KLASIFIKASI KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Dalam konteks fonologis kebahasaan, kata merupakan
rangkaian bunyi bahasa yang dapat memebedakan arti atau fonem. Fonem bernagkai
membentuk suku kata untuk bergabung menjadi kata. Kata merupakan rangkaian lambang bunyi yang dapat membedakan
arti. Fona (bunyi) yang membedakan arti (fonem) berkumpul dalam satuan bunyi
baru, baik sebagai suku kata maupun kata. Oleh sebab itu, sebagai bentuk sangat
kompleks yang tersusun atas beberapa unsur,
suatu kata dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Rententasn berikutnya adalah
kata-kata bersusun menjadi frasa, dan bahkan kata dan frasa bias berantai
menjadu kalimat. Kata merupakan
unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa.
Kajian perihal kata telah banyak dilakukan
oleh ahli
bahasa, baik dari segi bentuk (morfologi)
maupun arti (semantik), begitu juga berkaitan dengan perkembangannya. Dalam
konteks perkembangan dan pengembangan inilah muncul fenomena-fenomena yang
mengundang para ahli untuk melakukan penelitian dan penyelidikan. Hal ini memungkinkan munculnya konsep dan
teori baru yang satu
dengan lainnya ada
kemungkinan berbeda.
Perbedaan ini terjadi karena adanya sudut pandang lain di antara para ahli. Hal
ini mengakibatkan adanya perbedaan konsep antarahli yang
bisa mengakibatkan kegundahan dasn ketidakmamapanan perihal kaidah bahasa di
masyarakat pengguna bahasa, bahkan berdampak hingga ke dalam kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah. Oleh sebab itu, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa mengeluar4kan standardisasi kebahasaan bahasa Indonesia.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahas Indonesia (2006) dalam bahasa Indonesia kata
dibedakan menjadi: 1) nomina; 2) verba; 3) adjektiva; 4) adverbia;
dan 5) kata-kata tugas, yang terdiri
atas a) preposisi (kata depan); b) konjungsi (kata penghubung); c) artikel
(kata sandang); d) partikel (kata penegas) ; dan 5) interjeksi
(kata seru).
Pronomina dan numeralia merupakan bagian dari nomina.
Pronomina merupakan kata ganti orang, sedangkan numeralia merupakan penghitung
nomina (kata bilangan).
Nomina dibedakan menjadi dua, yaitu
nomina konkret dan nomina abstrak. Nomina konkret merupaka kata benda yang
dapat diinderai: dilihat, diraba, atau dirasa. Sedangkan nomina abstrak
merupakan nomina yang tidak bisa dinderai, tetapi memiliki pengertian atau
konsep.
Kelas kata adalah golongan
kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan arti dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan
berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa haruslah mengenal jenis dan fungsi kelas kata terlebih dahulu agar
tidak terjadi kesalahan.
Kelas
kata mempunyai beberapa fungsi penting dalam penyusunan kalimat, di antaranya;
melambangkan pemikiran atau gagasan. Perihal yang
semula hanya berupa gagasan yang bersifat abstrak, lalu bisa menjadi konkret
karena adanya kelas kata. Kemudian, kelas kata juga berfungsi untuk
membentuk macam-macam struktur kalimat serta memperjelas makna gagasan.
Kelas
kata dapat berfungsi sebagai pembentuk satuan makna sebuah frasa, klausa,
ataupun kalimat. Selanjutnya, kelas kata juga berperan untuk
membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami
dan dinikmati oleh orang lain, mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato, dan diskusi. Di sisi lain kelas kata juga
berfungsi untuk mengungkapkan berbagai sikap,
misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Secara
sistemik jenis kata dalam bahasa Indonesia menurut Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia terdiri dari :
1.
Nomina
· pronomina
· numerelia
2.
verba
3.
adjektiva
4.
adverbia
5.
kata tugas
I.
NOMINA
Kata benda
adalah kata
atau kelompok kata yang menyatakan suatu nama. Kata benda merupakan nama orang, binatang,
tempat, benda, aktivitas, sifat , atau gagasan.
Fungsi
dasar kata benda adalah menamai sesuatu (seseorang, tempat, benda, ide, binatang, sifat, atau
perbuatan).
