-30.
8. Harap diingat, kaidah tata tulis
mutlak memengaruhi hasil akhir penilaian! Kesalahan tata tulis dikenakan
pengurangan skor sesuai jumlah yang ditemukan.
9. Jawaban dimasukkan melalui
komentar. Jawaban yang dikirim hanya a) restrukturisasi
silogisme, dan b) tanggapan-sanggahan-penolakan pendapat! Kalian bisa
menentukan sendiri pilihan tanggapan, sanggahan, atau penolakan. Secara
prinsip, ketiganya memiliki level yang berbeda dengan konsekuensi logis yang
sesuai.
10. Kriteria penilaian berhubungan
dengan variabel isi (40%), konstruksi
(30%), dan bahasa (30%).
11. Jawaban diterima bila memenuhi
persyaratan yang ditentukan: 1)
MENGGUNAKAN EMAIL NAMA SAH; 2) menuliskan nama, kelas, dan nomor absen.
Tidak ada perbaikan atau kesempatan mengirim ulang.
12. Guru berhak menyeleksi jawaban
yang dimunculkan di daring.
13. Tabel lokasi soal dan pemberi
tanggapan-sanggahan-penolakan.
Tabel
nomor soal yang harus dikerjakan!
Wacana 1
No.
|
No. Paragraf
|
No.
Absen yang Mengerjakan
|
1
|
1-2-3
|
1;
9; 23; 24; 31
|
2
|
4-5-6
|
2;
10; 22; 25; 32
|
3
|
7-8-9
|
3;
11; 21; 26; 33
|
4
|
Judul-10-11
|
4;
12; 20; 27
|
Wacana 2
No.
|
No. Paragraf
|
No.
Absen yang Mengerjakan
|
1
|
1-2-3
|
5; 19; 28
|
2
|
4-5-6
|
6;
13; 18; 29
|
3
|
7-8-9
|
7;
14; 17; 30
|
4
|
10-11-12
|
8;
15; 16;34
|
Selamat mengerjakan!
WACANA
1
LULUS TIGA
SETENGAH TAHUN,SUDAH SIAPKAH?
1.
Lulus
tepat waktu adalah dambaan semua mahasiswa. Bagaimana tidak, setiap bertemu
dengan orang tua, keluarga besar dan orang sekitar entah yang benar-benar
mendo’akan atau mungkin mereka sedang bingung ingin membuka topik pembicaraan,
kata yang paling sering dan mudah terucap adalah “semoga cepat lulus”. Tak
peduli dengan yang masih semester awal atau semester akhir, yang mereka tau
adalah kita sedang kuliah dan tujuan kita kuliah adalah untuk lulus lalu
mencari pekerjaan.
2.
Bagaimana
dengan lulus 3,5 tahun? Nampaknya ini menjadi kegelisahan yang sangat
merumitkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Sudah lelah menempuh bangku kuliah,
alasan ekonomi, ingin cepat menikah atau bahkan hanya untuk sekedar eksistensi.
Yang pasti para pengejar 3,5 ini mempunyai alasan masing-masing. Namun yang
dipertanyakan adalah, sudah siap kah?
3.
Sebagian
mahasiswa atau bahkan kebanyakan mahasiswa dengan bangganya mengaku kepada
dunia, bahwa “saya adalah mahasiswa” yang di gadang-gadangkan sebagai kaum
intelektual muda, tapi ternyata di dalam kampus hanya bisa mengkritik dan
berkomentar di belakang, tanpa ada aksi dan kontribusi, masihkah pantas disebut
mahasiswa? Apa kontribusimu selama ini? 3,5 tahun bukan waktu yang singkat,
namun sangatlah disayangkan jika hanya mengambil manfaatnya saja untuk
mengambil ilmu dan kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya, dan
tidak mengembalikannya kepada fakultas, universitas dan Negri tercinta. 3,5
tahun bukan waktu yang singkat untuk mengukir sejuta aksi, aktif dalam
organisasi, melakukan pengabdian masyarakat, penelitian maupun kewirausahaan.
Memberi kontribusi pemikiran dalam kajian-kajian diskusi atau dalam bentuk aksi
nyata, baik dalam kegiatan keilmuan, lingkungan, sosial, budaya, seni,
keprofesian dan jutaan aksi lainnya. Lalu tuangkan dalam karya melalui essay,
karya tulis dan tulisan lain. Sekali lagi, 3,5 tahun bukan waktu yang singkat
untuk memberi kontribusi, sudah kah kamu? Jika belum, lalu apa yang kamu
lakukan selama 3,5 tahun ini? Dan pertanyaan selanjutnya adalah, lulus 3,5
tahun sudah PANTAS kah?
4.
Jangan
mengaku mahasiswa jika kamu biasa-biasa saja. Sungguh sangat disayangkan jika
tidak berusaha untuk menorehkan prestasi, lalu apa bedanya dengan yang siswa
biasa? Untuk apa menyandang gelar MAHA? Prestasi tidak hanya terbatas dalam
bidang akademik, namun juga non akademik. Sehingga tidak ada alasan lagi jika
tidak berprestasi, karena kewajiban mahasiswa adalah mengembangkan diri dan
meng-upgrade kapasitas diri. Sekali lagi, ini KEWAJIBAN! Lalu apa yang kamu
lakukan selama 3,5 tahun ini? Ini kah pertanggung jawabanmu terhadap uang
rakyat? Ini kah pertanggung jawabanmu terhadap keringat orang tuamu? Mungkin
anda sudah sangat bosan mendengar cerita “IP bagus, lulus 3,5 tapi saat
interview tidak bisa menjawab pertanyaan, di lapangan pun masih bingung harus
gimana”. Begitupun dengan saya juga sangat bosan mendengarnya, masalah klasik
yang tak terpecahkan. Inilah moment dimana sebagai mahasiswa di minta
pertanggung jawaban atas segala ilmu yang didapat. Disaat itulah, puncak
kesadaran bahwa ilmu tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada manusia, kepada
orang tua yang sudah bekerja keras, tapi juga kepada Allah atas kesempatan yang
sudah diberikan. Waktu 3,5 tahun tentunya lebih singkat dibanding 4 tahun untuk
belajar dan mengasah skill. Lantas yang dipertanyakan, sudah cukup kah bekal
ilmu dan skill mu untuk bekerja atau studi lanjut?
5.
Lulus
premature, tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”,
serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan
langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi
mendapat gelar sarjana 3,5 tahun. Para pejuang 3,5 jangan sampai tergesa-gesa
hingga mengesampingkan bidang garapan skripsi agar bisa linear dengan studi S2
dan selanjutnya. KUALITAS. Meskipun tidak ada penghargaan khusus untuk skripsi
terbaik, tapi seharusnya skripsi juga harus linear dengan rencana kerja atau
studi lanjut.
6.
Lulus
dengan waktu yang lebih muda setengah tahun, tentu juga dengan mental yang
terbilang lebih muda pula. Belum sempat bernafas lega untuk memenuhi syarat
yudisium dan wisuda, para pejuang 3,5 tahun tidak jarang yang kaget dengan
dunia kerja atau dunia pasca sarjana. Bukan karena belum siap mental, tapi
karena waktu untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan
dan dokumen-dokumen. Para pejuang 3,5 tahun lagi-lagi harus membagi waktunya
untuk persiapan yang lebih.
7.
Ini
bahasan yang cukup berat. Bagi sebagian mahsiswa yang “benar-benar”
mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau
dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya
PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar
pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus
dilakukan. Sudah siapkah?
8.
Dibalik
kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun
atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai
Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak
diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan
kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental
sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman
organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang. Sudah dipersiapkan untuk
lulus 3,5 tahun dan tentunya master plan
apa yang akan dilakukan setelah lulus baik untuk bekerja, wirausaha atau
melanjutkan studi yang tentunya linear dengan apa yang selama ini digeluti di
bangku kuliah. Sehingga para pejuang 3,5 ini kelak jika ditanya “apa ilmunya
sudah cukup?”, “apa sudah menguasai skill ini itu?”, “ apa sudah siap mental
untuk memasuki dunia kerja?”. Dan dengan bangganya para pejuang 3,5 akan
menjawab semua pertanyaan dengan sangat percaya diri, disertai jawaban
pamungkas “Waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus
4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak,
jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap?”
9.
Di
sisi lain, lulus 4 tahun pun juga baik. Lantas yang sering dipertanyakan
adalah, kenapa harus 4 tahun jika 3,5 tahun pun bisa? Lalu 1 semester 8 saat
sudah tidak ada beban mata kuliah, apa yang harus dilakukan di kampus? bagi
para pejuang 4 tahun prestatif, tentu tidak kebingungan. Mereka justru memiliki
ruang lebih banyak untuk memanfaatkan status “MAHASISWA”nya lebih lama. 1
semester terakhir bisa digunakan untuk menggenjot prestasi, student exchange,
kontribusi di organisasi atau menambah skill dengan magang. Para pejuang 4
tahun ini pun bisa lebih fokus untuk mengejar mimpinya dan mempersiapkan diri
untuk dunia pasca kampus. Bahkan bisa
mempersiapkan research yang out standing yang bisa linear untuk studi S2 dan
seterusnya, karena mereka tidak dibatasi waktu dan tidak khawatir jika waktu
research tergolong cukup lama.
10. Lantas yang
kurang baik yang seperti apa? Yang kurang baik adalah yang lulus 3,5 tahun
dengan tergesa-gesa, yang hanya ingin mengejar kecepatan waktu, tanpa ada
kontribusi, prestasi, skill dan ilmu yang masih sangat minim, mental yang belum
terlatih dan tidak merencanakan masa depannya karena yang diprioritaskannya
hanyalah hasil, yaitu cepat lulus. Sehingga yang terjadi adalah menambah jumlah pengangguran di Indonesia yang saat ini
sudah mencapai 7,45 juta orang dengan 8,29% berpendidikan sarjana. Selain itu,
fenomena lulus 3,5 tahun karena alasan eksistensi pun sangat marak terjadi,
namun hanya sebagian kecil yang menyadarinya. Malu jika tidak lulus bersama
dengan kawan seperjuangannya, ingin bisa diwisuda bersama, malu
dibanding-bandingkan dengan yang sudah lulus “kakak ini sudah lulus, tapi dia
belum” dan berbagai motif lain yang menjadikan alasan lulus 3,5 tahun untuk
sekedar eksistensi dan pencitraan di depan manusia. Hal ini terutama terjadi
pada fakultas atau jurusan yang memang setiap tahunnya banyak yang bisa lulus
3,5 tahun.
11. Dan yang kurang
baik juga adalah yang lulus 4 tahun atau lebih, namun dengan alasannya yang
kurang jelas seperti malas, menunda-nunda, ingin bermain-main dulu dan sebagian
waktu kuliahnya di semester 1-7 digunakan untuk hal-hal yang kurang produktif,
sehingga tidak prestatif dan tidak kontributif. Betapa disayangkan waktu yang
terbuang sia-sia dan juga biaya yang dikeluarkan orang tua untuk membayar biaya
kuliah dan biaya hidup terutama bagi yang merantau.
12. Terlepas dari
perdebatan tiada ujung antara lulus 4 tahun atau 3,5 tahun, waktu lulus adalah
sebuah pilihan, yang pasti harus direncanakan dengan matang. Jika lulus 3,5
tahun harus dipersiapkan rencana selanjutnya untuk studi lanjut atau bekerja,
sedangkan jika lulus 4 tahun pun juga harus dipersiapkan, apa saja yang akan
dilakukan di 1 semester terakhir untuk mengerjakan skripsi sembari melakukan
hal-hal yang produktif dan mempersiapkan hal-hal yang belum dipersiapkan.
Semangat berjuang para mahsiswa tingkat akhir J
WACANA
2
DICARI:
PENELITI MUDA INDONESIA!
Kompas KampusArgumentasiOct 28, 2015 905
1.
Mahasiswa
mengemban tugas utama yang termaktub dalam Tridarma Perguruan Tinggi, yang
diamini semua perguruan tinggi di Indonesia. Poin kedua dari tugas tersebut
adalah penelitian dan pengembangan. Sayangnya, penelitian yang dikerjakan
mahasiswa baru sebatas untuk memenuhi tugas kuliah. Mengerjakan skripsi adalah
bentuk penelitian ilmiah menggunakan metodologi baku dan disusun runut. Di luar
itu, tugas-tugas kuliah pun banyak mengadopsi cara meneliti, bisa lewat
pengamatan langsung di lapangan ataupun studi literatur. Gambaran tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa cukup akrab atau juga dibiasakan dengan penelitian.
Meski demikian, tak terlalu banyak mahasiswa yang memilih peneliti sebagai
profesi mereka di kemudian hari.
2.
Alasannya
bermacam-macam. Rata-rata menganggap profesi peneliti terlalu kaku atau serius.
Bahkan ada yang beranggapan bahwa menjadi peneliti tidak bisa dijadikan
sandaran hidup dari sisi penghasilan. Fitri Damayanti, mahasiswa jurusan
Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, justru berpendapat bahwa
peneliti adalah juru kunci bagi kelangsungan bangsa. Di tangan para peneliti,
kemajuan bangsa dibentuk. Oleh karena itu, Fitri mengharapkan lebih banyak
generasi muda yang mau menjadi peneliti, tak sekadar meneliti ketika ada tugas
kuliah. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir misalnya, para penyandang gelar
doktor dari kampus luar negeri ”pulang kampung” ke Indonesia dan menjadi peneliti
LIPI. Salah satunya adalah Doktor Ratih Pangestuti. Penyandang cum laude dari
Pukyong National University, Korea, ini meraih gelar doktor di usia terbilang
muda, 29 tahun.
3.
Awal
Oktober ini, Ratih menerima penghargaan LIPI Young Scientist Award 2015 atas
penelitiannya tentang pemanfaatan teripang atau timun laut sebagai bahan baku
obat. ”Selama ini produk biota laut Indonesia diperjualbelikan dalam bentuk
mentah. Oleh karena itu, perlu penambahan nilai produk supaya meningkatkan
perekonomian masyarakat Indonesia,” ujarnya. LIPI Young Scientist Award adalah
penghargaan kepada ilmuwan muda Indonesia yang berusia di bawah 35 tahun.
Penghargaan yang baru pertama kali digelar tahun ini tersebut diberikan kepada
peneliti yang konsisten membagikan hasil penelitiannya bagi masyarakat luas
ataupun perkembangan ilmu pengetahuan.
4.
Hasil
penelitian yang memberi manfaat langsung bisa menjadi solusi bagi permasalahan
bangsa. Meski demikian, hasil penelitian itu tak sepenuhnya bisa langsung
diimplementasikan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pengembangan oleh
instansi pemerintah terkait. Hasil penelitian Ratih yang terkait biota laut
bersinggungan dengan kepentingan sejumlah kementerian, seperti Kementerian
Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian. Birokrasi semacam itu kadang membuat hasil penelitian hanya berhenti sebagai
rekomendasi. Walaupun demikian, pencarian bibit peneliti baru terus dilakukan.
Salah satu caranya adalah mengadakan kompetisi penelitian ilmu pengetahuan
Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang digelar LIPI sejak 1962. Kompetisi ini
ditujukan bagi calon peneliti berusia 12-19 tahun. Di jenjang mahasiswa ada
Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5.
Titik
cerah dunia penelitian Indonesia terlihat pada penyelenggaraan LKIR tahun ini.
Ada peningkatan jumlah peserta sebanyak 30 persen. Tahun ini, dewan juri ajang
itu menyeleksi 2.041 proposal penelitian. Sementara pada tahun sebelumnya
proposal yang masuk hanya berjumlah 1.431 buah. Laksana Tri Handoko, Ketua
Dewan Juri LKIR 2015, menyebutkan, peningkatan jumlah proposal penelitian cukup
menggembirakan. ”Hal itu mengindikasikan sebenarnya banyak yang berminat pada
kegiatan riset,” kata Handoko. Untuk merangsang minat remaja meneliti, LIPI
menggandeng British Council melalui The Newton Fund. Jadi, pemenang lomba karya
ilmiah berkesempatan memperdalam penelitiannya untuk diikutsertakan di ajang
internasional.
6.
Jika
hasil penelitian pernah memenangi lomba, apalagi ajang internasional, siswa
bersangkutan mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus
bergengsi. Pemenang LKIR tahun lalu adalah Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan
dari SMA Negeri 1 Surakarta yang menyelisik abu vulkanik Gunung Kelud sebagai
materi penyaringan limbah cair. Berkat karyanya itu, mereka berdua
berkesempatan melawat ke Pittsburgh, AS, untuk mengikuti ajang Intel
International Science and Engineering Fair. Karya mereka diganjar penghargaan
spesial. Luca kini berkuliah di Institut Teknologi Bandung dengan jalur
penerimaan khusus. Namanya juga sempat menghiasi media massa berkat
kecemerlangannya.
7.
Perjalanan
menuju peneliti profesional memang masih jauh. Nah, untuk sampai ke sana,
dibutuhkan keteguhan. Handoko berpendapat, mahasiswa yang berminat menjadi
peneliti harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai titik akhir, yaitu
jenjang doktoral. ”Selain itu, cari pembimbing atau dosen yang berorientasi
pada riset. Semasa kuliah, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk bergabung dengan
tim peneliti LIPI supaya bisa merasakan iklim riset ilmiah,” ujar Handoko. Peluang
itu sangat menggiurkan karena, selain bisa menambah wawasan, siapa tahu
peneliti profesional mengajak jalan-jalan ke daerah yang diteliti hingga ke
pelosok Indonesia. Ada yang berminat? Indonesia membutuhkanmu. Penelitian
menjadi dasar suatu kebijakan disusun, diterapkan, dan akhirnya dievaluasi.
Dengan penelitian, juga dapat ditemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi
khalayak. Maka, saya menyebut seorang peneliti sebagai ”juru kunci” dan ”juru
selamat” bagi kemajuan suatu negara.
8.
Banyak
mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian. Hal itu terlihat dari Program
Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Dalam program itu, bidang yang banyak dipilih adalah bidang penelitian.
Tugas dari dosen pun tidak jarang mengandung unsur penelitian dan pemecahannya.
Namun, sayangnya, penelitian yang dilakukan selama ini sekadar hitam di atas
putih alias kurang implementasi. Data dan solusi mangkrak di laptop ataupun di
meja dosen. Saya berpendapat, negara ini membutuhkan peneliti berpengalaman
sejak dari mahasiswa. Untuk merintis pengalaman itu, mahasiswa harus peka
dengan sekitar, selalu merasa ingin tahu, dan banyak memiliki referensi. Caranya
adalah dengan membaca buku dan bermain keluar dari zona nyaman. Jika sudah
demikian, bersiaplah menjadi juru kunci kemajuan negara Indonesia. Peneliti
merupakan komponen penting dalam suatu bangsa. Dewasa ini Indonesia memiliki
banyak peneliti, terutama kaum muda. Pada kenyataannya, para peneliti muda
belum semuanya diayomi pemerintah. Kampus kami, misalnya, setelah berpuluh
tahun berkarya baru kali ini mengikuti Pelatihan Kreativitas Mahasiswa (PKM)
untuk menjadi peneliti muda oleh Ditjen Dikti. Sebagai mahasiswa, kami telah
sering menjadi peneliti. Namun, penelitian itu hanya sampai pada tataran tugas
karya ilmiah hingga skripsi.
9.
Sebagai
mahasiswa Filsafat, banyak tema penelitian yang sering kami ulas karena luasnya
ilmu ini. Beragam cara dilakukan sebagai langkah dasar menjadi peneliti,
seperti mengembangkan sikap kritis serta rasa ingin tahu yang tinggi sehingga
dapat melihat realitas dengan baik. Selain itu, semangat menulis para peneliti
muda, mahasiswa, perlu ditingkatkan agar menjadi peneliti yang produktif. Menjadi
peneliti bukanlah suatu pekerjaan mudah karena membutuhkan minat untuk terus
mendalami ilmu yang digeluti. Saat ini, minat untuk menjadi peneliti di
kalangan mahasiswa cenderung menurun. Salah satu latar belakang adalah mahasiswa
yang enggan menulis. Mereka beranggapan bahwa dirinya tidak bisa menulis.
Padahal, menjadi mahasiswa tak pernah lepas dari kegiatan membaca dan menulis.
10.
Kurangnya
minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah
pers mahasiswa. Dampaknya, hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos.
Mahasiswa juga perlu memotivasi dalam diri untuk mengikuti kelompok diskusi.
Padahal, dari forum semacam ini, mahasiswa dapat memperoleh berbagai
pengetahuan sehingga dapat bertukar pikiran dan memunculkan ide. Penyebab lain
dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan
dari pihak pemerintah. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendukung
serta memberikan apresiasi khusus sehingga para mahasiswa dapat lebih aktif dan
tergugah untuk mengembangkan minatnya dalam bidang menulis. Menjadi seorang
peneliti tentu tidaklah mudah. Dalam membuat penelitian, mereka harus
benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu
dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula
banyak referensi dari buku dan media.
11.
Untuk
mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis
ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah.
Belum lagi saat hasil karya tulis diuji, perlu penguasaan materi untuk
mengatasinya. Maka dari itu, kita perlu melatih diri sejak dini. Jika karya
tulis ilmiahnya lolos sampai tahap akhir seleksi, ada hadiah uang tunai yang
cukup besar bakal jadi imbalannya. Ada yang sudah beberapa kali mengikuti lomba
karya tulis ilmiah. Banyak manfaat positif yang telah diperoleh. Pertama kali ikut lomba ia gagal.
Dari kegagalan itu, ia belajar bagaimana aturan dalam membuat karya tulis
ilmiah yang benar. Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat
mahasiswa agar menjadi seorang peneliti. Hal tersebut juga dapat memudahkan
mahasiswa membuat skripsi nantinya.
12.
Tidak
semua mahasiswa kini menjadi peneliti karena dorongan dari dalam diri.
Kebanyakan dari mereka melakukan penelitian karena tugas kuliah atau tugas
akhir/skripsi. Padahal, tanpa mereka sadari dan ketahui, aktivitas penelitian
sebenarnya terus mereka lakukan. Banyak mahasiswa merasa bahwa penelitian itu
rumit karena harus menggunakan teori serta pengerjaannya terstruktur dan
metodis. Namun, tanpa ada teori atau preferensi dari penelitian terdahulu,
bagaimana mungkin penelitian yang bagus dihasilkan? Profesi peneliti di
Indonesia untuk bidang ilmu yang belum tergali dengan baik merupakan peluang
bagi mahasiswa. Hal ini bisa dijadikan motivasi agar mahasiswa mau menjadi
peneliti, entah itu ikut dalam lembaga atau mengajukan secara pribadi. Itu
karena dedikasi mahasiswa untuk kegiatan penelitian akan berdampak positif,
terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Semoga dengan
banyaknya penyedia penelitian ataupun studi lanjut untuk penelitian bisa
mendorong mahasiswa berkontribusi bagi negara melalui hasil penelitian yang
solutif.
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
RESTRUKTURISASI
Wacana 1 : LULUS TIGA SETENGAH TAHUN,SUDAH SIAPKAH?
1.1 paragraf 1
Kalimat inti: Lulus tepat waktu adalah dambaan semua mahasiswa
PM:waktu tiga setengah tahun(A) adalah waktu semua mahasiswa(B)
Pm: Lulus tepat waktu(C)membutuhkan waktu tiga tahun(A)
K: Lulus tepat waktu(C) adalah dambaan semua mahasiswa(B)
1.2 paragraf 2
Kalimat inti: Yang pasti para pengejar 3,5 ini mempunyai alasan masing-masing
PM: semua mahasiswa(A) mempunyai alasan masing-masing (B)
Pm: Yang pasti para pengejar 3,5 (C)adalah seorang mahasiswa (A)
K: Yang pasti para pengejar 3,5 (C) ini mempunyai alasan masing-masing (B)
1.3 paragraf 3
Kalimat inti: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat untuk memberi kontribusi
PM:semua mahasiswa diharapkan (A) untuk memberi kontribusi (B)
Pm: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat (C)bagi mahasiswa (A)
K: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat (C) untuk memberi kontribusi (B)
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
Pembuka
Pendidikan adalah modal utama di era sekarang, orang banyak memandang orang lain dari tingkat pendidikannya sehingga pendidikan menjadi sangat penting.Ada 4 tahapan dalam pendidikan yaitu tahap 1 atau yang biasa di sebut Sekolah Dasar(SD) kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Menegah Pertama(SMP) setelah SMP ada Sekolah Menegah Atas(SMA) dan yang terakhir adalah kuliah.Beda dengan sekolah kuliah lebih mementingkan jurusan yang diminati oleh orang yg berkuliah, karena setelah kuliah individu hendaknya dapat menerapkan ajaran dari kuliah dengan cara bekerja atau membuka usaha sendiri.
Paragraf 1
BalasHapusSemua mahasiswa mendambakan untuk cepat lulus karena dengan lulus mereka dapat mencari pekerjaan dan memulai kehidupan yang baru dan mandiri. Selain mahasiswa keluarga dan kerabat juga ingin mahasiswa untuk cepat lulus dikarenakan orangtua ingin cepat melihat anak nya menjadi orang yang sukses dan dapat membanggakan kedua orangtuanya. Setelah membanggakan kedua orantua nya maka orang itu masih mempunyai tugas yang lain yaitu membangun keluarganya sendiri.
Nama:Vido Oktavianto
Kelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
Paragraf 2
Waktu yang diperlukan mahasiswa untuk lulus adalah 3,5 tahun, waktu ini adalah waktu yang paling singkat untuk lulus dari kuliah. Tetapi terkadang mahasiswa belum siap untuk menempuh waktu ini sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk lulus dari perguruan tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi cepat lambatnya seseorang untuk lulus dari perguruan tinggi adalah kemampuan individu dalam mencerna pelajaran yang diajarkan, sehingga semakin lama mahasiswa menerima pelajaran yang ia dapat makan semakin lama waktu yang diperlukan oleh mahasiswa tersebut untuk lulus.
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
Paragraf 3
Kualitas Mahasiswa sekarang ini sedang merosot dikarenakan para mahasiswa menyianyiakan waktu mereka kuliah hanya untuk melakukan kegiatan yang tidak penting seperti berdemo, mereka mengatakan bahawa mereka adalah pelajar dengan tingkat intelektual yang tinggi sehingga banyak orang yang memiliki pikiran kritis tetapi cara mereka dalam menyampaikan pendapat berbanding jauh dengan pikiran mereka. Pada saat berdemo para mahasiswa membakar ban,menutup jalan, dan tidak heran jika mereka mengolok olok pemerintah dengan kelakuan mereka . Sangat disayangkan mereka yang memiliki pikiran kritis dan tidak menggunakan pikiran itu dalam hal yang lebih berguna seperti membuat prestasi yang dapat mengharumkan nama bangsa. Terkadang mereka tidak berpikir pada saat menyianyiakan waktu berdemo ada orang yang sedang berusahan untuk mengumpulkan uang untuk berkuliah sedangkan mereka yang meiliki ekonomi cukup menyianyiakan waktu untuk berdemo, waktu untuk berdemo dapat mereka gunakan untuk belajar dan mencari prestasi.
Penutup
Secara keseluruhan yang dapat menentukan cepat lambatnya kelulusan adalah diri sendiri. Semakin besar kemauan untuk lulus tiga setengah tahun semakin besar juga kemungkinan untuk lulus tiga setengah tahun, tetapi jika hanya memiliki kemauan yang besar dan tidak memiliki usaha yang besar makan kemauan itu hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tidak dapat dicapai. Selain kemauan dan usaha kita juga harus pintar-pintar dalam mengolah waktu yang kita punya untuk memaksimalkan tujuan yang ingin kita raih.
Nama: Fernandi Chandra
BalasHapusKelas: XII MIPA 7
No. Absen : 8
Tugas: Wacana ke-2, paragraf 10,11, dan 12.
a) Restrukturisasi silogisme
1. Paragraf 10
PM (PU) : Kurangnya jumlah pers mahasiswa(A) menyebabkan hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos(B).
Pm (Pk) : Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis(C) terlihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa(A).
Kesimpulan : Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis(C) menyebabkan hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos(B).
2. Paragraf 11
PM (PU) : Mahasiswa mudah membuat skripsi nantinya(A) mendongkrak minat mahasiswa menjadi seorang peneliti(B).
Pm (Pk) : Berlatih membuat karya tulis ilmiah(C) membuat mahasiswa mudah membuat skripsi nantinya(A).
Kesimpulan : Berlatih membuat karya tulis ilmiah(C) mendongkrak minat mahasiswa menjadi seorang peneliti(B).
3. Paragraf 12
PM (PU) : Motivasi mahasiswa untuk menjadi peneliti(A) merupakan peluang bagi mahasiswa(B).
Pm (Pk) : Profesi peneliti di Indonesia dalam bidang ilmu yang belum tergali dengan baik(C) menjadi motivasi mahasiswa untuk menjadi peneliti(A).
Kesimpulan : Profesi peneliti di Indonesia dalam bidang ilmu yang belum tergali dengan baik(C) merupakan peluang bagi mahasiswa.
b) Tanggapan-Sanggahan-Penolakan Pendapat
1. Tanggapan-Sanggahan-Penolakan Pendapat Paragraf 10:
Jaman sekarang terlihat bahwa sebagian besar para mahasiswa jarang membaca dan menulis. Perkembangan jaman yang pesat malah membuat bukan hanya mahasiswa saja malas membaca dan menulis, melainkan sebagian besar kalangan masyarakat. Teknologi yang semakin canggih malah membuat sebagian masyarakat suka bermain gadget. Padahal banyak buku-buku bermanfaat yang dapat dibaca, khususnya oleh mahasiswa.
