PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENCERDASAN SISWA MELALUI MATERI KALIMAT EFEKTIF
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peradaban manusia membuktikan bahwa pada
hakikatnya bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang digunakan oleh sesama manusia
dalam komunitasnya maupun dengan komunitas lain. Melalui bahasa seseorang mampu
mengungkapkan pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada dirinya untuk disampaikan kepada pihak
lain.
Bahasa yang digunakan oleh seseorang
dalam berkomunikasi dapat mendukung gagasan yang dimaksud agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pihak lain
secara jelas dan tepat. Bahasa dalam konteks demikian dalam perkembangannnya
dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Secara material hal tersebut
terwujud melalui kalimat-kalimat.
Kalimat sebagai wujud gagasan yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain amat variatif sesuai dengan
keluasan gagasan, wawasan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini pun
sejalan dengan tingkat kualitas berpikir, kekayaan kosa kata, serta kreativitas
yang bersangkutan. Dengan kata lain penguasaan ilmu kebahasaan amat berpengaruh
terhadap kemampun berbahasa seseorang.
Dalam konteks perkembangan zaman, kalimat-kalimat
yang dilontarkan oleh seseorang bisa diklasifikasikan sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang berlaku dalam komunitas tersebut dan bisa juga tidak sesuai
atau menyalahi kaidah kebahasaan yang disepakati. Dalam hal inilah diperlukan
kalimat-kalimat yang singkat-jelas-tepat-padat sehingga gagasan yang
disampaikan diterima dengan benar sesuai dengan sasarannya. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya
secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Manakala gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap sebagaimana yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak
ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat
diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah
(Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan antara lain oleh ketidakjelasan gagasan sehingga mengaburkan isi,
kacau makna, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang disampaikan karena kalimat tersebut
tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah perlu ditingkatkan pemahaman siswa
terhadap ketepatan fungsi bahasa untuk
menyampaikan gagasan dalam kemasan kalimat efektif dengan segala
permasalahannya sehingga pada akhirnya mampu menggunakan dengan tepat dan
benar. Persoalan tersebut memerlukan perhatian khusus guru dalam memberikan
layanan pembelajaran yang menarik dan menantang siswa untuk berbahasa dengan
benar.
Harus diakui bahwa fakta fenomenal
kecerobohan berbahasa dalam masyarakat amat menonjol sehingga acapkali
mempengaruhi pola pikir dan sikap berbahasa siswa sebagai manusia pembelajar.
Ada anggapan bahwa dalam kehidupan modern penggunaan bahasa Indonesia tidak perlu
kaku mematuhi kaidah sehingga muncul asumsi bila bahasa modern yang mencerminkan
bahasa gaul harus flesibel dan sesuai selera. Dianggapnya bahasa gaul mencerminkan keluasan dan
kemutakhiran seseorang. Bahasa gaul selalu update,
tak ketinggalan zaman, bahkan bahasa gaul dianggap mencerminkan gengsi dan
martabat seseorang.
Kondisi tersebut amat mempengaruhi
kerangka berpikir siswa serta kebiasaan berbahasanya. Kemajuan dunia teknologi
informasi mengondisikan pengguna bahasa untuk berkomunikasi secara cepat dan
singkat, sebagaimana terwujud lewat bahasa SMS yang beredar sekarang ini.
Sayangnya, konteks demikian tidak mendukung sikap siswa terhadap perkembangan
bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, guru perlu menyikapi hal ini dengan cerdas
dan tangkas sehingga anak didiknya mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Maka, pembelajaran kalimat efektif amat diperlukan dan
konsisten diterapkan sebagai layanan proses belajar.
1.2 Rumusan Masalah
a) Kalimat efektif merupakan materi yang amat penting untuk pendidikan
kecerdasan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia.
b) Pembelajaran bahasa di sekolah bisa digunakan sebagai
media pendidikan kecerdasan siswa.
c) Pola pengajaran yang tepat untuk metari kalimat efektif
perlu dilakukan oleh guru demi ketercapaian tujuan.
