KLASIFIKASI KATA DALAM BAHASA INDONESIA



Dalam konteks fonologis kebahasaan, kata merupakan rangkaian bunyi bahasa yang dapat memebedakan arti atau fonem. Fonem bernagkai membentuk suku kata untuk bergabung menjadi kata. Kata merupakan rangkaian lambang bunyi yang dapat membedakan arti. Fona (bunyi) yang membedakan arti (fonem) berkumpul dalam satuan bunyi baru, baik sebagai suku kata maupun kata. Oleh sebab itu, sebagai bentuk sangat kompleks yang tersusun atas beberapa unsur, suatu kata dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih. Rententasn berikutnya adalah kata-kata bersusun menjadi frasa, dan bahkan kata dan frasa bias berantai menjadu kalimat. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa.
Kajian perihal kata telah banyak dilakukan oleh ahli bahasa, baik dari segi bentuk (morfologi) maupun arti (semantik), begitu juga berkaitan dengan perkembangannya. Dalam konteks perkembangan dan pengembangan inilah muncul fenomena-fenomena yang mengundang para ahli untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.  Hal ini memungkinkan munculnya konsep dan teori baru yang satu dengan lainnya ada kemungkinan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena adanya sudut pandang lain di antara para ahli. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan konsep antarahli yang bisa mengakibatkan kegundahan dasn ketidakmamapanan perihal kaidah bahasa di masyarakat pengguna bahasa, bahkan berdampak hingga ke dalam kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah. Oleh sebab itu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengeluar4kan standardisasi kebahasaan bahasa Indonesia.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahas Indonesia (2006) dalam bahasa Indonesia kata dibedakan menjadi: 1) nomina; 2) verba; 3) adjektiva; 4) adverbia; dan 5) kata-kata tugas, yang terdiri atas a) preposisi (kata depan); b) konjungsi (kata penghubung); c) artikel (kata sandang); d) partikel (kata penegas) ; dan 5) interjeksi (kata seru).
Pronomina dan  numeralia merupakan bagian dari nomina. Pronomina merupakan kata ganti orang, sedangkan numeralia merupakan penghitung nomina (kata bilangan).
Nomina dibedakan menjadi dua, yaitu nomina konkret dan nomina abstrak. Nomina konkret merupaka kata benda yang dapat diinderai: dilihat, diraba, atau dirasa. Sedangkan nomina abstrak merupakan nomina yang tidak bisa dinderai, tetapi memiliki pengertian atau konsep.
Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan arti dalam sistem gramatikal.  Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa haruslah mengenal jenis dan fungsi kelas kata terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan.
Kelas kata mempunyai beberapa fungsi penting dalam penyusunan kalimat, di antaranya; melambangkan pemikiran atau gagasan. Perihal yang semula hanya berupa gagasan yang bersifat abstrak, lalu bisa menjadi konkret karena adanya kelas kata. Kemudian, kelas kata juga berfungsi untuk membentuk macam-macam struktur kalimat serta memperjelas makna gagasan.
Kelas kata dapat berfungsi sebagai pembentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, ataupun kalimat. Selanjutnya, kelas kata juga berperan untuk membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain, mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato, dan diskusi. Di sisi lain kelas kata juga berfungsi untuk mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.

Secara sistemik jenis kata dalam bahasa Indonesia menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terdiri dari :

1.   Nomina
·   pronomina
·   numerelia
2.   verba
3.   adjektiva
4.   adverbia
5.   kata tugas

I.   NOMINA
Kata benda adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan suatu nama. Kata benda merupakan nama orang, binatang, tempat, benda, aktivitas, sifat , atau gagasan. Fungsi dasar kata benda adalah menamai sesuatu (seseorang, tempat, benda, ide, binatang, sifat, atau perbuatan).
Contohnya kalimat Saya senang menonton badminton.
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

1.   Klasifikasi Nomina
Ada beberapa jenis nomina yaitu :
1.1.1 nomina dasar
   Contoh : * batu * radio * kemarin* kertas *udara
1.1.2  nomina turunan
1.1.2.1     nomina berafiks : keuangan, perpaduan
1.1.2.2     nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah
1.1.2.3     nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.
1.1.2.4     nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :
1.1.2.4.1  deverbaliasi : pemandian, kebersamaan
1.1.2.4.2  deadjektivalisasi : ketinggian, leluhur
1.1.2.4.3  deverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.
1.1.2.4.4   Penggabungan : jatuhnya, tridarma.
1.1.3  nomina paduan leksem
        Contoh : - daya juang - jejak langkah, - loncat indah
1.1.4 nomina paduan leksem gabungan :
        Contoh : - pengambilalihan; - pendayagunaan