Pernyataan “Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa” memang benar. Tetapi menurut saya kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bukan hanya ditunjukkan dari kurangnya jumlah pers mahasiswa saja. Terlihat pada jaman sekarang bahwa seiring berkembangnya jaman, banyak mahasiswa yang sudah menggunakan gadget. Gadget yang digunakan inilah yang membuat minat mahasiswa membaca dan menulis menjadi sangat kurang. Berbagai aplikasi dan game dalam gadget yang berkembang ini membuat mahasiswa ketagihan.
Banyaknya pers yang dibuat mahasiswa bukanlah hanya satu penunjuk kurangnya minat mahasiswa. Mahasiswa yang aktif membuat pers memang terlihat minat dalam membaca dan menulis. Tetapi kita jika kita lihat sekeliling kita, banyak mahasiswa yang jarang membawa buku kemanapun mereka berada, misalnya jika menggunakan kendaraan seperti kereta api. Tentunya dengan menggunakan kendaaraan tersebut kita memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tujuan. Seharusnya kita mengisi waktu kita untuk membaca pada saat menunggu waktu kita sampai, tetapi sekarang kebanyakan mahasiswa malah memainkan smartphone untuk meluangkan waktunya. Padahal waktu luang tersebut dapat diisi dengan membaca, dan nantinya dapat digunakan sebagai ide untuk menulis.
Dengan minat mahasiswa membaca dan menulis, banyak hal yang dapat dicapai. Mahasiswa dapat menghasilkan karya-karya yang membanggakan, bahkan juga di lain sisi dapat membantu menyelesaikan tugas skripsinya. Jadi, bukan hanya pers saja yang harus diwaspadai, tapi teknologi yang semakin canggih juga harus diwaspadai oleh mahasiswa.
2. Tanggapan-Sanggahan-Penolakan Pendapat Paragraf 11:
BalasHapusMembuat karya tulis ilmiah dapat dijadikan hobi untuk para mahasiswa. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membuat karya tulis ilmiah ini, terutama untuk para mahasiswa. Manfaat yang terbesar adalah nantinya siswa dapat dengan mudah membuat skripsinya.
Keseriusan dan kejelian memang benar dibutuhkan dalam membuat karya tulis ilmiah. Pernyataan “Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat mahasiswa agar menjadi seorang peneliti” menurut saya kurang tepat. Tidak semua mahasiswa terdongkrak minatnya untuk menjadi peneliti hanya dengan berlatih menulis karya tulis ilmiah. Jika ingin menjadi peneliti, seharusnya siswa mempunyai minat dari diri sendiri terlebih dahulu.
Siswa yang punya minat dari diri sendiri untuk menjadi peneliti nantinya dapat berlatih membuat karya tulis ilmiah, yang memang perlu untuk melakukan sebuah penelitian. Tidak sebatas berlatih saja, mahasiswa juga harus aktif mencari literatur tentang karya ilmiah, dan kalau perlu mengikuti kelas-kelas tertentu. Mahasiswa dapat bertanya kepada dosen saran dalam membuat karya ilmiah. Hal lain yang dapat dilakukan mahasiswa adalah melihat dan mengamati karya tulis ilmiah yang sudah diakui kebenarannya.
Dengan minat siswa menjadi peneliti, banyak hal yang bisa didapatkan. Imbalan uang contohnya, dapat diperoleh jika memenangkan suatu lomba membuat karya tulis ilmiah. Menjadi peneliti juga dapat membuat mahasiswa menjadi terus berpikir kreatis dan nantinya mahasiswa dapat menjadi ilmuwan yang berguna bagi dunia.
3. Tanggapan-Sanggahan-Penolakan Pendapat Paragraf 12:
Tugas kuliah atau tugas akhir/skripsi memang memerlukan karya tulis ilmiah untuk membuatnya. Para mahasiswa banyak yang terus mengulang-ulang membuat skripsi karena dianggap masih salah oleh dosen yang bersangkutan. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya minat mahasiswa dalam menulis dan membaca sehingga jarang melakukan suatu penelitian dan jarang membuat suatu karya tulis ilmiah.
Pernyataan “Banyak mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit karena harus menggunakan teori serta pengerjaannya terstruktur dan metodis” menurut saya tidak benar. Jika seorang mahasiswa memang ingin melakukan penelitian dari keinginan diri sendiri, tentunya seorang mahasiswa tidak akan berpikir seperti pernyataan tersebut. Menjadi peneliti memang suatu pekerjaan yang rumit, tetapi jika pikiran seorang mahasiswa sudah dibekali minat dan keterampilan yang hebat, maka penelitian itu akan dilakukan dengan senang hati, walaupun kita harus menggunakan teori dan mengerjakan penelitian harus terstruktur dan metodis.
Penelitian memanglah rumit, tetapi profesi tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang banyak. Seorang mahasiswa dapat menjadi orang yang bermanfaat jika melakukan penelitian yang bermanfaat bagi apapun, siapapun, dan dimanapun. Pekerjaan yang terstruktur dan metodis memang diperlukan, termasuk membuat karya tulis ilmiah. Tetapi hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan jika memang ingin melakukan sebuah penelitian dan menjadi seorang peneliti.
Dengan menganggap bahwa penelitian itu menyenangkan walaupun rumit, seorang mahasiswa dapat menjadi peneliti yang berguna kelak. Dengan berbagai latihan dan latihan, kelak seorang mahasiswa menjadi peneliti yang hebat, apalagi jika memanfaatkan peluang profesi peneliti di Indonesia untuk bidang ilmu yang belum tergali dengan baik. Sehingga seorang mahasiswa saja dapat berkontribusi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.
Nama: Fernandi Chandra
Kelas: XII MIPA 7
No. Absen : 8
Tugas: Wacana ke-2, paragraf 10,11, dan 12.
Wacana 2 DICARI: PENELITI MUDA INDONESIA!
BalasHapusI. RESTRUKTURISASI
1.1 Paragraf 4
1.1.1 Premis Mayor : Indonesia perlu terus mencari peneliti baru.
1.1.2 Premis Minor : Peneliti baru berasal dari peneliti muda.
1.1.3 Kesimpulan : Indonesia perlu terus mencari peneliti muda.
1.2 Paragraf 5
1.2.1 Premis Mayor : Peningkatan jumlah peserta dalam peserta penelitian.
1.2.2 Premis Minor : Kesuksesan penelitian di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan jumlah peserta.
1.2.3 Kesimpulan : Penelitian di Indonesia semakin sukses.
1.3 Paragraf 6
1.3.1 Premis Mayor : Penelitian muda yang kreatif dapat menjadi pemenang lomba di tingkat internasional.
1.3.2 Premis Minor : Peneliti muda mendapat kesempatan untuk kuliah di luar negeri.
1.3.3 Kesimpulan : Pemenang lomba tingkat internasional mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negeri.
Nama : Inge Venesia
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 13
II. TANGGAPAN, SANGGAHAN, DAN PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusPenelitian memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Untuk melakukan penelitian diperlukan pengetahuan yang luas serta waktu yang banyak. Seorang peneliti mencurahkan sebagian besar waktunya untuk penelitian yang dilakukannya. Walaupun sulit, penelitian memberikan dampak yang besar bagi masyarakat sekitar.
Paragraf 4
Hasil penelitian Ratih yang berkaitan dengan biota laut belum sepenuhnya diakui dan masih dianggap menjadi rekomendasi. Padahal hasil penelitian tersebut sangat berguna bagi masyarakat, apalagi hasil penelitian Ratih dalam bidang obat-obatan. Selain Ratih, diharapkan munculnya peneliti muda yang dapat menemukan sesuatu yang baru. Meskipun banyak pemuda berbakat di negeri ini, namun mereka pasti akan berpikir berulang kali untuk menjadi peneliti. Mengapa demikian? Seperti kasus penelitian Ratih yang masih dijadikan rekomendasi dan belum sepenuhnya di dukung oleh pemerintah, pemuda juga akan beranggapan bahwa nanti karyanya pun akan sama seperti karya Ratih dan kurang dihargai oleh pemerintah. Hal tersebut membuat pemuda sungkan untuk berkarya.
Paragraf 5
Penelitian di Indonesia semakin membaik tahun demi tahun. Hal tersebut dilihat dari jumlah peserta yang semakin meningkat. Namun jumlah peserta bukanlah satu-satunya patokan yang menjadi tolak ukur kesuksesan suatu ajang penelitian. Kualitas dari peserta juga perlu dipertimbangkan. Dalam kompetisi penelitian, yang paling kreatif dan berguna lah yang dianggap paling baik. Meskipun jumlah pesertanya banyak, tetapi jika kualitasnya kurang memadai juga tidak menghasilkan apa-apa. Penelitian yang kualitasnya kurang, apalagi plagiat, tidak pantas disebut sukses. Kembali lagi pada hasil evaluasi kegiatan tersebut yang dapat menentukan sukses atau tidaknya penelitian di Indonesia.
Paragraph 6
Pemenang lomba dari tingkat nasional dapat direkomendasikan pada perlombaan di tingkat internasional. Pemenang lomba pada tingkat internasional mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negeri. Meskipun itu merupakan hal yang sulit ditolak, namun terkadang amat disayangkan. Pemuda-pemuda cerdas dan kreatif dari Indonesia banyak yang menuntut ilmu di luar negeri dan tidak kembali lagi ke tanah air. Hal tersebut dikarenakan karya mereka kurang dihargai di negeri sendiri. Selain itu dari segi ekonomis juga, penghasilan di luar negeri jauh lebih tinggi daripada di dalam negeri. Padahal Indonesia sangatlah membutuhkan pemuda-pemuda seperti itu untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi.
Penelitian di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Kita sebagai pemuda-pemudi Indonesia haruslah menjadi sumber cahaya bagi tanah air menuju kehidupan yang lebih baik. Tidak ada ruginya kita berkarya di negeri sendiri untuk memajukan Indonesia. Pemerintah juga diharapkan lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada dunia penelitian Indonesia, terutama yang dilakukan pemuda karena mereka merupakan penerus-penerus bangsa.
Nama : Inge Venesia
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 13
Nama : M.Affandi.T.H
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
Absen : 21
I. restrukturisasi silogisme
PM : premis minor
pm : premis mayor
k : kesimpulan
paragraf 7 :
PM : ilmu agama dan mental yang matang(A) Merupakan hal dipersipkan untuk menikah(B)
Pm : mahasiswa yang mempersiapkan “masa depanya” sabagai Alasan untuk menikah (C) butuh untuk mengikuti kegiatan - kegiatan Yang ekstra(A).
K : mahasiswa yang bersunguh ingin menikah membutuhkan kesiapan yang matang, secara jasmani dan mental.
Paragraf 8 :
PM : untuk lulus 3.5 tahun(A) dibutuhkan indeksprestasi mahasiswa yang cemerlang,mental yang kuat, kemampuan kepemimpinan yang tinggi dan pengalaman yang terorganisir(B).
Pm : mahasiswa yang lulus 3.5 tahun(A) harus tau rencana yang akan di lakukan untuk masa depannya (C)
K : ilmu yang di pelajari mahasiswa selama 3.5 tahun, digunakan untuk hal yang telah dipersipkannya.
Paragraf 9 :
PM : 1 semester terakhir(B) digunakan mahasiswa untuk mencari prestasi dengan berkerja magang dan pertukaran pelajar (A).
pm : mahasiswa yang lulus 4 tahun(C) memiliki pengalam yang lebih dari lulus 3.5 tahun(A)
K : masiswan lulus 4 tahun lebih unggul dalam pengalam kerja dari pada mahasiswa yang lulus 3.5 tahun.
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
Setiap tahunnya neeri ini menghasilkan mahasiswa yang berbakat yang berfungsi sebagai cikal bakal kesuksesan negara ini pada masa depan yang akan datang. Setiap pilihan yang ditentukan secara matang-matang. Setiap pilahn tidak hana merubah masa depan seseorang tetapi juga merubah suatu bangsa. Hal ini di wujudkan dalam setiap paragraf yang di beriakan tanggapan – sanggahan – penolakan pendapat di bawah ini
Paragraf 7
Menurut saya pada paragraf 7 banyak kata berbahsa inggris yang tidak di tulis mirirng atau diberi tanda garis bawah, misalnya kata extra dan deadline yang merupakan kata berbahasa inggris. Selain itu ide pokok pada paragraf 7 menjelaskan tentang persiapan sorang mahasiswa untuk menikah. Menurut saya pernikahan itu bukanlah hal yang berat, yang membuat pernikahan itu berat karena pandangan perspektif saja. Menikah bukanlah hal yang berat tetapi merupakan suatu pilihan.
Paragraf 8
Lulus 3.5 tahun merupakan prestasi yang besar bagi seorang mahasiswa. Karena tidak banyak mahasiswa yang lulus 3.5 tahun dengan indeksprestasi yang tinggi dengan daya kemampuan yang luar biasa. Tetapi menurut saya lulus dengan 3.5 tahun terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan itu biasanya di segi pengalaman untuk bekerja. Penulis juga menyatakan bahwa lulus 3.5 tahun lebih siap dari pada lulus selama 4 tahun. Hal ini bertentangan dengan keefekivitas seseorang, tidak semua orang yang lulus 3.5 tahun lebih hebat dari pada 4 tahun. Pencapaian sesorang terbentuk dari kegiatan sesorang bukan dari waktu yang telah digunakan.
Paragraf 9
Saya setuju dengan pernyataan penulis pada paragraf ini, karena lulus 4 taun memiiki kelebihan yang berbeda. Tidak hanay kelebihan dalam segi ilmu tetapi juga dalam segi pengalaman. Mereka yang lulus 4 tahun merupakan mahasiswa yang lulus 3.5 tahund dan menggunakan 1 seeser akhir yang fungsinya sebagai mencari pengalaman. Mahasiswa ini memanfaatkan 1 semeser ini sebagai pusat persiapan untuk tingkatan selanjutnya yang lebih susah dan menantang. Semester akhir yang mereka gunakan dapat berfungsi sebagai kunci kesuksesan yang akan datang.
Telah di jelaskan diatas seiap tindakan dapat mempengaruhi hasil akhir suatu pekerjaan. Setiap prestasi atau tindakan diselesaikan dengan pilhan yang tepat. Setiap pilihan harus di pikirkan hinga akar-akar masalah yang akan timbul, tidak hanya itu mencari jawaban atas suatu masalah dapat memperluas pengetahuan seseorang.
Nama : M.Affandi.T.H
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
Absen : 21
I. restrukturisasi silogisme
PM : premis minor
pm : premis mayor
k : kesimpulan
paragraf 7 :
PM : ilmu agama dan mental yang matang(A) Merupakan hal dipersipkan untuk menikah(B)
Pm : mahasiswa yang mempersiapkan “masa depanya” sabagai Alasan untuk menikah (C) butuh untuk mengikuti kegiatan - kegiatan Yang ekstra(A).
K : mahasiswa yang bersunguh ingin menikah membutuhkan kesiapan yang matang, secara jasmani dan mental.
Paragraf 8 :
PM : untuk lulus 3.5 tahun(A) dibutuhkan indeksprestasi mahasiswa yang cemerlang,mental yang kuat, kemampuan kepemimpinan yang tinggi dan pengalaman yang terorganisir(B).
Pm : mahasiswa yang lulus 3.5 tahun(A) harus tau rencana yang akan di lakukan untuk masa depannya (C)
K : ilmu yang di pelajari mahasiswa selama 3.5 tahun, digunakan untuk hal yang telah dipersipkannya.
Paragraf 9 :
PM : 1 semester terakhir(B) digunakan mahasiswa untuk mencari prestasi dengan berkerja magang dan pertukaran pelajar (A).
pm : mahasiswa yang lulus 4 tahun(C) memiliki pengalam yang lebih dari lulus 3.5 tahun(A)
K : masiswan lulus 4 tahun lebih unggul dalam pengalam kerja dari pada mahasiswa yang lulus 3.5 tahun.
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
Setiap tahunnya neeri ini menghasilkan mahasiswa yang berbakat yang berfungsi sebagai cikal bakal kesuksesan negara ini pada masa depan yang akan datang. Setiap pilihan yang ditentukan secara matang-matang. Setiap pilahn tidak hana merubah masa depan seseorang tetapi juga merubah suatu bangsa. Hal ini di wujudkan dalam setiap paragraf yang di beriakan tanggapan – sanggahan – penolakan pendapat di bawah ini
Paragraf 7
Menurut saya pada paragraf 7 banyak kata berbahsa inggris yang tidak di tulis mirirng atau diberi tanda garis bawah, misalnya kata extra dan deadline yang merupakan kata berbahasa inggris. Selain itu ide pokok pada paragraf 7 menjelaskan tentang persiapan sorang mahasiswa untuk menikah. Menurut saya pernikahan itu bukanlah hal yang berat, yang membuat pernikahan itu berat karena pandangan perspektif saja. Menikah bukanlah hal yang berat tetapi merupakan suatu pilihan.
Paragraf 8
Lulus 3.5 tahun merupakan prestasi yang besar bagi seorang mahasiswa. Karena tidak banyak mahasiswa yang lulus 3.5 tahun dengan indeksprestasi yang tinggi dengan daya kemampuan yang luar biasa. Tetapi menurut saya lulus dengan 3.5 tahun terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan itu biasanya di segi pengalaman untuk bekerja. Penulis juga menyatakan bahwa lulus 3.5 tahun lebih siap dari pada lulus selama 4 tahun. Hal ini bertentangan dengan keefekivitas seseorang, tidak semua orang yang lulus 3.5 tahun lebih hebat dari pada 4 tahun. Pencapaian sesorang terbentuk dari kegiatan sesorang bukan dari waktu yang telah digunakan.
Paragraf 9
Saya setuju dengan pernyataan penulis pada paragraf ini, karena lulus 4 taun memiiki kelebihan yang berbeda. Tidak hanay kelebihan dalam segi ilmu tetapi juga dalam segi pengalaman. Mereka yang lulus 4 tahun merupakan mahasiswa yang lulus 3.5 tahund dan menggunakan 1 seeser akhir yang fungsinya sebagai mencari pengalaman. Mahasiswa ini memanfaatkan 1 semeser ini sebagai pusat persiapan untuk tingkatan selanjutnya yang lebih susah dan menantang. Semester akhir yang mereka gunakan dapat berfungsi sebagai kunci kesuksesan yang akan datang.
Telah di jelaskan diatas seiap tindakan dapat mempengaruhi hasil akhir suatu pekerjaan. Setiap prestasi atau tindakan diselesaikan dengan pilhan yang tepat. Setiap pilihan harus di pikirkan hinga akar-akar masalah yang akan timbul, tidak hanya itu mencari jawaban atas suatu masalah dapat memperluas pengetahuan seseorang.
Wacana II (Paragraf 7, 8, dan 9)
BalasHapus1. RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
1.1.1. Premis Mayor (PM) : Seorang mahasiswa yang serius akan masa depannya (A) harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai titik akhir (B).
1.1.2. Premis Minor (Pm) : Mahasiswa yang ingin menjadi peneliti (C) adalah seorang mahasiswa yang serius terhadap masa depannya (A).
1.1.3. Kesimpulan (K) : Mahasiswa yang ingin menjadi peneliti (C) harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai titik akhir (B).
1.2. Paragraf 8
1.2.1. Premis Mayor (PM) : Banyak siswa yang berminat dalam bidang penelitian (A), tetapi para peneliti kurang aktif dalam melakukan penelitian secara langsung (B).
1.2.2. Premis Minor (Pm) : Dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (C), terlihat banyak siswa yang berminat dalam bidang penelitian (A).
1.2.3. Kesimpulan (K) : Dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (C), para peneliti kurang aktif dalam melakukan penelitian secara langsung (B).
1.3. Paragraf 9
1.3.1. Premis Mayor (PM) : Langkah dasar menjadi seorang peneliti (A) perlu ditingkatkan agar menjadi peneliti yang produktif (B).
1.3.2. Premis Minor (Pm) : Mengembangkan sikap kritis serta rasa ingin tahu yang tinggi (C) merupakan langkah dasar menjadi seorang peneliti (A).
1.3.3. Kesimpulan (K) : Mengembangkan sikap kritis serta rasa ingin tahu yang tinggi (C) perlu ditingkatkan agar menjadi peneliti yang produktif (B).
Nama : Irvan
Kelas : XII MIPA 7
No. : 14
Wacana II (Paragraf 7, 8, dan 9)
BalasHapus2. TANGGAPAN ─ SANGGAHAN ─ PENOLAKAN PENDAPAT
2.1. Pembuka
Seorang peneliti disebut peneliti, bukan karena dia telah menyelesaikan materi di Perguruan Tinggi dan mendapatkan gelar sarjana, tetapi karena orang tersebut mampu mempraktikkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di Perguruan Tinggi melalui praktik-praktik lapangan. Dalam hal tersebut, peneliti adalah orang yang mampu menerapkan ilmunya di lapangan, apakah lapangan ini dalam konteks penelitian-penelitian eksperimentasi di laboratorium seperti yang sering dilakukan oleh penelitian-penelitian lapangan langsung (fieldwork) untuk mempelajari perilaku manusia seperti yang dilakukan ilmu-ilmu sosial. Sehingga, peneliti adalah orang yang memiliki keahlian di bidang ilmu yang ditekunnya, dimana keahlian tersebut di dapat karena mendapat pelajaran dalam kelas dan telah lulus menjadi sarjana, tetapi melalui pengalaman langsung dalam mempraktikkan ilmu yang ditekunnya di lapangan.
2.2. Paragraf 7
Menjadi peneliti memang tidak mudah. Seorang peneliti harus menyelesaikan pendidikannya hingga selesai. Dalam hal ini, saya kurang setuju dengan pendapat Handoko. Dia berpendapat bahwa seorang mahasiswa yang berminat menjadi peneliti harus menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang doktoral. Dia juga mengatakan bahwa “Selain itu, cari pembimbing atau dosen yang berorientasi pada riset. Semasa kuliah, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk bergabung dengan tim peneliti LIPI supaya bisa merasakan iklim riset ilmiah”, dimana kesempatan untuk bergabung dengan tim peneliti LIPI sangat kecil, bahkan orang yang memiliki talenta yang tinggi tidak tentu dapat bergabung dalam tim tersebut. Peluang tersebut memang menggiurkan, tetapi tidak semua orang dapat merasakan pengalaman tersebut.
Untuk menjadi peneliti, dibutuhkan tekad yang kuat, bahkan seorang peneliti hingga jenjang Sarjana bisa menjadi incaran bagi perusahaan-perusaahaan besar, tetapi orang tersebut juga harus memiliki keterampilan, penalaran, tingkat sosial yang tinggi, dan ilmu pengetahuan yang tinggi juga. Selain itu, kesempatan bergabung dengan tim peneliti tidak harus memaksakan diri untuk masuk ke LIPI, masih banyak perusahaan peneliti seperti CEVA yang membuka lowongan menjadi anggota tim peneliti di perusahaan tersebut.
Nama : Irvan
Kelas : XII MIPA 7
No. : 14
2.3. Paragraf 8
BalasHapusDi Indonesia, banyak mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian, tetapi bidang tersebut dapat menjadi sulit apabila orang tersebut tidak mengetahui materi-materi yang akan dipelajarinya. Selain itu, banyak mahasiswa-mahasiswa yang malas dalam mengikuti bidang tersebut. Dalam hal ini, saya kurang setuju dalam penggunaan kata ‘mangkrak’ pada teks tersebut. selain itu, mahasiswa kebanyakan melakukan penelitian hanya bentuk teori, dimana para mahasiswa dapat jenuh dengan cepat dan mengakibatkan kurangnya pengalaman dalam bentuk keterampilan setelah mendapatkan gelar sarjana.
Kata ‘mangkrak’ seharusnya diganti dengan kata molor, karena kata tersebut tidak begitu banyak dikenal oleh masyarakat. Selain itu, para mahasiswa setidaknya mengajukan untuk melakukan penelitian secara praktik kepada dosen yang terlibat, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian secara nyata. Apabila mahasiswa-mahasiswa tersebut hanya melakukan penelitian berdasarkan teori-teori yang ada, maka keterampilan mereka tidak akan berkembang, baik dalam praktik maupun penalaran.
2.4. Paragraf 9
Sebagai mahasiswa peneliti, akan ada banyak tema penelitian yang akan di bahas. Selain itu, mengembangkan sikap kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi membuat mahasiswa memiliki penalaran yang tinggi. Dalam hal ini, saya setuju bahwa menjadi peneliti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena membutuhkan minat yang kuat untuk terus mendalami ilmu yang ditekuni. Selain itu, karena mahasiswa mengambil jurusan penelitian, enggan menulis merupakan hal yang wajar, dimana mereka harus melakukan banyak praktik untuk meningkatkan keterampilan mereka. Sebagai peneliti, hal dasar dalam menulis hanya digunakan untuk membuat laporan, karya ilmiah, dan skripsi. Sedangkan, tingkat keterampilan dalam membaca materi-materi, melakukan penelitian langsung perlu ditingkatkan secara signifikan demi membuat para mahasiswa tersebut dapat menjalani materi yang ditekuninya.
2.5. Penutup
Untuk menjadi seorang mahasiswa peneliti, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Baik dalam belajar dengan tekun, meningkatkan keterampilan, meningkatkan penalaran, mengikuti suatu proyek penelitian secara praktik maupun teoritis, berusaha mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam perusahaan penelitian, dan juga berusaha untuk menyelesaikan jenjang kulliah hingga selesai.
Nama : Irvan
Kelas : XII MIPA 7
No. : 14
Nama : M.Affandi.T.H
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
Absen : 21
I. restrukturisasi silogisme
paragraf 7 :
PM : ilmu agama dan mental yang matang(A) Merupakan hal dipersiapkan untuk menikah(B)
Pm : mahasiswa yang mempersiapkan “masa depanya” sabagai alasan untuk menikah (C) butuh untuk mengikuti kegiatan - kegiatan yang ekstra(A).
K : mahasiswa yang bersunguh ingin menikah membutuhkan kesiapan yang matang, secara jasmani dan mental.
Paragraf 8 :
PM : untuk lulus 3.5 tahun(A) dibutuhkan indeksprestasi mahasiswa yang cemerlang,mental yang kuat, kemampuan kepemimpinan yang tinggi dan pengalaman yang terorganisir(B).
Pm : mahasiswa yang lulus 3.5 tahun(A) harus tau rencana yang akan dilakukan untuk masa depannya (C)
K : ilmu yang di pelajari mahasiswa selama 3.5 tahun, digunakan untuk hal yang telah dipersiapkannya.
Paragraf 9 :
PM : 1 semester terakhir(B) digunakan mahasiswa untuk mencari prestasi dengan berkerja magang dan pertukaran pelajar (A).
pm : mahasiswa yang lulus 4 tahun(C) memiliki pengalam yang lebih dari lulus 3.5 tahun(A)
K : mahasiswa lulus 4 tahun lebih unggul dalam pengalam kerja dari pada mahasiswa yang lulus 3.5 tahun.
Nama : M.Affandi.T.H
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
Absen : 21
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
Setiap tahunnya negeri ini menghasilkan mahasiswa yang berbakat yang berfungsi sebagai cikal bakal kesuksesan negara ini pada masa depan yang akan datang. Setiap pilihan yang ditentukan secara matang-matang. Setiap pilihan tidak hanya merubah masa depan seseorang tetapi juga merubah suatu bangsa. Hal ini di wujudkan dalam setiap paragraf yang di beriakan tanggapan – sanggahan – penolakan pendapat di bawah ini
Paragraf 7
Menurut saya pada paragraf ini banyak kata berbahasa inggris yang tidak di tulis miring atau diberi tanda garis bawah, misalnya kata extra dan deadline yang merupakan kata berbahasa inggris. Selain itu ide pokok pada paragraf inimenjelaskan tentang persiapan sorang mahasiswa untuk menikah. Menurut saya pernikahan itu bukanlah hal yang berat, yang membuat pernikahan itu berat karena pandangan perspektif saja. Menikah bukanlah hal yang berat tetapi merupakan suatu pilihan.
Paragraf 8
Lulus 3.5 tahun merupakan prestasi yang besar bagi seorang mahasiswa. Karena tidak banyak mahasiswa yang lulus 3.5 tahun dengan indeksprestasi yang tinggi dengan daya kemampuan yang luar biasa. Tetapi menurut saya lulus dengan 3.5 tahun terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan itu biasanya di segi pengalaman untuk bekerja. Penulis juga menyatakan bahwa lulus 3.5 tahun lebih siap dari pada lulus selama 4 tahun. Hal ini bertentangan dengan keefekivitas seseorang, tidak semua orang yang lulus 3.5 tahun lebih hebat dari pada 4 tahun. Pencapaian sesorang terbentuk dari kegiatan sesorang bukan dari waktu yang telah digunakan.
Paragraf 9
Saya setuju dengan pernyataan penulis pada paragraf ini, karena lulus 4 taun memiiki kelebihan yang berbeda. Tidak hanya kelebihan dalam segi ilmu tetapi juga dalam segi pengalaman. Mereka yang lulus 4 tahun merupakan mahasiswa yang lulus 3.5 tahun dan menggunakan 1 semter akhir yang fungsinya sebagai mencari pengalaman. Mahasiswa ini memanfaatkan 1 semeser ini sebagai pusat persiapan untuk tingkatan selanjutnya yang lebih susah dan menantang. Semester akhir yang mereka gunakan dapat berfungsi sebagai kunci kesuksesan yang akan datang.
