PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENCERDASAN SISWA MELALUI MATERI KALIMAT EFEKTIF




 I.    PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Peradaban manusia membuktikan bahwa pada hakikatnya bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang digunakan oleh sesama manusia dalam komunitasnya maupun dengan komunitas lain. Melalui bahasa seseorang mampu mengungkapkan pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada dirinya untuk disampaikan kepada pihak lain.
Bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi dapat mendukung gagasan yang dimaksud agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pihak lain secara jelas dan tepat. Bahasa dalam konteks demikian dalam perkembangannnya dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Secara material hal tersebut terwujud melalui kalimat-kalimat.
Kalimat sebagai wujud gagasan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain amat variatif sesuai dengan keluasan gagasan, wawasan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini pun sejalan dengan tingkat kualitas berpikir, kekayaan kosa kata, serta kreativitas yang bersangkutan. Dengan kata lain penguasaan ilmu kebahasaan amat berpengaruh terhadap kemampun berbahasa seseorang.
Dalam konteks perkembangan zaman, kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh seseorang bisa diklasifikasikan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku dalam komunitas tersebut dan bisa juga tidak sesuai atau menyalahi kaidah kebahasaan yang disepakati. Dalam hal inilah diperlukan kalimat-kalimat yang singkat-jelas-tepat-padat sehingga gagasan yang disampaikan diterima dengan benar sesuai dengan sasarannya. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Manakala gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap sebagaimana yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan antara lain oleh ketidakjelasan gagasan sehingga mengaburkan isi, kacau makna, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang disampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah perlu ditingkatkan pemahaman siswa terhadap ketepatan fungsi bahasa  untuk menyampaikan gagasan dalam kemasan kalimat efektif dengan segala permasalahannya sehingga pada akhirnya mampu menggunakan dengan tepat dan benar. Persoalan tersebut memerlukan perhatian khusus guru dalam memberikan layanan pembelajaran yang menarik dan menantang siswa untuk berbahasa dengan benar.
Harus diakui bahwa fakta fenomenal kecerobohan berbahasa dalam masyarakat amat menonjol sehingga acapkali mempengaruhi pola pikir dan sikap berbahasa siswa sebagai manusia pembelajar. Ada anggapan bahwa dalam kehidupan modern penggunaan bahasa Indonesia tidak perlu kaku mematuhi kaidah sehingga muncul asumsi bila bahasa modern yang mencerminkan bahasa gaul harus flesibel dan sesuai selera. Dianggapnya  bahasa gaul mencerminkan keluasan dan kemutakhiran seseorang. Bahasa gaul selalu update, tak ketinggalan zaman, bahkan bahasa gaul dianggap mencerminkan gengsi dan martabat seseorang.
Kondisi tersebut amat mempengaruhi kerangka berpikir siswa serta kebiasaan berbahasanya. Kemajuan dunia teknologi informasi mengondisikan pengguna bahasa untuk berkomunikasi secara cepat dan singkat, sebagaimana terwujud lewat bahasa SMS yang beredar sekarang ini. Sayangnya, konteks demikian tidak mendukung sikap siswa terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, guru perlu menyikapi hal ini dengan cerdas dan tangkas sehingga anak didiknya mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Maka, pembelajaran kalimat efektif amat diperlukan dan konsisten diterapkan sebagai layanan proses belajar.

1.2  Rumusan Masalah
a)   Kalimat efektif merupakan materi yang amat penting untuk pendidikan kecerdasan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia.
b)   Pembelajaran bahasa di sekolah bisa digunakan sebagai media pendidikan kecerdasan siswa.
c)   Pola pengajaran yang tepat untuk metari kalimat efektif perlu dilakukan oleh guru demi ketercapaian tujuan.

1.3  Tujuan
a)   Mengetahui fungsi dan peran kalimat efektif dalam pendidikan pencerdasan berbahasa siswa.
b)   Mengetahui pentingnya pendidikan bahasa sebagai media pendidikan kecerdasan siswa.
c)   Mengetahui alternatif pola pembelajaran yang tepat dalam penyampaian kalimat efektif di kelas.