1.2  Subkategorisasi
1.2.1 Nomina bernyawa
Nomina bernyawa dapat dibagi atas:
1.2.1.1           Nomina persona (insan):
1.2.1.1.1     Nama diri: Martha, Sis, Ayu. Nama diri sebagai nama tidak dapat direduplikasikan.
1.2.1.1.2     Nomina kekerabatan: nenek, kakak, ibu, bapak
1.2.1.1.3     Nomina yang menyatakan orang atau yang diperlakukan seperti orang; tuan, nyonya
1.2.1.1.4     Nama kelompok manusia: Jepang, Melayu
1.2.2  Nomina tak bernyawa yang dipersonkasikan: DPR (lembaga)
Nomina tak bernyawa dapat dibagi atas:
1.2.2.1  Nama lembaga; DPR, MPR
1.2.2.2  Konsep geografis: Bali, Jawa, Senangka
1.2.2.3  Waktu: Senin, Januari, besok
1.2.2.4  Nama bahasa: bahasa Sunda, bahasa Indonesia
1.2.2.5  Ukuran dan takaran: gram, kilometer, karung
1.2.2.6  Tiruan bunyi: kokok

1.2.3     Flora dan Fauna mempunyai ciri sintaksis:
1.2.3.1     Tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka
1.2.3.2     Tidak dapat didahului partikel si, kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan: Si Kancil, Si Kambing
1.2.4     Nomina terbilang dan tak terbilang
                  Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti udara, kesucian, termasuk pula nama diri dan nama geografis.

1.2.5     Nomina kolektif dan bukan kolektif
Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubstitusikan dengan mereka atau dapat diperinci atas bagian-bagian nomina kolektif terdiri atas nomina dasar seperti tentara, keluarga. Nomina turunan seperti wangi-wangian. Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-bagiannya termasuk nomina bukan kolektif seperti: asinan, cairan, hadirin, kompi, pawai, rempah.

1.3  Pemakaian Nomina
1.3.1.1  Penggolongan benda yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, pucuk, tangkai.
1.3.1.2  Nomina tempat dan arah: kana, kiri, depan, belakang
1.3.1.3  Tiruan bunyi: aum, deru, deram, dan sebagainya
1.3.1.4  Makian: bangsat, jahanam, dan sebagainya
1.3.1.5  Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk menyapa:
1.3.1.5.1     Nama diri: “Mari ke sini, Ali”,
1.3.1.5.2     Nomina kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”
1.3.1.5.3     Gelar dan pangkat: “Selamat pagi, Dok”
1.3.1.5.4     Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba : pendengar
1.3.1.5.5     Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”
1.3.1.5.6     Nomina lain: “Ini topi Tuan”
1.3.1.6  Kuantifa: bahu, botol, ikat, gelas, papan, teras
1.3.1.7  Ukuran: gram, kilo, sentimeter
1.3.1.8  Penunjuk waktu: pagi, Minggu, zaman
1.3.1.9  Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “Berat terdiri dari lima fonem dan maknanya berlawanan dengan ringan”

1.4  Nominalisasi
Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang baerasal dari morfem atau kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
1.4.1        Afiksasi : pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
1.4.2        Penambahan partikel Si dan Sang di depannya: Si Kancil, si Manis
1.4.3        Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja


1.5 PRONOMINA
            Kata ganti adalah kata yang digunakan sebagai kata benda atau frase kata benda. Kata ganti menunjuk orang atau benda tanpa memberi atau menyebut nama orang atau benda yang sesungguhnya. [3] Kata ganti mengambil posisi kata benda dan berfungsi seperti kata benda.  
                Contoh: Rony absen karena ia sakit", kata ia di sini menunjukkan promina.
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden. Pronomina sama dengan kata ganti.
1.5.1        Pemakaian Pronomina
5.1.1.1  Dalam ragam nonstandar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah pemakaiannya.
5.1.1.2  Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
5.1.1.3  Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya

Dari sekian banyak bentuk pronominal, ada juga yang disebut sebagai pronominal persona, atau kata ganti orang.