Telah di jelaskan diatas seiap tindakan dapat mempengaruhi hasil akhir suatu pekerjaan. Setiap prestasi atau tindakan diselesaikan dengan pilhan yang tepat. Setiap pilihan harus di pikirkan hinga akar-akar masalah yang akan timbul, tidak hanya itu mencari jawaban atas suatu masalah dapat memperluas pengetahuan seseorang.
Email : ahadpatrick@gmail.com
BalasHapusNama : Patrick Ahad
Kelas : XII MIPA 7
Nomor : 24
Silogisme
PU : Tak peduli dengan yang masih semester awal atau semester akhir, yang mereka tau adalah kita sedang kuliah dan tujuan kita kuliah adalah untuk lulus lalu mencari pekerjaan.
PK : ynag mereka tahu kita sedang kuliah, tak peduli masih semester awal ataupun semester akhir.
K : kita sedang kuliah dan diharapkan cepat lulus.
Sangahan
Dalam teks “LULUS TIGA SETENGAH TAHUN,SUDAH SIAPKAH?” paragraf pertama sampai dengan paragraph ketiga mengandung banyak sekali informasi mengenai kedaan dari keluarga mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas.
Dalam paragraf pertama, terdapat sebuah kalimat yang benar namun masih dapat diklatakan tidak benar. Yaitu, “Tak peduli dengan yang masih semester awal atau semester akhir, yang mereka tau adalah kita sedang kuliah dan tujuan kita kuliah adalah untuk lulus lalu mencari pekerjaan.”. dalam kalimat tersebut disebutkan bahwa biasanya para keluarga mahasiswa mengharapkan untuk sang mahasiswa cepat lulus karena berbagai alasan. Sebanarnya ini tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan mungkin mengharapkan anaknya cepat lulus dari kuliah agar dapat mencari pekerjaan tetapi, banyak pula orang tua ataupun keluarga yang mengharapkan anaknya menuntut ilmu dengan serius agar lebih dapat berguna di masa depan, ketimbang lulus lebih cepat dengan pengetahuan seadanya.
Selain itu, tidak semua orang tua setuju agar anaknya mencari pekerjaan. Orang tua di jaman sekarang umumnya menginginkan anaknya agar lebih sukses di masa depan tanpa harus bekerja dengan orang lain.
Maka dari itu, dalam teks ini tidak sepenuhnya pendapat yang diberikan orang lain yang hany amengandalkan komunitasnya saja memiliki informasi yang benar. Biarpun informasi yang mungkin benar dalam komunitas sang penulis, namun belum tentu benar dalam konunitas pembaca.
Nama : Desy Oktaria
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 06
Wacana 2 paragraf 4 ,5, dan 6
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 4
Hasil penelitian yang memberi manfaat langsung bisa menjadi solusi bagi permasalahan bangsa. Meski demikian, hasil penelitian itu tak sepenuhnya bisa langsung diimplementasikan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pengembangan oleh instansi pemerintah terkait. Hasil penelitian Ratih yang terkait biota laut bersinggungan dengan kepentingan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian. Birokrasi semacam itu kadang membuat hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi. Walaupun demikian, pencarian bibit peneliti baru terus dilakukan. Salah satu caranya adalah mengadakan kompetisi penelitian ilmu pengetahuan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang digelar LIPI sejak 1962. Kompetisi ini ditujukan bagi calon peneliti berusia 12-19 tahun. Di jenjang mahasiswa ada Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
PM : Semua hasil penelitian (A) tak sepenuhnya bisa langsung diimplementasikan. (B)
Pm : Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian (C) adalah hasil penelitian. (A)
K : Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian (C) tak sepenuhnya bisa langsung diimplementasikan. (B)
1.2 Paragraf 5
Titik cerah dunia penelitian Indonesia terlihat pada penyelenggaraan LKIR tahun ini. Ada peningkatan jumlah peserta sebanyak 30 persen. Tahun ini, dewan juri ajang itu menyeleksi 2.041 proposal penelitian. Sementara pada tahun sebelumnya proposal yang masuk hanya berjumlah 1.431 buah. Laksana Tri Handoko, Ketua Dewan Juri LKIR 2015, menyebutkan, peningkatan jumlah proposal penelitian cukup menggembirakan. ”Hal itu mengindikasikan sebenarnya banyak yang berminat pada kegiatan riset,” kata Handoko. Untuk merangsang minat remaja meneliti, LIPI menggandeng British Council melalui The Newton Fund. Jadi, pemenang lomba karya ilmiah berkesempatan memperdalam penelitiannya untuk diikutsertakan di ajang internasional.
PM : Semua karya ilmiah berkesempatan memperdalam penelitiannya yang akan di bandingkan setiap tahunnya (A) peningkatan jumlah proposal penelitian cukup menggembirakan. (B)
Pm : pada tahun ini, dewan juri ajang itu menyeleksi 2.041 proposal penelitian (C) Sementara pada tahun sebelumnya proposal yang masuk hanya berjumlah 1.431 buah (A)
K : pada tahun ini, dewan juri ajang itu menyeleksi 2.041 proposal penelitian (C). ) peningkatan jumlah proposal penelitian cukup menggembirakan. (B)
1.3 Paragraf 6
BalasHapusJika hasil penelitian pernah memenangi lomba, apalagi ajang internasional, siswa bersangkutan mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus bergengsi. Pemenang LKIR tahun lalu adalah Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta yang menyelisik abu vulkanik Gunung Kelud sebagai materi penyaringan limbah cair. Berkat karyanya itu, mereka berdua berkesempatan melawat ke Pittsburgh, AS, untuk mengikuti ajang Intel International Science and Engineering Fair. Karya mereka diganjar penghargaan spesial. Luca kini berkuliah di Institut Teknologi Bandung dengan jalur penerimaan khusus. Namanya juga sempat menghiasi media massa berkat kecemerlangannya.
PM : Semua hasil penelitian pernah memenangi lomba (A) mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus bergengsi. (B)
Pm : Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta (C) adalah Pemenang LKIR tahun lalu. (A)
K : Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta (C) mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus bergengsi. (B)
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
2.1 Paragraf 4
silogisme yang dibuat pada paragraf 4 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada paragraf 4. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Pada silogisme paragraf 4, subjeknya adalah“Hasil Karya Ilmiah Pemuda Indonesia”, sedangkan lingkungannya adalah “semua karya tulis”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 4 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 4 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Aturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Pada silogisme paragraf 4, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 4 adalah “
Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian tak sepenuhnya bisa langsung diimplementasikan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 4 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
Di lihat dari segi fakta, maka menurut saya silogisme paragraf 4 terdapat kesalahan penalaran, di mana premis mayor yang digunakan terlalu sempit, penulis menganggap salah satu caranya untuk mengetahui pencarian bibit peneliti baru hanya dengan mengadakan kompetisi penelitian ilmu pengetahuan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Itu berarti LKIR hanya salah satu alternatif untuk mencari bibit peneliti. Padahal menurut saya, banyak cara lain untuk dapat mencari bibit peneliti.
2.2 Paragraf 5
Silogisme yang dibuat pada paragraf 5 telah memenuhi aturan silogisme. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Pada silogisme paragraf 5, subjeknya adalah “Pada Tahun ini, Dewan Juri Ajang Menyeleksi 2.041 Proposal Penelitian, Peningkatan Jumlah Proposal Penelitian Cukup Menggembirakan.”, sedangkan lingkungannya adalah “Semua karya ilmiah berkesempatan memperdalam penelitiannya yang akan di bandingkan setiap tahunnya”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 5 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 5 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
BalasHapusAturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Pada silogisme paragraf 5, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 5 adalah “Pada Tahun ini, Dewan Juri Ajang Menyeleksi 2.041 Proposal Penelitian, Peningkatan Jumlah Proposal Penelitian Cukup Menggembirakan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 5 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
2.3 Paragraf 6
Menurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 6 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada paragraf 6. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Pada silogisme paragraf 6, subjeknya adalah“: Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan”, sedangkan lingkungannya adalah “Semua hasil penelitian pernah memenangi lomba”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 6 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 6 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Aturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Pada silogisme paragraf 6, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 6 adalah “Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus bergengsi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 6 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 6 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 6 telah valid menurut aturan silogisme.
Dengan demikian, secara keseluruhan, paragraf keempat, kelima, dan keenam dari wacana “Dicari: Peneliti Muda Indonesia!” yang berisi opini penulis mengenai karya ilmiah anak remaja mengandung beberapa kesalahan penalaran yang menyebabkan dasar pemikiran penulis dalam premis mayor tidak benar. Premis minor yang berisi fakta juga tidak didukung oleh evidensi yang kuat. Akibatnya, bagian kesimpulan yang merupakan opini penulis menjadi tidak logis dan tidak benar. Penulis disarankan untuk mempelajari kembali cara mengungkapkan opini yang didukung alasan yang kuat berupa fakta peristiwa. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kesalahan panalaran dalam pendapat penulis di kemudian hari yang menimbulkan pendapat miring, sanggahan, dan/atau penolakan.
II. TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapus(WACANA 1 : JUDUL, PARAGRAF 10, DAN PARAGRAF 11)
Zaman sekarang adalah zaman yang serba instan. Semua kegiatan selalu ingin dilakukan dengan cepat dan mudah. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengetahui apa efek dari sesuatu yang instan tersebut. Sesuatu yang dilakukan secara terburu-buru biasanya tidak akan memberikan hasil yang baik. Seperti halnya pendidikan. Pendidikan yang dilakukan secara instan dan terburu-buru akan berdampak negatif bagi individu tersebut. Pendidikan yang kurang matang akan menyulitkan orang tersebut dikemudian hari dalam hal mencari pekerjaan, bekerja, dan kegiatan yang lainnya
JUDUL
Lulus dengan jangka waktu tiga setengah tahun adalah waktu lulus yang cukup cepat bagi mahasiswa/i. Mahasiswa/i yang lulus dalam jangka waktu tersebut seringkali dianggap cerdas karena lulus dengan waktu yang cepat. Tapi seringkali mahasiswa/i yang lulus dalam waktu singkat seringkali menghadapi masalah-masalah karena kurang berpengalaman. Oleh karena itu, apakah benar dalam waktu tiga setengah tahun mahasiswa/i dapat menjadi orang-orang yang matang dalam kehidupannya nanti terutama dalam mencari kerja?
Lulus dalam tiga setengah tahun memang waktu yang singkat. Akan tetapi, banyak juga orang yang merasa waktu tiga setengah tahun adalah waktu yang lama, teramat lama. Orang-orang ingin bekerja secepat-cepatnya tanpa peduli pendidikan yang mereka jalani sekarang. Mereka bahkan tidak memikirkan efek jangka panjang dari pendidikan singkat dan kurang serius tersebut. Walaupun begitu, banyak juga orang yang lulus dalam waktu yang singkat dan sukses dalam karir dan usahanya.
PARAGRAF 10
Lulus dengan tergesa-gesa memang dapat menambah jumlah pengangguran karena seseorang yang tergesa-gesa pastilah tidak dapat belajar dengan serius karena hanya menandakan lulus sebagai target satu-satunya. Orang yang seperti itu biasanya hanya menghapal dan tidak memahami apa yang mereka pelajari. Saat mereka lulus dan memasuki dunia karir, dia akan
Nama : Cindia Winarta
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 04
I. RESTRUKTURISASI
BalasHapus(WACANA 1 : JUDUL, PARAGRAF 10, DAN PARAGRAF 11)
1.1 Judul
PM : Lulus dengan jangka waktu yang cukup singkat, sudah siapkah?
Pm : Lulus tiga setengah tahun merupakan lulus dengan jangka waktu yang cukup singkat
K : Lulus Tiga Setengah Tahun, Sudah Siapkah?
1.2 Paragraf 10
PM : Semua tindakan yang terburu-buru dapat menambah jumlah pengangguran
Pm : Lulus dengan tergesa-gesa adalah tindakan yang terburu-buru
K : Lulus dengan tergesa-gesa dapat menambah jumlah pengangguran
1.3 Paragraf 11
PM : Kurangnya rasa tanggung jawab saat kuliah menyia-nyiakan waktu dan biaya
Pm : Lulus dengan alasan yang kurang jelas adalah salah satu kurangnya rasa tanggung jawab saat kuliah
K : Lulus dengan alasan yang kurang jelas menyia-nyiakan waktu dan biaya
Nama : Cindia Winarta
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 04
mengalami kesulitan karena tidak memahami apa yang mereka pelajari yang bisa dibilang tidak tahu cara menerapkan pengetahuannya tersebut dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bertambah banyaklah penangguran karena pendidikan “cetek” yang dimiliki oleh orang yang lulus dengan terburu-buru.
BalasHapusTindakan yang tergesa-gesa memang buruk, akan tetapi tidak semua tindakan yang tergesa-gesa dapat menyebabkan pengangguran. Pengangguran hanya merupakan salah satu dari sekian banyak efek buruk yang disebabkan oleh tindakan yang tergesa-gesa. Jadi seharusnya penulis menuliskan “Lulus dengan tergesa-gesa dapat memberikan efek yang buruk”.
PARAGRAF 11
Lulus dengan tergesa-gesa memang memberikan dampak yang buruk. Akan tetapi, lulus dalam waktu yang lama dan dengan alasan yang kurang jelas hanya membuang-buang waktu dan biaya. Sama seperti lulus dengan tergesa-gesa, lulus dengan cara seperti ini juga menimbulkan dampak pengangguran karena kurangnya rasa tanggung jawab saat kuliah dimana seharusnya waktu yang dipakai untuk belajar disia-siakan untuk bermalas-malasan atau bermain-main yang mengakibatkan terbuangnya waktu dan biaya.
Lulus dengan alasan yang kurang jelas memang merupakan salah satu sikap yang dikarenakan kurangnya rasa tanggung jawab. Kurangnya rasa tanggung jawab juga dapat menyia-nyiakan waktu. Akan tetapi, kurangnya rasa tanggung jawab tidak selalu dapat menyia-nyiakan biaya. Hanya dalam sesuatu yang berhubungan dengan uang lah tindakan kurang tanggung jawab dapat menyia-nyiakan biaya.
Lulus memang penting. Lulus yang baik adalah lulus yang dapat dipertanggungjawabkan dan pembelajaran yang didapat dapat digunakan untuk masa depan yang merupakan dunia karir. Lulus dengan tergesa-gesa dan dengan alasan yang kurang jelas sebagian besar akan berdampak buruk bagi kehidupan kita seperti pengangguran atau waktu dan biaya yang terbuang sia-sia. Memang, kelulusan bukanlah penentu kesuksesan. Akan tetapi lulus dengan pemahaman yang matang dapat membantu dan mendorong kita untuk mencapai dan meraih kesuksesan.
Nama : Cindia Winarta
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 04
Nama : Lisa Melani
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 16
Wacana 2 paragraf 10, 11, dan 12
I. Retrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 10
Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. Dampaknya, hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos. Mahasiswa juga perlu memotivasi dalam diri untuk mengikuti kelompok diskusi. Padahal, dari forum semacam ini, mahasiswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan sehingga dapat bertukar pikiran dan memunculkan ide. Penyebab lain dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan dari pihak pemerintah. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendukung serta memberikan apresiasi khusus sehingga para mahasiswa dapat lebih aktif dan tergugah untuk mengembangkan minatnya dalam bidang menulis. Menjadi seorang peneliti tentu tidaklah mudah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media.
PM : Karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos (A) dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. (B)
Pm: Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis (B) terlihat dari karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos. (A)
K: Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis (C) bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. (B)
1.2 Paragraf 11
Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah. Belum lagi saat hasil karya tulis diuji, perlu penguasaan materi untuk mengatasinya. Maka dari itu, kita perlu melatih diri sejak dini. Jika karya tulis ilmiahnya lolos sampai tahap akhir seleksi, ada hadiah uang tunai yang cukup besar bakal jadi imbalannya. Ada yang sudah beberapa kali mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Banyak manfaat positif yang telah diperoleh. Pertama kali ikut lomba ia gagal. Dari kegagalan itu, ia belajar bagaimana aturan dalam membuat karya tulis ilmiah yang benar. Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat mahasiswa agar menjadi seorang peneliti. Hal tersebut juga dapat memudahkan mahasiswa membuat skripsi nantinya.
PM: Beberapa mahasiswa (C) yang ingin mengasah kemampuan bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. (B)
Pm: Beberapa mahasiswa (C) ingin mengasah kemampuan meneliti. (A)
K: Beberapa mahasiswa (C) bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. (B)
1.3 Paragraf 12
Tidak semua mahasiswa kini menjadi peneliti karena dorongan dari dalam diri. Kebanyakan dari mereka melakukan penelitian karena tugas kuliah atau tugas akhir/skripsi. Padahal, tanpa mereka sadari dan ketahui, aktivitas penelitian sebenarnya terus mereka lakukan. Banyak mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit karena harus menggunakan teori serta pengerjaannya terstruktur dan metodis. Namun, tanpa ada teori atau preferensi dari penelitian terdahulu, bagaimana mungkin penelitian yang bagus dihasilkan? Profesi peneliti di Indonesia untuk bidang ilmu yang belum tergali dengan baik merupakan peluang bagi mahasiswa. Hal ini bisa dijadikan motivasi agar mahasiswa mau menjadi peneliti, entah itu ikut dalam lembaga atau mengajukan secara pribadi. Itu karena dedikasi mahasiswa untuk kegiatan penelitian akan berdampak positif, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Semoga dengan banyaknya penyedia penelitian ataupun studi lanjut untuk penelitian bisa mendorong mahasiswa berkontribusi bagi negara melalui hasil penelitian yang solutif.
PM: Tidak semua mahasiswa (A) menjadi peneliti karena dorongan dari dalam diri.(B)
Pm: Beberapa mahasiswa (A) diwajibkan melakukan penelitian.(C)
K: Beberapa mahasiswa (A) tidak terdorong dari dalam diri. (B)
II. Tanggapan - Sanggahan - Penolakan
BalasHapus2.1 Pembuka
Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. Penyebab dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan dari pihak pemerintah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media. Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah.
2.2 Paragraf 10
Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. Dampaknya, hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos. Mahasiswa juga perlu memotivasi dalam diri untuk mengikuti kelompok diskusi. Padahal, dari forum semacam ini, mahasiswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan sehingga dapat bertukar pikiran dan memunculkan ide. Penyebab lain dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan dari pihak pemerintah. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendukung serta memberikan apresiasi khusus sehingga para mahasiswa dapat lebih aktif dan tergugah untuk mengembangkan minatnya dalam bidang menulis. Menjadi seorang peneliti tentu tidaklah mudah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media.
2.3 Paragraf 11
Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah. Belum lagi saat hasil karya tulis diuji, perlu penguasaan materi untuk mengatasinya. Maka dari itu, kita perlu melatih diri sejak dini. Jika karya tulis ilmiahnya lolos sampai tahap akhir seleksi, ada hadiah uang tunai yang cukup besar bakal jadi imbalannya. Ada yang sudah beberapa kali mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Banyak manfaat positif yang telah diperoleh. Pertama kali ikut lomba ia gagal. Dari kegagalan itu, ia belajar bagaimana aturan dalam membuat karya tulis ilmiah yang benar. Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat mahasiswa agar menjadi seorang peneliti. Hal tersebut juga dapat memudahkan mahasiswa membuat skripsi nantinya.
2.4 Paragraf 12
Tidak semua mahasiswa kini menjadi peneliti karena dorongan dari dalam diri. Kebanyakan dari mereka melakukan penelitian karena tugas kuliah atau tugas akhir/skripsi. Padahal, tanpa mereka sadari dan ketahui, aktivitas penelitian sebenarnya terus mereka lakukan. Banyak mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit karena harus menggunakan teori serta pengerjaannya terstruktur dan metodis. Namun, tanpa ada teori atau preferensi dari penelitian terdahulu, bagaimana mungkin penelitian yang bagus dihasilkan? Profesi peneliti di Indonesia untuk bidang ilmu yang belum tergali dengan baik merupakan peluang bagi mahasiswa. Hal ini bisa dijadikan motivasi agar mahasiswa mau menjadi peneliti, entah itu ikut dalam lembaga atau mengajukan secara pribadi. Itu karena dedikasi mahasiswa untuk kegiatan penelitian akan berdampak positif, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Semoga dengan banyaknya penyedia penelitian ataupun studi lanjut untuk penelitian bisa mendorong mahasiswa berkontribusi bagi negara melalui hasil penelitian yang solutif.
Nama : Lisa Melani
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 16
II. Tanggapan - Sanggahan - Penolakan Pendapat
2.1 Pembuka
Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. Penyebab dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan dari pihak pemerintah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media. Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah.
2.2 Paragraf 10
10. Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa. Dampaknya, hasil karya tulis mahasiswa makin jarang terekspos. Mahasiswa juga perlu memotivasi dalam diri untuk mengikuti kelompok diskusi. Padahal, dari forum semacam ini, mahasiswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan sehingga dapat bertukar pikiran dan memunculkan ide. Penyebab lain dari rendahnya semangat untuk menulis juga disebabkan kurangnya penghargaan dari pihak pemerintah. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendukung serta memberikan apresiasi khusus sehingga para mahasiswa dapat lebih aktif dan tergugah untuk mengembangkan minatnya dalam bidang menulis. Menjadi seorang peneliti tentu tidaklah mudah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media.
2.3 Paragraf 11
11. Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah. Belum lagi saat hasil karya tulis diuji, perlu penguasaan materi untuk mengatasinya. Maka dari itu, kita perlu melatih diri sejak dini. Jika karya tulis ilmiahnya lolos sampai tahap akhir seleksi, ada hadiah uang tunai yang cukup besar bakal jadi imbalannya. Ada yang sudah beberapa kali mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Banyak manfaat positif yang telah diperoleh. Pertama kali ikut lomba ia gagal. Dari kegagalan itu, ia belajar bagaimana aturan dalam membuat karya tulis ilmiah yang benar. Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat mahasiswa agar menjadi seorang peneliti. Hal tersebut juga dapat memudahkan mahasiswa membuat skripsi nantinya.
2.4 Paragraf 12
12. Tidak semua mahasiswa kini menjadi peneliti karena dorongan dari dalam diri. Kebanyakan dari mereka melakukan penelitian karena tugas kuliah atau tugas akhir/skripsi. Padahal, tanpa mereka sadari dan ketahui, aktivitas penelitian sebenarnya terus mereka lakukan. Banyak mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit karena harus menggunakan teori serta pengerjaannya terstruktur dan metodis. Namun, tanpa ada teori atau preferensi dari penelitian terdahulu, bagaimana mungkin penelitian yang bagus dihasilkan? Profesi peneliti di Indonesia untuk bidang ilmu yang belum tergali dengan baik merupakan peluang bagi mahasiswa. Hal ini bisa dijadikan motivasi agar mahasiswa mau menjadi peneliti, entah itu ikut dalam lembaga atau mengajukan secara pribadi. Itu karena dedikasi mahasiswa untuk kegiatan penelitian akan berdampak positif, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Semoga dengan banyaknya penyedia penelitian ataupun studi lanjut untuk penelitian bisa mendorong mahasiswa berkontribusi bagi negara melalui hasil penelitian yang solutif.
Nama : Lisa Melani
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 16
2.5 Penutup
Menjadi seorang peneliti tentu tidaklah mudah. Dalam membuat penelitian, mereka harus benar-benar mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti. Hal itu dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Tak hanya itu, dibutuhkan pula banyak referensi dari buku dan media. Untuk mengasah kemampuan dalam meneliti, kita bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Dibutuhkan keseriusan dan kejelian dalam membuat karya tulis ilmiah. Belum lagi saat hasil karya tulis diuji, perlu penguasaan materi untuk mengatasinya. Maka dari itu, kita perlu melatih diri sejak dini.
I. RESTRUKTURISASI
BalasHapus1.1 Kesimpulan : Semua mahasiswa(C) ingin lulus tepat waktu.(B)
Premis Mayor : Orang yang menempuh pendidikan di kampus(A) ingin lulus tepat waktu.(B)
Premis Minor : Semua mahasiswa(C) merupakan orang yang menempuh pendidikan di kampus.(A)
1.2 Kesimpulan : Mahasiswa (C) memiliki alasan masing-masing untuk lulus 3,5 tahun.(B)
Premis Mayor : Orang yang menempuh pendidikan di kampus(A) memiliki alasan masing-masing untuk lulus 3,5 tahun.(B)
Premis Minor : Mahasiswa(C) adalah orang yang menempuh pendidikan di kampus.(A)
1.3 Kesimpulan : 3,5 tahun(C) seharusnya dapat digunakan untuk memberikan kontribusi.(B)
Premis Mayor : Waktu yang cukup panjang(A) seharusnya dapat digunakan untuk memberikan kontribusi.(B)
Premis Minor : 3,5 tahun(C) merupakan waktu yang cukup panjang.(A)
Nama : Florencia Irena
Kelas : XII MIPA 7
No. : 09
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusSetelah lulus dari tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), hampir semua orang menginginkan menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu masuk ke perguruan tinggi. Dengan masuk ke jenjang yang lebih tinggi, mereka berharap agar masa depan mereka lebih terjamin dan mereka dapat lebih unggul dari pada orang lain. Anggapan itu tidak 100% benar. Percuma saya jika mereka menempuh pendidikan yang tinggi tetapi masih tetap pasif dan tidak pernah mencoba untuk berkarya.
Wacana 1, paragraf
1.Semua mahasiswa mengharapkan agar mereka dapat lulus tepat pada waktunya. Ya, mungkin keinginan untuk lulus tepat pada waktunya bisa jadi muncul dari diri sendiri, dapat juga keinginan untuk lulus tepat pada waktunya disebabkan karena adanya desakan dari orang-orang disekitar. Mereka beranggapan setelah lulus kuliah, mereka dapat dengan segera mendapatkan pekerjaan.
Mungkin dengan berpikir demikian, mereka dapat lebih terpacu untuk segera menyelesaikan pendidikannya. Tapi rasanya percuma saja kalau setelah lulus kuliah masih saja sama seperti orang pada umumnya. Percuma saja kuliah untuk menghamburkan uang tanpa mendapatkan hal yang setimpal atas apa yang telah dikeluarkan mengingat biaya kuliah tidaklah murah. Apa salahnya mencoba untuk berkarya? Takut? Rasanya itu bukan sebuah jawaban. Mungkin jawaban yang tepat adalah malas dan tidak mau mencoba. Banyak orang beranggapan menjadi orang biasa-biasa saja sudah cukup. Rasanya sulit menemukan orang yang pikirannya selangkah lebih maju. Sulit menemukan orang yang ingin menjadi lebih dari sekedar orang.
Nama : Florencia Irena
Kelas : XII MIPA 7
No. : 09
2. Para mahasiswa di tingkat awal maupun tingkat akhir biasanya sudah mengawatirkan apakah mereka dapat lulus dengan tepat waktu yaitu 3,5 tahun. Ada berbagai alasan yang membuat mereka ingin segera cepat lulus kuliah. Dalam jangka waktu 3,5 tahun tersebut, mereka belum tentu siap untuk menjadi apa yang mereka cita-citakan atau minimal mendapatkan pekerjaan.
BalasHapusKegelisahan mereka untuk segera cepat lulus kuliah akan membuat mereka semakin tertekan dan pada akhirnya mereka hanya menjalankan pendidikan secara asal-asalan saja. Kalimat “Yang penting cepat lulus” bukan merupakan suatu anggapan yang sepenuhnya baik. Lebih baik rasanya jika lulus lebih dari 3,5 tahun tetapi dapat menghasilkan individu yang matang dan profesional sehingga dapat bersaing di kehidupan yang sesungguhnya.
3. Sebagian besar dari mereka bangga dengan status “mahasiswa” yang sandang. Padahal kata “maha” berarti tinggi. Seharusnya mereka memiliki pemikiran dan intelektualitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Miris rasanya jika status “maha” yang mereka gadang-gadangkan hanya sekedar status tanpa adanya pertanggung jawaban akan status tersebut.
Percuma saja menghabiskan waktu 3,5 tahun jika tidak berani menunjukan siapa kita. Tidakkah rasa ingin berkarya itu muncul? Tidak ada salahnya jika mulai dari hal-hal yang kecil yang kemudian bisa menjadi hal yang besar. Cobalah ikut serta dalam pemikiran kajian diskusi atau bisa juga dengan cara mengemukakan pendapat dan saran kita secara baik dan benar kepada aparat negara sehingga pemikiran kita tersalurkan dan mungkin saja bisa berbuah baik bagi negara. Masih banyak aksi konkret lainnya yang sebenarnya bisa dilakukan. Tinggal adanya niat atau tidak.
Sudah selayaknya para mahasiswa bertindak sesuai dengan apa yang dituntut dari status yang mereka sandang. Jangan biarkan waktu 3,5 tahun hanya terbuang dengan percuma. Gunakan waktu tersebut untuk berkarya sesuai minat dan kemampuan. Tidak ada salahnya berpikir lebih maju dari pada orang-orang , siapa tahu itu bisa menjadi pacuan bagi orang lain sehingga mereka juga ikut berpartisipasi.
Wacana II (Paragraf 4, 5, dan 6)
BalasHapus1. RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 4
1.1.1. Premis Mayor (PM) : Mahasiswa yang pintar belum memiliki ilmu yang cukup.
1.1.2. Premis Minor (Pm) : Mahasiswa yang lulus dalam 3,5 tahun adalah mahsiswa yang pintar.
1.1.3. Kesimpulan (K) : Mahasiswa yang lulus dalam 3,5 tahun belum memiliki ilmu yang cukup.
1.2. Paragraf 5
1.2.1. Premis Mayor (PM) : Mahasiswa yang lulus prematur jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan instan.