1.3 Tujuan
a) Mengetahui fungsi dan peran kalimat efektif dalam
pendidikan pencerdasan berbahasa siswa.
b) Mengetahui pentingnya pendidikan bahasa sebagai media
pendidikan kecerdasan siswa.
c) Mengetahui alternatif pola pembelajaran yang tepat dalam
penyampaian kalimat efektif di kelas.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Bahasa dan Kecerdasan
Bahasa
sebagai wujud hasil proses berpikir manusia mencerminkan kemajemukan sistem dan
milyaran gagasan memori dalam otak diri manusia. Proses berpikir tersebut
memiliki keterkaitan dengan multisistem yang terjalin dalam otak manusia
sehingga hal ini bisa terwujud dalam
kata atau kalimat yang tersusun dan terucap.
Berasarkan
hal tersebut secara singkat bisa dikatakan bahwa bahasa yang terungkap oleh
seseorang, baik lisan maupun tertulis, sebenarnya merupakan manifestasi proses
berpikirnya. Oleh sebab itu, makanala seseorang dapat berbahasa dengan baik dan
benar dalam berbagai keperluan dan tujuannya, bisa dikatakan bahwa orang
tersebut memiliki kecerdasan berpoikir yang baik. Sebaliknya juga, kekacauan
eksplisit bahasa seseorang mencerminkan kekacauan berpikirnya.
2.2 Hubungan Kalimat Efektif dan Kecerdasan Siswa
Kecerdasan berpikir terwujud melalui kecermatan
berbahasa. Pelajar merupakan generasi muda manusia yang proses berpikirnya
masih dapat dikembangkan dan dibentuk secara cerdas dan tepat. Maka, kemampuan
bahasa pembelajar dapat dilatih sebagai wujud pendidikan kecerdasan
berpikirnya. Dalam konteks demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa
kalimat efektif merupakan salah satu sarana yang efektif digunakan untuk
mendidik, melatih, dan membimbing pembelajar untuk berpikir kritis, cerdas, dan
logis.
2.3 Konsep Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta
dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
/pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas,
lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Jelas berarti mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat maksudnya hemat dalam pemakaian
atau pemilihan kata-kata. Tepat maksudnya adalah sesuai dengan kaidah bahasa
yang berlaku. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,
gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau
penulis. Selain itu, kalimat disebut tidak efektif apabila kalimat tersebut
tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Menurut Mustakin (1994, 44:52)
ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur
kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna
ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala
pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
1)
Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur
yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus
mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur
itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap.
Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena
kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut.
(1) Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Departemen Perindustrian ini menggunakan metode deskriptif.
(2) Untuk membuat sebuah penelitian yang valid
harus menguasai metode dan teknik pengolahan data.
(3) Dalam rapat pengurus bulan lalu yang dihadiri
juga oleh Ketua sudah memutuskan bahwa iuran anggota dinaikkan menjadi Rp
10.000,00 per orang.
(4) Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik
apabila semua pihak yang terlibat harus bersedia bertanggung jawab.
Kalimat-kalimat di atas tidak memiliki
subjek. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan
bagian-bagian yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana
terlihat pada contoh berikut.
(1) Penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian ini menggunakan metode
deskriptif.
(2) Untuk membuat sebuah penelitian yang valid peneliti harus menguasai metode dan
teknik pengolahan data.
(3) Rapat
pengurus bulan lalu yang dihadiri juga oleh Ketua sudah memutuskan bahwa
iuran anggota dinaikkan menjadi Rp 10.000,00 per orang.
(4) Masalah itu dapat diatasi dengan baik apabila
semua pihak yang terlibat harus bersedia bertanggung jawab.
2) Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai
pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan
yang mana sebagai penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan
bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing,
khususnya bahasa Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan
penggunaan where, dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan
pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which. Dikatakan
dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentuk-bentuk itu
lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(5) The house where he live
very large.