Contohnya
kalimat Saya senang menonton badminton.
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak
mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
1.
Klasifikasi Nomina
Ada beberapa jenis nomina yaitu :
1.1.1 nomina dasar
Contoh : * batu * radio * kemarin* kertas *udara
1.1.2 nomina turunan
1.1.2.1
nomina berafiks : keuangan,
perpaduan
1.1.2.2
nomina reduplikasi :tetamu,
rumah-rumah
1.1.2.3
nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.
1.1.2.4
nomina yang
berasal dari berbagai kelas karena proses :
1.1.2.4.1
deverbaliasi : pemandian,
kebersamaan
1.1.2.4.2
deadjektivalisasi : ketinggian, leluhur
1.1.2.4.3
deverbalisasi : kelebihan,
keterlaluan.
1.1.2.4.4
Penggabungan : jatuhnya, tridarma.
1.1.3 nomina paduan
leksem
Contoh : - daya
juang - jejak langkah, - loncat
indah
1.1.4 nomina paduan leksem gabungan :
Contoh : -
pengambilalihan; - pendayagunaan
1.2 Subkategorisasi
1.2.1
Nomina bernyawa
Nomina bernyawa
dapat dibagi atas:
1.2.1.1
Nomina persona (insan):
1.2.1.1.1 Nama diri: Martha, Sis, Ayu. Nama diri sebagai nama
tidak dapat direduplikasikan.
1.2.1.1.2 Nomina
kekerabatan: nenek, kakak, ibu, bapak
1.2.1.1.3 Nomina yang
menyatakan orang atau yang diperlakukan seperti orang; tuan, nyonya
1.2.1.1.4 Nama kelompok
manusia: Jepang, Melayu
1.2.2
Nomina tak
bernyawa yang dipersonkasikan: DPR
(lembaga)
Nomina tak
bernyawa dapat dibagi atas:
1.2.2.1
Nama lembaga; DPR,
MPR
1.2.2.2
Konsep geografis: Bali,
Jawa, Senangka
1.2.2.3
Waktu: Senin,
Januari, besok
1.2.2.4
Nama bahasa: bahasa
Sunda, bahasa Indonesia
1.2.2.5
Ukuran dan takaran: gram,
kilometer, karung
1.2.2.6
Tiruan bunyi: kokok
1.2.3
Flora dan Fauna mempunyai ciri sintaksis:
1.2.3.1
Tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka
1.2.3.2
Tidak dapat didahului partikel si, kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan: Si Kancil, Si Kambing
1.2.4
Nomina terbilang dan tak terbilang
Nomina
terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina
tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti
udara, kesucian, termasuk pula nama diri dan nama geografis.
1.2.5
Nomina kolektif dan bukan kolektif
Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubstitusikan
dengan mereka atau dapat diperinci atas bagian-bagian nomina kolektif
terdiri atas nomina dasar seperti tentara, keluarga. Nomina turunan seperti wangi-wangian.
Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-bagiannya termasuk nomina bukan
kolektif seperti: asinan, cairan, hadirin, kompi, pawai, rempah.
1.3
Pemakaian Nomina
1.3.1.1
Penggolongan benda yang dipakai bersama dengan numeralia
untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu,
batang, ekor, kecap, pucuk, tangkai.
1.3.1.2
Nomina tempat dan arah: kana, kiri, depan, belakang
1.3.1.3
Tiruan bunyi: aum, deru, deram, dan sebagainya
1.3.1.4
Makian: bangsat, jahanam, dan sebagainya
1.3.1.5
Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk
menyapa:
1.3.1.5.1 Nama diri:
“Mari ke sini, Ali”,
1.3.1.5.2 Nomina
kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”
1.3.1.5.3 Gelar dan
pangkat: “Selamat pagi, Dok”
1.3.1.5.4 Kata pelaku
yang berbentuk pe- + verba : pendengar
1.3.1.5.5 Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”
1.3.1.5.6 Nomina lain:
“Ini topi Tuan”
1.3.1.6
Kuantifa: bahu,
botol, ikat, gelas, papan, teras
1.3.1.7
Ukuran: gram, kilo,
sentimeter
1.3.1.8
Penunjuk waktu:
pagi, Minggu, zaman
1.3.1.9
Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat”
dari wacana dan dibicarakan dalam metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat
“Berat terdiri dari lima fonem dan maknanya berlawanan dengan ringan”
1.4
Nominalisasi
Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang
baerasal dari morfem atau kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan
:
1.4.1
Afiksasi : pembicara,
kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
1.4.2
Penambahan partikel Si
dan Sang di depannya: Si
Kancil, si Manis
1.4.3
Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja
1.5 PRONOMINA
Kata ganti
adalah kata yang digunakan sebagai kata benda
atau frase
kata benda. Kata ganti menunjuk orang atau benda tanpa memberi atau menyebut nama orang atau benda yang
sesungguhnya. [3]
Kata ganti mengambil posisi kata benda dan berfungsi seperti kata benda.