1.2.2. Premis Minor (Pm) : Mahasiswa yang mendapat gelar sarjana 3,5 tahun merupakan mahasiswa yang lulus premature.
1.2.3. Kesimpulan (K) : Mahasiswa yang mendapat gelar sarjana 3,5 tahun jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan instan.
1.3. Paragraf 6
1.3.1. Premis Mayor (PM) : Para pejuang 3,5 tahun tidak memiliki persiapan diri.
1.3.2. Premis Minor (Pm) : Mahasiswa yang lulus dengan lebih muda setengah tahun adalah para pejuang 3,5 tahun.
1.3.3. Kesimpulan (K) : Mahasiswa yang lulus dengan waktu lebih muda setengah tahun tidak memiliki persiapan diri.
Nama : Nevin Syahputra
Kelas : XII MIA 7
Absen : 22
Wacana I (Paragraf 4, 5, dan 6)
BalasHapus2. TANGGAPAN ─ SANGGAHAN ─ PENOLAKAN PENDAPAT
2.1. Pembuka
Sebagai mahasiswa belum bisa dikatakan sebagai mahasiswa karena belum berusaha dalam mencapai prestasi. Mahasaiswa yang lulus secara prematur atau lulus dengan waktu lebih cepat juga masih belum memiliki ilmu yang cukup dan tidak memiliki persiapan diri. Mereka tidak memiliki persiapan diri karena waktu untuk mempersiapkan diri harus direbut untuk mempersiapkan dokumen – dokumen dan untuk memenuhi persyaratan.
2.2. Paragraf 4
Dalam menjadi mahasiswa kita dituntun untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari siswa biasa. Karena dituntut untuk mencapai prestasi. Karena Untuk apa menyandang gelar MAHA? Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik, namun juga non akademik. Sehingga tidak ada alasan lagi jika tidak berprestasi, karena kewajiban mahasiswa adalah mengembangkan diri dan meng-upgrade kapasitas diri. Sekali lagi, ini KEWAJIBAN!. Dalam hal ini saya setuju, karena jika kita sudah menyandang nama MAHA maka seharusnya kita memiliki tingkat kemampuan melebihi siswa biasa, kita harus juga berusaha dalam mencapai prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sebagai mahasiswa harus berusaha mencapai prestasi karena mahasiswa berbeda dengan siswa biasa.
2.3. Paragraf 5
Lulus premature, tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun. Saya setuju dengan pernyataan ini karena sebagai mahasiswa yang lulus secara premature harus tetap merencanakan langkah, mimpi atau cita – cita kita yang kita inginkan sebelum kita memilih suatu jurusan tertentu. Jadi kita harus mempersiapkan segalanya secara tepat dan jangan sampai tergesa-gesa karena dapat menimbulkan kita salah langkah dalam mengambil suatu keputusan.
2.4. Paragraf 6
Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun, tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula. Dalam pernyataan ini saya kurang setuju karena belum tentu orang yang lulus lebih muda memiliki mental yang lemah. Karena bisa saja orang tersebut justru memiliki mental yang lebih kuat dan lebih siap daripada orang yang lulus dengan waktu yang sesuai.
Jadi seharusnya orang yang lulus lebih muda setengah tahun atau bisa dikatakan lulus lebih cepat dari yang ditentukan jangan selalu dianggap tidak memiliki mental yang siap. Karena orang yang lulus lebih cepat mungkin memiliki keinginan yang besar dan sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi masalah apapun yang akan ia hadapi.
2.5. Penutup
Untuk menjadi mahasiswa kita harus memiliki perbedaan dari siswa biasa. Perbedaan tersebut berupa seorang mahasiswa harus memiliki keinginan yang besar untuk mencapai prestasi. Dan dalam mencapai gelar sarjana ada istilah mahasiswa premature yaitu mahasiswa yang lulus dengan waktu yang cepat. Mahasiswa premature harus lebih sabar dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal. Dan mahasiswa yang lulus dengan waktu yang cepat itu tidak boleh dinggap sebagai mahasiswa yang tidak memiliki mental yang siap namun mungkin orang tersebut memiliki mental yang lebih besar dan lebih siap dari mahasiswa yang lulus dengan waktu yang sudah ditentukan.
Nama : Nevin Syahputra
Kelas : XII MIA 7
Absen : 22
Nama : Gerardo Adrian Leo
BalasHapusKelas : XII MIA 7
NO : 10
Paragraf 4
premis mayor : Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik
Premis minor : namun juga non akademik.
Kesimpulan : Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik, namun juga non akademik sehingga kita di minta pertanggung jawaban atas segala ilmu yang didapat. Disaat itulah, puncak kesadaran bahwa ilmu tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada manusia, kepada orang tua yang sudah bekerja keras, tapi juga kepada Allah atas kesempatan yang sudah diberikan.
Paragraf 5
Premis mayor : . Lulus premature
Premis minor : tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun.
Kesimpulan : jangan sampai tergesa-gesa hingga mengesampingkan bidang garapan skripsi agar bisa linear dengan studi S2 dan selanjutnya, tetapi seharusnya skripsi juga harus linear dengan rencana kerja atau studi lanjut.
Paragrapf 6
Premis mayor : Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun
Premis minor : tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula.
Kesimpulan : para pejuang 3,5 tahun tidak jarang yang kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana. Bukan karena belum siap mental, tapi karena waktu untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen.
Nama : Gerardo Adrian Leo
BalasHapusKelas : XII MIA 7
NO : 10
Paragraf 4
premis mayor : Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik
Premis minor : namun juga non akademik.
Kesimpulan : Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik, namun juga non akademik sehingga kita di minta pertanggung jawaban atas segala ilmu yang didapat. Disaat itulah, puncak kesadaran bahwa ilmu tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada manusia, kepada orang tua yang sudah bekerja keras, tapi juga kepada Allah atas kesempatan yang sudah diberikan.
Paragraf 5
Premis mayor : . Lulus premature
Premis minor : tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun.
Kesimpulan : jangan sampai tergesa-gesa hingga mengesampingkan bidang garapan skripsi agar bisa linear dengan studi S2 dan selanjutnya, tetapi seharusnya skripsi juga harus linear dengan rencana kerja atau studi lanjut.
Paragrapf 6
Premis mayor : Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun
Premis minor : tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula.
Kesimpulan : para pejuang 3,5 tahun tidak jarang yang kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana. Bukan karena belum siap mental, tapi karena waktu untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen.
I. Restrukturisasi
BalasHapus1. Premis mayor : Orang yang menempuh pendidikan (A) perlu menorehkan prestasi (B)
Premis minor : Mahasiswa (C) adalah orang yang menempuh pendidikan (A)
Kesimpulan : Mahasiswa (C) perlu menorehkan prestasi (B)
2. Premis mayor : Kesuksesan (A) perlu persiapan matang (B)
Premis minor : Kelulusan (C) berarti kesuksesan (A)
Kesimpulan : Kelulusan (C) perlu persiapan matang (B)
3. Premis mayor : Orang yang menempuh pendidikan (A) harus bisa menghadapi dunia kerja (B)
Premis minor : Mahasiswa lulusan 3,5 tahun (C) adalah orang yang menempuh pendidikan (A)
Kesimpulan : Mahasiswa lulusan 3,5 tahun (C) harus bisa menghadapi dunia kerja (B)
Nama : Pavita Lia Chandra
Kelas : XII MIPA 7
No. absen : 25
II. Tanggapan, Sanggahan, dan Penolakan Pendapat
BalasHapusBelajar adalah hal yang tidak pernah lepas dalam kehidupan manusia. Sewaktu duduk di bangku sekolah, kita berlomba dan bekerja keras untuk bisa memperoleh nilai yang memuaskan. Nilai yang memuaskan diharapkan dapat menjadi bekal masa depan untuk kita saat ingin menempuh pendidikan tingkat lanjut, yaitu menjadi seorang mahasiswa. Setelah lulus dari sekolah menengah, kita pasti berkeinginan untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Oleh karena itu, kita mengambil kelas di perguruan tinggi dan menjadi seorang mahasiswa. Saat berada dalam dunia kemahasiswaan, penting untuk kita banyak belajar bukan hanya dari buku, tetapi juga dari pengalaman selama berada di bangku kuliah.
Paragraf 1:
Meskipun seorang mahasiswa bukanlah seorang murid sekolah menengah lagi, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa seorang mahasiswa juga perlu belajar dan terus menorehkan prestasi. Berprestasi perlu dilakukan sebagai wujud pengembangan diri dan sebagai gambaran apakah pembelajaran yang telah dilakukan selama ini dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai atau tidak. Selama seseorang masih menempuh pendidikan, maka orang tersebut perlu menorehkan prestasi. Saat menjadi mahasiswa, bergabung dalam suatu organisasi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Bergabung dalam organisasi penting untuk dilakukan karena saat melamar suatu pekerjaan, tuntutan terbesar oleh perusahaan kepada kita adalah keterlibatan kita dalam suatu organisasi. Banyak orang beranggapan bahwa belajar identik dengan buku dan prestasi akademik. Hal ini tidak selalu benar karena saat menjadi seorang mahasiswa, bergabung dalam suatu organisasi kemahasiswaan juga merupakan suatu bentuk pembelajaran dan perlu menuntut prestasi berupa keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan pada saat ini, beberapa perusahaan lebih memprioritaskan untuk menjadikan seorang mahasiswa sebagai bagian dari perusahaannya dengan pengalaman terjun organisasi dibandingkan seorang mahasiswa dengan nilai indeks predikat kumulatif tinggi, namun tidak ada keterlibatan dalam suatu organisasi. Hal ini dilakukan oleh perusahaan karena saat terjun dalam dunia kerja, seseorang harus mampu bekerja dalam tim dan bekerja dalam tekanan.
Paragraph 2:
Saat kita berjalan, kita pasti akan berhenti suatu saat, yang berarti setiap langkah pasti memiliki akhir. Begitu pula dengan pembelajaran yang pasti memiliki akhir. Akhir dari suatu pembelajaran adalah kelulusan. Kelulusan berarti suatu keberhasilan, seseorang yang telah lulus menempuh pendidikan menunjukkan bahwa orang tersebut telah sukses dalam hal menempuh pendidikan. Untuk bisa menyelesaikan suatu proses pembelajaran dengan hasil yang baik, kita perlu perencanaan dan persiapan yang matang. Namun sebelum kita memulai perencanaan dan persiapan matang, kita perlu berfikir mengenai rencana kerja yang kita inginkan di masa depan. Jangan sampai kita tergesa-gesa untuk menyelesaikan proses pembelajaran di perguruan tinggi tanpa memikirkan rencana kerja kita di masa depan. Proses pembelajaran di perguruan tinggi memang bukan menjadi hal yang mudah karena belajar di perguruan tinggi akan menjadi tuntutan bagi kita saat memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, persiapan matang penting untuk dilakukan agar kita bisa lulus dengan hasil yang sangat baik dan tentunya sesuai dengan rencana kerja kita.
Nama : Pavita Lia Chandra
Kelas : XII MIPA 7
No.absen : 25
Paragraph 3:
BalasHapusMenjadi sangat baik bila seorang mahasiswa bisa lulus kuliah dengan waktu yang singkat, yaitu 3,5 tahun. Lulus dengan waktu sesingkat itu menunjukkan bahwa seorang mahasiswa mampu mengatur waktu pembelajaran saat kuliah dengan dangat baik. Namun, selesai kuliah dalam waktu 3,5 tahun bukan berarti bahwa mahasiswa tersebut bisa langsung lulus. Seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya lebih awal perlu menunggu juga untuk proses yudisium wisuda. Mahasiswa yang bisa menyelesaikan studinya dalam waktu singkat memang dapat dikategorikan sebagai mahasiswa pintar, namun hal ini tidak berarti bahwa mahasiswa tersebut pintar saat menghadapi dunia kerja. Dunia kerja berbeda dengan dunia perkuliahan. Dalam dunia kerja, kita akan dihadapkan dengan banyak tekanan, namun harus mampu bekerja dengan hasil yang maksimal. Seorang mahasiswa harus mampu mempersiapkan diri untuk bisa memasuki dunia kerja yang penuh dengan tuntutan, agar kelak saat berada dalam dunia kerja, apa yang dikerjakan menghasilkan sesuatu yang bermakna.
Seorang mahasiswa diharapkan bisa menjadi sebuah panutan karena seorang mahasiswa akan dihadapkan pada situasi dunia kerja yang penuh dengan tekanan, namun menuntut hasil yang maksimal. Seorang mahasiswa harus mampu berprestasi tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam bidang non-akademik. Mahasiswa dapat masuk dalam organisasi di kampus dan menjadikan organisasi tersebut sebagai sarana untuk berprestasi di bidang non-akademik karena tujuan seorang mahasiswa adalah memasuki dunia kerja, maka hal yang dibutuhkan bukan hanya kuantitas yang berupa nilai-nilai selama belajar di kampus, tetapi juga kualitas yang berupa keterampilan mahasiswa yang hanya akan didapat saat bergabung dalam suatu organisasi.
Nama : Pavita Lia Chandra
Kelas : XII MIPA 7
No.absen : 25
Nama : Mayang Wardani
BalasHapusKelas : XII MIA 7
Absen : 20
RESTRUKTURISASI KALIMAT IDE POKOK
a. Judul
Premis mayor : semua mahasiswa tingkat akhir akan lulus tiga setengah tahun
Premis minor : sudah siapkah mahasiswa akan lulus?
Kesimpulan : mahasiswa sudah siapkah lulus tiga setengah tahun?
b. Paragraph 10
Premis mayor : ada mahasiswa yang lulus dengan waktu 4 tahun lebih
Premis minor :lulus dengan waktu 4 tahun lebih sangat sia-sia
Kesimpulan :mahasiswa yang lulus dengan waktu 4 tahun lebih sangat sia-sia
c. Paragraph 11
Premis mayor : mahasiswa harus mempersiapkan rencana selanjutnya setelah lulus
Premis minor : rencana selanjutnya setelah lulus sangat penting
Kesimpulan : rencana selanjutnya setelah lulus harus dipersiapkan
LULUS TIGA SETENGAH TAHUN, SUDAH SIAPKAH?
Dari judul penulis seperti bertanya kepada pembaca, penulis menyampaikan pertanyaannya kepada pembaca khusunya mahasiswa tingkat akhir baik mahasiswa yang baik rajin atau tidak. Semua mahasiswa tingkat akhir yang ingin sukses pasti sangat menginginkan lulus tepat waktu, tidak ada mahasiswa yang ingin berlama-lama menempuh pelajaran di perguruan tinggi kecuali dalam beberapa hal yaitu mahasiswa tersebut malas, atau ingin bersantai-santai terlebih dahulu, yang pastinya semua orang tua, orang terdekat atau kerabat pasti mendoakan anaknya atau keluarganya agar cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai gelar yang diterimanya sehingga dapat hidup. Dari judul tulisan artikel tersebut, penulis bertanya dan yang dapat menjawabnya adalah individu mahasiswa itu sendiri, karena apa yang sudah mereka peroleh apakah akan membuahkan hasil atau hanya terbuang sia-sia. Oleh karena itu, ada beberapa kelemahan dan kelebihan dari opini beliau tersebut.
Pada paragraph ke sepuluh, penulis kembali menekankan pertanyaannya seperti pada judul artikel, tetapi pada pada paragraph ini menulis lebih menyudutkan kepada mahasiswa yang malas, mahasiswa yang tidak ingin lulus tepat waktu, ia memilih lulus dalam waktu yang lama dari seharusnya atau emapat tahun lebih. Dalam hal ini, mahasiswa tersebut melakukan hal seperti itu bukan karena pasrah tetapi mereka yang mau, karena mereka hanya bermalasan-malasan, ingin bersantai-santai dahulu, seharusnya mahasiswa tersebut memikirkan mengapa ia harus berlama-lama di perguruan tinggi. Seharusnya waktu yang mereka pakai pada semester1-7 tersebut digunakan sebaik mungkin, karena sangat sayang sekali jika waktu tersebut yang seharusnya digunakan untuk belajar agar berbekal ilmu pengetahuan untuk dunia pekerjaan tetapi digunakan untuk hal yang tidak berguna atau membuang-buang waktu. Penulis juga memberikan pernyataan “Betapa disayangkan waktu yang terbuang sia-sia dan juga biaya yang dikeluarkan orang tua untuk membayar biaya kuliah dan biaya hidup terutama bagi yang merantau”. Dari tulisan tersebut, saya sependapat dengan penulis. Karena untuk kuliah, untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi itu, tentunya mahasiswa harus mengeluarkan biaya. Dengan hal seperti itu, harusnya mahasiswa menghargai waktu yang diberikan dan menggunakan kesempatan sebaik mungkin. Jangan sampai waktu dan uang terbuang sia-sia di akhir semester pada saat sidang skripsi.
Pada paragraph ke sebelas yang dijelaskan penulis, menurut saya ini merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Karena sejauh dari yang saya tau, kebanyakan orang bekerja sangat berbeda dengan gelar yang di dapatnya. Ada mahasiswa teknik sipil lulus dengan gelar S.T tetapi bekerja di perusahaan keuangan. Hal ini merupakan bahasan yang menarik, memang takdir manusia hanya Tuhan yang menentukan. Hanya saja, sangat sayang sekali jika selama empat tahun yang mahasiswa habiskan untuk menuntut ilmu dengan jerih payah dan pengorbanan tetapi tidak digunakan secara maksimal, tetapi bukan berarti hal tersebut merupakan hal yang buruk. Justru hal tersebut dapat mengajarkan bahwa takdir itu Tuhan lah yang mengatur semuanya. Terlepas dari perdebatan tiada ujung antara lulus empat tahun atau tiga setengah tahun, penulis menjelaskan waktu lulus adalah sebuah pilihan bagi mahasiswa tingkat akhir, yang pasti lulus harus direncanakan dengan matang. Jika tidak mahasiswa bias tinggal lebih lama di kampus dan lebih lama mendapat ijazah dengan gelar yang ditekuninya sehingga sedikit kesulitan untuk emndapat pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar. Jika lulus tiga setengah tahun mahasiswa harus mempersiapkan rencana selanjutnya untuk studi lanjut atau mencari dan mendapat pekerjaan, sedangkan jika lulus empat tahun pun juga pasti harus dipersiapkan, apa saja yang akan dilakukan di satu semester terakhir untuk mengerjakan skripsi sembari melakukan hal-hal yang produktif dan mempersiapkan hal-hal yang belum dipersiapkan, sehingga berhasil dalam menghadapi sidang skripsi dan dapat lulus dengan gerlar yang ditekuni serta dapat berkerja sesuai dengan ilmu yang dipelajari selama empat tahun di perguruan tinggi. Semangat berjuang para mahsiswa tingkat akhir!
BalasHapus1. RESTRUKTURISASI
BalasHapus1.1. Paragraf 7
1.1.1. Premis Mayor: Masa depan yang cerah (A) dimiliki oleh siswa yang yakin akan masa depannya (B).
1.1.2. Premis Minor: Mahasiswa yang yakin akan dirinya (C) memiliki masa depan yang cerah (A).
1.1.3. Kesimpulan : Mahasiswa yang yakin akan dirinya (C) dimiliki oleh siswa yang yakin akan masa depannya (B).
1.2. Paragraf 8
1.2.1. Premis Mayor: Untuk meraih kesuksesan (A) harus memiliki prestasi yang tinggi.(B)
1.2.2. Premis Minor: Mahasiswa yang lulus dengan 3,5 tahun (C) akan dapat meraih kesuksesan (A).
1.2.3. Kesimpulan : Mahasiswa yang lulus dengan 3,5 tahun (C) dipastikan bahwa memiliki prestasi yang tinggi (B).
1.3. Paragraf 9
1.3.1. Premis Mayor: Untuk bisa dibilang cukup baik (A) harus bisa berusaha seperti mahasiswa yang 3,5 tahun (B).
1.3.2. Premis Minor: Mahasiswa yang lulus dengan 4 tahun (C) juga bisa dibilang cukup baik (A).
1.3.3. Kesimpulan : Mahasiswa yang lulus dengan 4 tahun (C) harus bisa berusaha seperti mahasiswa yang 3,5 tahun (B).
2. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
Seiring dengan berjalannya waktu, dapat dibilang bahwa mahasiswa yang lulus dengan 3,5 tahun memang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang lulus dengan 4 tahun. Tapi, jika dilihat dari sisi lain, mahasiswa yang lulus dengan 4 tahun juga dapat dipandang dengan baik. Ini hanyalah merupakan persoalan waktu karena semua juga berhubungan dengan prestasi yang dicapai oleh para mahasiswa. Jika mereka lulus dengan 3,5 tahun tapi menggunakan cara yang curang, tentu saja tidak akan menentukan masa depan mereka. Jadi mengapa 3,5 tahun selalu dibilang lebih baik dibandingkan 4 tahun ? Jawabannya sudah pasti TIDAK karena semua bergantung kepada pola pikir mahasiswa.
Nama : Guliansyah Hendra
Kelas : XII MIPA 7
No. : 11
2.1. Paragraf 7
BalasHapusMahasiswa diwajibkan untuk benar-benar mempersiapkan masa depannya dengan sangat matang agar tidak ada kekecewaan. Sebagian mahasiswa menginginkan untuk cepat menikah tapi semua harus dipersiapkan secara ilmu agama dan mental pastinya, dan adanya rencana sekolah untuk mengadakan seminar pra-nikah. Dalam hal ini, saya kurang setuju karena menurut saya ini tergantung dengan mahasiswa, dimana mahasiswa ingin cepat menikah jelas dia harus benar-benar mempersiapkan masa depan agar tidak susah nantinya. Tetapi dalam hal ini kebanyakan mahasiswa tidak benar-benar mempersiapkan diri untuk masa depan sehingga tidak ada keberhasilan kedepannya. Jelas dengan begitu mahasiswa akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri apalagi jika ia sudah menikah dan berkeluarga akan mendapatkan dampak yang lebih sulit ketika di masa depan karena penghasilan yang kurang dan pekerjaan yang tidak pasti jelas akan hanya menimbulkan keretakan di dalam keluarga yang berujung kehancuran.
Dalam hal ini, walaupun mahasiswa sudah mengikuti seminar pra-nikah yang telah direncanakan oleh sekolah tidak akan memberi dampak apapun karena semuanya sudah jelas tergantung dengan kemauan dari mahasiswa itu sendiri. Apabila mahasiswa tetap memaksakan untuk menikah secara cepat maka hal tersebut hanya akan menimbulkan kehancuran yang sangat berdampak bagi masing-masing mahasiswa.
2.2. Paragraf 8
Sebenarnya jika mau di lihat lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. Karena bisa dilihat bahwa semua akan mendulang masa depan masing-masing sehingga tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Dalam hal ini, saya setuju karena terdapat isi yang menyatakan bahwa lulus 3,5 tahun sama baiknya dengan lulus 4 tahun. Dikarenakan semua hanya tergantung waktu dan mahasiswa tersebut di mana kemampuan mahasiswa di uji coba agar dapat terlihat manakah mahasiswa yang berniat untuk cepat lulus atau yang menjalani dengan biasa saja. Sehingga semua hanya tentang kemauan dari mahasiswa tersebut dengan adanya kemauan yang sangat tinggi sangat pasti akan membuat mahasiswa lebih percaya diri dan ingin meraih kesuksesan karena mahasiswa pasti berpikir untuk masa depan mereka masing-masing. Maka, bisa dibilang waktu bukanlah suatu masalah, tetapi hal tersebut merupakan keinginan tersendiri
Nama : Guliansyah Hendra
Kelas : XII MIPA 7
No. : 11
2.3. Paragraf 9
BalasHapusKebanyakan mahasiswa ingin mengambil 4 tahun dikarenakan ingin memanfaatkan status ‘Mahasiswa’ lebih lama, sehingga mereka lebih rela tinggal lebih lama di dalam universitas tersebut dibandingkan keluar dengan cepat. Mahasiswa tidak terlalu peduli dengan waktu yang telah dihabiskan. Dalam hal ini, saya tidak setuju karena mahasiswa terlalu mementingkan status yang sebenarnya tidak perlu dipertahankan dan tidak mempunyai usaha untuk lulus dengan 3,5 tahun. Mahasiswa bisa dibilang memalukan karena jika ia mempunyai prestasi yang bisa di bilang bagus tapi mengulur-ulur waktu agar tidak langsung lulus hanyalah kesenangan semata dan tidak bisa di bilang hal yang membanggakan. Dengan itu, seharusnya mereka tahu apa yang harus dilakukan karena semakin lama lapangan pekerjaan pun akan semakin sempit dan otomatis mereka akan kesulitan untuk menemukan atau mencari pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika mereka memilih untuk lulus dengan 3,5 tahun sangat jelas akan menimbulkan dampak yang baik dari awal karena akan menguntungkan mereka dalam hal melanjutkan studi lagi atau langsung mencari pekerjaan dengan begitu akan memudahkan mereka untuk menemukan masa depan yang cerah dan lebih baik.
Dalam hal ini, mahasiswa harus berpikir dengan baik untuk menentukan masa depan mereka karena apabila mereka tidak berpikir dengan baik itu hanya akan merusak masa depan mereka. Sehingga mereka harus berpikir lebih baik lulus dengan cepat yaitu 3,5 tahun dan memiliki masa depan yang lebih baik atau lebih memilih lulus dengan 4 tahun dan memiliki masa depan yang belum tentu baik. Hal ini juga akan dikembalikan ke mahasiswa tersebut karena juga bergantung dengan apa yang mereka pilih.
Dengan mengikuti pembelajaran dengan baik jelas juga akan menimbulkan hasil yang baik. Ketika banyak hal yang menjadi pertimbangan, marilah kita untuk menyikapi semua kemungkinan yang dapat terjadi. Kita harus pintar untuk memilih dan memperoleh apa yang kita pilih karena itu akan benar-benar menentukan masa depan kita masing-masing. Jadi lebih baik lulus pendidikan dengan cepat dibanding lulus dengan lambat, karena jika memilih lulus dengan lambat sudah jelas bahwa yang lulus lebih cepat lebih diunggulkan dibanding yang lambat. Maka dari itu, kita harus cermat dan cemerlang agar hal yang kita pilih akan berujung kesuksesan bagi diri kita sendiri.
Nama : Guliansyah Hendra
Kelas : XII MIPA 7
No. : 11
Nama :Gerardo Adrian Leo
BalasHapusKelas : XII MIA 7
NO : 10
Didalam universitas sekarang banyak mahasiswa yang hanya ingin mendapatkan nilai dan mendapatkan gelar sehingga mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan gaji yang besar pula tetapi mereka kebanyakan tidak memiliki prestasi sehingga mereka tidak tahu apa tanggung jawab mereka sebenarnya
Saya setuju terhadap pernyataan yang dinyatakan oleh penulis ini karena sekarang banyak mahasiswa pergi ke universitas hanya untuk gengsi semata dan hanya untuk berkumpul dengan teman-teman tetapi mereka tidak tahu susahnya orang tua mereka untuk menyekolahkan anaknya sehingga anaknya menjadi orang yang sukses yang di inginkan orangtua mereka serta dapat bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan tetapi kenyataan tidak seperti itu, kebanyakan mereka lebih banyak mengejar nilai materi sehingga mereka melupakan nilai rohani.
Pada saat lulus pun kebanyakan mahasiswa ingin lulus dengan tergesa-gesa hanya demi mendapatkan gelar tetapi mereka lupa akan mimpi dan pashion bidang profesi sehingga mereka mengesampingkan skripsi. Skripsi seharusnya sebagai sarana mereka untuk rencana kerja dan studi lanjut.
Karena lulus dengan tergesa-tergesa, dan hanya ingin cepat selesai pada saat kuliah mereka kebanyakan memiliki mental yang belum siap sehingga mereka banyak yang kaget dengan dunia kerja. Mereka memiliki mental yang belum siap dikarenakan waktu mereka untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen.
Sebagai mahasiswa sebaiknya pada saat kuliah tidak perlu tergesa-tergesa tetapi menjalankannya dengan pelan-pelan namun pasti sehingga akan lebih siap untuk mengahadapi dunia pekerjaan yang lebih sulit. Gunakan waktu pada kuliah dengan sebaik-baiknya sehingga dapat melatih pashion bidang mereka menjadi lebih dalam sehingga tidak kaget lagi pada saat bekerja
Wacana I (Paragraf 4, 5, dan 6)
BalasHapus1. TANGGAPAN ─ SANGGAHAN ─ PENOLAKAN PENDAPAT
1.1. Pembuka
Sebagai mahasiswa belum bisa dikatakan sebagai mahasiswa karena belum berusaha dalam mencapai prestasi. Mahasaiswa yang lulus secara prematur atau lulus dengan waktu lebih cepat juga masih belum memiliki ilmu yang cukup dan tidak memiliki persiapan diri. Mereka tidak memiliki persiapan diri karena waktu untuk mempersiapkan diri harus direbut untuk mempersiapkan dokumen – dokumen dan untuk memenuhi persyaratan.
1.2. Paragraf 4
Dalam menjadi mahasiswa kita dituntun untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari siswa biasa. Karena dituntut untuk mencapai prestasi. Karena Untuk apa menyandang gelar MAHA? Prestasi tidak hanya terbatas dalam bidang akademik, namun juga non akademik. Sehingga tidak ada alasan lagi jika tidak berprestasi, karena kewajiban mahasiswa adalah mengembangkan diri dan meng-upgrade kapasitas diri. Sekali lagi, ini KEWAJIBAN!. Dalam hal ini saya setuju, karena jika kita sudah menyandang nama MAHA maka seharusnya kita memiliki tingkat kemampuan melebihi siswa biasa, kita harus juga berusaha dalam mencapai prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sebagai mahasiswa harus berusaha mencapai prestasi karena mahasiswa berbeda dengan siswa biasa.