(6) Karmila
opened the album in which he had kept her new photogragraph.
(7) If I have no class, I stay at the
small building from where the sound of
gamelan can be
heard smoothly
(8) The tourism
sector which is the economical back bone of country must always be
intensified.
Dalam penggunaan bahasa Indonesia bentuk-bentuk
di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sering
ditemui dalam tulisan seperti yang terlihat pada data berikut.
(9) Kantor di mana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(10) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang
lalu di mana waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(11) Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil kemarin terbakar.
(12) Sektor pariwisata yang mana merupakan
tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.
(13) Mereka tinggal jauh dari kota dari mana lingkungannya masih
asri.
Bentuk-bentuk di mana, di depan mana,
dari mana, yang mana, dan dari mana dalam bahasa Indonesia dipakai
untuk menandai kalimat tanya. Bentuk di mana dan dari mana dipakai
untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu ‘tempat berada’ dan ‘tempat asal’, sedangkan yang
mana untuk menyatakan pilihan. Jadi, kalimat (9-13) di atas seharusnya
diubah menjadi:
(9a) Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(10a) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang
lalu yang waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(11a) Rumah yang di depan kios kecil kemarin terbakar.
(12a) Sektor pariwisata yang merupakan
tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.
(13a) Mereka tinggal jauh dari kota yang lingkungannya masih asri.
3) Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir
ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca
tertentu. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut!
(14) Dari keterangan masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(15) Lukisan Raden Saleh sangat terkenal.
Pada kalimat (16) di atas terdapat dua kemungkinan
hal yang belum pernah diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya.
Agar konsep yang diungkapkan kalimat itu jelas, tanda koma harus
digunakan sesuai dengan konsep yang dimaksudkan. Kalimat(14) tersebut dapat
ditulis sebagai berikut.
(14a) Dari keterangan (yang diperoleh), masyarakat
daerah itu belum pernah diteliti.
(14b) Dari keterangan masyarakat, daerah itu belum pernah diteliti.
Pada kalimat (15) terdapat tiga
kemungkinan ide yang dikemukakan, yaitu yang sangat terkenal adalah lukisan
karya Raden Saleh atau lukisan diri Raden Saleh atau lukisan milik Raden Saleh seperti
yang terlihat data data (15a), (15b), dan (15c) berikut.
(15a) Lukisan karya Raden Saleh
sangat terkenal.
(15b) Lukisan diri Raden Saleh sangat
terkenal.
(15c) Lukisan milik Raden Saleh
sangat terkenal.
Pemakaian tanda hubung juga dapat
digunakan untuk memperjelas ide-ide yang diungkapkan pada frase pemilikan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut.
(16) Mitayani baru saja membeli
buku sejarah baru.
Kalimat (16) di atas mengandung
ketaksaan yaitu yang baru itu buku sejarahnyakah atau sejarahnya yang
baru. Untuk menghindari
ketaksaan makna, digunakan tanda hubung agar konsep yang diungkapkan jelas
sesuai dengan yang dimaksudkan. Kalimat (16a) yang baru adalah buku sejarahnya,
sedangkan kalimat (16b) yang baru adalah sejarahnya.
(16a) Mitayani baru saja membeli buku-sejarah
baru.
(16b) Mitayani baru saja membeli
buku sejarah-baru.
Coba
mari tafsirkan makna apa saja yang mungkin timbul dari deret kata berikut!
(17) Menurut
cerita adik ibu tante Anita Rachman Subagio Sastrowardoyo di rumah sakit.
4) Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh
akal sehat atau bersifat logis. Kalimat
berikut (18) tergolong kalimat yang tidak logis.
(18) Dengan
mengucapkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa maka alhamdulillah
selesailah makalah ini.