Contoh: Rony absen karena ia sakit", kata ia
di sini menunjukkan promina.
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk
menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden. Pronomina sama dengan kata ganti.
1.5.1
Pemakaian Pronomina
5.1.1.1
Dalam ragam nonstandar, jumlah pronomina lebih banyak daripada
yang terdaftar tersebut karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah
pemakaiannya.
5.1.1.2
Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
5.1.1.3
Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama
orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras,
biarlah saya yang membelinya”
Dari
sekian banyak bentuk pronominal, ada juga yang disebut sebagai pronominal persona,
atau kata ganti orang.
No.
|
Ragam
|
Persona
Pertama
|
Persona
Kedua
|
Persona
Ketiga
|
|||
Tunggal
|
Jamak
|
Tunggal
|
Jamak
|
Tunggal
|
Jamak
|
||
1
|
Resmi-formal
|
saya
|
kami (inklusif)
kita (ekslusif)
|
saudara
Anda
|
kalian
saudara-saudara
|
beliau
|
|
2
|
Pergaulan
|
aku
|
kami (inklusif)
kita (eksklusif)
|
kamu
|
kamu-kamu
|
ia
dia
dirinya
|
mereka
|
3
|
Sastra
|
daku, beta, hamba
|
kami (inklusif)
kita (ekslusif)
|
dirimu
|
kalian
saudara-saudara
|
dirinya
|
mereka
|
1.6
NUMERALIA
Numeralia
adalah kata (frasa) yang menunjukkan bilangan atau kuantitas; kata bilangan. Dalam
istilah linguistik,
numeralia menyatakan beberapa kali perbuatan terjadi, misal sekali, dua kali,
dan sebagainya.
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina
dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia
lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Subkategorisasi:
1.6.1
Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan
jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
1.6.1.1
Numerelia utama
(koordinat)
1.6.1.1.1 bilangan penuh, adalah numerelia utama yang
menyatakan jumlah tertentu. Contoh :
satu, dua, puluh, ribu. Numerelia
utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran
panjang, berat, isi, dsb.
1.6.1.1.2 bilangan
pecahan, yaitu numerelia yang terdiri dari
pembilang dan penyebut, yang diduduki partikel per-: Contoh:
dua pertiga; lima perenam
1.6.1.1.3 bilangan gugus,
contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22,
lusin=12, gross=144.
1.6.1.2 Numerelia tingkat
Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke-
merupakan prefiks dan Num menyatakan
numerelia bilangan. Contoh : - Catatan
kedua sudah diperbaiki.
- Ia orang kedua di
departemennya.
1.6.1.3 Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke +
Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia
kolektif yang berstruktur Ke + Num
tempatnya dalam frasa selalu mendahului nomina.
Contoh : Dipandangnya
kedua gadis itu dengan penuh
keheranan.
1.6.2 Numerelia tak
takrif
Numerelia tak takrif adalah numerelia yang menyatakan
jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai,
tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain,
tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan,
atau menjadi nomia seperti kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.
II.
VERBA
Dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang
dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah
mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan Kata kerja adalah kata/ kelompok kata yang
digunakan untuk menggambarkan/ menyatakan suatu perbuatan, kejadian, peristiwa,
eksistensi, pengalaman, keadaan, dan pertalian antara dua benda.
Sebagai
contoh kata menggigit dalam kalimat berikut Drakula
menggigit korban-korbannya di bagian leher.