1.3. Paragraf 5
Lulus premature, tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun. Saya setuju dengan pernyataan ini karena sebagai mahasiswa yang lulus secara premature harus tetap merencanakan langkah, mimpi atau cita – cita kita yang kita inginkan sebelum kita memilih suatu jurusan tertentu. Jadi kita harus mempersiapkan segalanya secara tepat dan jangan sampai tergesa-gesa karena dapat menimbulkan kita salah langkah dalam mengambil suatu keputusan.
1.4. Paragraf 6
Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun, tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula. Dalam pernyataan ini saya kurang setuju karena belum tentu orang yang lulus lebih muda memiliki mental yang lemah. Karena bisa saja orang tersebut justru memiliki mental yang lebih kuat dan lebih siap daripada orang yang lulus dengan waktu yang sesuai.
Jadi seharusnya orang yang lulus lebih muda setengah tahun atau bisa dikatakan lulus lebih cepat dari yang ditentukan jangan selalu dianggap tidak memiliki mental yang siap. Karena orang yang lulus lebih cepat mungkin memiliki keinginan yang besar dan sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi masalah apapun yang akan ia hadapi.
1.5. Penutup
Untuk menjadi mahasiswa kita harus memiliki perbedaan dari siswa biasa. Perbedaan tersebut berupa seorang mahasiswa harus memiliki keinginan yang besar untuk mencapai prestasi. Dan dalam mencapai gelar sarjana ada istilah mahasiswa premature yaitu mahasiswa yang lulus dengan waktu yang cepat. Mahasiswa premature harus lebih sabar dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal. Dan mahasiswa yang lulus dengan waktu yang cepat itu tidak boleh dinggap sebagai mahasiswa yang tidak memiliki mental yang siap namun mungkin orang tersebut memiliki mental yang lebih besar dan lebih siap dari mahasiswa yang lulus dengan waktu yang sudah ditentukan.
Nama : Nevin Syahputra
Kelas : XII MIA 7
Absen : 22
Wacana 1 : Paragraf 1, 2, dan 3
BalasHapusI. RESTRUKTURISASI
1.1. Kesimpulan : Mahasiswa (C) mendambakan agar lulus kuliah tepat
waktu.(B)
Premis Mayor : Kaum intelektual muda (A) mendambakan agar lulus kuliah
tepat waktu.(B)
Premis Minor : Mahasiswa (C) merupakan kaum intelektual muda.(A)
1.2. Kesimpulan : Mahasiswa (C) mengejar waktu agar dapat menyelesaikan
kuliah dalam waktu 3,5 tahun.(B)
Premis Mayor : Kaum intelektual muda (A) mengejar waktu agar dapat
menyelesaikan kuliah dalam waktu 3,5 tahun.(B)
Premis Minor : Mahasiswa (C) merupakan kaum intelektual muda.(A)
1.3. Kesimpulan : Mahasiswa (C) hanya bisa mengkritik dan berkomentar di
belakang, tanpa ada aksi dan kontribusi.(B)
Premis Mayor : Kaum intelektual muda (A) hanya bisa mengkritik dan
berkomentar di belakang, tanpa ada aksi dan kontribusi.(B)
Premis Minor : Mahasiswa (C) merupakan kaum intelektual muda.(A)
Nama : Nico Effendi
Kelas : XII MIPA 7
No : 23
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusPembuka
Seperti yang kita tahu, mahasiswa merupakan pelajar yang menuntut ilmunya di perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, mahasiswa akan melatih kemampuannya di bidang akademik maupun di bidang non akademik. Setiap mahasiswa pasti memiliki tujuan untuk menggapai cita-citanya agar kelak dapat memperoleh pekerjaan dan menjadi seorang yang sukses. Namun, kebanyakan mahasiswa belum memiliki rencana masa depannya serta tidak ada kesiapan untuk mencapai tujuannya.
Paragraf 1
Tujuan kuliah yang hanya untuk lulus lalu mencari pekerjaan, tak peduli dengan yang masih semester awal atau semester akhir merupakan pandangan yang salah. Pendapat tersebut tidak bisa dikatakan benar, karena lulus tanpa ada kontribusi dan ilmu yang cukup, serta mental yang belum terlatih akan terasa percuma. Untuk apa lulus jika belum memiliki kemampuan dan kesiapan untuk bekerja atau studi lanjut?
Kebanyakan mahasiswa belum memiliki kesiapan dan tidak memiliki rencana masa depannya karena yang diprioritaskannya hanyalah hasil, yaitu cepat lulus. Padahal, kuliah bukan sekedar untuk lulus, melainkan untuk melatih diri menjadi semakin berkembang dan memperoleh prestasi. Jika mereka tidak terlatih dan hanya memiliki kemampuan yang minim, tidak mungkin mereka langsung dapat memperoleh pekerjaan begitu saja, karena dalam bekerja dibutuhkan kemampuan dan pengalaman yang telah diperoleh. Belum adanya kesiapan mental dan bekal tersebut, juga akan membuat kita kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana serta bingung apa yang akan dilakukan nantinya.
Paragraf 2
Jika berbicara mengenai waktu, sebagian atau bahkan kebanyakan mahasiswa mengejar waktu agar dapat lulus dan memperoleh pekerjaan dengan cepat. Namun, di balik itu semua, apa yang menjadi tujuan mereka mengejar waktu 3,5 tahun? Sudah bosan kuliah kah? Ingin cepat menikah? Atau sekedar eksistensi? Alasan semacam itu merupakan pemahaman yang keliru dan harus dibenahi. Untuk apa mendapat gelar mahasiswa, tetapi tidak ada prestasi yang diperoleh dan tidak ada perkembangan pada dirinya? Sama saja dengan yang siswa biasa, bukan?
Nama : Nico Effendi
Kelas : XII MIPA 7
No : 23
Meskipun mereka mengejar waktu 3,5 untuk lulus, mereka sendiri merasa gelisah tidak dapat berhasil dalam waktu yang telah ditentukan. Kegelisahan itu dikarenakan belum adanya kesiapan bekal dan mental yang belum terlatih. Untuk memperoleh gelar MAHA, tidak cukup hanya memiliki kemampuan di bidang akademik, tetapi juga dibutuhkan kemampuan di bidang non akademik. Selain itu, juga dibutuhkan tanggungjawab dan kesiapan mental dalam menghadapi dunia kerja. Untuk apa memiliki IP bagus, lulus 3,5 tahun, tetapi saat interview tidak bisa menjawab pertanyaan, di lapangan pun masih bingung harus melakukan apa?
BalasHapusParagraf 3
Walau demikian, sebagian mahasiswa atau bahkan kebanyakan mahasiswa dengan bangganya mengaku kepada dunia, bahwa dirinya adalah seorang mahasiswa. Tetapi, di dalam kampus, mereka hanya bisa mengkritik dan berkomentar di belakang, tanpa ada aksi dan kontribusi. Secara pribadi, saya setuju dengan pendapat tersebut karena sebagai kaum intelektual muda, seharusnya mahasiswa bisa memberikan kontribusi dalam kajian-kajian diskusi atau dalam bentuk aksi nyata.
Untuk apa kuliah jika tidak memperoleh manfaat dan tidak mengambil ilmu yang ada? Kesempatan untuk menempuh pendidikan kuliah pun tidak semua orang mampu menempuhnya. Mereka yang memiliki kesempatan, seharusnya memiliki kesadaran dan dapat mempertanggungjawabkan segala ilmu yang didapat. Bukan sekedar menyandang status sebagai mahasiswa, tetapi juga harus menunjukkan suatu prestasi yang dapat dibanggakan.
Penutup
Masa depan harus direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan tergesa-gesa, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, demi mendapat gelar sarjana. Maka dari itu, sebagai mahasiswa, tidak ada alasan lagi jika tidak berprestasi, karena sudah kewajibannya untuk mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang produktif. Bukan sekedar memprioritaskan hasil yang cepat lulus, melainkan mempersiapkan ilmu, kemampuan, dan mental serta memiliki segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan.
Nama : Nico Effendi
Kelas : XII MIPA 7
No : 23
I. RESTRUKTURISASI
BalasHapus1.1 Premis Mayor: Juru Kunci dan juru selamat bagi kemajuan suatu negara (A) adalah yang dapat menemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat bagi khalayak melalui penelitian yang dilakukan.(B)
Premis Minor: Seorang peneliti (C) adalah juru kunci dan juru selamat bagi kemajuan suatu negara. (A)
Kesimpulan: Seorang peneliti (C) dapat menemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat bagi khalayak melalui penelitian yang dilakukan. (B)
1.2 Premis Mayor: Mahasiswa (A)hanya melakukan penelitian sampai pada tataran tugas karya ilmiah hingga skripsi.(B)
Premis Minor: Peneliti yang merupakan komponen penting dalam suatu bangsa (C) adalah mahasiswa. (A)
Kesimpulan: Peneliti yang merupakan komponen penting dalam suatu bangsa (C) hanya melakukan penelitian sampai pada tataran tugas karya ilmiah hingga skripsi. (B) .
1.3 Premis Mayor: Mahasiswa filsafat (A) membutuhkan minat untuk terus mendalami ilmu yang digeluti terutama meningkatkan semangat dalam menulis (B).
Premis Minor: Peneliti(C) adalah mahasiswa filsafat. (A)
Kesimpulan: Peneliti (C) membutuhkan minat untuk terus mendalami ilmu yang digeluti terutama meningkatkan semangat dalam menulis. (B)
Nama : Lius Aprianto
Kelas : XII MIPA 7
No. : 17
Wacana II (Paragraf 7,8, dan 9 )
BalasHapus1. RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
1.1.1. Premis Mayor (PM): Seorang mahasiwa yang optimis terhadap masa depannya (A) harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai akhir (B).
1.1.2. Premis Minor (Pm): Mahasiswa yang ingin menjadi peneliti (C) adalah seorang mahasiswa yang optimis terhadap masa depannya (A).
1.1.3. Kesimpulan (K): Mahasiswa yang ingin menjadi peneliti (C) harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai titik akhir (B).
1.2. Paragraf 8
1.2.1. Premis Mayor (PM): Ditemukan banyak siswa yang berminat dalam bidang penelitian (A), tetapi para peneliti kurang aktif dalam melakukan penelitian secara langsung (B).
1.2.2. Premis Minor (Pm): Dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (C) , ditemukan banyak siswa yang berminat dalam bidang penelitian (A).
1.2.3. Kesimpulan (K): Dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (C) , para peneliti kurang aktif dalam melakukan penelitian secara langsung (B).
1.3. Paragraf 9
1.3.1. Premis Mayor (PM): Langkah pertama menjadi seorang peneliti (A) perlu ditingkatkan agar menjadi peneliti yang produktif (B).
1.3.2. Premis Minor (Pm): Mengembangkan sikap kritis serta rasa ingin tahu yang tinggi (C) , langkah pertama menjadi seorang peneliti (A).
1.3.3. Kesimpulan : Mengembangkan sikap kritis serta rasa ingin tahu yang tinggi (C) perlu ditingkatkan agar menjadi peneliti yang produktif (B).
Wacana II (Paragraf 7,8, dan 9)
2. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
2.1. Pembuka
Seorang peneliti disebut peneliti , bukan karena ia telah menyelesaikan materi di Perguruan Tinggi dan mendapatkan gelar sarjana, tetapi karena orang tersebut mampu mempraktikkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya dari Perguruan Tinggi melalui praktik-praktik lapangan.Dalam hal tersebut, peneliti adalah orang yang mampu menerapkan ilmunya di lapangan , apakah lapangan ini dalam konteks penelitian-penelitian eksperimentasi di laboratorium seperti yang sering dilakukan ilmu-ilmu sosial. Sehingga, peneliti adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang tertentu, dimana keahlian tersebut di dapat dari pengalaman langsung dalam mempraktikkan ilmu yang ditekunnya di lapangan.
Nama : Vianka Stela Wijaya
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 30
2.2 Paragraf 7
BalasHapusMenjadi peneliti bukanlah hal yang mudah. Seorang peneliti harus menyelesaikan pendidikannya hingga selesai. Dalam hal ini , saya kurang setuju dengan pendapat Handoko. Dia berpendapat bahwa seorang mahasiswa yang berminat jadi peneliti harus menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang doktoral. Dia juga mengatakan bahwa “selain itu, cari pembimbing atau dosen yang berorientasi pada riset. Semasa kuliah, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk bergabung dengan peneliti LIPI supaya bisa merasakan iklim riset ilmiah”, dimana kesempatan untuk bergabung dengan tim peneliti LIPI sangat kecil , bahkan orang yang memiliki talenta yang tinggi belum tentu dapat bergabung dengan tim peneliti LIPI . Peluang tersebut memang menggiurkan , tetapi tidak semua orang dapat merasakan pengalaman tersebut.
Untuk menjadi seorang peneliti, dibutuhkan tekad yang kuat bahkan, seorang peneliti hingga jenjang Sarjana bisa menjadi incaran bagi perusahaan-perusahaan besar, tetapi orang tersebut harus memiliki keterampilan, penalaran, tingkat sosial yang tinggi, dan ilmu pengetahuan yang tinggi juga. Selain itu , kesempatan bergabung denga tim peneliti tidak harus memaksakan diri untuk masuk ke LIPI , masih banyak perusahaan peneliti seperti CEVA yang membuka lowongan menjadi anggota tim peneliti di perusahaan tersebut.
2.3. Paragraf 8
Di Indonesia, banyak mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian, tetapi bidang tersebut dapat menjadi sulit apabila orang tersebut tidak mengetahui materi-materi yang akan dipelajarinya. Selain itu , banyak setuju dalam penggunaan kata “mungkrak” pada teks tersebut. Selain itu, para mahasiswa setidaknya mengajukan untuk melakukan penelitian secara praktik kepada dosen yang terlibat, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian secara nyata. Apabila mahasiswa-mahasiswa tersebut hanya melakukan penelitian berdasarkan teori-teori yang ada, maka keterampilan mereka tidak akan berkembang, baik dalam praktik maupun penalaran.
2.4. Paragraf 9
Sebagai mahasiswa peneliti, terdapat banyak tema yang akan dibahas. Selain itu, mengembangkan sikap kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi membuat mahasiswa memiliki penalaran yang tinggi. Dalam hal ini saya setuju karena menjadi peneliti bukanlah sesuatu yang mudah , karena membutuhkan minat yang kuat untuk terus mendalami ilmu yang ingin ditekuni. Selain itu, karena mahasiswa mengambil jurusan penelitian, enggan menulis merupakan hal yang wajar, dimana mereka harus melakukan banyak praktik untuk meningkatkan kemampuan keterampilan mereka. Sebagai peneliti , hal dasar dalam menulis hanya digunakan untuk membuat laporan, karya ilmiah, dan skripsi. Sedangkan, tingkat keterampilan dalam membaca materi-materi, melakukan penelitian langsung perlu ditingkatkan scara signifikan demi membuat para mahasiswa tersebut dapat menjalani materi yang ditekuninnya.
2.5. Penutup
Untuk menjadi seorang mahasiswa peneliti, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Baik dalam belajar dengan giat , tekun , meningkatka keterampilan, meningkatkan penalaran, mengikuti suatu proyek penelitian secara praktik maupun teoritis, berusaha mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam perusahaan penelitian , dan juga berusaha untuk menyelesaikan jenjang kuliah hingga selesai.
Nama : Vianka Stela Wijaya
Kelas : XII MIPA 7
Nomor Absen : 30
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusIndonesia merupakan negara yang cukup maju karena terdapat banyak sumber daya alam dan sumber daya manusia yang bisa mengelola sumber daya alam tersebut. Tetapi, hingga saat ini Indonesia masih belum bisa memajukan negaranya seperti negara-negara maju lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia hanya menonton hasil penelitian negara lain. Padahal, di Indonesia sendiri banyak siswa dan mahasiswa yang bisa menjadi seorang peneliti yang profesional apabila didukung penuh oleh pemerintahan. Kini juga banyak mahasiswa yang berhasil membuat sebuah penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak tetapi terkadang penelitian itu dihentikan atau dibatalkan karena biaya pembuatan, dan lain-lain.
Wacana 2
paragraf 7
Pada era globalisasi kini, saya setuju mengenai pendapat pyang diutarakan oleh penulis bahwa seorang peneliti merupakan juru kunci dan juru selamat bagi kemajuan suatu negara terutama Negara Indonesia. Karena dengan suatu penelitian, dapat ditemukan banyak hal yang baru yang mungkin bisa bermanfaat bagi khalayak atau apabila penelitian tersebut belum sempurna dapat menjadi ide bagi masyarakat di Indonesia untuk menyempurnakan penelitian tersebut.
Tetapi saya kurang sependapat dengan pernyataan Handoko yang mengatakan bahwa untuk menjadi seorang peneliti harus bertekad menyelesaikan pendidikannya sampai titik akhir, yaitu jenjang doktoral. Menurut saya, menjadi seorang peneliti tidak harus menyelesaikan pendidikan hingga jenjang doktoral melainkan harus memiliki rasa ingin tahu mengenai sesuatu hal yang dapat berguna bagi khalayak apabila itu berhasil atau dapat mengajak khalayak untuk bersama-sama mengembangkan penelitian tersebut. Selain itu, juga harus memiliki keinginan yang kuat dalam mencari permasalahan dalm setiap penelitian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber literatur. Mungkin Handoko dapat menyatakan hal tersebut karena beliau yakin bahwa dengan menjalani pendidikan hingga jenjang doktoral, seorang mahasiswa lebih memahami materi yang akan diteliti atau lebih memiliki banyak sumber literatur. Padahal dengan rasa ingin tahu yang kuat dapat menjadi modal awal untuk melakukan suatu penelitian seperti pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) tahun 2015 adalah Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa bukan hanya mahasiswa yang dapat melakukan penelitian tetapi remaja sekolah menengah baik atas ataupun pertama (SMA/SMP) dapat melakukan penelitian juga.
Paragraf 8
Banyak mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian tetapi beberapa faktor yang tidak mendukung agar mahasiswa itu dapat menjalankan penelitian dengan sungguh-sungguh misalnya dosen yang hanya memberikan tugas sampai karya ilmiah atau skripsi. Saya setuju mengenai hal tersebut karena di beberapa sekolah di Indonesia terutama di Palembang masih banyak guru atau pengajar melakukan hal yang monoton atau textbook yang hanya mengandalkan pelajaran dari buku saja, sehingga lama-kelamaan para siswa akan terbiasa menghapal pelajaran bukan memahaminya. Hal ini sangat merugikan karena para siswa mempunyai potensi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya untuk diteliti. Sehingga saat menjunjung pendidikan di jenjang kuliah, mahasiswa tersebut hanya menerima pelajaran dari dosennya dan tidak mempunyai ide untuk mencari tahu sendiri sehingga buku sebagai sumber literatur sedikit. Padahal, peneliti merupakan komponen penting dalam suatu bangsa sebagai faktor pendorong kemajuan negara tersebut dengan penelitian-penelitian yang ada.
Nama : Lius Aprianto
Kelas : XII MIPA 7
No : 17
Paragraf 9
BalasHapusSelain beberapa faktor luar tersebut, terdapat juga faktor dalam atau interer yang menyebabkan beberapa mahasiswa tidak menginginkan melakukan penelitian salah satunya seperti yang dikatakan oleh penulis yang menyatakan bahwa minat menjadi peneliti di kalangan mahasiswa cenderung menurun karena mahasiswa tersebut enggan menulis. Saya setuju dengan pendapat tersebut. Padahal untuk menjadi seorang peneliti yang produktif harus mengembangkan sikap kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat melihat realitas dengan baik serta bersemangat dalam menulis penelitian tersebut. Padahal, saat berada pada jenjang kuliah juga, mahasiswa tidak akan pernah lepas dari kegiatan membaca dan menulis selama kegiatan belajar. Dari sini, mahasiswa dilatih untuk menjadi seorang peneliti yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha mencari jawaban atas setiap permasalahan yang terjadi.
Indonesia sebenarnya dapat menjadi negara yang maju seperti negara-negara lain karena terdapat banyak sumber daya alam yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian. Apabila Indonesia ingin menjadi negara maju, ia harus berusaha meningkatkan kualitas mutu pendidikan bukan hanya di jenjang perkuliahan melainkan juga jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) agar terbiasa dan memiliki rasa ingin tahu yang luas sehingga dapat melakukan suatu penelitian untuk mencari jawaban atas rasa ingin tahu tersebut dan bisa memunculkan peneliti-peneliti yang terbaik untuk memajukan Indonesia.
Nama : Lius Aprianto
Kelas : XII MIPA 7
No : 17
Nama : Chintia Febrianti
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 03
Wacana 1 paragraf 7,8,dan 9
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 7
Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun, tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula. Belum sempat bernafas lega untuk memenuhi syarat yudisium dan wisuda, para pejuang 3,5 tahun tidak jarang yang kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana. Bukan karena belum siap mental, tapi karena waktu untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen. Para pejuang 3,5 tahun lagi-lagi harus membagi waktunya untuk persiapan yang lebih.
PM: Mahasiswa yang lulus lebih cepat(A) menyebabkan banyak yang tidak siap dengan dunia kerja(B)
Pm: Persiapan diri yang kurang(C) merupakan mahasiswa yang lulus lebih cepat (A)
K: Persiapan waktu yang kurang(C) menyebabkan banyak yang tidak siap dengan dunia kerja(B)
1.2 Paragraf 8
Ini bahasan yang cukup berat. Bagi sebagian mahsiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan. Sudah siapkah?
PM: Mempersiapakan ilmu agama dan mental(A) merupakan tugas yang berat dalam mempersiapkan masa depan.(B)
Pm: Mahasiswa yang benar-benar mempersiapkan masa depan(C) mempersiapkan Ilmu agama dan mental(A)
K: Mahasiswa yang benar-benar mempersiapkan masa depan(C) memiliki tugas yang berat dalam mempersiapkan masa depan(B)
1.3 Paragraf 9
BalasHapusDibalik kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang. Sudah dipersiapkan untuk lulus 3,5 tahun dan tentunya master plan apa yang akan dilakukan setelah lulus baik untuk bekerja, wirausaha atau melanjutkan studi yang tentunya linear dengan apa yang selama ini digeluti di bangku kuliah. Sehingga para pejuang 3,5 ini kelak jika ditanya “apa ilmunya sudah cukup?”, “apa sudah menguasai skill ini itu?”, “ apa sudah siap mental untuk memasuki dunia kerja?”. Dan dengan bangganya para pejuang 3,5 akan menjawab semua pertanyaan dengan sangat percaya diri, disertai jawaban pamungkas “Waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus 4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak, jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap?”
PM: berbekal prestasi yang bagus,(A) mahasiswa akan siap dalam menghadapi dunia kerja dengan baik. (B)
Pm: Mahasiswa yang lulus 3,5 tahun(C) berbekal prestasi yang bagus.(A)
K: Mahasiswa yang lulus 3,5 tahun(C) akan siap dalam menghadapi dunia kerja dengan baik.(B)
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
(Pembuka) Bagi mahasiswa yang lulus dalam waktu lebih singkat ½ tahun tidak menutup peluang dalam menggapai dunia kerja. Memang dibutuhkan prestasi yang kuat dan mental yang cukup untuk menghadapi dunia kerja. Banyak mahasiswa yang lulus lebih muda mengalami kesulitan ataupun terkejut dengan dunia kerja. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk dapat bersaing dengan mahasiswa yang lulus lebih lama darinya. Namun bagi mahasiswa yang memiliki tekad yang kuat dalam menggapai masa depan nampaknya memiliki PR yang lebih berat lagi dalam menggapai tujuannya.
(Paragraf 7) Disampaikan bahwa bagi mahasiswa yang lulus dalam waktu yang lebih singat ½ tahun banyak yang terkejut dengan dunia kerja. Saya setuju dengan pendapat ini karena memang kebanyakan mahasiswa yang lulus lebih cepat tidak memiliki waktu luang untuk mencari pengalaman dalam bekerja. Karena sudah terlalu sibuk dalam mempersiapkan dokumen-dokumen ataupun persayaratan untuk kelulusannya. Sedangkan yang lulus lebih lama yaitu 4 tahun, ia akan memiliki waktu yang lebih panjang dalam mempersiapkan dirinya dalam dunia kerja yang banyak sekarang ini mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Meskipun gaji yang terbilang tidak terlalu besar, namun hasil yang dipetik sangat bermanfaat yaitu pengalaman kerja yang banyak. Meskipun memang tidak semua mahasiswa yang sambilan bekerja.
Nama : Chintia Febrianti
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 03
(Paragraf 8) Saya setuju dengan pernyataan pada paragraf ini, karena pada paragraf ini menunjukkan fakta bahwa bagi yang benar-benar mempersiapkan masa depan karena alasan ingin menikah dan mendapatkan lampu hijau dari orang tua haruslah memiliki pengetahuan agama dan mental yang cukup. Dan juga harus mengikuti seminar pra- nikah agar menikah tidak hanya sembarangan namun harus dipersiapkan dengan matang-matang. Karena banyak kasus sekarang ini, kalau hubungan suami istri yang cepat berakhir karena tidak adanya kesiapan mental dan seminar pra-nikah. Jadi mereka asal-asalan menikah saja dan tidak tahu resikonya jika mereka sudah memiliki anak dan keadaan psikologi anak mereka tersebut. Maka dari itulah saya setuju dengan pernyataan tersebut bahwa harus adanya persiapan yang matang dalam menyiapkan masa depan.
BalasHapus(paragraf 9) pada pernyataan yang ada di teks ini saya juga menyetujuinya karena dikatakan bahwa tidak selamanya yang lulus 3 ½ tahun itu tidak dapat/susah bergelut di dunia kerja. Dalam teks ini dikatakan bahwa jika mahasiswa yang lulus lebih cepat namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang juga dapat bergelut di dunia kerja dan tidak selamanya mahasiswa yang menjalankan proses kuliah selama 4 tahun dapat sebaik yang lebih cepat darinya. Memang pada dasarnya yang lebih cepat lulus tersebut memiliki pengalaman kerja yang lebih dangkal dari yang kuliah selama 4 tahun. Karena mungkin terlampau sibuk dengan kegiatan perkuliahan. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk lebih unggul dari yang kuliah lebih lama darinya karena mungkin saja yang lulus lebih cepat tersebut memiliki prestasi yang cemerlang, jiwa leadership yang tinggi, ataupun mental yang cukup baik.
(penutup) jadi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang kuliah 3 ½ tahun ataupun 4 tahun itu sama saja. Tinggal bagaimana cara kita membentuk mental dan keinginan kita untuk menggapai cita-cita. karena jika seseorang memiliki keinginan ataupun sesuatu yang ingin dicapai, maka haruslah dikejar tanpa harus memandang sejauh apa pengalaman ataupun lamanya durasi belajar. Itu semua tergantung pada diri masing-masing saja.
Nama : Chintia Febrianti
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 03
Nama : Chintia Febrianti
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 03
Wacana 1 paragraf 7,8,dan 9
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 7
Lulus dengan waktu yang lebih muda setengah tahun, tentu juga dengan mental yang terbilang lebih muda pula. Belum sempat bernafas lega untuk memenuhi syarat yudisium dan wisuda, para pejuang 3,5 tahun tidak jarang yang kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana. Bukan karena belum siap mental, tapi karena waktu untuk persiapan diri harus direbut dengan kesibukan memenuhi persyaratan dan dokumen-dokumen. Para pejuang 3,5 tahun lagi-lagi harus membagi waktunya untuk persiapan yang lebih.
PM: Mahasiswa yang lulus lebih cepat(A) menyebabkan banyak yang tidak siap dengan dunia kerja(B)
Pm: Persiapan diri yang kurang(C) merupakan mahasiswa yang lulus lebih cepat (A)
K: Persiapan waktu yang kurang(C) menyebabkan banyak yang tidak siap dengan dunia kerja(B)
1.2 Paragraf 8
Ini bahasan yang cukup berat. Bagi sebagian mahsiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan. Sudah siapkah?
PM: Mempersiapakan ilmu agama dan mental(A) merupakan tugas yang berat dalam mempersiapkan masa depan.(B)
Pm: Mahasiswa yang benar-benar mempersiapkan masa depan(C) mempersiapkan Ilmu agama dan mental(A)
K: Mahasiswa yang benar-benar mempersiapkan masa depan(C) memiliki tugas yang berat dalam mempersiapkan masa depan(B)
1.3 Paragraf 9
Dibalik kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang. Sudah dipersiapkan untuk lulus 3,5 tahun dan tentunya master plan apa yang akan dilakukan setelah lulus baik untuk bekerja, wirausaha atau melanjutkan studi yang tentunya linear dengan apa yang selama ini digeluti di bangku kuliah. Sehingga para pejuang 3,5 ini kelak jika ditanya “apa ilmunya sudah cukup?”, “apa sudah menguasai skill ini itu?”, “ apa sudah siap mental untuk memasuki dunia kerja?”. Dan dengan bangganya para pejuang 3,5 akan menjawab semua pertanyaan dengan sangat percaya diri, disertai jawaban pamungkas “Waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus 4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak, jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap?”