Kalau kita perhatikan secara sepintas
kalimat (18) di atas tampaknya tidak salah. Akan tetapi, apabila diperhatikan
lebih seksama ternyata tidak masuk akal. Seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah
harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai
hanya dengan membaca alhamdulillah. Jadi, supaya kalimat itu dapat
diterima, kalimat itu dapat diubah menjadi:
(18a) Puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Mahakuasa karena dengan rahmat-Nya-lah
makalah ini dapat diselesaikan.
5) Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang
tidak ekonomis karena menggunakan kata-kata yang mubazir. Ada kata-kata yang
sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala
pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai
sekaligus dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua
patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah
terkandung dalam kata yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung
makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan
itu.
Contoh-contoh pemakaian bentuk mubazir dapat
dilihat berikut ini.
(19) Widjajono
meneliti tentang sumber energi
vulkanik di kawasan Nusa Tenggara Barat.
(20) Banyak
pemain-pemain Sriwiaya FC yang hengkang dalam putaran Liga Super
Indonesia musim lalu.
(21) Pengembangan usaha daripada pabrik
ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah agar tidak sisa-sia dana
yang digunakan.
(22) Jalan layang ini dibangun demi untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di kota kita.
(23) Jika
pelayanan pendidikan terus ditingkatkan, maka gejala pengangguran akan dapat diatasi.
Pada kalimat (19) kata tentang (preposisi
lainnya) yang terletak antara predikat dan objek tidak boleh digunakan karena
objek harus berada langsung di belakang predikat. Pada kalimat (20) kata pemikiran
tidak perlu diulang karena bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan
kata banyak. Atau dengan kata lain, kata banyak dapat juga dihilangkan.
Pada kalimat (21) kata daripada tidak perlu digunakan karena antara
unsur-unsur frase pemilikan tidak diperlukan preposisi. Pada kalimat (22)
terdapat pengulangan keterangan ‘yang digunakan’. Pengulangan ini tidak perlu.
Pada kalimat (23 terdapat dua buah konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan
adanya dua konjungsi ini, tidakdiketahui unsur mana sebagai induk kalimat dan
unsur mana sebagai anak kalimat.
6) Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau
susunannya. Menurut Badudu (1983:21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh
(1) pemakai bahasa tidak mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku,
yang baik dan benar, (2) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang
baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat
juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut.
(24) Dalam kalangan pelajar Bandung
mengetahui kelompok geng motor.
(25) Siswa dilarang tidak boleh memakai
baju tidak dimasukkan.
Kalimat (24) di atas disebut kalimat rancu
karena kalimat tersebut tidak mempunyai subjek. (25). Sementara itu, kalimat
(26) terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang dan tidak boleh
disatukan pemakaiannya. Kedua kata tersebut sama maknanya.
Di samping itu, juga terdapat bentukan
kalimat yang tidak tersusun secara sejajar. Hal ini erat kaitannya dengan
paralelisme unsur pembentuk yang menduduki fungsi struktur sama.
(26) Program
kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum menyetujui.
Ketidaksejajaran bentuk pada kalimat di
atas disebabkan oleh penggunaan bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bentuk
pertama menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk
pasif. Sebaliknya, jika yang pertama aktif, bagian kedua pun aktif. Dengan
demikian, kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerja
diseragamkan menjadi seperti di bawah ini.
(26a)Program
kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
(26b)Kami sudah lama mengusulkan
program ini, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
Kalimat efektif merupakan
cara penyampaian gagasan secara tertulis, nalar-logis, tepat sesuai dengan
tujuan dan isi pembicaraan, hemat pemakaian kata-kata, memenuhi standar
kebahasaan sehingga mudah dimengerti oleh penerima gagasan. Secara struktural
kalimat efektif merupakan pola kalimat
yang hemat kata, tepat guna, dan benar nalar. Oleh sebab itu, pilihan kata senantiasa
tepat sesuai dengan tujuan dan isi yang dimaksud.