2.1
Klasifikasi verba
Dari bentuknya
verba dapat dibedakan menjadi :
2.1.1
verba dasar bebas
Verba dasar
yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,
dll.
2.1.2
verba turunan
Verba turunan
yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau
berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
2.1.2.1
verba berafiks.
Contoh : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan,
ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani, kehilangan,
berbuat, terpikirkan
2.1.2.2
verba bereduplikasi.
Contoh : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
2.1.2.3
verba berproses gabungan.
Contoh : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum,
terbayang-bayang.
2.1.2.4
verba majemuk. Contoh : cuci mata, campur tangan,
unjuk gigi.
2.2
Berdasarkan keberadaan nomina yang mendampinginya, verba dapat dibedakan menjadi :
2.2.1
verba taktransitif,
yaitu verba
yang tidak berobjek. Contoh : ada, kembali, bangkit, bangun, tiada, terbang.
2.2.2
verba transitif,
yaitu verba
yang bisa atau harus didampingi objek.
Berdasarkan peluang objeknya, verba ini dapat dibedakan menjadi: a) verba monotransitif,
yaitu verba
yang mempunyai satu objek; b) verba dwitransitif, yaitu verba yang mempunyai dua objek.
2.3
Berdasarkan hubungannya dengan
nomina, verba dapat dibedakan menjadi :
2.3.1
verba aktif, yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya
berprefiks meng-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh : Dia mencintai saya.
Saya makan nasi.
Apabila
ditandai oleh sufiks –kan, maka verba
itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakkan kami makanan.
Apabila
ditandai oleh sufiks –i, verba memiliki makna lokatif atau repetitif.
Contoh:
Pak tani menanami
sawah
Adik menyirami
bunga
Orang itu memukuli
anjingnya
Paman menguliti
kambing.
2.3.2 verba pasif, yaitu verba
yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya
diawali dengan prefiks ter-, atau
di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak olehku.
Pada umumnya
verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik.
Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja
itu.
2.3.3
verba
anti-aktif (argatif), yaitu verba pasif yang tidak dapat
diubah menjadi verba aktif, dan subjeknya merupakan penderita.
Contoh :
Ibu kecapaian di bus.
Kakinya terntuk batu.
2.3.4
verba
anti-pasif, yaitu verba aktif yang tidak dapat
diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
Ia haus akan kasih sayang
Pak tani bertanam singkong.
2.4
Berdasarkan interaksi antara nomina dan
pendampingnya, verba dapat dibedakan:
2.4.1
verba resiprokal,
yaitu verba
yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut
dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan. Contoh : berkelahi, berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan,
bersalam-salaman.
2.4.2
verba non
resirokal, yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan
yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.
2.5
Berdasarkan sudut referensi argumennya,
verba dapat dibedakan menjadi:
2.5.1
verba refleksif, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama . Verba ini
mempunyai dua bentuk, yaitu :
·
verba yang berpresiks ber-,
dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.
Contoh : bercermin, berdandan, berjemur.
·
Verba yang berprefiks meng-, bersufiks –kan,
dan berobjek diri.
Contoh : melarikan diri, membaringkan diri.
2.5.2 verba non-refleksif,
yaitu verba
yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau berlainan.
2.6
Berdasarkan hubungan identifikasi antara
argumen-argumennya, verba dapat dibedakan :
2.6.1
Verba kopulatif,
yaitu verba
yang mempunyai potensi untuk
ditanggalkan
tanpa mengubah konstruksi predikat yang bersangkutan. Contoh: adalah, merupakan.
2.6.2
Verba ekuatif,
yaitu verba yang
mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan,
bertambah, berasaskan.
2.7
Verba Telis dan Verba Atelis
Verba telis biasanya berprefik meng-, dan verba atelis
berfrefik ber-.Verba telis menyatakan
bahwa perbuatan tuntas, sedangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum
tuntas atau belum selesai.
Contoh:
- Pak tani menanam padi
- Pak tani bertanam padi
- Ia menukar pakaian itu
- Ia bertukar pakaian
2.8
Verba performatif adan Verba Konstatatif
2.8.1
Verba performatif ,
yaitu verba
dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat
pembicara pada waktu mengajarkan kalimat.
Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan,
mengucapkan.
2.8.2
Verba konstatatif, yaitu verba dalam kalimat yang
menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau peristiwa. Contoh: menembaki, menulis.
III.
ADJEKTIVA
Adjektiva adalah kata
sifat dalam kategori yang
ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
1. bergabung
dengan partikel tidak,
2. mendampingi
nomina
3. didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak.
4. mempunyai
ciri-ciri morfologis seperti –er, –if,
-i.
5. dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
3.1
Klasifikasi
Ajektiva
3.1.1
Adjektiva dasar
3.1.1.1
Yang dapat diisi dengan kata sangat- lebih :
adil, bagus, deras, agung, bahagia, disiplin, aman, bebas, fatal, anggun, berani, fanatik
3.1.1.2
Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih : buntut, genap, langsung, pelak,
cacat, interlokal, laun, tentu, gaib, kejar, musnah, tunggal,
ganda, lancung, niskala
3.1.2
Adjektiva turunan
3.1.2.1
Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhormat.
3.1.2.2
Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya: - elok-elok , muda-muda, - gagah-gagah ,
ringan-ringan
3.1.2.3
Adjektiva berafiks ke-an, misalnya : - kesakitan - kesepian
3.1.2.4
Adjektiva berafiks –i, misalnya :- abadi - hewani-
alami – duniawi
3.1.2.5
Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan
proses-proses berikut :
3.1.2.5.1 Deverbalisasi,
misalnya : - Melengking –
menyenangkan; -
Menggembirakan terpandang
3.1.2.5.2 denominalisasi,
misalnya : ahli - berguna –
luas;
berakar - bermanfaat – malam; berbisa - dermawan – membudaya
3.1.2.5.3 de-adverbalisasi,
misalnya : - berkurang - menyengat-
bertambah
3.1.2.5.4 denumeralia,
misalnya: manunggal – menyeluruh; - mendua;
3.1.2.5.5 de-interjeksi,
misalnya :- aduhai - sip – wah, - asoi – yahud
3.1.3
Adjektiva Majemuk
3.1.3.1
subordinatif :-
buta warna - panjang akal;- besar mulut - terang hati
3.1.3.2
koordinatif :- aman
sentosa - lemah lembut; - besar kecil - suka duka
3.2 Kategori Adjektiva
Ada dua macam katagori adjektiva :
3.2.1
adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat
menempati posisi predikat dalam klausa .
Contoh : hangat, sulit, mahal.
3.2.2
adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi
nomina dalam prase nominal.
Contoh : nasional, niskala;
3.2.3
adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat
berdampingan dengan agak, sangat, seperti : pekat, makmur.
3.2.4
adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat
berdampingan dengan agak, sangat, seperti : intern
3.3 Pemakaiaan
Adjektiva
3.3.1
Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan
bahwa nomina dalam keadaan biasa.
Contoh : - Rumah Husein besar; - Rumah Husein
sama besar dengan rumah Ramli .
3.3.2
Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina
melebihi keadaan nomina lain.
Contoh : Rumah Husein
lebih besar dari pada rumah Ramli.
3.3.3
Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa
keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang
dibandingkannya. Contoh : - Anton murid yang paling pandai di kelas itu. - Anton murid terpandai
di kelas itu.
3.3.4
Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan
bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.
Contoh : - Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.; - Karena
dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.;
- Angin topan yang bukan main kuatnya.
IV.
ADVERBIA
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi
adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat,
Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena mendampingi verba
pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Jadi
sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis
namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh
dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori,
sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
4.1 Klasifikasi Adverbia
Ada dua jenis adverbia, yaitu :
4.1.1
adverbia intraklausal
yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain. Contoh : Alangkah - bagus – pula;
Agak - hampir -
rada-rada; Agak-agak - hanya
– saja; Amat sangat - harus
– saling
4.1.2
adverbia ekstraklausal,
yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan
secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan. Contoh : barangkali, bukan, justru,
memang, mungkin.