PM: berbekal prestasi yang bagus,(A) mahasiswa akan siap dalam menghadapi dunia kerja dengan baik. (B)
Pm: Mahasiswa yang lulus 3,5 tahun(C) berbekal prestasi yang bagus.(A)
K: Mahasiswa yang lulus 3,5 tahun(C) akan siap dalam menghadapi dunia kerja dengan baik.(B)
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
BalasHapus(Pembuka) Bagi mahasiswa yang lulus dalam waktu lebih singkat ½ tahun tidak menutup peluang dalam menggapai dunia kerja. Memang dibutuhkan prestasi yang kuat dan mental yang cukup untuk menghadapi dunia kerja. Banyak mahasiswa yang lulus lebih muda mengalami kesulitan ataupun terkejut dengan dunia kerja. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk dapat bersaing dengan mahasiswa yang lulus lebih lama darinya. Namun bagi mahasiswa yang memiliki tekad yang kuat dalam menggapai masa depan nampaknya memiliki PR yang lebih berat lagi dalam menggapai tujuannya.
(Paragraf 7) Disampaikan bahwa bagi mahasiswa yang lulus dalam waktu yang lebih singat ½ tahun banyak yang terkejut dengan dunia kerja. Saya setuju dengan pendapat ini karena memang kebanyakan mahasiswa yang lulus lebih cepat tidak memiliki waktu luang untuk mencari pengalaman dalam bekerja. Karena sudah terlalu sibuk dalam mempersiapkan dokumen-dokumen ataupun persayaratan untuk kelulusannya. Sedangkan yang lulus lebih lama yaitu 4 tahun, ia akan memiliki waktu yang lebih panjang dalam mempersiapkan dirinya dalam dunia kerja yang banyak sekarang ini mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Meskipun gaji yang terbilang tidak terlalu besar, namun hasil yang dipetik sangat bermanfaat yaitu pengalaman kerja yang banyak. Meskipun memang tidak semua mahasiswa yang sambilan bekerja.
(Paragraf 8) Saya setuju dengan pernyataan pada paragraf ini, karena pada paragraf ini menunjukkan fakta bahwa bagi yang benar-benar mempersiapkan masa depan karena alasan ingin menikah dan mendapatkan lampu hijau dari orang tua haruslah memiliki pengetahuan agama dan mental yang cukup. Dan juga harus mengikuti seminar pra- nikah agar menikah tidak hanya sembarangan namun harus dipersiapkan dengan matang-matang. Karena banyak kasus sekarang ini, kalau hubungan suami istri yang cepat berakhir karena tidak adanya kesiapan mental dan seminar pra-nikah. Jadi mereka asal-asalan menikah saja dan tidak tahu resikonya jika mereka sudah memiliki anak dan keadaan psikologi anak mereka tersebut. Maka dari itulah saya setuju dengan pernyataan tersebut bahwa harus adanya persiapan yang matang dalam menyiapkan masa depan.
(paragraf 9) pada pernyataan yang ada di teks ini saya juga menyetujuinya karena dikatakan bahwa tidak selamanya yang lulus 3 ½ tahun itu tidak dapat/susah bergelut di dunia kerja. Dalam teks ini dikatakan bahwa jika mahasiswa yang lulus lebih cepat namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang juga dapat bergelut di dunia kerja dan tidak selamanya mahasiswa yang menjalankan proses kuliah selama 4 tahun dapat sebaik yang lebih cepat darinya. Memang pada dasarnya yang lebih cepat lulus tersebut memiliki pengalaman kerja yang lebih dangkal dari yang kuliah selama 4 tahun. Karena mungkin terlampau sibuk dengan kegiatan perkuliahan. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk lebih unggul dari yang kuliah lebih lama darinya karena mungkin saja yang lulus lebih cepat tersebut memiliki prestasi yang cemerlang, jiwa leadership yang tinggi, ataupun mental yang cukup baik.
(penutup) jadi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang kuliah 3 ½ tahun ataupun 4 tahun itu sama saja. Tinggal bagaimana cara kita membentuk mental dan keinginan kita untuk menggapai cita-cita. karena jika seseorang memiliki keinginan ataupun sesuatu yang ingin dicapai, maka haruslah dikejar tanpa harus memandang sejauh apa pengalaman ataupun lamanya durasi belajar. Itu semua tergantung pada diri masing-masing saja.
Nama : Chintia Febrianti
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 03
BalasHapusNama : Zianka Audy Shesaruny
Kelas : XII MIPA 7
No.Absen : 33
Wacana 1 Paragraf 7, 8, dan 9
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 7
Ini bahasan yang cukup berat. Bagi sebagian mahasiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan. Sudah siapkah?
PM : Mahasiswa yang baik (A) adalah mahasiswa yang ingin mempunyai masa depan yang cerah.(B)
pm : Mahasiswa yang mempersiapkan diri sebaik- baiknya(C) adalah mahasiswa yang baik.(A)
K : Mahasiswa yang mempersiapkan diri sebaik- baiknya adalah mahasiswa yang ingin mempunyai masa depan yang cerah
1.2 Paragraf 8
Dibalik kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang. Sudah dipersiapkan untuk lulus 3,5 tahun dan tentunya master plan apa yang akan dilakukan setelah lulus baik untuk bekerja, wirausaha atau melanjutkan studi yang tentunya linear dengan apa yang selama ini digeluti di bangku kuliah. Sehingga para pejuang 3,5 ini kelak jika ditanya “apa ilmunya sudah cukup?”, “apa sudah menguasai skill ini itu?”, “ apa sudah siap mental untuk memasuki dunia kerja?”. Dan dengan bangganya para pejuang 3,5 akan menjawab semua pertanyaan dengan sangat percaya diri, disertai jawaban pamungkas “Waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus 4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak, jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap?”
PM : Mahasiswa yang tekun(A) adalah mahasiswa yang mempunyai bekal yang baik untuk masa depan.(B)
Pm : Mahasiswa yang mempunyai prestasi, kemampuan, kontribusi dan mental yang baik(C) adalah mahasiswa yang tekun.(A)
K : Mahasiswa yang mempunyai bekal yang baik untuk masa depan mempunyai prestasi, kemampuan,kontribusi dan mental yang baik.
1.3 Paragraf 9
Di sisi lain, lulus 4 tahun pun juga baik. Lantas yang sering dipertanyakan adalah, kenapa harus 4 tahun jika 3,5 tahun pun bisa? Lalu 1 semester 8 saat sudah tidak ada beban mata kuliah, apa yang harus dilakukan di kampus? bagi para pejuang 4 tahun prestatif, tentu tidak kebingungan. Mereka justru memiliki ruang lebih banyak untuk memanfaatkan status “MAHASISWA”nya lebih lama. 1 semester terakhir bisa digunakan untuk menggenjot prestasi, student exchange, kontribusi di organisasi atau menambah skill dengan magang. Para pejuang 4 tahun ini pun bisa lebih fokus untuk mengejar mimpinya dan mempersiapkan diri untuk dunia pasca kampus. Bahkan bisa mempersiapkan research yang out standing yang bisa linear untuk studi S2 dan seterusnya, karena mereka tidak dibatasi waktu dan tidak khawatir jika waktu research tergolong cukup lama.
PM : Mahasiswa lebih bisa fokus pada kemampuan dan prestasi(A)untuk mempersiapkan diri lebih baik(B)
pm : Dengan memanfaatkan waktu yang lebih banyak (C) mahasiswa lebih bisa fokus pada kemampuan dan prestasi mereka.(A)
K : Dengan memanfaatkan waktu yang lebih lama(C)mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan baik.
II. Tanggapan – Sanggahan – penolakan
BalasHapus2.1 Pembuka
Hidup adalah belajar. Sebagai seorang manusia, penting bagi seseorang untuk memiliki pengetahuan yang tinggi. Dengan pengetahuan yang luas, seseorang dapat hidup dengan baik. Akan tetapi bukan hanya dengan ilmu pengetahuan yang tinggi, seseorang dianggap berhasil jika mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi dan disertai dengan sikap dan mental yang baik. Dengan bekal- bekal tersebut, seseorang akan dengan mudah menjalani hidup yang keras ini.
2.2 Paragraf 7
Menurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 8 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada aturan silogisme yang pertama adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 7 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 7 telah memenuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 7, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 7 adalah “Mahasiswa yang mepersiapkan diri sebaik- baiknya adalah mahasiswa yang ingin mempunyai masa depan yang cerah”. Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 7 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 7 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 7 telah valid menurut aturan silogisme.
2.3 Paragraf 8
BalasHapusMenurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 8 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada aturan silogisme yang pertama adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 8 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 8 telah memenuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 8, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 8 adalah “Mahasiswa yang mempunyai bekal yang baik untuk masa depan mempunyai prestasi, kemampuan,kontribusi dan mental yang baik.” Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 8 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 8 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 8 telah valid menurut aturan silogisme.
2.4 Paragraf 9
Menurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 9 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada aturan silogisme yang pertama adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 9 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 9 telah memenuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 9, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 9 adalah “Dengan memanfaatkan waktu yang lebih lama mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan baik.” Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 9 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 9 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 9 telah valid menurut aturan silogisme.
2.4 Penutup
Jadi dapat disumpulkan bahwa penalaran pada paragraf 7, 8, dan 9 yang telah direstrukturisasi ke dalam silogisme telah valid, karena silogisme yang terdapat pada paragraf 7,8, dan 9 telah memenuhi ketiga aturan utama dari silogisme yang baik dan benar.
Wacana II (Paragraf 4, 5, dan 6)
BalasHapus1. RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 4
1.1.1. Premis Mayor (PM): Tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan (A) dimana hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi (B).
1.1.2. Premis Minor (Pm): Manfaat langsung dalam penelitian (C) tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan (A).
1.1.3. Kesimpulan (K): Manfaat langsung dalam penelitian (C) dimana hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi (B).
1.2. Paragraf 5
1.2.1. Premis Mayor (PM): Banyak peserta yang berminat pada kegiatan riset (A) membuat LIPI membimbing British Council melalui The Newton Fund (B).
1.2.2. Premis Minor (Pm): Adanya peningkatan jumlah peserta dalam penelitian Indonesia (C) menandakan bahwa banyak peserta yang berminat pada kegiatan riset (A).
1.2.3. Kesimpulan (K) : Adanya peningkatan jumlah peserta dalam penelitian Indonesia (C) membuat LIPI membimbing British Council melalui The Newton Fund (B).
1.3. Paragraf 6
1.3.1. Premis Mayor (PM): Siswa yang tekun dalam mendalami bidangnya (A) memiliki kesempatan untuk menempuh studi di kampus ternama (B).
1.3.2. Premis Minor (Pm): Siswa yang memenangkan lomba ajang internasional (C) adalah siswa yang tekun dalam mendalami bidangnya (A).
1.3.3. Kesimpulan (K) : Siswa yang memenangkan lomba ajang internasional (C) memiliki kesempatan untuk menempuh studi di kampus ternama (B).
2. TANGGAPAN ─ SANGGAHAN ─ PENOLAKAN PENDAPAT
2.1. Pembuka
Seorang peneliti merupakan juru kunci suatu negara karena dari penilitian dapat ditemukan berbagai macam hal yang bermanfaat bagi khayalak banyak. Perjuangan menjadi seorang peneliti sendiri tidaklah mudah, untuk menjadi seorang peneliti, seorang mahasiswa harus mampu menyelesaikan pendidikannya hingga akhir, yaitu hingga mendapatkan gelar doktoral. Akan tetapi, seseorang tidak dapat menjadi peneliti hanya dengan sekedar pengetahuan dari tugas-tugas dan riset penelitian di perguruan tinggi, seorang calon peneliti juga harus keluar dari zona nyaman dan terus menambah pengetahuan dengan membaca buku dan bermain keluar. Mengikuti berbagai macam lomba penelitian juga memberikan nilai tambahan untuk soeriang calaon peneliti.
Nama : Vania Faronto
Kelas : XII MIPA 7
No. : 29
2.2. Paragraf 4
BalasHapusPenelitian yang berhasil dilakukan tentu dapat membantu khayalak banyak, akan tetapi sering kali penelitian tersebut mengalami kesulitan seperti kurangnya peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan harus tertunda atau berjalan dengan lambat dan tidak maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dapat memberikan hasil yang lebih maksimal karena penelitian tersebut merupakan hasil pemikiran dari sejumlah peneliti yang tentunya sudah terdidik dan berpengalaman. Oleh karena itu calon-calon peneliti yang memiliki potensi harus terus dicari dan dibina agar dapat menjadi seorang peneliti yang dapat membantu masyarakat.
2.3. Paragraf 5
Dengan berbagai macam ajang perlombaan yang menarik, para calon peneliti muda dapat tertarik untuk menunjukkan dirinya dengan mengikuti penyelenggaraan LKIR yang diadakan oleh LIPI. Hal ini dapat dilihat dari jumlah proposal penelitian yang diterima meningkat sebanyak 30% dari tahun sebelumnya. Apabila ditambah dengan diberi kesempatan untuk tampil di ajang perlombaan penelitian internasional , tentu calon-calon peneliti muda tersebut tertarik karena hasi karyanya memiliki kemungkinan untuk lebih dikenal dunia.
2.4. Paragraf 6
Menambah ilmu hingga ke luar negeri tentu menjadi impian semua peneliti, karena dengan belajar di luar negeri dapat meningkatkan wawasan juga pengalaman. Oleh karena itulah calon-calon peneliti ini dapat terpacu untuk bersaing satu sama lain agar dapat memperoleh juara penelitian hingga ke ajang internasional untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.
2.5. Penutup
Untuk menjadi seorang peneliti, dibutuhkan tekad yang besar dari dalam diri seseorang, keterlibatan dalam dunia penelitian sejak usia muda juga dapat membantu untuk menjadi peneliti yang sukses, tidak hanya dengan modal gelar doktoral, namun juga penghargaan-penghargaan atau juara dari lomba penelitian dapat menjadi pengalaman. Degan membaca berbagai literatur dan menyempatkan diri turut serta dalam sebuah tim penelitian seperti LIPI akan menambah wawasan juga pengalaman.
Nama : Vania Faronto
Kelas : XII MIPA 7
No. : 29
I . RESTRUKTURISASI
BalasHapus1.1 Paragraf 1
Restruksi:
PM : Pelajar yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi (A) mengemban tugas-tugas yang tercantum dalam Tridarma Perguruan Tinggi. (B)
Pm : Mahasiswa (C) adalah pelajar yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. (A)
K : Mahasiswa (C) mengemban tugas-tugas yang tercantum dalam Tridarma Perguruan Tinggi. (B)
1.2 Paragraf 2
Restruksi:
PM : orang-orang yang melakukan observasi dengan menggunakan metode ilmiah (A) adalah juru kunci bagi kelangsungan bangsa. (B)
Pm : Peneliti (C) merupakan orang-orang yang melakukan observasi dengan menggunakan metode ilmiah. (A)
K : Peneliti (C) adalah juru kunci bagi kelangsungan bangsa. (B)
1.3 Paragraf 3
Restruksi:
PM : Sebuah penghargaan (A) diberikan kepada ilmuan muda Indonesia yang membagikan hasil penelitiannya bagi masyarakat luas dan perkembangan ilmu pengetahuan. (B)
Pm : LIPI Young Scientist Award (C) merupakan sebuah penghargaan. (A)
K : LIPI Young Scientist Award (C) diberikan kepada ilmuan muda yang membagikan hasil penelitiannya bagi masyarakat luas dan perkembangan ilmu pengetahuan. (B)
II. TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
Mahasiswa di perguruan tinggi melaksanakan tugas-tugas yang tercantum dalam Tridarma Perguruan Tinggi. Dalam kesehariannya, mahasiswa dihadapkan dengan berbagai macam penelitian agar mereka dapat mendapatkan pengalaman dan meningkatkan rasa keingintahuannya. Hal ini menyebabkan mahasiswa tersebut akan terus-menerus mencari berbagai referensi yang berbeda. Meski demikian, mahasiswa-mahasiswa tersebut jarang memilih peneliti sebagai profesi mereka di kemudian hari karena mereka menggangap bahwa peneliti adalah orang yang kaku dan terlalu serius bahkan mereka menggangap bahwa profesi sebagai peneliti akan susah untuk dijadikan sandaran hidup dari sisi penghasilan.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen : 28
BalasHapusWacana 2
Paragraf 1
Pada paragraf tersebut, penulis berusaha menyampaikan penalarannya mengenai tugas penelitian mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah mahasiswa melakukan penelitian mereka akan diberi tugas untuk membuat skripsi agar dosen mengetahui apakah mahasiswa tersebut mengetahui apa yang mereka teliti. Banyak dari mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi tersebut, tetapi mereka hanya menyelesaikan tugas tersebut sebatas untuk memenuhi tugas saja dan pada kenyataannya, banyak di antara mereka tidak akan memilih peneliti sebagai profesi mereka di kemudian hari. Pada dasarnya tugas mengenai penelitian memberikan banyak efek positifnya, seperti peneliti tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru, akan menjadi lebih peka dengan lingkungannya, meningkatkan rasa keingintahuannya, dan yang paling penting adalah peneliti dapat mengetahui apakah teorinya sesuai dengan kenyataannya (praktek).
Jika dilihat dari efek positifnya, itu sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, akan tetapi apa gunanya penelitian apabila mahasiswa tersebut melakukan itu hanya sebatas untuk mendapatkan nilai. Apa guna nilai? Apakah mereka hanya ingin menyombongkan diri mereka dengan nilai yang bagus? Apakah mereka bangga dengan kelulusan mereka? dan setelah kelulusan, mereka pun tidak memilih pekerjaan mereka sebagai peneliti. Jika dianalisis lebih lanjut, mahasiswa lulus yang memilih profesinya sebagai peneliti sangatlah sedikit sehingga perguruan tinggi tingkat selanjutnya juga jarang ditemukan. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang memutuskan untuk berprofesi sebagai peneliti akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Setelah selesai menuntut ilmu, jarang di antara mereka yang akan pulang ke Indonesia untuk bekerja. Mereka akan lebih memilih melakukan penelitian di sana karena di negara tersebut tentu terdapat alat penelitian yang lengkap dan mereka lebih dihargai. Hal ini menyebabkan kemajuan bangsa terhambat yang seharusnya Indonesia dapat dengan mudah meraihnya.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen :28
Wacana 2
BalasHapusParagraf 1
Pada paragraf tersebut, penulis berusaha menyampaikan penalarannya mengenai tugas penelitian mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah mahasiswa melakukan penelitian mereka akan diberi tugas untuk membuat skripsi agar dosen mengetahui apakah mahasiswa tersebut mengetahui apa yang mereka teliti. Banyak dari mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi tersebut, tetapi mereka hanya menyelesaikan tugas tersebut sebatas untuk memenuhi tugas saja dan pada kenyataannya, banyak di antara mereka tidak akan memilih peneliti sebagai profesi mereka di kemudian hari. Pada dasarnya tugas mengenai penelitian memberikan banyak efek positifnya, seperti peneliti tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru, akan menjadi lebih peka dengan lingkungannya, meningkatkan rasa keingintahuannya, dan yang paling penting adalah peneliti dapat mengetahui apakah teorinya sesuai dengan kenyataannya (praktek).
Jika dilihat dari efek positifnya, itu sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, akan tetapi apa gunanya penelitian apabila mahasiswa tersebut melakukan itu hanya sebatas untuk mendapatkan nilai. Apa guna nilai? Apakah mereka hanya ingin menyombongkan diri mereka dengan nilai yang bagus? Apakah mereka bangga dengan kelulusan mereka? dan setelah kelulusan, mereka pun tidak memilih pekerjaan mereka sebagai peneliti. Jika dianalisis lebih lanjut, mahasiswa lulus yang memilih profesinya sebagai peneliti sangatlah sedikit sehingga perguruan tinggi tingkat selanjutnya juga jarang ditemukan. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang memutuskan untuk berprofesi sebagai peneliti akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Setelah selesai menuntut ilmu, jarang di antara mereka yang akan pulang ke Indonesia untuk bekerja. Mereka akan lebih memilih melakukan penelitian di sana karena di negara tersebut tentu terdapat alat penelitian yang lengkap dan mereka lebih dihargai. Hal ini menyebabkan kemajuan bangsa terhambat yang seharusnya Indonesia dapat dengan mudah meraihnya.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen :28
Wacana 2
BalasHapusParagraf 1
Pada paragraf tersebut, penulis berusaha menyampaikan penalarannya mengenai tugas penelitian mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah mahasiswa melakukan penelitian mereka akan diberi tugas untuk membuat skripsi agar dosen mengetahui apakah mahasiswa tersebut mengetahui apa yang mereka teliti. Banyak dari mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi tersebut, tetapi mereka hanya menyelesaikan tugas tersebut sebatas untuk memenuhi tugas saja dan pada kenyataannya, banyak di antara mereka tidak akan memilih peneliti sebagai profesi mereka di kemudian hari. Pada dasarnya tugas mengenai penelitian memberikan banyak efek positifnya, seperti peneliti tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru, akan menjadi lebih peka dengan lingkungannya, meningkatkan rasa keingintahuannya, dan yang paling penting adalah peneliti dapat mengetahui apakah teorinya sesuai dengan kenyataannya (praktek).
Jika dilihat dari efek positifnya, itu sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, akan tetapi apa gunanya penelitian apabila mahasiswa tersebut melakukan itu hanya sebatas untuk mendapatkan nilai. Apa guna nilai? Apakah mereka hanya ingin menyombongkan diri mereka dengan nilai yang bagus? Apakah mereka bangga dengan kelulusan mereka? dan setelah kelulusan, mereka pun tidak memilih pekerjaan mereka sebagai peneliti. Jika dianalisis lebih lanjut, mahasiswa lulus yang memilih profesinya sebagai peneliti sangatlah sedikit sehingga perguruan tinggi tingkat selanjutnya juga jarang ditemukan. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang memutuskan untuk berprofesi sebagai peneliti akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Setelah selesai menuntut ilmu, jarang di antara mereka yang akan pulang ke Indonesia untuk bekerja. Mereka akan lebih memilih melakukan penelitian di sana karena di negara tersebut tentu terdapat alat penelitian yang lengkap dan mereka lebih dihargai. Hal ini menyebabkan kemajuan bangsa terhambat yang seharusnya Indonesia dapat dengan mudah meraihnya.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen: 28
Wacana 2
BalasHapusParagraf 1
Pada paragraf tersebut, penulis berusaha menyampaikan penalarannya mengenai tugas penelitian mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah mahasiswa melakukan penelitian mereka akan diberi tugas untuk membuat skripsi agar dosen mengetahui apakah mahasiswa tersebut mengetahui apa yang mereka teliti. Banyak dari mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi tersebut, tetapi mereka hanya menyelesaikan tugas tersebut sebatas untuk memenuhi tugas saja dan pada kenyataannya, banyak di antara mereka tidak akan memilih peneliti sebagai profesi mereka di kemudian hari. Pada dasarnya tugas mengenai penelitian memberikan banyak efek positifnya, seperti peneliti tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru, akan menjadi lebih peka dengan lingkungannya, meningkatkan rasa keingintahuannya, dan yang paling penting adalah peneliti dapat mengetahui apakah teorinya sesuai dengan kenyataannya (praktek).
Jika dilihat dari efek positifnya, itu sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, akan tetapi apa gunanya penelitian apabila mahasiswa tersebut melakukan itu hanya sebatas untuk mendapatkan nilai. Apa guna nilai? Apakah mereka hanya ingin menyombongkan diri mereka dengan nilai yang bagus? Apakah mereka bangga dengan kelulusan mereka? dan setelah kelulusan, mereka pun tidak memilih pekerjaan mereka sebagai peneliti. Jika dianalisis lebih lanjut, mahasiswa lulus yang memilih profesinya sebagai peneliti sangatlah sedikit sehingga perguruan tinggi tingkat selanjutnya juga jarang ditemukan. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang memutuskan untuk berprofesi sebagai peneliti akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Setelah selesai menuntut ilmu, jarang di antara mereka yang akan pulang ke Indonesia untuk bekerja. Mereka akan lebih memilih melakukan penelitian di sana karena di negara tersebut tentu terdapat alat penelitian yang lengkap dan mereka lebih dihargai. Hal ini menyebabkan kemajuan bangsa terhambat yang seharusnya Indonesia dapat dengan mudah meraihnya.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen: 28
Paragraf 2
BalasHapusPada paragraf ini, penulis ingin menyampaikan bahwa banyak dari mahasiswa menggangap bahwa profesi peneliti terlalu kaku dan serius, selain itu mereka juga menggangap bahwa profesi peneliti tidak dapat dijadikan sandaran hidup dari sisi penghasilan. Meskipun tanggapan-tanggapan yang kurang baik tersebut, ada mahasiswi, Fitri yang mengatakan bahwa peneliti adalah juru kunci dari kelangsungan bangsa. Jika ditelusuri lebih mendalam, apa yang dikatakan oleh mahasiswa tersebut tidak semuanya benar. Peneliti memang orangnya serius, tetapi ada di suatu sisi, mereka akan menjadi orang yang santai, ramah, dan toleransi. Keseriusan mereka karena dalam melakukan suatu penelitian, mereka tidak akan main-main, mereka akan fokus dengan apa yang mereka teliti. Selain itu, tidak semua peneliti merupakan orang yang kaku. Hal ini tergantung pada karakteristik orang tersebut, ada yang memang dari kecil susah bergaul sehingga ia menjadi orang yang kaku.
Dalam suatu penelitian, masalah keuangan sudah ditanggung oleh pihak-pihak tertentu sehingga peneliti tidak akan terbebani oleh masalah financial. Jika dilihat dari sisi penghasilannya, itu bergantung pada penelitinya. Peneliti yang gesit dan fokus saat melakukan penelitian, ia akan lebih cepat menyelesaikan penelitian tersebut sehingga pihak-pihak perusahaan akan mengenal peneliti tersebut dan jika mereka ada suatu proyek, maka mereka akan memanggil peneliti tersebut. Semakin lama, ia akan menjadi lebih diketahui atau dikenal oleh banyak pihak, tetapi mengenai upah yang diberikan itu tergantung pada kesepakatan antara dua pihak tersebut. Hal yang paling penting dalam melakukan suatu penelitian bukanlah uang atau materi, tetapi adalah kepuasan tersendiri karena sudah dapat menghasilkan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.
Fitri bertanggapan bahwa peneliti adalah juru kunci dari kelangsungan bangsa. Saya setuju dengan pernyataan tersebut karena dengan melakukan penelitian, hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat akan ditemukan sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Dengan begitu, kelangsungan bangsa akan terus berlanjut.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen: 28
Paragraf 3
BalasHapusPada paragraf tersebut menjelaskan bahwa salah satu peneliti yang berumur 29 tahun, Ratih Pangestuti menerma penghargaan LIPI Young Scientist Award 2015 atas penelitiannya tentang pemanfaatan teripang atau timun laut sebagai bahan baku obat. Penemuan manfaat dari teripang laut sangatlah bagus karena biota laut Indonesia kurang diperhatikan dan dipergunakan dengan baik. Selama ini produk biota laut hanya diperjualbelikan dalam bentuk menah. Jika diamati lebih lanjut, penemuan ini sangat menguntungkan karena hal ini membuat penambahan nilai produk dari teripang yang menyebabkan meningkatnya perekonomian masyarakat Indonesia. Di sisi lain, secara tidak langsung, lembaga yang mengumpulkan teripang untuk dikelolah lebih lanjut juga memperhatikan kondisi biota laut, apakah baik atau tidak.
Pada paragraf tersebut, peneliti memberikan informasi bahwa LIPI Young Scientist Award adalah penghargaan kepada ilmuwan muda Indonesia yang berusia di bawah 35 tahun. Penghargaan ini sangat bagus untuk masyarakat Indonesia karena hal ini dapat membuat masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk menemukan hal-hal yang baru sehingga ilmu pengetahuan di Indonesia dapat berkembang menjadi lebih baik.
Dari sajian ketiga paragraf di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak dari mahasiswa Indonesia melakukan penelitian hanya untuk memenuhi tugas kuliah dan setelah lulus kuliah, jarang di antara mereka akan memilih profesi sebagai peneliti karena mereka bertanggapan bahwa peneliti merupakan orang yang kaku dan serius. Namun sebagai mahasiswa, mereka harus membuka pikiran mereka dan mendengar pendapat orang lain, seperti pendapat Fitri, yaitu Peneliti adalah juru kunci dari kelangsungan bangsa. Pendapat ini tidak salah. Di sisi lain, saat di perguruan tinggi, mahasiswa harus benar-benar mengambil jurusan yang sesuai dengan minat dan mendalaminya. Kemudian saat sudah tamat, mereka sebaiknya mengambil profesi atau perkerjaan sesuai dengan mata kuliah yang diambilnya. Selain itu, pemberian penghargaan merupakan hal yang bagus karena dapat memotivasi masyarakat Indonesia untuk berpacu ke depan.
Nama : Stefanie Mulyadi
Kelas : XII MIA 7
No. Absen : 28
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
RESTRUKTURISASI
Wacana 1 : LULUS TIGA SETENGAH TAHUN,SUDAH SIAPKAH?