Berdasarkan
data-data di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan kalimat dilihat dari segi:
1. Kesepadanan
a. memiliki S-P yang jelas
Maksudnya struktur kalimat minimal S dan P. Pelengkap dan
objek sangat ditentukan oleh karakter predikat yang digunakan.
b. di depan S tidak boleh ada kata depan
Keberadan preposisi di depan nomina (yang kemudian
menduduki jabatan subjek kalimat) dapat mengubahnya menjadi frasa
preposisional. Akibatnya akan mengubah struktur frasa tersebut menjadi K
(keterangan), bukan S (subjek)
Dipoyono mengatakan
bahwa kenaikan harga pasar amat ditentukan juga oleh fluktuasi
S P (konj.) O
barang.
Menurut Diyono => frasa
preposisional => K
c. di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang
Keberadaan yang akan
mengubah status P menjadi S.
Anak-anak membeli mainan
itu
S P O
Bila diberi yang di depan P (membeli) berubah
menjadi:
Anak-anak yang membeli
mainan itu. P S
d. tidak menggunakan S ganda yang sama
dalam kalimat majemuk.
Contoh salah:
Bila Pastor Theodorus Borst sekali
lagi ditolak, ia akan berhenti
(konj.) S P S P
mengajukan permohonan pindah.
O
e. tidak menggunakan kata yang searti terpadu sama fungsi
Misalnya: bertujuan untuk, bermaksud agar,
agar supaya
f. konjungsi subordinatif tidak boleh digunakan dalam kalimat tunggal, apalagi di awal
kalimat. Secara struktural hal tersebut tidak mungkin dimunculkan sebab
konjungsi subordinatif hanya dipakai dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh salah
Masa-masa
setelah kemerdekaan, dana misi serba terbatas, apalagi bangunan sekolah
Xaverius dan milik misi yang pernah dibangun sudah rusak karena perang. Sehingga tentu dibutuhkan dana besar
untuk memperbaiki.
Contoh benar
Masa-masa
setelah kemerdekaan, dana misi serba terbatas, apalagi bangunan sekolah
Xaverius dan milik misi yang pernah dibangun sudah rusak karena perang sehingga tentu dibutuhkan dana besar
untuk memperbaiki.
2. Keparalelan
Hal ini biasanya muncul dalam tipe kalimat mejamuk, baik
kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat majemuk subordinatif. Dalam jabatan
struktur yang sama, misalnya P, O, atau pelengkap digunakan klasifikasi jenis
kata yang sama sehingga tidak terjadi kerancuan bentuk.
Contoh salah:
Tanggung jawab
kami kakak beradik pada hari Minggu nanti adalah mengecat dinding luar, pemasangan lampu gerbang, memberesi pagar belakang, dan pembersihan
kamar mandi.
Contoh
benar:
Tanggung jawab kami kakak beradik pada hari Minggu nanti
adalah mengecat dinding
luar, memasang lampu
gerbang, membereskan pagar
belakang, dan membersihkan
kamar mandi.
3.
Kehematan dalam pemakaian kata atau frasa:
a) menghindarkan
pemakaian bentuk jamak berlebihan sehingga rancu maknanya
Contoh salah:
Beberapa orang-orang di sekitarku lari ketakutan melihat aksi masa
yang demikian mengacaukan dinamika kehidupan masyarakat sekitarnya.
Contoh benar:
Beberapa orang di sekitarku lari ketakutan melihat aksi masa yang
demikian mengacaukan dinamika kehidupan masyarakat sekitarnya.
b) menghindarkan
pemakaian dari dan
daripada atau preposisi
yang tidak tepat
Contoh salah:
Tugas
daripada Menteri Pendidikan
Nasional adalah mencerdsakan kehidupan
bangsa dengan langkah-langkah operasional yang setapak demi setapak dapat
meningkatkan tingkat kualitas sumber daya manusia.