4.2
Adverbia dapat ditemui dalam
bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
4.2.1
Adverbia dalam bentuk
dasar bebas. Contoh : Alangkah, Agak, Bisa, Hampir, Masih, Memang, Paling, Nian, Niscaya, Sangat, dll
4.2.2
Adverbia turunan,
terbagi atas :
4.2.2.1
adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari
:
4.2.2.1.1 adverbia
bereduplikasi. Contoh : agak-agak, bisa-bisa,
jangan-jangan, rada-rada.
4.2.2.1.2 adverbia
gabungan: Contoh : belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.
4.2.2.2
Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas ,
terdiri dari :
4.2.2.2.1 Adverbia
berafiks, yaitu dengan prefiks ter-, Contoh : terlalu, dan terlampau.
4.2.2.2.2 Adverbia dari
kategori lain karena reduplikasi.
4.2.2.2.2.1 denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu,
pagi-pagi.
4.2.2.2.2.2 Depronominal : sendiri-sendiri.
4.2.2.2.2.3 Adverbia deadjektiva : awas-awas, baik-baik,
benar-benar.
4.2.2.2.2.4 Adverbia
deverbal : kira-kira, tahu-tahu.
4.3
Adverbia yang
terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya
:agaknya, harusnya
N + -nya :
rasanya, rupanya
V + -nya :
hendaknya, kiranya
A +-nya :
biasanya, layaknya
Num + -nya : seluruhnya, biasanya
4.3.1 Adverbia deverbal gabungan
Misalnya : mau
tak mau, masih belum juga, tidak terkatakan lagi
4.3.2 Adverbia de-akjetiva gabungan :
Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi,
kerap kali, acap kali
4.3.3 Gabungan proses :
Se- + A + -nya
: sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya
: senarusnya, sedapatnya.
4.4 Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk
meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari berbagai verba,
ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu
pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai
berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung.
Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan,
peristiwa, keadaan. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa,
keadaan, atau sifat.
4.4.1 Adverbia sebagai penanda aspek :
Contoh :
Biarkan saja !
Dia lagi jahil.
Pada kalimat tersebut : penanda aspek : lagi
Jenis aspek : duratif
Gunung itu
sudah gundul.
Penanda aspek : sudah
Jenis aspek : perfektif
4.4.2 Adverbia sebagai penanda modalitas
Contoh :
Mereka belum
haus
Penanda
modalitas : belum
Saya harus
lantang bersuara
Penanda
modalitas : harus
4.4.3 Adverbia sebagai penanda kuantitas
Contoh :
Ahmad
mengerjakan pekerjaannya sekaligus kemarin.
Penanda
kuantitas : gus
Mereka saling
mencintai
Penanda
kuantitas : saling
4.4.4 Adverbia sebagai penanda kualitas
Contoh :
Alangkah cantik
wajah gadis itu
Penanda
kualitas : alangkah
Hati-hati, dia
rada gila
Penanda
kualitas : rada
V.
KATA TUGAS
Kata tugas mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki
arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara
lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak
dapat menjadi dasr untuk membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita
dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan.
Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan” dan “menyampaikan” tidak
diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina “sebab” dan
verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata
tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.
5.1 Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga
disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan
preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari prilaku
sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau adverbia
sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu
preposisi tunggal dan mejemuk.
5.1.1 Jenis
Preposisi
5.1.1.1 Preposisi
tunggal
Preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanyaa
satu kata.
- preposisi yang berupa kata dasar, preposisi ini hanya
terdiri atras satu morfem.
Contoh : akan Takut akan kegelapan, di Duduk di kursi
- preposisi yang berupa kata berafiks, preposisi ini
dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas ata
verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk
penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya (konfiks).
Contoh :
preposisi yang berupa kata berprefiks :
bersama pergi bersama kakak.
Menurut menurut rencana
preposisi yang
berupa kata bersufiks :
bagaikan Cantik bagaikan bidadari
preposisi yang
berupa kata berkonfiks, contoh :
melalaui
dikirim melalui pos.
Mengenai
berceramah mengenai kenakalan remaja
5.1.1.2 Preposisi
gabungan
preposisi yang berdampingan, preposisi
ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Contoh :
dari pada Menara itu lebih tinggi
daripada pohon itu.
Preposisi yang
berkolerasi, preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan
tetpi terpisah oleh kata atau prase lain.