No.
Ragam
Persona Pertama
Persona Kedua
Persona Ketiga
Tunggal
Jamak
Tunggal
Jamak
Tunggal
Jamak
1
Resmi-formal
saya
kami (inklusif)
kita (ekslusif)
saudara
Anda

kalian
saudara-saudara
beliau


2
Pergaulan
aku
kami (inklusif)
kita (eksklusif)
kamu
kamu-kamu
ia
dia
dirinya
mereka
3
Sastra
daku, beta, hamba
kami (inklusif)
kita (ekslusif)
dirimu

kalian
saudara-saudara
dirinya
mereka

1.6      NUMERALIA

            Numeralia adalah kata (frasa) yang menunjukkan bilangan atau kuantitas; kata bilangan. Dalam istilah linguistik, numeralia menyatakan beberapa kali perbuatan terjadi, misal sekali, dua kali, dan sebagainya.
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.

Subkategorisasi:
1.6.1  Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
1.6.1.1  Numerelia utama (koordinat)
1.6.1.1.1     bilangan penuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh, ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, isi, dsb.
1.6.1.1.2     bilangan pecahan, yaitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki partikel per-: Contoh: dua pertiga; lima perenam
1.6.1.1.3     bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22, lusin=12, gross=144.

1.6.1.2 Numerelia tingkat
Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - Catatan kedua sudah diperbaiki.

- Ia orang kedua di departemennya.

1.6.1.3 Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frasa selalu mendahului nomina.
Contoh : Dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.

1.6.2 Numerelia tak takrif
Numerelia tak takrif adalah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan, atau menjadi nomia seperti kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.

II.   VERBA

Dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan Kata kerja adalah kata/ kelompok kata yang digunakan untuk menggambarkan/ menyatakan suatu perbuatan, kejadian, peristiwa, eksistensi, pengalaman, keadaan, dan pertalian antara dua benda.
Sebagai contoh kata menggigit dalam kalimat berikut Drakula menggigit korban-korbannya di bagian leher.
2.1  Klasifikasi verba
Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :
2.1.1  verba dasar bebas
Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, dll.
2.1.2  verba turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
2.1.2.1  verba berafiks. Contoh : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan
2.1.2.2  verba bereduplikasi. Contoh : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
2.1.2.3  verba berproses gabungan. Contoh : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.
2.1.2.4  verba majemuk. Contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

2.2  Berdasarkan keberadaan nomina yang mendampinginya, verba dapat dibedakan menjadi :
2.2.1  verba taktransitif, yaitu verba yang tidak berobjek. Contoh : ada, kembali, bangkit, bangun, tiada, terbang.
2.2.2  verba transitif, yaitu verba yang bisa atau harus didampingi objek. Berdasarkan peluang objeknya, verba ini dapat dibedakan menjadi: a) verba monotransitif, yaitu verba yang mempunyai satu objek; b) verba dwitransitif, yaitu verba yang mempunyai dua objek.

2.3  Berdasarkan hubungannya dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi :
2.3.1  verba aktif, yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks meng-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh : Dia mencintai saya.
Saya makan nasi.

Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakkan kami makanan.

Apabila ditandai oleh sufiks –i, verba memiliki makna lokatif atau repetitif.
Contoh:
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli anjingnya
Paman menguliti kambing.

2.3.2  verba pasif, yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks ter-, atau di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak olehku.

Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik.
Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja itu.

2.3.3  verba anti-aktif (argatif), yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subjeknya merupakan penderita.
Contoh :
Ibu kecapaian di bus.
Kakinya terntuk batu.

2.3.4  verba anti-pasif, yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
Ia haus akan kasih sayang
Pak tani bertanam singkong.

2.4  Berdasarkan interaksi antara nomina dan pendampingnya, verba dapat dibedakan:
2.4.1     verba resiprokal, yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan. Contoh : berkelahi, berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
2.4.2      verba non resirokal, yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.

2.5  Berdasarkan sudut referensi argumennya, verba dapat dibedakan menjadi:
2.5.1  verba refleksif, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama . Verba ini mempunyai dua bentuk, yaitu :
·   verba yang berpresiks ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.
Contoh : bercermin, berdandan, berjemur.
·   Verba yang berprefiks meng-, bersufiks –kan, dan berobjek diri.
         Contoh : melarikan diri, membaringkan diri.
2.5.2 verba non-refleksif, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau berlainan.