1.1 paragraf 1
Kalimat inti: Lulus tepat waktu adalah dambaan semua mahasiswa
PM:waktu tiga setengah tahun(A) adalah waktu semua mahasiswa(B)
Pm: Lulus tepat waktu(C)membutuhkan waktu tiga tahun(A)
K: Lulus tepat waktu(C) adalah dambaan semua mahasiswa(B)
1.2 paragraf 2
Kalimat inti: Yang pasti para pengejar 3,5 ini mempunyai alasan masing-masing
PM: semua mahasiswa(A) mempunyai alasan masing-masing (B)
Pm: Yang pasti para pengejar 3,5 (C)adalah seorang mahasiswa (A)
K: Yang pasti para pengejar 3,5 (C) ini mempunyai alasan masing-masing (B)
1.3 paragraf 3
Kalimat inti: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat untuk memberi kontribusi
PM:semua mahasiswa diharapkan (A) untuk memberi kontribusi (B)
Pm: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat (C)bagi mahasiswa (A)
K: 3,5 tahun bukan waktu yang singkat (C) untuk memberi kontribusi (B)
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
Pembuka
Pendidikan adalah modal utama di era sekarang, orang banyak memandang orang lain dari tingkat pendidikannya sehingga pendidikan menjadi sangat penting.Ada 4 tahapan dalam pendidikan yaitu tahap 1 atau yang biasa di sebut Sekolah Dasar(SD) kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Menegah Pertama(SMP) setelah SMP ada Sekolah Menegah Atas(SMA) dan yang terakhir adalah kuliah.Beda dengan sekolah kuliah lebih mementingkan jurusan yang diminati oleh orang yg berkuliah, karena setelah kuliah individu hendaknya dapat menerapkan ajaran dari kuliah dengan cara bekerja atau membuka usaha sendiri.
Paragraf 1
Semua mahasiswa mendambakan untuk cepat lulus karena dengan lulus mereka dapat mencari pekerjaan dan memulai kehidupan yang baru dan mandiri. Selain mahasiswa keluarga dan kerabat juga ingin mahasiswa untuk cepat lulus dikarenakan orangtua ingin cepat melihat anak nya menjadi orang yang sukses dan dapat membanggakan kedua orangtuanya. Setelah membanggakan kedua orantua nya maka orang itu masih mempunyai tugas yang lain yaitu membangun keluarganya sendiri. Bagi sebagian mahsiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
Paragraf 2
Waktu yang diperlukan mahasiswa untuk lulus adalah 3,5 tahun, waktu ini adalah waktu yang paling singkat untuk lulus dari kuliah. Tetapi terkadang mahasiswa belum siap untuk menempuh waktu ini sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk lulus dari perguruan tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi cepat lambatnya seseorang untuk lulus dari perguruan tinggi adalah kemampuan individu dalam mencerna pelajaran yang diajarkan, sehingga semakin lama mahasiswa menerima pelajaran yang ia dapat makan semakin lama waktu yang diperlukan oleh mahasiswa tersebut untuk lulus. Lulus premature, tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun. Para pejuang 3,5 jangan sampai tergesa-gesa hingga mengesampingkan bidang garapan skripsi agar bisa linear dengan studi S2 dan selanjutnya. Dibalik kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang.
Nama:Vido Oktavianto
BalasHapusKelas:XII MIPA 7
No.Absen:31
Paragraf 3
Kualitas Mahasiswa sekarang ini sedang merosot dikarenakan para mahasiswa menyianyiakan waktu mereka kuliah hanya untuk melakukan kegiatan yang tidak penting seperti berdemo, mereka mengatakan bahawa mereka adalah pelajar dengan tingkat intelektual yang tinggi sehingga banyak orang yang memiliki pikiran kritis tetapi cara mereka dalam menyampaikan pendapat berbanding jauh dengan pikiran mereka. Pada saat berdemo para mahasiswa membakar ban,menutup jalan, dan tidak heran jika mereka mengolok olok pemerintah dengan kelakuan mereka . Sangat disayangkan mereka yang memiliki pikiran kritis dan tidak menggunakan pikiran itu dalam hal yang lebih berguna seperti membuat prestasi yang dapat mengharumkan nama bangsa. Terkadang mereka tidak berpikir pada saat menyianyiakan waktu berdemo ada orang yang sedang berusahan untuk mengumpulkan uang untuk berkuliah sedangkan mereka yang meiliki ekonomi cukup menyianyiakan waktu untuk berdemo, waktu untuk berdemo dapat mereka gunakan untuk belajar dan mencari prestasi.
Penutup
Secara keseluruhan yang dapat menentukan cepat lambatnya kelulusan adalah diri sendiri. Semakin besar kemauan untuk lulus tiga setengah tahun semakin besar juga kemungkinan untuk lulus tiga setengah tahun, tetapi jika hanya memiliki kemauan yang besar dan tidak memiliki usaha yang besar makan kemauan itu hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tidak dapat dicapai. Selain kemauan dan usaha kita juga harus pintar-pintar dalam mengolah waktu yang kita punya untuk memaksimalkan tujuan yang ingin kita raih.
Kiagus Abdul Azim
BalasHapusKelas XII MIA 7
Absen 15
Wacana II
RESTRUKTURISASI
Paragraf 11
PM :hasil karya mahasiswa jarang terekspos (A)bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa(B)
Pm ::Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis(C) membuat hasil karya mahasiswa jarang terekspos(A).
K : Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis (C)bisa dilihat dari kurangnya jumlah pers mahasiswa(B)
Paragraf 12
PM : memudahkan mahasiswa membuat skrips(A)i dapat mendongkrak minat mahasiswa agar menjadi seorang peneliti(B)
Pm : Berlatih membuat karya tulis ilmiah(C) dapat memudahkan mahasiswa membuat skripsi nantinya(A)
K : Berlatih membuat karya tulis ilmiah dapat mendongkrak minat mahasiswa(C) agar menjadi seorang peneliti(B)
Paragraf 13
PM : mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit (A)karena dorongan dari dalam diri(B)
Pm:Tidak semua mahasiswa kini menjadi peneliti (C),mahasiswa merasa bahwa penelitian itu rumit(A)
K: Tidak semua mahasiswa kini menjadi peneliti(C) karena dorongan dari dalam diri(B)
Wacana II
2. TANGGAPAN ─ SANGGAHAN ─ PENOLAKAN PENDAPAT
2.1 Pembuka
Seorang peneliti disebut peneliti, bukan karena dia telah menyelesaikan materi di Perguruan Tinggi dan mendapatkan gelar sarjana, tetapi karena orang tersebut mampu mempraktikkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di Perguruan Tinggi melalui praktik-praktik lapangan. Dalam hal tersebut, peneliti adalah orang yang mampu menerapkan ilmunya di lapangan, apakah lapangan ini dalam konteks penelitian-penelitian eksperimentasi di laboratorium seperti yang sering dilakukan oleh penelitian-penelitian lapangan langsung (fieldwork) untuk mempelajari perilaku manusia seperti yang dilakukan ilmu-ilmu sosial. Sehingga, peneliti adalah orang yang memiliki keahlian di bidang ilmu yang ditekunnya, dimana keahlian tersebut di dapat karena mendapat pelajaran dalam kelas dan telah lulus menjadi sarjana, tetapi melalui pengalaman langsung dalam mempraktikkan ilmu yang ditekunnya di lapangan.
2.2 Paragraf 10
Kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis belum tentu terlihat dari kurangnya berkurang anggota pers karena mungkin sebagian mahasiswa hanya tidak mau bergabung dalam pers mahasiswa atau tidak tahu ada pers mahasiswa . Harus nya pers mahasiswa mempromosikan untuk membuka lowongan masuk sehingga mahasiswa minat dalam membaca dan menulis tertarik untuk ikut pers mahasiswa
2.3 Paragraf 11
Berlatih membuat karya ilmiah dapat mendongkrat minat mahasiswa untuk menulis dan membaca belum tentu ingin menjadi peniliti sebagian mahasiswa membaca dan menulis jika di berikan tugas oleh dosen nya.sebagian mahasiswa besar menulis dan membaca hanya ingin memudahkan skripsinya
2.4 Paragraf 12
Mahasiswa yang sudah menjadi peneliti tentu ada dorongan dalam dirinya. Tidak mungkin mahasiswa tersebut hanya ingin mencoba. Karena dalam meneliti itu rumit dan tidak bisa main - main dalam melakukan. Dalam hal ini, saya setuju bahwa menjadi peneliti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena membutuhkan minat yang kuat untuk terus mendalami ilmu yang ditekuni.
2.5 Penutup
Untuk menjadi seorang mahasiswa peneliti, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Baik dalam belajar dengan tekun, meningkatkan keterampilan, meningkatkan penalaran, mengikuti suatu proyek penelitian secara praktik maupun teoritis, berusaha mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam perusahaan penelitian, dan juga berusaha untuk menyelesaikan jenjang kulliah hingga selesai.
Kiagus Abdul Azim
Kelas: XII MIA 7
Absen 15
I.RESTRUKTURISASI
BalasHapusWacana 1 (Paragraf 4, 5, dan 6)
1.1 Paragraf 4
PM:Kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun (A) harus dipertanggungjawabkan(B)
Pm:Bekal ilmu dan "skill" (C) kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun (A)
K :Bekal ilmu dan "skill" (C) harus dipertanggungjawabkan(B)
1.2 Paragraf 5
PM:Gelar sarjana 3,5 tahun (A) tidak melupakan masa depan (B)
Pm:Lulus "premature" (C) gelar sarjana 3,5 tahun (A)
K :Lulus "premature" (C) tidak melupakan masa depan (B)
1.3 Paragraf 6
PM:Mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun(A) harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih (B)
Pm:Para pejuang 3,5 tahun (C) mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun(A)
K :Para pejuang 3,5 tahun (C) harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih (B)
Nama : Yunita Trisnawati Dj
Kelas: XII MIPA 7
Absen: 32
I.RESTRUKTURISASI
BalasHapusWacana 1 (Paragraf 4, 5, dan 6)
1.1 Paragraf 4
PM: Kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun (A) harus dipertanggung-jawabkan(B)
Pm: Bekal ilmu dan "skill" (C) kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun (A)
K : Bekal ilmu dan "skill" (C) harus dipertanggungjawabkan(B)
1.2 Paragraf 5
PM: Gelar sarjana 3,5 tahun (A) tidak melupakan masa depan (B)
Pm: Lulus "premature" (C) gelar sarjana 3,5 tahun (A)
K : Lulus "premature" (C) tidak melupakan masa depan (B)
1.3 Paragraf 6
PM: Mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun(A) harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih (B)
Pm: Para pejuang 3,5 tahun (C) mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun(A)
K : Para pejuang 3,5 tahun(C)harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih(B)
Nama : Yunita Trisnawati Dj
Kelas: XII MIPA 7
Absen: 32
II.TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusWacana 1 (Paragraf 4, 5, dan 6)
Ketika seseorang telah mencapai tahap kuliah dan menjadi seorang mahasiswa, banyak mahasiswa yang memiliki keinginan untuk tidak kuliah terlalu lama. Para mahasiswa tersebut menginginkan lulus secepatnya. Jika, seorang mahasiswa tersebut memiliki IP (Indeks Prestasi) yang bagus maka mereka bisa lulus dalam waktu 3,5 tahun atau lebih cepat setengah tahun dari waktu standar kelulusan (4 tahun). Nilai IP terbesar yaitu empat mendapat peringkat sangat baik (A). Nilai IP terbagi menjadi dua yaitu Indeks Prestasi Kumulatif dan Indeks Prestasi Semester. Indeks Prestasi Kumulatif adalah penghitungan IP dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu. Sedangakan, Indeks Prestasi Semester adalah penghitungan IP dengan semua mata kuliah yang telah ditempuh untuk tiap semester tertentu. Seseorang yang telah lulus kuliah dalam waktu 3,5 tahun sudah diakui mendapatkan nilai IP yang bagus, hanya saja untuk soal bekal ilmu dan skill tersebut dapat dimanfaatkan atau tidak, itu semua kembali lagi kepada diri mahasiswa tersebut.
2.1 Paragraf 4
Seorang mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun memliki IP yang bagus. Bisa jadi, mahasiswa tersebut setelah lulus langsung bisa mendapatkan pekerjaan, maka mahasiswa tersebut harus mampu menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin dalam bekerja. Sehingga, kemampuan mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun sangat sesuai dengan gelarnya sebagai seorang mahasiswa. Oleh sebab itu, saya sependapat dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun harus dipertanggungjawabkan”. Seorang mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun harus memiliki bekal ilmu dan skill. Ilmu seseorang mungkin ditentukan oleh apa yang dipelajari dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan,dan lain-lain. Ilmu bukanlah skill, bisa jadi seberapa banyak seorang mahasiswa tahu, tidak mungkin dapat dikatakan mahasiswa itu mempunyai skill terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, saya setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Bekal ilmu dan skill kemampuan mahasiswa lulus 3,5 tahun”. Bekal ilmu yang telah didapat dari kuliah harus dapat diterapkan seperti dalam menjawab suatu pertanyaan interview dan skill juga harus dapat diterapkan pada saat terjun ke lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, saya sependapat dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Bekal ilmu dan skill harus dipertanggungjawabkan”.
Nama : Yunita Trisnawati Dj
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 32
2.2 Paragraf 5
BalasHapusDalam jenjang mahasiswa gelar sarjana sangat dibutuhkan, terutama dalam mempercepat memperoleh pekerjaan. Seorang mahasiswa yang ingin lulus dalam waktu 3,5 tahun bisa jadi dikarenakan mahasiswa tersebut memiliki motivasi untuk dapat cepat bekerja. Motivasi bekerja juga merupakan bagian dari masa depan mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, saya sependapat dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Gelar sarjana 3,5 tahun tidak melupakan masa depan”. Seorang mahasiswa yang lulus dengan mendapat gelar sarjana 3,5 tahun mungkin dapat dikatakan lulus premature. Karena gelar sarjana 3,5 tahun merupakan gelar yang didapatkan lulus lebih cepat dari target normal yang semestinya 4 tahun. Oleh sebab itu, saya setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Lulus premature gelar sarjana 3,5 tahun”. Lulus premature bisa jadi menunjukkan lulus lebih muda setengah tahun, dapat melanjutkan S-2 dengan waktu yang lebih awal, dan mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu. Maka mungkin dapat dikatakan lulus sebelum 4 tahun merupakan kelulusan yang tidak melupakan masa depan dari seorang mahasiswa. Oleh karena itu, saya sependapat dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Lulus premature tidak melupakan masa depan”.
2.3 Paragraf 6
Para mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun harus lebih banyak menggali ilmu lagi dan lebih mengasah skill-nya. Karena kualitas kemampuan seseorang mungkin tidak bisa diukur dari seberapa cepat mahasiswa tersebut lulus tetapi dari seberapa banyak ilmu yang terserap selama ada di bangku perkuliahan. Mahasiswa yang lulus dalam waktu 4 tahun memiliki pengetahuan (hard skill) yang sangat banyak dibandingkan mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun. Selain itu, mahasiswa yang lulus dalam waktu 4 tahun memiliki hubungan relasi dengan orang lain (soft skill) sangat banyak dibandingkan mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun. Mahasiswa yang lulus dalam waktu 3,5 tahun mungkin memiliki waktu bersama teman untuk mengenal lingkungan kampus lebih sedikit atau berkurang. Oleh karena itu, saya setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih”. Para pejuang 3,5 tahun bisa jadi memiliki kebanggaan tersendiri bagi dirinya sendiri karena bisa lulus lebih cepat dari target normal yang semestinya 4 tahun. Oleh sebab itu, saya sependapat dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Para pejuang 3,5 tahun mahasiswa lulus lebih muda setengah tahun”. Para pejuang 3,5 tahun mungkin harus lebih memiliki persiapan mental karena mahasiswa yang lulus 3,5 tahun dengan IP yang bagus akan lebih cepat mendapatkan pekerjaan. Maka, para pejuang 3,5 tahun harus membagi waktu untuk mempersiapkan diri mulai bekerja dan mengenal orang-orang di dalamnya. Selain itu, untuk yang ingin melanjutkan S-2 mereka bisa memulai dengan waktu yang lebih awal. Oleh karena itu, saya setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “Para pejuang 3,5 tahun harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih”.
Nama : Yunita Trisnawati Dj
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 32
Paragraf Penutup
BalasHapusSeorang mahasiswa yang lulus 3,5 tahun harus memiliki bekal ilmu dan skill yang tidak dianggap menjadi tidak penting melainkan dipertanggungjawabkan. Seorang mahasiswa yang lulus premature jangan melupakan masa depan melainkan harus memiliki rencana masa depan. Seorang mahasiswa yang lulus 3,5 tahun harus membagi waktu untuk persiapan yang lebih terutama persiapan mental.
Nama : Yunita Trisnawati Dj
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 32
Nama: Prisilia Kumala
BalasHapusKelas: XII MIPA 7
NO. Absen: 26
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 7
Ini bahasan yang cukup berat. Bagi sebagian mahasiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya. Mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan. Sudah siapkah?
PM : Sebagian mahasiswa (A) mempersiapkan masa depan dengan matang (B)
Pm : Mempersiapkan ilmu agama dan mental merupakan PR extra untuk (C) sebagian mahasiswa (A)
K : Mempersiapkan ilmu agama dan mental merupakan PR extra untuk (C) mempersiapkan masa depan dengan matang (B)
1.2 Paragraf 8
Dibalik kontroversi yang tiada ujung di kalangan mahasiswa, sebenarnya lulus 3,5 tahun atau 4 tahun adalah sama baiknya. “Baik” jika lulus 3,5 tahun namun disertai Indeks Prestasi yang cemerlang meski tanpa mengulang, skill yang tidak diragukan meski dipelajari hanya dalam 3,5 tahun, segudang prestasi dan kontribusi yang siap digunakan untuk bekal masa depan, disertai dengan mental sekaligus kemampuan leadership yang baik yang didapat dari pengalaman organisasi dan sudah terencana dengan sangat matang. Sudah dipersiapkan untuk lulus 3,5 tahun dan tentunya master plan apa yang akan dilakukan setelah lulus baik untuk bekerja, wirausaha atau melanjutkan studi yang tentunya linear dengan apa yang selama ini digeluti di bangku kuliah. Sehingga para pejuang 3,5 ini kelak jika ditanya “apa ilmunya sudah cukup?”, “apa sudah menguasai skill ini itu?”, “ apa sudah siap mental untuk memasuki dunia kerja?”. Dan dengan bangganya para pejuang 3,5 akan menjawab semua pertanyaan dengan sangat percaya diri, disertai jawaban pamungkas “Waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus 4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak, jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap?”
PM : Lulus 3,5 tahun (A) adalah baik (B)
Pm : Jika disertai dengan Indeks Prestasi yang cemerlang (C) lulus 3,5 tahun “baik” (A)
K : Jika disertai dengan Indeks Prestasi yang cemerlang (C), lulus 3,5 tahun adalah baik (B)
1.3 Paragraf 9
Di sisi lain, lulus 4 tahun pun juga baik. Lantas yang sering dipertanyakan adalah, kenapa harus 4 tahun jika 3,5 tahun pun bisa? Lalu 1 semester 8 saat sudah tidak ada beban mata kuliah, apa yang harus dilakukan di kampus? bagi para pejuang 4 tahun prestatif, tentu tidak kebingungan. Mereka justru memiliki ruang lebih banyak untuk memanfaatkan status “MAHASISWA”nya lebih lama. 1 semester terakhir bisa digunakan untuk menggenjot prestasi, student exchange, kontribusi di organisasi atau menambah skill dengan magang. Para pejuang 4 tahun ini pun bisa lebih fokus untuk mengejar mimpinya dan mempersiapkan diri untuk dunia pasca kampus. Bahkan bisa mempersiapkan research yang out standing yang bisa linear untuk studi S2 dan seterusnya, karena mereka tidak dibatasi waktu dan tidak khawatir jika waktu research tergolong cukup lama.
PM : Para pejuang 4 tahun ini pun bisa (A) menjadi lebih fokus untuk mengejar mimpi dan mempersiapkan diri (B)
Pm : Karena memiliki waktu tak terbatas untuk melakukan research (C) bagi para pejuang 4 tahun tersebut (A)
K : Karena memiliki waktu tak terbatas untuk melakukan research (C) menjadi lebih fokus untuk mengejar mimpi dan mempersiapkan diri (B)
Nama: Prisilia Kumala
BalasHapusKelas: XII MIPA 7
NO. Absen: 26
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
Lulus tepat waktu memang menjadi dambaan semua orang. Seiring dengan perkembangan jaman dan dari waktu ke waktu, kuliah bias menjadi lebih singkat. Dari yang standar lulusnya 4 tahun bias menjadi lulus dengan hanya menempuh waktu selama 3,5 tahun. Banyak yang mengkritik bahwa lulus 3,5 tahun bukan merupakan jalan yang baik untuk ditempuh. Banyak yang mengatakan bahwa lulusan 3,5 tahun dianggap kurang matang, baik secara pengetahuan maupun keterampilannya. Namun, saya sependapat dengan apa yang telah disampaikan oleh penulis wacana yang berjudul “Lulus Tiga Setengah Tahun; Sudah Siapkah?”. Hanya saja dalam beberapa paragraf, terjadi beberapa kesalahan penalaran yang dilakukan oleh penulis saat membuat opini yang menyusun teks tersebut.
Wacana 1, Paragraf
7. Penulis menuliskan bahwa sebagian mahsiswa yang “benar-benar” mempersiapkan “masa depan” nya dengan sangat matang dan mempunyai lampu hijau dari orang tua, dan tentunya punya alasan “ingin cepat menikah” nampaknya punya PR extra untuk mempersiapkan ilmu agama dan mental tentunya dan harus mengikuti seminar pra-nikah, sekolah parenting di tengah-tengah deadline revisi pun harus dilakukan. Namun, saya tidak sependapat dengan hal tersebut. Memang benar bahwa alasan “ingin cepat menikah” itu ada. Namun, bukan berarti bahwa setiap mahasiswa yang ingin cepat lulus dengan alasan “ingin cepat menikah” sehabis lulus kuliah langsung menikah. Tentu saja beberapa dari mahasiswa tersebut masih ingin mencoba untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu. Pada jaman sekarang ini, apabila kita tidak bekerja tentu saja kita tidak akan mendapatkan uang. Lantas, kalau langsung menikah, bagaimana bisa mereka menghidupi keluarganya tersebut? Ditambah lagi kalau langsung mempunyai anak. Jaman sekarang ini bekerja adalah hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh semua orang. Maka dari itu, opini yang telah dibuat oleh si penulis tersebut dirasa tidak terlalu masuk akal dan bisa membuat orang salah kaprah.
8. Penulis menuliskan bahwa waktu bukan menjadi alasan untuk menjadi luar biasa, jika yang lulus 4 tahun pun juga masih banyak yang belum siap, lulus 3,5 tahun mengapa tidak, jika semua sudah dipersiapkan untuk menjadi siap? Sebenarnya, waktu juga dapat menjadi alasan untuk meraih impian atau masa depan yang lebih cemerlang. Memang benar bahwa baik lulusan 3,5 tahun maupun lulusan 4 tahun sama sama memiliki predikat baik. Namun, terkadang, lulusan 3,5 tahun tidak mempelajari segala sesuatunya dengan maksimal. Mengapa demikian? Karena yang seharusnya bahan ajaran yang sudah dirangkum untuk jangka waktu 4 tahun harus di press menjadi bahan ajaran untuk jangka waktu 3,5 tahun.
Nama: Prisilia Kumala
BalasHapusKelas: XII MIPA 7
NO. Absen: 26
Selain itu, lulusan 3,5 tahun terlihat lebih terburu-buru karena segala sesuatunya harus diselesaikan dengan waktu seefisien mungkin. Hal ini juga akan terlihat ketika lulusan tersebut bekerja. Mereka akan bekerja dengan terburu-buru sehingga pekerjaan mereka menjadi terlihat tidak maksimal. Penalaran penulis dalam hal ini mengalami kesalahan yang dapat membuat orang menjadi salah paham.
9. Pada paragraph ini, penulis terlalu banyak melakukan kesalahan dalam penulisan kata asing, maka dari itu penulis diharapkan kedepannya dapat memperbaikinya dan membuat tulisan dengan memperhatikan EYD dengan benar. Lulus 4 tahun merupakan jalan terbaik. Bagi para pejuang 4 tahun di bangku kuliah ini, tentu tidak kebingungan. Mereka justru memiliki ruang lebih banyak untuk memanfaatkan status “MAHASISWA”nya lebih lama. 1 semester terakhir ini bisa digunakan untuk menggenjot prestasi, student exchange, kontribusi di organisasi atau menambah skill dengan magang. Para pejuang 4 tahun ini pun bisa lebih fokus untuk mengejar mimpinya dan mempersiapkan diri untuk dunia pasca kampus. Bahkan bisa mempersiapkan research yang out-standing yang bisa linear untuk studi S2 dan seterusnya, karena mereka tidak dibatasi waktu dan tidak khawatir jika waktu research tergolong cukup lama.
Dengan demikian, secara keseluruhan, paragraf ketujuh, kedelapan, dan kesembilan dari wacana “Lulus Tiga Setengah Tahun; Sudah Siapkah?” yang berisi opini penulis mengenai lulusan 3,5 tahun mengandung beberapa kesalahan penalaran yang dapat mengakibatkan kesalah pahaman dan juga mengandung beberapa kesalahan dalam penulisan istilah asing. Penulis disarankan untuk mempelajari kembali cara mengungkapkan opini yang didukung alasan yang kuat berupa fakta peristiwa dan juga dianjurkan untuk lebih memeperhatikan penulisan dengan menggunakan EYD yang baik dan benar. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kesalahan panalaran dalam pendapat penulis di kemudian hari yang menimbulkan pendapat miring, sanggahan, dan/atau penolakan.
Wacana I ( Paragraf 4,5, dan 6)
BalasHapusTanggapan – Sanggahan – Penolakan Pendapat
1. Pembuka
Sebagai seorang mahasiswa pastilah mereka lebih tinggi dari segi ilmu dan pengetahuan di bandingkan dengan seorang siswa di sekolah menengah. Jika seorang mahasiswa hany biasa - biasa saja apa bedanya dengan siswa yang lainnya. Banyak pada zaman sekarang ini seorang pelajar yang hanya mengejar nilai akademik saja. Jika nilai akademiknya bagus mereka merasa puas dan senang. Tetapi mereka tidak pernah berfikir bagaimana akibatnya jika sudah berada di dunia kerja. Sering pula kita dengar bahwa seseorang dengan nilai akademik yang bagus tidak dapat manjawab saat interview dan lain sebagainya. Mahasiswa yang kuliah hanya 3,5 tahun juga kebanyakan kager dengan dunia kerja dan dunia pasca sarjana. Sebenarnya bukan tidak siap mental, tetapi persiapan dirinya lebih di sibukan dengan mengurus persyaratan dan dokumen- dokumen yang di butuhkan.
2. Paragraf 4
Sungguh sangat disayangkan jika tidak berusaha untuk menorehkan prestasi, lalu apa bedanya dengan siswa biasa? Dalam hal ini saya setuju ngen apa yang di sampaikan oleh penulis. Seorang mahasiswa harus lebih baik dar seorang siswa karena merka sudah memiliki pengetahuan yang lebih luas. Selain itu mahasiswa juga sama saja untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan yang penuh persaingan, jika tidak lebih bai dari seorang siswa maka tidaklah pantas di sebut sengabai seorang mahasiswa. Jadi baiklah seorang mahasiswa bisa menorehkan prestasi yang membanggakan. Supaya dapat di pendang orang atau bahka setelah lulus menjadi seorang sarjana langsung mandapat pangilan pekerjaan di suatu perusahaan. Maka pentinglah mahasiswa berusaha menorehkan prestasi. Dalam hal tersebut penulis menambahkan kalimat yang berbunyi demikian, “ sehingga tidak ada alasan lagi jika tidak berprestasi, karena kewajiban mahasiswa adala mengembangkan diri dan mengupgrade diri. Sekali lagi, ini KEWAJIBAN! Maka mahasiswa memang harus memiliki prestasi yang bisa di banggakan karena hal tersebut adalah suatu kewajiban. Prestasi itu akan berguna untuk mencari pekerjaan, apalagi pada zaman sekarang in sangatlah sulit mencari kerja.
3. Paragraf 5
Lulus premature, tetapi jangan sampai segala sesuatunya dipersiapkan dengan “instan”, serba tergesa-gesa, serba dikejar deadline, hingga melupakan untuk merencanakan langkah, atau bahkan melupakan mimpi, melupakan pashion bidang profesi, demi mendapat gelar sarjana 3,5 tahun. Dalam hal ini saya kurang setuju dengan penulis karena tidak semua mahasiswa yang lulus dengan gelar sarjana 3,5 adalah orang yang serba bekerja instan. Kampus pastilah akan mempertimbangkan mahasiswa manakah yang patas mendapatkan gelar sarjana 3,5 tahun tersebut. Seorang mahasiswa yang bisa kuliah instan atau 3,5 pastilah memiliki kelebihan dari mahasiswa yang lain. Sehingga di bisa lulus dan mendapatkan gelar sarjana 3,5 tahun. Penulis mengatakan demikian seakan-akan semuan mahasiswa yang lulua Prematurw tidak memiliki target.
Nama : Bernadetha Eden Krisdita
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 02
Sebaikanya pemilikahan kata lebih di perhatikan karena bisa saja seseorang yang membaca salah tanggap dengan apa yang ingin di sampaikan oleh penulis. Seperti lulusan prematur di ganti dengan kata lulusan 3,5 tahun atau lulusan lebih cepat. Kata itu lebih halus dari pada kata lulusan premature. Selain itu juga kalimat selanjutnya sebaiknya lebih menggunakan kata kata yang lebih jelah.