Contoh benar:
Tugas
Menteri Pendidikan Nasional adalah
mencerdsakan kehidupan bangsa dengan langkah-langkah operasional yang
setapak demi setapak dapat meningkatkan tingkat kualitas sumber daya manusia.
c) penghilangan penggunaan
kata-kata yang berlebihan
Contoh salah:
Disiplin diri adalah
merupakan gambaran personal tentang manajemen pribadinya.
Contoh benar:
Disiplin diri merupakan
gambaran personal tentang manajemen pribadinya.
4.
Keterpaduan gagasan à tegas dan lugas
a) Hindarkan
kalimat bertele-tele!
Contoh salah:
Prestasi beliau amatlah
sangat membanggakan sekali
bagi kami generasi muda berikutnya.
Contoh benar:
Prestasi
beliau amatlah membanggakan bagi kami generasi muda berikutnya.
b) Hindarkan
pasangan konjungsi yang tidak tepat!
Contoh salah:
Walaupun hujan
deras, tetapi api kebakaran itu terus menyala.
Contoh benar:
Walaupun hujan
deras, api kebakaran itu terus menyala
c) Hindarkan
penggunaan konjungsi yang tidak tepat!
Contoh salah:
Orang
itu bukan yang terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba, tetapi terlibat
dalam pencurian kendaraan bermotor.
Contoh benar:
Orang itu bukan yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, melainkan terlibat dalam pencurian kendaraan bermotor.
d) Gunakan pola
aspek yang tepat!
Contoh salah:
Perkembangan
kompetensi siswa itu sangat cepat sekali, hingga mampu mengikuti program
akselerasi kelas.
Contoh benar:
Perkembangan
kompetensi siswa itu sangat cepat hingga mampu mengikuti program akselerasi
kelas
5.
Kecermatan dalam
pemilihan dan penggunaan kata
Contoh salah:
Pencuri kendaran
bermotor itu berhasil ditangkap polisi setelah
melalui pergulatan seru di tengah gang kampung.
Contoh
benar:
Polisi polisi berhasil menangkap pencuri kendaran
bermotor itu setelah
melalui pergulatan seru di tengah gang kampung.
6.
Koherensi yang baik dan kompak
Contoh
salah:
Masalah
yang penulis ingin jelaskan
adalah persoalan rakyat punya hak atas tanah.
Contoh benar:
Masalah yang ingin
penulis jelaskan adalah hak rakya atas tanah.
7.
Cermat dalam tata tulis
Contoh salah:
Pemerintah dan
pihak P.T Kaltim Prima Coal masih menunggu penetapan pengadilan negeri Jakarta
Selatan mengenai pencabutan sita jaminan sekaligus pencabutan gugatan
pemerintah Propinsi Kalimantan Timur atas KPC.
Contoh benar:
Pemerintah dan pihak PT Kaltim Prima Coal masih
menunggu penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai pencabutan sita
jaminan sekaligus pencabutan gugatan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur atas
KPC.
8.
Kepenalaran atau
logika yang sahih dan benar
Contoh salah:
Segera
setelah dijatuhi hukuman 7 tahun kurungan penjara, petugas sipir segera membawa
terdakwa ke dalam sel.
Contoh benar:
Segera setelah dijatuhi hukuman 7 tahun kurungan penjara,
terdakwa segera di bawa ke dalam sel oleh petugas sipir.