Contoh : antara....dengan antara dia dengan adiknya
ada perbedaan yang mencolok.
dari....sampai dengan seminar itu diadakan dari hari
senin sampai dengan hari kamis minggu depan
Preposisi dan
nomina lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan
nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.
5.1.2 Peran Semantis Preposisi
5.1.2.1 penanda hubungan tempat.
Contoh : di, ke, dari, hingga, sampai.
5.1.2.2 penanda hubungan peruntukan
Contoh : bagi, untuk, guna, buat.
5.1.2.3 penanda hubungan kesetaraan atau cara.
Contoh : dengan, sambil, beserta, bersama
5.1.2.4 penanda hubungan sebab
Contoh : karena, sebab, lantaran
5.1.2.5 penanda hubungan pelaku
Contoh : oleh.
5.1.2.6 penanda hubungan ihwal peristiwa
Contoh : tentang, mengenai.
5.1.2.7 penanda hubungan milik
Contoh : dari
5.2
Konjungsi
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, prase dengan
prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok
yaitu :
5.2.1
Konjungtor
Koordinatif
Konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh :
- dan : yaitu penanda hubungan penambahan
- serta : penanda hubungan pendampingan
- atau : penanda hubungan pemilihan
- tetapi : penanda hubungan perlawanan
- melainkan : penanda hubungan
perlawanan
- padahal : penanda hubungan pertentangan
- sedangkan : penanda hubungan pertentangan
Konjungsi
koordinatif disamping
menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian frasa
yang dihasilkan bukan frase preposional.
Contoh :
- Dia menangis
dan istrinya pun tersedu-sedu.
- Saya atau
kamu yang menjemput Ibu.
- Dia pura-pura
tidak tahu, padahal tahu banyak.
- Anak itu
pandai tetapi polos.
5.2.2 Konjungsi Korelatif
Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan
dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor
korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau
klausa yang dihubungkan. Contoh :
- Baik pak
Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.
- Kita tidak
hanya harus setuju, tetapi juga
harus patuh.
- Jangankan orang
lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.
5.2.3 Konjungtor
Subordinatif
Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang
menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat.
Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga
belas kelompok, yaitu :
5.2.3.1
Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika,
tatkala, selama, demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum,
selesai, seusai, sehabis.
5.2.3.2
Konjungtor
subordinatif syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
5.2.3.3
Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.
5.2.3.4
Konjungtor
subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.
5.2.3.5
Konjungtor
subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.
5.2.3.6
Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.
5.2.3.7
Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai.
5.2.3.8
Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.
5.2.3.9
Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.
5.2.3.10 Konjungtor
subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa.
5.2.3.11 Konjungtor
subordinatif atribut, misalnya : yang.
5.2.3.12 Konjungtor
subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan,
lebih....dari
5.2.4 Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan
kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru
dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh :
a.
Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan
menghalanginya. (Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu,kami tidak
akan menghalanginya)
b.
Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap
waspada. (Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap
waspada)
Dari berbagai diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
5.2.4.1
Konjungsi
koordinatif menggabungkan
kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara ini dinamakan
kalimat majemuk setara.
5.2.4.2
Konjungsi
korelatif membentuk frase
atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan konjungtor ini memiliki status
sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk kalimat, maka kalimatnya
agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk
setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola kalimat yang
mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
5.2.4.3
Konjungsi
subordinatif membentuk anak
kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya menghasilkan
kalimat majemuk bertingkat.
5.2.4.4
Konjungsi antarkalimat merangkaikan
dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.
5.3
INTERJEKSI
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang
mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian
dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang berupa
bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat
dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
1. Interjeksi
kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.
2. Interjeksi
kekesalan : brengsek, sialan, buset,
keparat.
3. Interjeksi
kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi,
asyik.
4. Interjeksi
kesyukuran : syukur, alhamdulillah
5. Interjeksi
harapan : insya allah.
6. Interjeksi
keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh,
oh, ah.
7. Interjeksi
kekagetan : astaga, astagfirullah,
masyaallah.
8. Interjeksi
ajakan : ayo, mari.
9. Interjeksi
panggilan : hai, be, eh, halo.
10. Interjeksi
simpulan : nah.