BalasHapus4. Paragraf 6
Pada paragraf ke-6 ini saya kurang setuju dengan kalimat yang mengatakan “ para pejuan 3,5 tahun tidah jarang yang kaget dengan dunia kerja atau dunia pasca sarjana”. Saya kurang setuju karena penggunaan kata “pejuang” sebaiknya di ubah menjadi kata “mahasiswa dengan lulusan”, karena kata tersebut lebih sopan dan bagi para pembaca juga tidak salah mengartikan. Akan tetapi biar bagaimana pun saya tetap setuju dengan peryataan penulis. Banyak mahasiswa yang ingin segera lulus dan bekerja, tetapi terkadang mereka tibi-tiba tidak diap utuk menghadapi dunia kerja karna persaingan yang begitu ketat. Akanntetapi tidak sedikit pula orang yang sukses dengan lulusan 3,5 tahun dengan langsung mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Mungkin dengan melanjutkan bisnis ayahnya atau bahkan mendapat panggilan pekerjaan.
5. Penutup
Maka dari itu untuk menjadi seorang mahasiswa dengan lulusan 3,5 tahun haruslah di persiapkan dengan baik. Bahkan sebaiknya menorehkan prestsi yang membuat diri sendiri dan orang tua bangga, agar kerja keras mu dan orang tuanmu dapat terbayar. Selain itu jangan membuat semua menjadi instan tetapi lebih di pikirkan dengan matang agar mendapat hasil yang memuaskan. Persiapan diri sangatlah penting apa lagi untuk menghadapi dunia kerja yang penuh dengan persaingan.
Nama : Bernadetha Eden Krisdita
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 02
Nama : Andreas Manurung
BalasHapusKelas : 12 MIPA 7
Nomor : 01
I. RESTRUKTURISASI
1.1 Judul: Lulus Tiga Setengah Tahun, Sudah Siapkah?
1. Paragraf 1
PM : Orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (A) ingin lulus tepat waktu (B).
Pm : Mahasiswa (C) adalah orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (A).
K : Mahasiswa (C) ingin lulus tepat waktu (B).
2. Paragraf 2
PM : Keinginan orang tua (A) menjadi kegelisahan mahasiswa (B).
Pm : Lulus 3,5 tahun (C) menjadi cita-cita orangtua (A).
K : Lulus 3,5 tahun (C) menjadi kegelisahan mahasiswa (B).
3. Paragraf 3
PM : Kaum terdidik (A) hanya bisa mengkritik dari belakang (B).
Pm : Mahasiswa (C) adalah kaum terdidik (A).
K : Mahasiswa (C) hanya bisa mengkritik dari belakang (B).
Nama : Andreas Manurung
BalasHapusKelas : 12 MIPA 7
Nomor : 01
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN - PENOLAKAN PENDAPAT
(Pembuka) Setiap siswa kelas dua belas Sekolah Menengah Atas (SMA) pasti ingin lulus dengan nilai yang memuaskan, dan masuk ke dalam universitas yang diinginkan. Umumnya, kuliah dianggap sebagai hal yang menyenangkan karena dipengaruhi dari film-film, maupun acara-acara televisi nasional yang menayangkan aktivitas perkuliahan. Namun, kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa sewaktu kuliah, banyak tuntutan yang harus dipenuhi dari keluarga, relasi, maupun teman. Namun, hal ini bukan berarti kita harus takut dalam menghadapi perkuliahan.
(Paragraf 1) “Lulus tepat waktu adalah dambaan semua mahasiswa”. Pernyataan ini benar, karena memang semua mahasiswa ingin lulus tepat waktu dengan nilai yang baik. Keluarga dari mahasiswa itupun ingin dan selalu mendoakan supaya anak tersebut bisa lulus tiga setengah tahun. Namun, kata-kata ini bisa menjadi beban bagi mental mahasiswa tersebut. Ketika mahasiswa ini mendengar kata “lulus tepat waktu”, mahasiswa akan terasa terbebani karena pasti mengingat keluarganya, apalagi jika mahasiswa tersebut merupakan anak perantauan.
Nama : Andreas Manurung
BalasHapusKelas : 12 MIPA 7
Nomor : 01
(Paragraf 2) “Sudah lelah menempuh bangku kuliah, alasan ekonomi, ingin cepat menikah atau bahkan hanya untuk sekedar eksistensi”. Pernyataan ini memang benar. Seperti yang saya bilang tadi, mahasiswa mempunyai beban bukan hanya dari sulitnya masa perkuliahan. Karena, banyak mahasiswa sekarang kuliah sambil bekerja part-time. Hal ini tentu akan membuat mahasiswa semakin merasa tertekan. Meskipun kuliah menuntut anak menjadi individu berkarakter ‘keras’, namun, mereka tetap manusia yang tidak bisa menerima banyak tekanan.
(Paragraf 3) “Sebagian mahasiswa atau bahkan kebanyakan mahasiswa dengan bangganya mengaku kepada dunia, bahwa “saya adalah mahasiswa” yang di gadang-gadangkan sebagai kaum intelektual muda, tapi ternyata di dalam kampus hanya bisa mengkritik dan berkomentar di belakang, tanpa ada aksi dan kontribusi, masihkah pantas disebut mahasiswa?". Pernyataan ini sungguh miris. Memang kebanyakan mahasiswa melakukan hal demikian. Namun, apakah kontribusi terhadap universitas itu memang diperlukan? Inti dari perkuliahan adalah supaya mendapat ilmu. Masalah mahasiswa harus memberikan knotribusinya terhadap universitas tidaklah lebih penting daripada prioritas mahasiswa, yaitu belajar.
Nama : Lucky Fernando
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. Absen : 18
Wacana 2 Paragraf ( 4,5,6 )
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Paragraf 4
Hasil penelitian yang memberi manfaat langsung bisa menjadi solusi bagi permasalahan bangsa. Meski demikian, hasil penelitian itu tak sepenuhnya bisa langsung diimplementasikan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pengembangan oleh instansi pemerintah terkait. Hasil penelitian Ratih yang terkait biota laut bersinggungan dengan kepentingan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian. Birokrasi semacam itu kadang membuat hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi. Walaupun demikian, pencarian bibit peneliti baru terus dilakukan. Salah satu caranya adalah mengadakan kompetisi penelitian ilmu pengetahuan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang digelar LIPI sejak 1962. Kompetisi ini ditujukan bagi calon peneliti berusia 12-19 tahun. Di jenjang mahasiswa ada Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
PM : Tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan (A) dimana hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi (B)
Pm : Manfaat langsung dalam penelitian (C) tidak sepenuhnya diimplementasikan (A)
K : Manfaat langsung dalam penelitian (C) dimana hasil penelitian hanya berhenti sebgai rekomendasi (B)
1.2 Paragraf 5
Titik cerah dunia penelitian Indonesia terlihat pada penyelenggaraan LKIR tahun ini. Ada peningkatan jumlah peserta sebanyak 30 persen. Tahun ini, dewan juri ajang itu menyeleksi 2.041 proposal penelitian. Sementara pada tahun sebelumnya proposal yang masuk hanya berjumlah 1.431 buah. Laksana Tri Handoko, Ketua Dewan Juri LKIR 2015, menyebutkan, peningkatan jumlah proposal penelitian cukup menggembirakan. ”Hal itu mengindikasikan sebenarnya banyak yang berminat pada kegiatan riset,” kata Handoko. Untuk merangsang minat remaja meneliti, LIPI menggandeng British Council melalui The Newton Fund. Jadi, pemenang lomba karya ilmiah berkesempatan memperdalam penelitiannya untuk diikutsertakan di ajang internasional.
PM : Banyak perserta yang berminat pada kegiatan riset (A) membuat LIPI membimbing British Council melalui The Newton Fund (B).
Pm : Adanya peningkatan jumlah peserta dalam penelitian Indonesia (C) menanadakan bahwa banyak peserta yang berminat pada kegiatan riset (A).
K : Adanya peningkatan jumlah peserta dalam penelitian Indonesia (C) membuat LIPI membimbing British Council melalui The Newton Fund (B).
1.3 Paragraf 6
Jika hasil penelitian pernah memenangi lomba, apalagi ajang internasional, siswa bersangkutan mendapat kesempatan lebih besar menempuh studi di kampus bergengsi. Pemenang LKIR tahun lalu adalah Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan dari SMA Negeri 1 Surakarta yang menyelisik abu vulkanik Gunung Kelud sebagai materi penyaringan limbah cair. Berkat karyanya itu, mereka berdua berkesempatan melawat ke Pittsburgh, AS, untuk mengikuti ajang Intel International Science and Engineering Fair. Karya mereka diganjar penghargaan spesial. Luca kini berkuliah di Institut Teknologi Bandung dengan jalur penerimaan khusus. Namanya juga sempat menghiasi media massa berkat kecemerlangannya.
PM : Siswa yang tekun dalam mendalami bidangnya (A) memiliki kesempatan untuk menempuh studi di kampus ternama (B).
Pm : Siswa yang memenangkan lomba ajang internasional (C) adalah siswa yang tekun dalam mendalami bidangnya (A).
K : Siswa yang memenangkan lomba ajang internasional (C) memiliki kesempatan untuk menempuh studi di kampus ternama (B).
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
BalasHapusMahasiswa dalam menempuh pendidikannya selalu dihadapkan dengan penelitian. Bahkan penelitian dan pengembangan termasuk ke dalam tugas kedua yang diemban oleh mahasiswa menurut Tridarma Perguruan Tinggi. Penelitian memang adalah suatu hal yang penting karena penelitian merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Namun sangat disayangkan, minat mahasiswa untuk menjadi peneliti masih tergolong rendah padahal mereka sering atau sudah terbiasa melakukan penelitian. Dan yang juga disayangkan adalah meski mereka sudah terbiasa melakukan penelitian, penelitian yang dilakukan hanya terbatas untuk tugas, bukan karena minat ataupun ketertarikan pribadi. Hal inilah yang dijadikan topik dalam wacana berjudul "Dicari: Peneliti Muda Indonesia!", penulis wacana ini berpendapat bahwa perlu adanya peningkatan jumlah peneliti, terutama peneliti muda dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar untuk kemajuan bangsa. Teks wacana ini pada umumya berisi opini penulis, disertai beberapa fakta sehingga teks ini memiliki kelebihan dan kekurangannya.
2.1 Paragraf 4
Paragraf ini berisi tentang hasil penelitian yang tidak bisa langsung diimplementasikan. Penulis berpendapat bahwa kementrian-kementrian menjadi salah satu penyebab hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi. Hal ini dapat terjadi apabila penelitian tersebut bersinggungan dengan kepentingan kementrian-kementrian tersebut. Ketidaktepatan dalam paragraf ini ada pada kalimat, "Hasil penelitian Ratih yang terkait biota laut bersinggungan dengan kepentingan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian. Birokrasi semacam itu kadang membuat hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi." Penulis menyatakan bahwa "Birokrasi semacam itu..." yang merujuk kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian menjadi alasan suatu penelitian tidak diimplementasikan. Penulis tidak memberikan bukti yang jelas terkait dengan opininya tersebut. Sehingga opini tersebut kurang tepat karena seolah mengindikasikan bahwa kegagalan penelitian diimplementasikan ada pada kedua birokrasi tersebut. Pernyataan penulis yang demikian bisa merusak nama baik kedua kementrian tersebut. Padahal tidak ada bukti penelitian yang tidak diimplementasikan karena bersinggungan dengan kedua birokrasi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, opini penulis dalam paragraf ini dapat menjadi benar apabila penulis menambahkan fakta-fakta berkaitan dengan opininya tersebut. Misalnya penulis dapat menambahkan fakta yang berkaitan dengan jumlah penelitian yang berguna dan seharusnya dapat diimplementasikan di Indonesia dengan jumlah penelitian yang berhasil diimplementasikan. Dengan demikian opini penulis mengenai penelitian yang seringkali tidak diimplementasikan menjadi benar karena ada bukti pendukung. Selain itu, seharusnya penulis tidak menggunakan kalimat, "Birokrasi semacam itu kadang membuat hasil penelitian hanya berhenti sebagai rekomendasi." tanpa fakta dan bukti yang mendukung opininya. Untuk membuat opini tersebut benar penulis dapat menambahkan fakta mengenai peran birokrasi-birokrasi tersebut dalam kegagalan implementasi suatu penelitian. Atau penulis dapat mengganti kalimat tersebut menjadi, "Terkadang, kejadian seperti kasus Ratih menyebabkan suatu hasil penelitian hanya berhenti di tahap rekomendasi." Dengan demikian, opini penulis dapat memiliki bukti dan fakta pendukung sehingga menjadi lebih logis dan tepat.
2.2 Paragraf 5
BalasHapusPada paragraf 5, penulis menyampaikan bahwa ada peningkatan jumlah peserta LKIR. Penulis menyatakan pendapat Ketua Dewan LKIR bahwa peningkatan jumlah peserta LKIR itu menggembirakan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penulis juga menganggap bahwa peningkatan jumlah tersebut menggembirakan dikarenakan peningkatan jumlah peserta menjadi indikasi bahwa banyak siswa yang tertarik pada kegiatan riset. Selain itu untuk meningkatkan minat penulis, diadakan kerjasama dengan British Council. Saya setuju dengan pendapat penulis dikarenakan memang terlihat dari fakta yang ada bahwa terjadi peningkatan jumlah peserta Lomba Karya Ilmiah Remaja. Dan menurut saya, peningkatan jumlah peserta penelitian menandakan akan adanya kemajuan bangsa Indonesia dikarenakan seperti yang telah disampaikan penulis, penelitian merupakan kunci dari keberhasilan bangsa. Semakin banyak jumlah peneliti muda yang ditandai dengan adanya peningkatan peserta LKIR, maka semakin banyak pula kemungkinan-kemungkinan penelitian yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Dengan demikian, saya setuju dengan pendapat bahwa peningkatan jumlah peserta LKIR membahagiakan.
2.3 Paragraf 6
BalasHapusPenulis dalam paragraf ini menyatakan bahwa pemenang lomba penelitian terutama bertaraf internasional berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di universitas bergengsi. Salah satu contoh yang diambil penulis adalah Luca Cada Lora yang memenangkan LKIR tahun lalu bersama Galih Ramadhan dan berkesempatan pergi ke AS. Luca sekarang melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Opini penulis sesuai dengan fakta yang ditunjukkannya. Saya setuju dengan opini penulis tersebut dikarenakan untuk dapat diterima di universitas bergengsi dibutuhkan kemampuan serta kualitas diri yang baik. Kemampuan serta kualitas dapat ditunjukkan salah satunya dengan memenangkan perlombaan, seperti Luca. Namun, paragraf ini cenderung tidak koheren karena tidak ada hubungan antara kalimat pertama dan kedua. Kalimat pertama menyatakan bahwa pemenang lomba penelitian bertaraf internasional berkesempatan lebih besar untuk diterima di kampus bergengsi, sedangkan kalimat kedua menyatakan pemenang LKIR tahun lalu adalah Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan. Terlihat jelas tidak ada hubungan antara kedua kalimat tersebut. Sehingga, meski opini yang disampaikan penulis tepat serta didukung fakta-fakta namun paragraf tersebut dapat menimbulkan kebingungan pembaca dikarenakan perbedaan gagasan yang disampaikan kalimat utama dan penjelas.
Agar paragraf tersebut dapat menjadi koheren, penulis sebaiknya mengubah kalimat kedua. Kalimat kedua sesuai dengan perannya sebagai kalimat penegas diubah menurut gagasan utama. Karena sesuai fungsinya kalimat penegas seharusnya mendukung gagasan utama. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi "Salah satu contohnya adalah Luca Cada Lora, pemenang LKIR tahun lalu yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Luca beserta rekannya, Galih Ramadhan sebagai pemenang LKIR berkesempatan untuk pergi ke Amerika Serikat untuk mengikuti Intel Internartional Science and Engineering Fair." Sehingga pada kalimat kelima tidak perlu lagi dinyayakan bahwa Luca melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Dengan mengubah kalimat tersebut, gagasannya berubah menjadi Luca pemenang LKIR melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Gagasan ini akan mendukung gagasan utama karena seperti yang telah diketahui Luca adalah pemenang LKIR dan Luca melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, yang merupakan salah satu universitas bergengsi. Dengan demikian, terdapat kesatuan gagasan dari kalimat pertama dan kedua sehingga paragraf ini menjadi koheren.
Dengan demikian, secara keseluruhan, paragraf ketiga, keempat, dan kelima dari wacana “DICARI: PENELITI MUDA INDONESIA!” dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi seorang peneliti, dibutuhkan tekad yang besar dari dalam diri seseorang, keterlibatan dalam dunia penelitian sejak usia muda juga dapat membantu untuk menjadi peneliti yang sukses, tidak hanya dengan modal gelar doktoral, namun juga penghargaan-penghargaan atau juara dari lomba penelitian dapat menjadi pengalaman. Degan membaca berbagai literatur dan menyempatkan diri turut serta dalam sebuah tim penelitian seperti LIPI akan menambah wawasan juga pengalaman.
BalasHapusDengan demikian, secara keseluruhan, paragraf ketiga, keempat, dan kelima dari wacana “DICARI: PENELITI MUDA INDONESIA!” dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi seorang peneliti, dibutuhkan tekad yang besar dari dalam diri seseorang, keterlibatan dalam dunia penelitian sejak usia muda juga dapat membantu untuk menjadi peneliti yang sukses, tidak hanya dengan modal gelar doktoral, namun juga penghargaan-penghargaan atau juara dari lomba penelitian dapat menjadi pengalaman. Degan membaca berbagai literatur dan menyempatkan diri turut serta dalam sebuah tim penelitian seperti LIPI akan menambah wawasan juga pengalaman.
BalasHapusNama : Lucky Fernando
Kelas : XII MIPA 7
No. Absen : 18
Nama : Febian Pratama
BalasHapusKelas : XII MIPA 7
No. : 7
Wacana II (Paragraf 7, 8, dan 9)
1. RESTRUKTURISASI
Keterangan : PM = Premis Mayor
Pm = Premis Minor
K = Kesimpulan
1.1 Paragraf 07
PM : Peneliti profesional (A) harus bermanfaat bagi khalayak (B).
Pm : Penelitian menjadi dasar suatu kebijakan (C) untuk menjadi Peneliti profesional (A).
K : Penelitian menjadi dasar suatu kebijakan (C) yang bermanfaat bagi khalayak (B)
1.2 Paragraf 08
PM : Banyak mahasiswa yang berniat dalam bidang penelitian (A) yang belum semuanya diayomi pemerintah (B).
Pm : Dewasa ini Indonesia memiliki banyak peneliti (C), terlihat dari banyak mahasiswa yang berniat dalam bidang penelitian (A).
K : Dewasa ini Indonesia memiliki banyak peneliti (C) yang belum semuanya diayomi pemerintah (B)
1.3 Paragraf 09
PM : Kegiatan membaca dan menulis perlu ditingkatkan (A) karena mahasiswa yang enggan menulis (B).
Pm : Peneliti di kalangan mahasiswa menurun (C), sehingga kegiatan membaca dan menulis perlu ditingkatkan (A).
K : Peneliti di kalangan mahasiswa menurun (C) karena mahasiswa yang enggan menulis(B).
2. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
2.1 Pembuka
Peneliti dalam pengertian luas dapat merujuk pada setiap orang yang melakukan aktivitas menggunakan sistem tertentu dalam memperoleh pengetahuan atau individu yang melakukan sejumlah praktik-praktik di mana secara tradisional dapat dikaitkan dengan kegiatan pendidikan, pemikiran. Secara khusus, istilah peneliti dikaitkan pada individu-individu yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah. Seorang peneliti, bisa jadi adalah seorang ahli pada satu bidang atau lebih dalam ilmu pengetahuan. Untuk menjadi seorang peneliti diharuskan untuk menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi, yaitu jenjang doktoral. Selain itu dibutuhkan tekad dan niat yang kuat dalam diri untuk menjadi peneliti profesional yang berpengalaman agar bermanfaat bagi masyarakat.
2.2 Paragraf 07
BalasHapusPada paragraf ini penulis berpendapat seorang peneliti dapat dikatakan sebagai ”juru kunci” dan ”juru selamat” bagi kemajuan suatu negara. Saya kurang setuju dengan pendapat penulis bahwa seorang peneliti adalah seorang “juru selamat”. Penulis dapat dikatakan sebagai seorang juru kunci karena Juru kunci adalah sebuah jabatan budaya yang biasanya tidak memiliki gaji atau pembayaran apapun, tetapi mereka memiliki kedudukan penting dan terhormat di kalangan masyarakat adat. Sedangkan Juru selamat itu sendiri adalah seseorang yang menyelamatkan nyawa orang lain.
Peneliti dapat dikatakan sebagai seorang juru kunci, tetapi tidak dengan juru selamat. Hal itu dikarenakan juru selamat adalah seseorang yang menyelamatkan nyawa orang lain, yang biasanya dikaitkan dengan Yesus Kristus. Sementara seorang peneliti profesional tidak dapat menyelamatkan nyawa seseorang, meskipun mereka dapat membuat sebuah hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak. Walaupun peneliti dapat menyelamatkan nyawa seseorang, bukan berarti peneliti tersebut adalah seorang juru selamat.
2.3 Paragraf 08
Pada paragraf ini penulis beranggapan bahwa di Indonesia banyak mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian. Tugas dari dosen pun tidak jarang mengandung unsur penelitian dan pemecahannya. Meskipun dosen telah memberikan tugas-tugas, tetapi dengan kurangnya implementasi dari dosen-dosen untuk mahasiswanya hanya membuat sia-sia. Dalam hal ini saya kurang setuju dengan kata “mangkrak” dalam teks tersebut. Selain itu penulis beranggapan untuk membuat mahasiswa menjadi peneliti berpengalaman harus bermain keluar dari zona nyaman agar dapat bermanfaat bagi kemajuan negara Indonesia.
Kata “mangkrak” seharusnya diganti dengan kata terbengkalai, karena kata “mangkrak” merupakan sebuah kata yang tidak banyak dikenal oleh masyarakat. Selain itu anggapan penulis tentang peneliti berpengalaman harus bermain keluar dari zona nyaman tidak begitu jelas. Maksud dari zona nyaman itu sendiri memiliki arti yang kurang jelas untuk menjadi peneliti yang berpengalaman. Sebaiknya peneliti menjelaskan lebih detil tentang anggapan keluar dari zona nyaman yang dimaksud agar mudah dimengerti oleh masyarakat.
2.4 Paragraf 09
Sebagai mahasiswa yang ingin menjadi peneliti profesional tentu akan banyak tema penelitian yang harus di ulas karena luasnya ilmu untuk menjadi seorang peneliti. Dalam hal ini saya setuju dengan pendapat penulis bahwa untuk menjadi seorang peneliti harus terdapat rasa ingin tahu yang tinggi dan sikap kritis sehingga dapat melihat realitas dengan baik. Selain itu tekad dan niat yang kuat juga dapat membantu untuk menjadi peneliti profesional yang kelak bermanfaat bagi masyarakat. Mahasiswa yang enggan menulis merupakan hal yang wajar, karena untuk menjadi peneliti tidak harus dapat menulis dengan baik melainkan harus dengan keterampilan-keterampilan dan bakat yang baik dalam memecahkan masalah yang ada. Karena sebagian peneliti akan sulit untuk menuangkan ide pikirannya kedalam bentuk tulisan, sehingga hal tersebut bukan menjadi alasan bahwa minat mahasiswa menjadi peneliti menurun dikarenakan enggan menulis.
2.5 Penutup
Untuk menjadi seorang peneliti profesional, harus terdapat tekad dan niat yang kuat serta dorongan dari keluarga, teman ataupun lingkungan sekitar. Untuk menjadi peneliti bukanlah hal yang mudah, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan belajar dengan serius dari praktik dan teori yang ada, dapat meningkatkan keterampilan dan penalaran seorang peneliti profesional yang kelak bermanfaat bagi kemajuan negara Indonesia.
2.2 Paragraf 07
BalasHapusPada paragraf ini penulis berpendapat seorang peneliti dapat dikatakan sebagai ”juru kunci” dan ”juru selamat” bagi kemajuan suatu negara. Saya kurang setuju dengan pendapat penulis bahwa seorang peneliti adalah seorang “juru selamat”. Penulis dapat dikatakan sebagai seorang juru kunci karena Juru kunci adalah sebuah jabatan budaya yang biasanya tidak memiliki gaji atau pembayaran apapun, tetapi mereka memiliki kedudukan penting dan terhormat di kalangan masyarakat adat. Sedangkan Juru selamat itu sendiri adalah seseorang yang menyelamatkan nyawa orang lain.
Peneliti dapat dikatakan sebagai seorang juru kunci, tetapi tidak dengan juru selamat. Hal itu dikarenakan juru selamat adalah seseorang yang menyelamatkan nyawa orang lain, yang biasanya dikaitkan dengan Yesus Kristus. Sementara seorang peneliti profesional tidak dapat menyelamatkan nyawa seseorang, meskipun mereka dapat membuat sebuah hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak. Walaupun peneliti dapat menyelamatkan nyawa seseorang, bukan berarti peneliti tersebut adalah seorang juru selamat.
2.3 Paragraf 08
Pada paragraf ini penulis beranggapan bahwa di Indonesia banyak mahasiswa yang berminat dalam bidang penelitian. Tugas dari dosen pun tidak jarang mengandung unsur penelitian dan pemecahannya. Meskipun dosen telah memberikan tugas-tugas, tetapi dengan kurangnya implementasi dari dosen-dosen untuk mahasiswanya hanya membuat sia-sia. Dalam hal ini saya kurang setuju dengan kata “mangkrak” dalam teks tersebut. Selain itu penulis beranggapan untuk membuat mahasiswa menjadi peneliti berpengalaman harus bermain keluar dari zona nyaman agar dapat bermanfaat bagi kemajuan negara Indonesia.
Kata “mangkrak” seharusnya diganti dengan kata terbengkalai, karena kata “mangkrak” merupakan sebuah kata yang tidak banyak dikenal oleh masyarakat. Selain itu anggapan penulis tentang peneliti berpengalaman harus bermain keluar dari zona nyaman tidak begitu jelas. Maksud dari zona nyaman itu sendiri memiliki arti yang kurang jelas untuk menjadi peneliti yang berpengalaman. Sebaiknya peneliti menjelaskan lebih detil tentang anggapan keluar dari zona nyaman yang dimaksud agar mudah dimengerti oleh masyarakat.
2.4 Paragraf 09
Sebagai mahasiswa yang ingin menjadi peneliti profesional tentu akan banyak tema penelitian yang harus di ulas karena luasnya ilmu untuk menjadi seorang peneliti. Dalam hal ini saya setuju dengan pendapat penulis bahwa untuk menjadi seorang peneliti harus terdapat rasa ingin tahu yang tinggi dan sikap kritis sehingga dapat melihat realitas dengan baik. Selain itu tekad dan niat yang kuat juga dapat membantu untuk menjadi peneliti profesional yang kelak bermanfaat bagi masyarakat. Mahasiswa yang enggan menulis merupakan hal yang wajar, karena untuk menjadi peneliti tidak harus dapat menulis dengan baik melainkan harus dengan keterampilan-keterampilan dan bakat yang baik dalam memecahkan masalah yang ada. Karena sebagian peneliti akan sulit untuk menuangkan ide pikirannya kedalam bentuk tulisan, sehingga hal tersebut bukan menjadi alasan bahwa minat mahasiswa menjadi peneliti menurun dikarenakan enggan menulis.
2.5 Penutup
Untuk menjadi seorang peneliti profesional, harus terdapat tekad dan niat yang kuat serta dorongan dari keluarga, teman ataupun lingkungan sekitar. Untuk menjadi peneliti bukanlah hal yang mudah, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan belajar dengan serius dari praktik dan teori yang ada, dapat meningkatkan keterampilan dan penalaran seorang peneliti profesional yang kelak bermanfaat bagi kemajuan negara Indonesia.
1. RESTRUKTURISASI
BalasHapus1.1. Judul
1.1.1. Premis Mayor (PM): Lulus tiga setengah tahun (A), apakah sudah siap atau tidak? (B)
1.1.2. Premis Minor (Pm): Beberapa mahasiswa (C)ingin mengambil jangka waktu kuliah selama 3,5 tahun (A).
1.1.3. Kesimpulan (K): siapkah mahasiswa (C) lulus kuliah dalam waktu 3,5 tahun? (B)
1.2. Paragraf 10
1.2.1. Premis Mayor (PM): lulus 3,5 tahun untuk sekedar eksistensi dan pencitraan (A) yang terjadi bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.(B)
1.2.2. Premis Minor (Pm): mahasiswa (C) yang tergesa-gesa,memilliki ilmu yang sangat minim,merasa malu tidak lulus dengan teman sejawat dan dibanding-bandingkan.(A)
1.2.3. Kesimpulan (K): mahasiswa (C) yang lulus 3,5 tahun karena tergesa-gesa,memilliki ilmu yang sangat minim,merasa malu tidak lulus dengan teman sejawat dan dibanding-bandingkan hanya karena eksistensi dan pencitraan membuat angka pengangguran di Indonesia bertambah.(B)
1.3. Paragraf 11
1.3.1. Premis Mayor (PM) : Alasan yang kurang jelas(A) untuk menunda-nunda kelulusan (B)
1.3.2. Premis Minor (Pm) : Tindakan mahasiswa (C) menimbulkan hal-hal yang kurang produktif sehingga membuang waktu dan uang dengan sia-sia.(A)
1.3.3. Kesimpulan (K) : Mahasiswa yang menggunakan alasan kurang jelas (C) untuk menunda-nunda kelulusan akan menimbulkan hal-hal yang kurang produktif sehingga membuang waktu dan uang dengan sia-sia.(B)
Nama : Helena Suandi
Kelas : XII MIPA 7
Nomor Absen : 12