II. PEMBAHASAN

2.1  Hubungan Bahasa dan Kecerdasan
Bahasa sebagai wujud hasil proses berpikir manusia mencerminkan kemajemukan sistem dan milyaran gagasan memori dalam otak diri manusia. Proses berpikir tersebut memiliki keterkaitan dengan multisistem yang terjalin dalam otak manusia sehingga hal ini bisa terwujud dalam  kata atau kalimat yang tersusun dan terucap.
Berasarkan hal tersebut secara singkat bisa dikatakan bahwa bahasa yang terungkap oleh seseorang, baik lisan maupun tertulis, sebenarnya merupakan manifestasi proses berpikirnya. Oleh sebab itu, makanala seseorang dapat berbahasa dengan baik dan benar dalam berbagai keperluan dan tujuannya, bisa dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kecerdasan berpoikir yang baik. Sebaliknya juga, kekacauan eksplisit bahasa seseorang mencerminkan kekacauan berpikirnya.

2.2  Hubungan Kalimat Efektif dan Kecerdasan Siswa
Kecerdasan berpikir terwujud melalui kecermatan berbahasa. Pelajar merupakan generasi muda manusia yang proses berpikirnya masih dapat dikembangkan dan dibentuk secara cerdas dan tepat. Maka, kemampuan bahasa pembelajar dapat dilatih sebagai wujud pendidikan kecerdasan berpikirnya. Dalam konteks demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa kalimat efektif merupakan salah satu sarana yang efektif digunakan untuk mendidik, melatih, dan membimbing pembelajar untuk berpikir kritis, cerdas, dan logis.
2.3  Konsep Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Jelas berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat maksudnya hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata. Tepat maksudnya adalah sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Selain itu, kalimat disebut tidak efektif apabila kalimat tersebut tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Menurut Mustakin (1994, 44:52) ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.

1)   Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

(1) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian ini menggunakan metode deskriptif.
(2) Untuk membuat sebuah penelitian yang valid harus menguasai metode dan teknik pengolahan data.
(3) Dalam rapat pengurus bulan lalu yang dihadiri juga oleh Ketua sudah memutuskan bahwa iuran anggota dinaikkan menjadi Rp 10.000,00 per orang.
(4) Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik apabila semua pihak yang terlibat harus bersedia bertanggung jawab.

Kalimat-kalimat di atas tidak memiliki subjek. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian ini menggunakan metode deskriptif.
(2) Untuk membuat sebuah penelitian yang valid peneliti harus menguasai metode dan teknik pengolahan data.
(3) Rapat pengurus bulan lalu yang dihadiri juga oleh Ketua sudah memutuskan bahwa iuran anggota dinaikkan menjadi Rp 10.000,00 per orang.
(4) Masalah itu dapat diatasi dengan baik apabila semua pihak yang terlibat harus bersedia bertanggung jawab.

2) Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where, dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which. Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentuk-bentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(5) The house where he live very large.
(6) Karmila opened the album in which he had kept her new photogragraph.
(7) If I have no class, I stay at the small building from where the sound of
gamelan can be heard smoothly
(8) The tourism sector which is the economical back bone of country must always be intensified.

Dalam penggunaan bahasa Indonesia bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sering ditemui dalam tulisan seperti yang terlihat pada data berikut.
(9) Kantor di mana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(10) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu di mana waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(11) Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil kemarin terbakar.
(12) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.
(13) Mereka tinggal jauh dari kota dari mana lingkungannya masih asri.

Bentuk-bentuk di mana, di depan mana, dari mana, yang mana, dan dari mana dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menandai kalimat tanya. Bentuk di mana dan dari mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu ‘tempat berada’ dan ‘tempat asal’, sedangkan yang mana untuk menyatakan pilihan. Jadi, kalimat (9-13) di atas seharusnya diubah menjadi:
(9a) Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(10a) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu yang waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(11a) Rumah yang di depan kios kecil kemarin terbakar.
(12a) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.
(13a) Mereka tinggal jauh dari kota yang lingkungannya masih asri.


3) Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut!
(14) Dari keterangan masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(15) Lukisan Raden Saleh sangat terkenal.
Pada kalimat (16) di atas terdapat dua kemungkinan hal yang belum pernah diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya. Agar konsep yang diungkapkan kalimat itu jelas, tanda koma harus digunakan sesuai dengan konsep yang dimaksudkan. Kalimat(14) tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
(14a) Dari keterangan (yang diperoleh), masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(14b) Dari keterangan masyarakat, daerah itu belum pernah diteliti.

Pada kalimat (15) terdapat tiga kemungkinan ide yang dikemukakan, yaitu yang sangat terkenal adalah lukisan karya Raden Saleh atau lukisan diri Raden Saleh atau lukisan milik Raden Saleh seperti yang terlihat data data (15a), (15b), dan (15c) berikut.
(15a) Lukisan karya Raden Saleh sangat terkenal.
(15b) Lukisan diri Raden Saleh sangat terkenal.
(15c) Lukisan milik Raden Saleh sangat terkenal.
Pemakaian tanda hubung juga dapat digunakan untuk memperjelas ide-ide yang diungkapkan pada frase pemilikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut.

(16) Mitayani baru saja membeli buku sejarah baru.

Kalimat (16) di atas mengandung ketaksaan yaitu yang baru itu buku sejarahnyakah atau sejarahnya yang baru. Untuk menghindari ketaksaan makna, digunakan tanda hubung agar konsep yang diungkapkan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan. Kalimat (16a) yang baru adalah buku sejarahnya, sedangkan kalimat (16b) yang baru adalah sejarahnya.
(16a) Mitayani baru saja membeli buku-sejarah baru.
(16b) Mitayani baru saja membeli buku sejarah-baru.

            Coba mari tafsirkan makna apa saja yang mungkin timbul dari deret kata berikut!

(17) Menurut cerita adik ibu tante Anita Rachman Subagio Sastrowardoyo di rumah sakit.

4) Kalimat Bermakna Tidak Logis

Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis. Kalimat
berikut (18) tergolong kalimat yang tidak logis.
(18) Dengan mengucapkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa maka alhamdulillah selesailah makalah ini.

Kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat (18) di atas tampaknya tidak salah. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama ternyata tidak masuk akal. Seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai hanya dengan membaca alhamdulillah. Jadi, supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu dapat diubah menjadi:

(18a) Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Mahakuasa karena dengan rahmat-Nya-lah makalah ini dapat diselesaikan.

5) Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis karena menggunakan kata-kata yang mubazir. Ada kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.

Contoh-contoh pemakaian bentuk mubazir dapat dilihat berikut ini.
(19) Widjajono meneliti tentang sumber energi vulkanik di kawasan Nusa Tenggara Barat.
(20) Banyak pemain-pemain Sriwiaya FC yang hengkang dalam putaran Liga Super Indonesia musim lalu.
(21) Pengembangan usaha daripada pabrik ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah agar tidak sisa-sia dana yang digunakan.
(22)  Jalan layang ini dibangun demi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di kota kita.
(23) Jika pelayanan pendidikan terus ditingkatkan, maka gejala pengangguran akan dapat diatasi.
Pada kalimat (19) kata tentang (preposisi lainnya) yang terletak antara predikat dan objek tidak boleh digunakan karena objek harus berada langsung di belakang predikat. Pada kalimat (20) kata pemikiran tidak perlu diulang karena bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan kata banyak. Atau dengan kata lain, kata banyak dapat juga dihilangkan. Pada kalimat (21) kata daripada tidak perlu digunakan karena antara unsur-unsur frase pemilikan tidak diperlukan preposisi. Pada kalimat (22) terdapat pengulangan keterangan ‘yang digunakan’. Pengulangan ini tidak perlu. Pada kalimat (23 terdapat dua buah konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan adanya dua konjungsi ini, tidakdiketahui unsur mana sebagai induk kalimat dan unsur mana sebagai anak kalimat.

6) Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu (1983:21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai bahasa tidak mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan benar, (2) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
(24) Dalam kalangan pelajar Bandung mengetahui kelompok geng motor.
(25) Siswa dilarang tidak boleh memakai baju tidak dimasukkan.
Kalimat (24) di atas disebut kalimat rancu karena kalimat tersebut tidak mempunyai subjek. (25). Sementara itu, kalimat (26) terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang dan tidak boleh disatukan pemakaiannya. Kedua kata tersebut sama maknanya.
Di samping itu, juga terdapat bentukan kalimat yang tidak tersusun secara sejajar. Hal ini erat kaitannya dengan paralelisme unsur pembentuk yang menduduki fungsi struktur sama.
(26) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum menyetujui.
Ketidaksejajaran bentuk pada kalimat di atas disebabkan oleh penggunaan bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bentuk pertama menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya, jika yang pertama aktif, bagian kedua pun aktif. Dengan demikian, kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerja diseragamkan menjadi seperti di bawah ini.
(26a)Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
(26b)Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.

            Kalimat efektif merupakan cara penyampaian gagasan secara tertulis, nalar-logis, tepat sesuai dengan tujuan dan isi pembicaraan, hemat pemakaian kata-kata, memenuhi standar kebahasaan sehingga mudah dimengerti oleh penerima gagasan. Secara struktural kalimat efektif  merupakan pola kalimat yang hemat kata, tepat guna, dan benar nalar. Oleh sebab itu, pilihan kata senantiasa tepat sesuai dengan tujuan dan isi yang dimaksud.
            Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan kalimat dilihat dari segi:
1.      Kesepadanan
            a.  memiliki S-P yang jelas
Maksudnya struktur kalimat minimal S dan P. Pelengkap dan objek sangat ditentukan oleh karakter predikat yang digunakan.
            b. di depan S tidak boleh ada kata depan
Keberadan preposisi di depan nomina (yang kemudian menduduki jabatan subjek kalimat) dapat mengubahnya menjadi frasa preposisional. Akibatnya akan mengubah struktur frasa tersebut menjadi K (keterangan), bukan S (subjek)

Dipoyono mengatakan bahwa kenaikan harga pasar amat ditentukan juga oleh fluktuasi
      S                P          (konj.)                                                 O                    
barang.
Menurut Diyono => frasa preposisional => K
            c. di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang
Keberadaan yang akan mengubah status P menjadi S.
Anak-anak membeli mainan itu
        S              P              O
 Bila diberi yang di depan P (membeli) berubah menjadi:
Anak-anak yang membeli mainan itu.                                                                            P                   S
            d. tidak menggunakan S ganda yang sama  dalam kalimat majemuk.
Contoh salah:
Bila       Pastor Theodorus Borst sekali lagi ditolak,     ia     akan berhenti
(konj.)              S                                                P            S                P
mengajukan permohonan pindah.
               O

            e. tidak menggunakan kata yang searti terpadu sama fungsi
Misalnya: bertujuan untuk, bermaksud agar, agar supaya
            f. konjungsi subordinatif tidak boleh digunakan dalam kalimat tunggal, apalagi di awal kalimat. Secara struktural hal tersebut tidak mungkin dimunculkan sebab konjungsi subordinatif hanya dipakai dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh salah
Masa-masa setelah kemerdekaan, dana misi serba terbatas, apalagi bangunan sekolah Xaverius dan milik misi yang pernah dibangun sudah rusak karena perang. Sehingga tentu dibutuhkan dana besar untuk memperbaiki.
Contoh benar
Masa-masa setelah kemerdekaan, dana misi serba terbatas, apalagi bangunan sekolah Xaverius dan milik misi yang pernah dibangun sudah rusak karena perang sehingga tentu dibutuhkan dana besar untuk memperbaiki.

2.      Keparalelan
Hal ini biasanya muncul dalam tipe kalimat mejamuk, baik kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat majemuk subordinatif. Dalam jabatan struktur yang sama, misalnya P, O, atau pelengkap digunakan klasifikasi jenis kata yang sama sehingga tidak terjadi kerancuan bentuk.
Contoh salah:
Tanggung jawab kami kakak beradik pada hari Minggu nanti adalah mengecat dinding luar, pemasangan lampu gerbang, memberesi pagar belakang, dan pembersihan kamar mandi.
Contoh benar:
Tanggung jawab kami kakak beradik pada hari Minggu nanti adalah mengecat dinding luar, memasang lampu gerbang, membereskan pagar belakang, dan membersihkan kamar mandi.