2.6  Berdasarkan hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, verba dapat dibedakan :
2.6.1  Verba kopulatif, yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa mengubah konstruksi predikat yang bersangkutan. Contoh: adalah, merupakan.
2.6.2  Verba ekuatif, yaitu verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya. Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.

2.7  Verba Telis dan Verba Atelis

Verba telis biasanya berprefik meng-, dan verba atelis berfrefik ber-.Verba telis menyatakan bahwa perbuatan tuntas, sedangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas atau belum selesai.
Contoh:
- Pak tani menanam padi
- Pak tani bertanam padi
- Ia menukar pakaian itu
- Ia bertukar pakaian

2.8  Verba performatif adan Verba Konstatatif
2.8.1  Verba performatif , yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengajarkan kalimat. Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.
2.8.2  Verba konstatatif, yaitu verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau peristiwa. Contoh: menembaki, menulis.

III.      ADJEKTIVA

Adjektiva adalah kata sifat dalam kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
1. bergabung dengan partikel tidak,
2. mendampingi nomina
3. didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.
4. mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
5. dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.

3.1  Klasifikasi Ajektiva
3.1.1        Adjektiva dasar
3.1.1.1  Yang dapat diisi dengan kata sangat- lebih : adil, bagus, deras, agung, bahagia, disiplin, aman, bebas, fatal, anggun, berani, fanatik
3.1.1.2  Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih : buntut, genap, langsung, pelak, cacat, interlokal, laun, tentu, gaib, kejar, musnah, tunggal, ganda, lancung, niskala
3.1.2        Adjektiva turunan
3.1.2.1  Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhormat.
3.1.2.2  Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya: - elok-elok , muda-muda, - gagah-gagah , ringan-ringan
3.1.2.3  Adjektiva berafiks ke-an, misalnya : - kesakitan - kesepian
3.1.2.4  Adjektiva berafiks –i, misalnya :- abadi - hewani- alami – duniawi
3.1.2.5  Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :
3.1.2.5.1   Deverbalisasi, misalnya : - Melengking – menyenangkan; - Menggembirakan  terpandang
3.1.2.5.2   denominalisasi, misalnya : ahli - berguna – luas; berakar - bermanfaat – malam; berbisa - dermawan – membudaya
3.1.2.5.3   de-adverbalisasi, misalnya : - berkurang - menyengat- bertambah
3.1.2.5.4   denumeralia, misalnya:  manunggal – menyeluruh; - mendua;
3.1.2.5.5   de-interjeksi, misalnya :- aduhai - sip – wah, - asoi – yahud
3.1.3     Adjektiva Majemuk
3.1.3.1  subordinatif :- buta warna - panjang akal;- besar mulut - terang hati
3.1.3.2  koordinatif :- aman sentosa - lemah lembut; - besar kecil - suka duka

3.2  Kategori Adjektiva
Ada dua macam katagori adjektiva :
3.2.1  adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa . Contoh : hangat, sulit, mahal.
3.2.2  adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam prase nominal. Contoh : nasional, niskala;
3.2.3  adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : pekat, makmur.
3.2.4  adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : intern

3.3  Pemakaiaan Adjektiva
3.3.1           Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa. Contoh : - Rumah Husein besar; - Rumah Husein sama besar dengan rumah Ramli .
3.3.2           Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain. Contoh : Rumah Husein lebih besar dari pada rumah Ramli.
3.3.3           Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya. Contoh : - Anton murid yang paling pandai di kelas itu. - Anton murid terpandai di kelas itu.
3.3.4           Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan. Contoh : - Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.; - Karena dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.; - Angin topan yang bukan main kuatnya.