2.4 Pola Pembelajaran Kalimat Efektif di Kelas XII SMA
Xaverius 1 Palembang
RENCANA
PEMBELAJARAN
Nomor 26
NAMA SEKOLAH
|
SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG
|
MATA PELAJARAN
|
Bahasa dan Sastra
Indonesia
|
KELAS /SEMESTER
|
XII (dua belas) / 2
(dua)
|
PROGRAM
|
IPA/IPS
|
ASPEK
PEMBELAJARAN
|
Mendengarkan
|
ALOKASI WAKTU
|
3 x 45
menit
|
STANDAR
KOMPETENSI
|
Memahami informasi dari berbagai sumber yang
disampaikan secara lisan dan tertulis secara cermat dan teliti
|
KOMPETENSI DASAR
|
Menyikapi secara kritis sutau informasi dan memberikan
saran perbaikan
tentang informasi yang disampaikan dari segi bahasa
|
INDIKATOR
|
Memahami
informasi tertulis secara kritis
Mampu mengidentifikasi
kekurangan/kesalahan informasi yang disampaikan, ditinjau dari segi efektivitas kalimat
Mampu memperbaiki kalimat informasi ke dalam bentuk kalimat efektif
|
2. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MATERI
TUJUAN
|
Siswa mampu menggunakan kalimat bahasa Indonesia dengan benar dan efektif
|
MATERI POKOK PEMBELAJARAN
|
Hakikat kalimat efektif
Penyebab ketidakefektifan kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif
Cara mengubah kalimat efektif menjadi
kalimat efektif
|
3. METODE PEMBELAJARAN
Metode
|
v
|
Presentasi
|
v
|
Diskusi Kelompok
|
|
v
|
Inquiri
|
4. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAP
|
KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
PEMBUKA
(Apersepsi)
(15 menit)
|
Siswa ditanya pemahannya tentang
bahasa yang baik dan benar dalam kaitannya dengan kalimat efektif
Siswa disodori kalimat-kalimat yang
tidak efektif
Siswa ditanya tentang hakikat kalimat efektif dan manfaatnya
|
INTI KEGIATAN
(80 menit)
|
Siswa memahami konsep kalimat efektif melalui media yang digunakan oleh guru,
baik materi tertulis maupun visual lewat LCD
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk
mengidentifikasi ketidakefektifan kalimat dengan mengerjakan LKS
Kelompok siswa mempresentasikan hasil
diskusi LKS kalimat efektif secara bergantian dalam kendali guru
Siswa menemukan simpulan faktor-faktor penyebab ketidak-efektifan
kalimat
Siswa menemukan ciri-ciri kalimat
efektif yang benar.
Guru memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal soal kalimat efektif dalam jaringan yang guru siapkan
sesuai dengan kelas masing-masing dalam batas waktu yang ditentukan.
(Dalam hal ini guru telah menyiapkan
75 soal kalimat efektif per kelas)
Siswa diwajibkan mengerjakan soal
sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan.
|
PENUTUP
(Internalisasi dan persepsi)
(40
menit)
|
Siswa merefleksi hakikat bentuk
kalimat efektif
Siswa mengungkapkan manfaat berbahasa
dengan menggunakan klaimat efektif
Guru mengadakan ulangan kalimat
efektif
|
5. SUMBER BELAJAR
Sumber Belajar
|
v
|
Pustaka rujukan
|
·
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk kelas
XII SMA/MA Program IPA dan IPS karya Adi Abdul Somad dkk. dalam Buku Sekolah Elektronik via Depdiknas.go.id
|
|
Material:
|
LCD
|
|
|
Mediacetak dan elektronik
|
Lembar Kegiatan Siswa
|
|
|
Website
|
6. PENILAIAN
TEKNIK DAN BENTUK
|
v
|
Tes Lisan (tes awal)
|
v
|
Tes Tertulis
|
|
v
|
Observasi Kinerja
|
|
v
|
Tagihan Hasil Karya/Produk: tugas LKS
|
|
v
|
Pengukuran Sikap
|
|
INSTRUMEN SOAL: Terlampir
|
||
KRITERIA PENILAIAN
NA: Jumlah
jawaban betul
(n)
|
2.5
Kendala
Pembelajaran Kalimat Efektif dan Alternatif Solusi
Pembelajaran materi kalimat efektif
bagi seorang guru Bahasa Indonesia seringkali hanya dijadikan materi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Masih
banyak guru yang hanya mengajarkan bahasa Indonesia sebatas memenuhi standar
isi kurikulum dalam kemasan tuntutan waktu dan target kelulusan belaka. Banyak
guru yang belum menyadari kaitan logis dan realistis antara bahasa dan proses
berpikir. Sedikit guru yang memahami bahwa mengajarkan bahasa sama dengan
mengajarkan pola atau cara berpikir, dalam hal ini logika. Drost, pastor yang
pernah menjadi kepala sekolah SMA Gonzaga Jakarta, pernah mengatakan bahwa bahasa
dan matematika banyak memiliki kesamaan sebab matematika berbicara dengan
lambang, sedangkan bahasa berbicara dengan kata-kata.