3.      Kehematan dalam pemakaian kata atau frasa:
            a) menghindarkan pemakaian bentuk jamak berlebihan sehingga rancu maknanya
Contoh salah:
Beberapa orang-orang di sekitarku lari ketakutan melihat aksi masa yang demikian mengacaukan dinamika kehidupan masyarakat sekitarnya.
Contoh benar:
Beberapa orang di sekitarku lari ketakutan melihat aksi masa yang demikian mengacaukan dinamika kehidupan masyarakat sekitarnya.
            b) menghindarkan pemakaian dari dan daripada atau preposisi yang tidak tepat
Contoh salah:
Tugas daripada Menteri Pendidikan Nasional adalah  mencerdsakan kehidupan bangsa dengan langkah-langkah operasional yang setapak demi setapak dapat meningkatkan tingkat kualitas sumber daya manusia.
Contoh benar:
Tugas Menteri Pendidikan Nasional adalah  mencerdsakan kehidupan bangsa dengan langkah-langkah operasional yang setapak demi setapak dapat meningkatkan tingkat kualitas sumber daya manusia.

            c) penghilangan penggunaan kata-kata yang berlebihan
Contoh salah:
Disiplin diri adalah merupakan gambaran personal tentang manajemen pribadinya.
            Contoh benar:
            Disiplin diri merupakan gambaran personal tentang manajemen pribadinya.

4.      Keterpaduan gagasan à tegas dan lugas
            a) Hindarkan kalimat bertele-tele!
Contoh salah:
Prestasi beliau amatlah sangat membanggakan sekali bagi kami generasi muda berikutnya.
Contoh benar:
Prestasi beliau amatlah membanggakan bagi kami generasi muda berikutnya.
            b) Hindarkan pasangan konjungsi yang tidak tepat!
Contoh salah:
Walaupun hujan deras, tetapi api kebakaran itu terus menyala.
Contoh benar:
Walaupun hujan deras, api kebakaran itu terus menyala
            c) Hindarkan penggunaan konjungsi yang tidak tepat!
Contoh salah:
Orang itu bukan yang terlibat dalam penyalahgunaan  narkoba, tetapi terlibat dalam pencurian kendaraan bermotor.
Contoh benar:
Orang itu bukan yang terlibat dalam penyalahgunaan  narkoba, melainkan terlibat dalam pencurian kendaraan bermotor.
            d) Gunakan pola aspek yang tepat!
Contoh salah:
Perkembangan kompetensi siswa itu sangat cepat sekali, hingga mampu mengikuti program akselerasi kelas.
Contoh benar:
Perkembangan kompetensi siswa itu sangat cepat hingga mampu mengikuti program akselerasi kelas

5.      Kecermatan dalam pemilihan dan penggunaan kata
Contoh salah:
Pencuri kendaran bermotor itu berhasil ditangkap polisi setelah melalui pergulatan seru di tengah gang kampung.
Contoh benar:
Polisi polisi berhasil menangkap pencuri kendaran bermotor itu setelah melalui pergulatan seru di tengah gang kampung.

6.      Koherensi yang baik dan kompak
Contoh salah:
Masalah yang penulis ingin jelaskan adalah persoalan rakyat punya hak atas tanah.
Contoh benar:
Masalah yang ingin penulis jelaskan adalah hak rakya atas tanah.

7.      Cermat dalam tata tulis
Contoh salah:
Pemerintah dan pihak P.T Kaltim Prima Coal masih menunggu penetapan pengadilan negeri Jakarta Selatan mengenai pencabutan sita jaminan sekaligus pencabutan gugatan pemerintah Propinsi Kalimantan Timur atas KPC.
Contoh benar:
Pemerintah dan pihak PT Kaltim Prima Coal masih menunggu penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai pencabutan sita jaminan sekaligus pencabutan gugatan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur atas KPC.

