Mengungkapkan Gagasan tentang Korupsi

Marilah kita menulis wacana deskripsi tentang korupsi yang sejak reformasi hingga kini, lebih dari sepuluh tahun selalu diungkap di negara kita, namun hingga kini belum selesai! Topik ini selalu muncul di berbagai tayangan televisi yang memberikan kesan yang membuktikan bahwa bangsa kita memiliki mental yang kurang baik dari segi kejujuran.

Demikian sering informasi atau berita korupsi di negara ini kita peroleh sehingga secara sengaja maupun tidak sengaja semakin banyak hal tersebut tersimpan dalam syaraf memori kita. Meskipun secara  pasif kita semakin memperkaya fakta, konsep, dan gagasan tentang korupsi. Hal ini kurang kita sadari bahwa secara faktual kita memiliki demikian banyak pengetahuan tentang korupsi. Oleh sebab itu, manakala kekayaan hal itu kita manfaatkan dalam bentuk produktivitas kreasi kecerdasan merangkai gagasan akan terwujudlah tulisan-tulisan kreatif.

Apabila ingin menulis tentang korupsi, bagaimana caranya?
Secara teoretis kita bisa memulainya dengan menyusun kerangka karangan. Sebagaimana kita ketahui kerangka karangan terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Lantas kita juga berpikir apa sajakah yang ada dalam bagian per bagian tersebut.

Bagian pendahuluan memiliki latar belakang masalah, tujuan, dan rumusan atau ruang lingkup pembahasan, kemudian bagian isi terdiri dari atas rujukan teori, fakta permasalahan-persoalan, anĂ¡lisis-sintesis, dan disusul bagian penutup yang mengungkapkan kesimpulan dari pembahasan. Bagian ini bisa juga disertai dengan saran yang diberikan kepada pihak yang terkait.

Apakah hanya dengan cara begitu yang bisa dilakjukan? Tentu saja ada cara lain yang bisa kita gunakan. Kali ini kita akan menggunakan pola pengembangan paragraf sebagai salah satu cara mengembangkan kemampuan kitas menulis. Sebagaimana kita ketahui bahwa paragragf adalah hasil pengembangan sebuah gagasan atau ide pokok. Sebuah kalimat ide pokok bisa kita kembangkan menjadi sebuah karangan, baik dalam bentuk sederhana maupun kompleks. Bagaimana caranya?

Langkah pertama, kita persempit terlebih dahulu topik korupsi ke dalam sub-subtopiknya. Misalnya menjadi, 1) korupsi adalah cermin kebobrokan moral suatu bangsa; 2) korupsi merugikan masa depan bangsa; 3) korupsi adalah perbuatan dosa; 4) korupsi dilakukan oleh berbagai kalangan pemerintahan.
Langkah kedua, dari sekian banyak gagasan itu kita cukup mengambil salah satu di antaranya. Misalnya, kita mabil kalimat subtopik keempat (4): korupsi dilakukan oleh berbagai kalangan pemerintahan. Lantas bagaimana mengembangkannya?

Langkah ketiga, kita kembangkan kalimat gagasan tersebut dengan menggunakan pola pengembangan kalimat ide pokok atau paragraf. Apa saja?

Pola pengembangan ide pokok menjadi sebuag paragraf bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah 1) paragraf definisi; 2) paragraf contoh; 3) paragraf sebab; 4) paragraf akibat; 5) paragraf porses; 6) paragraf perbandingan-persamaan; 7) paragraf klasifikasi; 8) paragraf kronologis-waktu; dan lain-lain.

Tanpa kita sadari jika hal itu dikerjakan dengan runut dan benar akan terwujudlah sebuah artikel karya tulis kita.


Penjabaran Pola Penmgembangan
Bagaimana membuat paragraf definisi. Caranya, kita tentukan kata kunci yang ada dalam kalimat ide pokok tersebut. Sebuah kalimat ide pokok minimal memiliki subjek (pelaku) dan predikat (tindakan). Kata kunci yang ada dalam subjek dan predikat kita beri batasan pengertiannya. Misalnya, kata kunci topik 4) di atas adalah korupsi dan kalangan pemerintahan. Gunakan kamus sebagai rujukan! Ingatlah, perlu dicatat sumber kamus tersebut tentang penulis, tahun terbit, penerbit, dan kota tempat diterbitkan. Hal ini bisa digunakan sebagai rujukan dalam menulis objektif, benar, dan ilmiah. Kode etik menulis adalah menyebutkan sumber gagasan yang kita peroleh dari buku atau sumber di luar gagasan pikiran kita.