Contoh :- Bah, pergi kau dari rumah ini !; - Ayo kita
pergi sekarang !; - Halo, apa
kabar ?
5.4
ARTIKEL (Artikula)
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat
gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang menominalkan.
5.4.1 Artikula yang bersifat gelar
Artikukla
yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :
a. sang : untuk menyatakan manusia atau
benda unik dengan maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam
gurauan atau sindiran.
b. sri : untuk manusia yang memiliki
martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.
c. hang : untuk laki-laki yang dihormati
dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
d. dang :untuk wanita yang dihormati dan
pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.
5.4.2 Artikula yang mengacu ke makna kelompok.
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna
korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan
ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata
ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang
dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.
5.4.3 Artikula yang menominalkan.
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna
tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
- Si Amat akan
meminang si Halimah minggu depan.
- Aduh,
cantiknya si hitam manis itu.
Berikut dalah ikhtisar pemakaian artikula “si”
a. Di depan nama diri pada ragam akrab atau
kurang hormat : si Ali, si Toni, si Nana.
b. Di depan kata untuk mengkhususkan orang
yang melakukan sesuatu : si pengirim, si
penerima.
c. Di depan
nominal untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang disebut
itu mempunyai sifat atau mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumis.
d. Dalm bentuk
verbal yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh, bersimaharajalela, bersikeras.
e. Pada
berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit,
sibusuk, sidingin, simalakama.
5.5 PARTIKEL PENEGAS
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak
tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun.
Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.
5.5.1
Partikel – kah
Partikel – kah
yang berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif. Berikut
adalah kaidah pemakaiannya :
1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah
kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif. Contoh : - Diakah yang
akan datang ? (bandingkan: Dia yanag akan datang).
2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya
seperti: apa, di mana, dan bagaimana, maka –kah
bersifat mansuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih
formal dan sedikit lebih halus. Contoh:
- Apakah ayahmu
sudah datang?
3. Jika dalam
kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif,
maka –kah akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif.
Kadang-kadang urtan katanya dibalik. Contoh: - Akan datangkah dia nanti malam?
5.5.2 Partikel –lah
Partikel –lah juga berbentuk klitika, dipakai dalam
kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1.
Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit
menghaluskan nada perintanya. Contoh :
a.
Pergilah
sekarang, sebelum hujan turun !
b.
Bawalah
mobil ini ke bengkel besok pagi !
2.
Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan
ketegasan yang sedikit keras. Contoh :
a. Dari ceritamu, jelaslah kamu yang
salah.
b. Ambil berapa sajalah yang kamu
perlukan!
5.5.3 Partikel –tah
Partikel –tah, yang juga berbentuk kritika, dipakai dalam
kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban.
Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau
kesangsiannya. Contoh :
- Apatah artinya hidup ini tampa engkau?
5.5.4
Partikel pun
Partikel pun hanya dalam kalimat deklarataif dan dalam
bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
Pun dipakai untuk
mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh :
– Yang tidak perlu
pun dibelinya juga.
Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam pembahasan
yang telah disajikan tadi penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara
lain:
1.
Jenis kata menurut tata bahasa baku ada 7 jenis yaitu:
verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, dan kata tugas.
2.
Verba dari segi bentuk terbagi atas verba asal dan verba
terunan, sedangkan verbal dari segi prilaku sintaksisnya terbagi atas verba
transitif, verba tak transitif, dan verba berpreposisi.
3.
Adjektiva adri segi bentuknya terbagi atas adjektiva
dasar dan adjektiva turunan, sedangkan adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay
terdiri atas ajektiva atributip, predikatip, adn adverbia atau keterangan.
4.
Adverbia dari segi bentuknya terbagi atas adverbia
tunggal dan adverbia gabungan.
5.
Nomina adri segi bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina
dasar, turunan, afiks, dan morfofonemiks afiks nomina.
6.
Pronomina penunjuk terdiri atas pronomina penunjuk umum,
penunjuk tempat, dan penanya.
7.
Numeralia dibagi atas nomeralia pokok, tingkat, dan
pecahan.
8.
Kata tugas diklasifikasikan menjadi preposisi,
konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel penegas
Daftar Pustaka
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2006. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Komentar
Posting Komentar
Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.