8.      Kepenalaran atau logika yang sahih dan benar
Contoh salah:
Segera setelah dijatuhi hukuman 7 tahun kurungan penjara, petugas sipir segera membawa terdakwa ke dalam sel.
Contoh benar:
Segera setelah dijatuhi hukuman 7 tahun kurungan penjara, terdakwa segera di bawa ke dalam sel oleh petugas sipir.

2.4  Pola Pembelajaran Kalimat Efektif di Kelas XII SMA Xaverius 1 Palembang
RENCANA PEMBELAJARAN
Nomor  26
NAMA SEKOLAH
SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG
MATA PELAJARAN
Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS /SEMESTER
XII (dua belas) / 2 (dua)
PROGRAM
IPA/IPS
ASPEK PEMBELAJARAN
Mendengarkan
ALOKASI WAKTU
3  x  45 menit
STANDAR KOMPETENSI
Memahami informasi dari berbagai sumber yang disampaikan secara lisan dan tertulis secara cermat dan teliti
KOMPETENSI DASAR
Menyikapi secara kritis sutau informasi dan memberikan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan dari segi bahasa
INDIKATOR
Memahami informasi tertulis secara kritis
Mampu mengidentifikasi kekurangan/kesalahan informasi yang disampaikan, ditinjau dari segi efektivitas kalimat
Mampu memperbaiki kalimat informasi ke dalam bentuk kalimat efektif
2. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MATERI
TUJUAN
Siswa mampu menggunakan kalimat bahasa Indonesia dengan benar dan efektif

MATERI POKOK PEMBELAJARAN
Hakikat kalimat efektif
Penyebab ketidakefektifan kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif
Cara mengubah kalimat efektif menjadi kalimat efektif

3. METODE PEMBELAJARAN


Metode
 v
Presentasi
 v
Diskusi Kelompok
 v
Inquiri
4. KEGIATAN PEMBELAJARAN

TAHAP

KEGIATAN PEMBELAJARAN

PEMBUKA
(Apersepsi)
(15 menit)
Siswa ditanya pemahannya tentang bahasa yang baik dan benar dalam kaitannya dengan kalimat efektif
Siswa disodori kalimat-kalimat yang tidak efektif
Siswa ditanya tentang hakikat kalimat efektif dan manfaatnya

INTI KEGIATAN

(80 menit)
Siswa memahami konsep kalimat efektif melalui media yang digunakan oleh guru, baik materi tertulis maupun visual lewat LCD
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi  ketidakefektifan kalimat dengan mengerjakan LKS
Kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi LKS kalimat efektif secara bergantian dalam kendali guru
Siswa menemukan simpulan faktor-faktor penyebab ketidak-efektifan kalimat
Siswa menemukan ciri-ciri kalimat efektif yang benar.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal soal kalimat efektif dalam jaringan yang guru siapkan sesuai dengan kelas masing-masing dalam batas waktu yang ditentukan.
(Dalam hal ini guru telah menyiapkan 75 soal kalimat efektif per kelas)
Siswa diwajibkan mengerjakan soal sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan.
PENUTUP
(Internalisasi dan persepsi)
(40  menit)
Siswa merefleksi hakikat bentuk kalimat efektif
Siswa mengungkapkan manfaat berbahasa dengan menggunakan klaimat efektif
Guru mengadakan ulangan kalimat efektif


5. SUMBER BELAJAR



Sumber Belajar
  v
Pustaka rujukan
·      Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk kelas XII  SMA/MA Program IPA dan IPS karya Adi Abdul Somad dkk. dalam Buku Sekolah Elektronik via Depdiknas.go.id
 
Material:
LCD
 
Mediacetak dan elektronik
Lembar Kegiatan Siswa

Website
6. PENILAIAN

TEKNIK DAN BENTUK
  v
Tes  Lisan (tes awal)
  v
Tes Tertulis 
  v
Observasi Kinerja
  v
Tagihan Hasil Karya/Produk: tugas LKS
  v
Pengukuran Sikap

INSTRUMEN SOAL: Terlampir

KRITERIA PENILAIAN
                       NA: Jumlah jawaban betul
                                             (n)