Pola pengembangan yang paling mudah adalah mengembangkan dengan memberi contoh. Langkah berikutnya adalah memberi contoh-contoh tidakan korupsi yang terjadi di negara kita. Bagaimana caranya? Apabila kita menggunakan sumber tertulis haruslah kita mencari gagasan untuk contoh dari sumber tertulis, misalnya dari buku, suat kabar, tabloid, majalah, atau sumber lain. Kita kutip intisari contoh kausus korupsi dengan menyebutkan sumber kutipannya. Semakin banyak contoh yang kita peroleh akan semakin memperkokoh gagasan kita di hati pembaca. Lantas tinggal kita seleksi contoh-contoh manakah yang sesuai digunakan sebagai gagasan pendukung.

Langkah berikutnya adalah mengembangkan gagasan tersebut dengan menggunakan cara anĂ¡lisis sebab-akibat. Kita mulai saja paragraf itu dengan kata mengapa? Mengapa korupsi bisa terjadi? Mengapa korupsi dilakukan oleh seseorang? Jawaban atas pertanyaan itu secara sederhana pun akan menghasilkan paragraf yang baik.

Berikutnya adalah mengembangkan kalimat ide pokok dengan menggunakan pola pengembangan proses. Caranya bagaimana? Kita mulai dengan kata tanya bagaimana? Bagaimakah seseorang bisa melakukan korupsi? Bagaimanakah jika tindakan korupsi dihukum mati? Bagaimanakah jika korupsi digunakan untuk orang miskin? Bagaimanakah jika korupsi tidak diketahui?

Pola lainnya adalah mengembangkan gagasan dengan menggunakan tipe perbandingan-persamaan. Samakah korupsi itu dengan tindakan maling? Samakah tindak korupsi itu dengan tindakan kriminal, seperti perampokan? Samakah tindak korupsi itu dengan pembunuhan berencana? Apa bedanya tindak korupsi itu dengan penjarahan? Apakah sama korupsi itu dengan kejahatan kerah putih (white cholar crime)? Penalaran atas jawaban kalimat tersebut sudah merupakan paragraf yang dimaksud.

Di sisi lain pola pertentangan juga bisa digunakan. Pola ini mempertentangkan tindak korupsi dengan dimensi atau sudut pandang lain, misalnya segi agama, segi moral, segi nurani atau budi pekerti, dan lain-lain. Pertentangan konsep bersifat menghadapkan dua gagasan yang berlawanan sudut pandangnya. Penjabaran gagasan tersebut akan menjadi tipe paragraf pertentangan.

Pola lainnya adalah pola klasifikasi. Maksudnya, pola pengembangan ini digunakan dalam melakukan penggolongan atas pemilahan dari pilihan-pilihan yang dilakukan dari sutau komunitas. Isinya berupa rangkaian logika atas dasar penggolongan serta deskripsi hasil penggolongan tersebut. Misalnya, yang termasuk dalam klasifikasi koruptor kelas kakap adalah 1) siapa, dari mana, kasus apa; 2) siapa, dari mana, kasus apa; 3) siapa, dari mana, kasus apa ; 4) siapa, dari mana, kasus apa. Di Departemen Keagamaan pun terdapat … yang bisa diklasifikasikan koruptor kelas ini.

Pola berikutnya adalah pola kronologis, yaitu mengungkapkan gagasan pokok korupsi secara berurutan dari segi waktunya. Misalnya rangkaian peristiwa korupsi yang terjadi setelah masa Reformasi. Gagasan ini akan memunculkan banyak fakta korupsi, dimulai sebelum kasus Gayus Lumban, Akil Mochtar, hingga Andy Malarangeng. Fakta-fakta itu disusun runtut dari sisi waktu sehingga menghasilkan paragraf yang lengkap dan terpercaya.

Apabila langkah di atas kita ikuti dengan baik akan terwujudlah serangkaian paragraf yang terbentuk dalam satu kemasan tulisan yang menarik perhatian banyak pihak. Akan lebih bagus lagi apabila tulisan itu direvisi atau ditinjau ulang untuk dilakukan pengeditan, penyempurnaan, pengurangan atau penambahan gagasan, dan melengkapi yang dirasa belum proporsional. Masih banyak kemungkinan pola pengembangan ide pokok dengan pola pengembangan yang lain. Kreativitas, kejujuran, dan kekayaan referensi amat memengaruhi hasilm tulisan yang dituangkan.


Ingat, tulisan yang baik tentu saja memiliki topik menarik, dikemas dalam bahasa yang akrab dengan pembaca tanpa meninggalkan kaidah kebahasaan, serta memberi masukan batiniah berupa informasi, konsep, gagasan, atau daya nalar baru bagi pembacanya sehingga pembaca merasa puas selesai membaca tulisan kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015