IV.   ADVERBIA

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
4.1 Klasifikasi Adverbia
Ada dua jenis adverbia, yaitu :
4.1.1        adverbia intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain. Contoh : Alangkah - bagus – pula; Agak - hampir - rada-rada; Agak-agak - hanya – saja; Amat sangat - harus – saling
4.1.2        adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan. Contoh : barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
4.2  Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
4.2.1     Adverbia dalam bentuk dasar bebas. Contoh : Alangkah, Agak, Bisa, Hampir, Masih, Memang, Paling, Nian, Niscaya, Sangat, dll
4.2.2     Adverbia turunan, terbagi atas :
4.2.2.1  adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari :
4.2.2.1.1  adverbia bereduplikasi. Contoh : agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan, rada-rada.
4.2.2.1.2  adverbia gabungan: Contoh : belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.
4.2.2.2  Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas , terdiri dari :
4.2.2.2.1  Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter-, Contoh : terlalu, dan terlampau.
4.2.2.2.2  Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.
4.2.2.2.2.1  denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu, pagi-pagi.
4.2.2.2.2.2  Depronominal : sendiri-sendiri.
4.2.2.2.2.3  Adverbia deadjektiva : awas-awas, baik-baik, benar-benar.
4.2.2.2.2.4  Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.
4.3  Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya :agaknya, harusnya
N + -nya : rasanya, rupanya
V + -nya : hendaknya, kiranya
A +-nya : biasanya, layaknya
Num + -nya : seluruhnya, biasanya
4.3.1 Adverbia deverbal gabungan
Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak terkatakan lagi
4.3.2 Adverbia de-akjetiva gabungan :
Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali
4.3.3 Gabungan proses :
Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.

4.4 Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari berbagai verba, ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
4.4.1 Adverbia sebagai penanda aspek :
Contoh :
Biarkan saja ! Dia lagi jahil.
Pada kalimat tersebut : penanda aspek : lagi
Jenis aspek : duratif
Gunung itu sudah gundul.
Penanda aspek : sudah
Jenis aspek : perfektif

4.4.2 Adverbia sebagai penanda modalitas
Contoh :
Mereka belum haus
Penanda modalitas : belum
Saya harus lantang bersuara
Penanda modalitas : harus

4.4.3 Adverbia sebagai penanda kuantitas
          Contoh :
Ahmad mengerjakan pekerjaannya sekaligus kemarin.
Penanda kuantitas : gus
Mereka saling mencintai
Penanda kuantitas : saling

4.4.4 Adverbia sebagai penanda kualitas
Contoh :
Alangkah cantik wajah gadis itu
Penanda kualitas : alangkah
Hati-hati, dia rada gila
Penanda kualitas : rada

V.      KATA TUGAS

Kata tugas mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan” dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.

5.1 Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.

5.1.1  Jenis Preposisi
5.1.1.1 Preposisi tunggal
Preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanyaa satu kata.
- preposisi yang berupa kata dasar, preposisi ini hanya terdiri atras satu morfem.
Contoh : akan Takut akan kegelapan, di Duduk di kursi
- preposisi yang berupa kata berafiks, preposisi ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas ata verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya (konfiks).
Contoh :
preposisi yang berupa kata berprefiks :
bersama pergi bersama kakak.
Menurut menurut rencana
preposisi yang berupa kata bersufiks :
bagaikan Cantik bagaikan bidadari
preposisi yang berupa kata berkonfiks, contoh :
melalaui dikirim melalui pos.
Mengenai berceramah mengenai kenakalan remaja

5.1.1.2 Preposisi gabungan
             preposisi yang berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan.    Contoh :
dari pada Menara itu lebih tinggi daripada pohon itu.
Preposisi yang berkolerasi, preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan tetpi terpisah oleh kata atau prase lain.
Contoh : antara....dengan antara dia dengan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
dari....sampai dengan seminar itu diadakan dari hari senin sampai dengan hari kamis minggu depan
Preposisi dan nomina lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.

5.1.2 Peran Semantis Preposisi
5.1.2.1 penanda hubungan tempat.
              Contoh : di, ke, dari, hingga, sampai.
5.1.2.2 penanda hubungan peruntukan
      Contoh : bagi, untuk, guna, buat.
5.1.2.3 penanda hubungan kesetaraan atau cara.
           Contoh : dengan, sambil, beserta, bersama
5.1.2.4 penanda hubungan sebab
           Contoh : karena, sebab, lantaran
5.1.2.5 penanda hubungan pelaku
           Contoh : oleh.
5.1.2.6 penanda hubungan ihwal peristiwa
           Contoh : tentang, mengenai.
5.1.2.7 penanda hubungan milik
           Contoh : dari
5.2     Konjungsi
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
5.2.1  Konjungtor Koordinatif
Konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh :
- dan : yaitu penanda hubungan penambahan
- serta : penanda hubungan pendampingan
- atau : penanda hubungan pemilihan
- tetapi : penanda hubungan perlawanan
- melainkan : penanda hubungan perlawanan
- padahal : penanda hubungan pertentangan
- sedangkan : penanda hubungan pertentangan

Konjungsi koordinatif disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian frasa yang dihasilkan bukan frase preposional.
Contoh :
- Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
- Saya atau kamu yang menjemput Ibu.
- Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
- Anak itu pandai tetapi polos.