2.5     Kendala Pembelajaran Kalimat Efektif dan Alternatif Solusi
Pembelajaran materi kalimat efektif bagi seorang guru Bahasa Indonesia seringkali hanya dijadikan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Masih banyak guru yang hanya mengajarkan bahasa Indonesia sebatas memenuhi standar isi kurikulum dalam kemasan tuntutan waktu dan target kelulusan belaka. Banyak guru yang belum menyadari kaitan logis dan realistis antara bahasa dan proses berpikir. Sedikit guru yang memahami bahwa mengajarkan bahasa sama dengan mengajarkan pola atau cara berpikir, dalam hal ini logika. Drost, pastor yang pernah menjadi kepala sekolah SMA Gonzaga Jakarta, pernah mengatakan bahwa bahasa dan matematika banyak memiliki kesamaan sebab matematika berbicara dengan lambang, sedangkan bahasa berbicara dengan kata-kata.
Di sisi lain siswa zaman sekarang merasa bahwa belajar bahasa emrupakan beban yang menghambat kesenangan belajarnya. Mereka tidak dimbimbing memahami kaitan logus bahasa dan cara berpikir dan hanya dibebani oleh materi yang harus dipelajari. Selain itu, kemajuan dunia teknologi informasi membawa siswa untuk berbahasa secara singkat dan dianggap tepat. Belum lagi budaya msyarakat Indonesia yang belum menyadari fungsi membaca demi kemajuan peradaban dan harkat suatu bangsa. Kompleksitas kehiduan dan zaman mereka menggiring ke arah penggunan bahasa yang kacau balau.
Salah satu alternatif solusinya adalah membimbin iswa secara rutin dalam proses belajar untuk menggunakan bahasa dalam kalimat efektif yang berkelanjutan dengan melibatkan semua unsur dan memberdayakannya secara efisien. Semua konstituen pendidikan, orang tua, dan masyarakat dapat dilibatkan, setapak demi setapak, tanpa kenal lelah dan tidak menyerah. Media yang dimiliki oleh duru  maupun sekolah dapat dipakai. Di sisi lain guru bisa bermitra dengan berbagai lembaga yang ada, misalnya Balai Bahasa dan media msasa. Kata kuncinya adalah guru yang kreatif, invatif, produktif, familier, dan dapat menjadi teladan bagi siswa-siswinya

III.    PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Bahasa memiliki kaitan logis dengan pola pikir manusia. Maka, kecerdasan berbahasa mencerminkan kecerdasan beroikir seseorang. Kalimat efektif merupakan wujud kecerdasan dan kecermatan berpikir seseorang, terutama pelajar, maka materi kalimat efektif hendaklah selalu diberikan secara berkelanjutan sebagai rangkaian proses belajar seorang manusia muda menuju kedewasaan.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan tetapi, membuat kalimat efektif tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan tersendiri. Kesalahan yang banyak ditemukan dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
Guru harus senantiasa membimbing dan memberi contoh penggunaan bahasa dalam formula kalimat efektif yang mencerminkan kecerdasan dan kecerdikan bernalar sebagai ungkapan berpikirnya.

3.2     Saran
Dalam kondisi seperti sekarang guru menjadi suatu profesi yang menarik dan menantang bagi siapa pun sebab di dalamnya terdapat peluang untuk berkembang. Maka, jadikanlah diri kira guru yang baik dan profesional sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswi.
Mengembangkan diri dan produktif merupakan tantangan yang arus dijawab dengan tindakan dan hasil, bukan sebatas sembiyan dan janji belaka. Guru Bahasa Indoensia harus produktif dalam berkarya melalui bidang profesinya.
Mendidik dan membimbing siswa untuk berbahasa dengan baik dan benar, khususnya berkalimat secara efektif merupakan upaya mencerdaskan generasi muda bangsa. Maka, kita harus melakukan hal inis ecara rutin, tanpa mengenal lelah, dan tak boleh terlena dengan kata-kata flamboyan ”pahlawan tanpa tanda jasa”.

Daftar Pustaka
Akadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlanga.
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung: Pustaka Prima.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jaarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015