Di sisi lain siswa zaman sekarang
merasa bahwa belajar bahasa emrupakan beban yang menghambat kesenangan
belajarnya. Mereka tidak dimbimbing memahami kaitan logus bahasa dan cara
berpikir dan hanya dibebani oleh materi yang harus dipelajari. Selain itu,
kemajuan dunia teknologi informasi membawa siswa untuk berbahasa secara singkat
dan dianggap tepat. Belum lagi budaya msyarakat Indonesia yang belum menyadari
fungsi membaca demi kemajuan peradaban dan harkat suatu bangsa. Kompleksitas
kehiduan dan zaman mereka menggiring ke arah penggunan bahasa yang kacau balau.
Salah satu alternatif solusinya adalah
membimbin iswa secara rutin dalam proses belajar untuk menggunakan bahasa dalam
kalimat efektif yang berkelanjutan dengan melibatkan semua unsur dan
memberdayakannya secara efisien. Semua konstituen pendidikan, orang tua, dan
masyarakat dapat dilibatkan, setapak demi setapak, tanpa kenal lelah dan tidak
menyerah. Media yang dimiliki oleh duru
maupun sekolah dapat dipakai. Di sisi lain guru bisa bermitra dengan
berbagai lembaga yang ada, misalnya Balai Bahasa dan media msasa. Kata kuncinya
adalah guru yang kreatif, invatif, produktif, familier, dan dapat menjadi
teladan bagi siswa-siswinya
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa memiliki kaitan logis dengan pola
pikir manusia. Maka, kecerdasan berbahasa mencerminkan kecerdasan beroikir
seseorang. Kalimat efektif merupakan wujud kecerdasan dan kecermatan berpikir
seseorang, terutama pelajar, maka materi kalimat efektif hendaklah selalu
diberikan secara berkelanjutan sebagai rangkaian proses belajar seorang manusia
muda menuju kedewasaan.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan tetapi, membuat kalimat efektif
tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan tersendiri. Kesalahan yang
banyak ditemukan dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu (1)
ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3)
kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat
mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
Guru harus senantiasa membimbing dan
memberi contoh penggunaan bahasa dalam formula kalimat efektif yang
mencerminkan kecerdasan dan kecerdikan bernalar sebagai ungkapan berpikirnya.
3.2
Saran
Dalam
kondisi seperti sekarang guru menjadi suatu profesi yang menarik dan menantang
bagi siapa pun sebab di dalamnya terdapat peluang untuk berkembang. Maka,
jadikanlah diri kira guru yang baik dan profesional sehingga menjadi teladan
bagi siswa-siswi.
Mengembangkan
diri dan produktif merupakan tantangan yang arus dijawab dengan tindakan dan hasil,
bukan sebatas sembiyan dan janji belaka. Guru Bahasa Indoensia harus produktif
dalam berkarya melalui bidang profesinya.
Mendidik
dan membimbing siswa untuk berbahasa dengan baik dan benar, khususnya
berkalimat secara efektif merupakan upaya mencerdaskan generasi muda bangsa.
Maka, kita harus melakukan hal inis ecara rutin, tanpa mengenal lelah, dan tak
boleh terlena dengan kata-kata flamboyan ”pahlawan tanpa tanda jasa”.
Daftar
Pustaka
Akadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlanga.
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S.
1983. Membina Bahasa
Indonesia Baku. Bandung:
Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia
.Bandung: Pustaka Prima.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa.
Jaarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan
Logika). Bandung: Refika Aditama.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa
Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar
Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.