5.2.2 Konjungsi Korelatif
Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh :
- Baik pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.
- Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.
- Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.

5.2.3 Konjungtor Subordinatif
Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
5.2.3.1  Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, selama, demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum, selesai, seusai, sehabis.
5.2.3.2  Konjungtor subordinatif syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
5.2.3.3  Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.
5.2.3.4  Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.
5.2.3.5  Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.
5.2.3.6  Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.
5.2.3.7  Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai.
5.2.3.8  Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.
5.2.3.9  Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.
5.2.3.10    Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa.
5.2.3.11    Konjungtor subordinatif atribut, misalnya : yang.
5.2.3.12    Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari

5.2.4 Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh :
a.    Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. (Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu,kami tidak akan menghalanginya)
b.   Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada. (Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada)
Dari berbagai diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.2.4.1  Konjungsi koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara ini dinamakan kalimat majemuk setara.
5.2.4.2  Konjungsi korelatif membentuk frase atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan konjungtor ini memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
5.2.4.3  Konjungsi subordinatif membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
5.2.4.4  Konjungsi antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.

5.3     INTERJEKSI
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.
2. Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
4. Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah
5. Interjeksi harapan : insya allah.
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
7. Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.
8. Interjeksi ajakan : ayo, mari.
9. Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.
10. Interjeksi simpulan : nah.
Contoh :- Bah, pergi kau dari rumah ini !; - Ayo kita pergi sekarang !; - Halo, apa kabar ?

5.4  ARTIKEL (Artikula)
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang menominalkan.
5.4.1 Artikula yang bersifat gelar
            Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :
a. sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.
b. sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.
c. hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
d. dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.
5.4.2  Artikula yang mengacu ke makna kelompok.
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.
5.4.3 Artikula yang menominalkan.
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
- Si Amat akan meminang si Halimah minggu depan.
- Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
Berikut dalah ikhtisar pemakaian artikula “si”
a. Di depan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat : si Ali, si Toni, si Nana.
b. Di depan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu : si pengirim, si penerima.
c. Di depan nominal untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang disebut itu mempunyai sifat atau mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumis.
d. Dalm bentuk verbal yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh, bersimaharajalela, bersikeras.
e. Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit, sibusuk, sidingin, simalakama.

5.5 PARTIKEL PENEGAS
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.
5.5.1 Partikel – kah
Partikel – kah yang berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif. Contoh : - Diakah yang akan datang ? (bandingkan: Dia yanag akan datang).
2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti: apa, di mana, dan bagaimana, maka –kah bersifat mansuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh: - Apakah ayahmu sudah datang?
3. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urtan katanya dibalik. Contoh: - Akan datangkah dia nanti malam?

5.5.2 Partikel –lah
Partikel –lah juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1.   Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintanya. Contoh :
a.   Pergilah sekarang, sebelum hujan turun !
b.   Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi !
2.   Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh :
a. Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
b. Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan!
5.5.3 Partikel –tah
Partikel –tah, yang juga berbentuk kritika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Contoh :
- Apatah artinya hidup ini tampa engkau?

5.5.4 Partikel pun
Partikel pun hanya dalam kalimat deklarataif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh :
  Yang tidak perlu pun dibelinya juga.

Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam pembahasan yang telah disajikan tadi penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1.      Jenis kata menurut tata bahasa baku ada 7 jenis yaitu: verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, dan kata tugas.
2.      Verba dari segi bentuk terbagi atas verba asal dan verba terunan, sedangkan verbal dari segi prilaku sintaksisnya terbagi atas verba transitif, verba tak transitif, dan verba berpreposisi.
3.      Adjektiva adri segi bentuknya terbagi atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan, sedangkan adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay terdiri atas ajektiva atributip, predikatip, adn adverbia atau keterangan.
4.      Adverbia dari segi bentuknya terbagi atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan.
5.      Nomina adri segi bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, turunan, afiks, dan morfofonemiks afiks nomina.
6.      Pronomina penunjuk terdiri atas pronomina penunjuk umum, penunjuk tempat, dan penanya.
7.      Numeralia dibagi atas nomeralia pokok, tingkat, dan pecahan.
8.      Kata tugas diklasifikasikan menjadi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel penegas


Daftar Pustaka

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2006. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015