CER`ITA PENDEK KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 2 TAHUN 2012/2013
Cerita pendek merupakan karya sastra yang amat
menarik bagi orang yang memililiki hobi membaca, khususnya sastra. Hal ini erat
kaitannya dengan karakteristik cerita pendek yang "pendek", tapi
penuh makna dan habis dalam sekali baca. Orang cenderung senang membaca cerita
pendek sebab tidak dibutuhkan waktu panjang untuk menikmatinya, cukup dalam
satu kali duduk, dan merasa memperoleh nilai (value) dari hakikat hidup
dan kehidupan. Maka, yang tertulis dalam cerita pendek mayoritas berkaitan erat
dengan realita kehidupan secara realistis-pragmatis, dan bisa disaksikan dan
dilihat oleh siapa pun. Tak heran jika hal ini menjadikan cerita pendek itu
menarik untuk dibaca dalam situasi yang tak perlu serius, bahkan bisa sambil
santai hingga merasa enjoy.
Maka, cerita pendek bisa ditulis oleh siapa pun
sejauh yang bersangkutan memiliki daya pengamatan baik terhadap peristiwa yang
terjadi, dialami sendiri maupun orang lain. Daya bayang erat kaitannya dengan
kemampuan mengolah daya memori untuk peristiwa yang akan datang. Bisa juga hal
ini berhubungan dengan reproduksi atas peristiwa yang sudah terjadi, dialami,
dilihat, dan dikembangkan sendiri melalui imajinasinya.
Karya cerita pendek dalam jaringan ini dilalukan
siswa secara online. Artinya, siswa berperan aktif dalam berkreasi
melalui media jaringan dalam wadah yang telah disipakan. Kreasi siswa tetap
dihargai dengan ketentuan normatif sesuai variabel indikasi operasional yang
ditentukan.
Harus diakui bahwa kreasi siswa bermula dari kekuatan imajinasi dan daya olahnya, terutama dalam berbahasa. Maka. mari berkarya dalam wahana ini yang dirancang khusus buat kalian! Tunjukkan potrensi dan talenta yang kalian miliki! Intensitas, frekuensi, unity, gaya bahasa, suspense, dan foreshadowing antara lain menjadi penentu penilaian hasil karya kalian.
Nama: Yunita Kosasih
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. Absen: 37
Ia terdiam, menatap langit sore yang perlahan-lahan berubah menjadi jingga, diikuti oleh suara gemericik air dari kolam ikan disampingnya. Ia mencoba memalingkan pandangannya dari permukaan air yang memunculkan wajah gadis itu. Gadis itu lagi.
Calvin mendesah lesu. Lagi-lagi, wajah gadis itu muncul di benaknya. Perlahan tapi pasti, satu persatu tingkah laku gadis itu bermain-main dalam pikirannya. Dari caranya tersenyum, tertawa, marah, tertegun, dan banyak lagi yang tak bisa ia hapus dari memori kepalanya. Gadis itu benar-benar telah memikat hatinya. Memikatnya sampai ia mampu bertekuk lutut di hadapannya. Calvin sendiri heran, apa pesona gadis ini sampai bisa membuatnya mabuk kepayang?
Nama : Devin Chandra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 09
Calvin menyandarkan kepalanya ke belakang, menutup matanya dan kembali menghela nafas yang panjang. Ia bisa gila kalau seperti ini terus. Gadis itu, Maria namanya, adalah satu-satunya gadis yang berhasil membuat Calvin kepincut. Betapa tidak, setiap jam, menit, dan detik dalam hidup Calvin adalah untuk memikirkan Maria seorang. Calvin sudah sering membayangkan, apa rasanya bila ia bisa menjadi kekasih Maria? Apa ia akan merasa bahagia, jauh lebih bahagia daripada saat-saat ia memikirkan Maria dalam kepalanya?
Nama : Stefany Wijaya
BalasHapusKelas : XII P2
Perrdebatan dalam kepala Calvin terhenti ketika sensor pendengarannya menangkap sebuah gelombang suara yang belakangan ia sadari adalah bunyi nada dering dari ponselnya sendiri. Calvin terlonjak, seraya ia memperbaiki posisi kacamatanya dan cepat-cepat mengeluarkan ponsel hitamnya tersebut dari dalam saku celananya.
“Ya, halo?” Calvin menjawab setelah menekan tombol terima panggilan tersebut. Tepat setelah ia menjawab panggilan masuk itu, ia mendengar suara tawa kecil seorang pria yang sangat ia kenal baik.
Nama : Maria Lisa Wijaya
BalasHapusKelas : XII P2
Nomor: 25
“Sedang apa kau, Calvin? Dari suaramu kau terdengar seperti kaget saja,” kata Charles, diikuti dengan suara tawanya yang berkarisma. Calvin mengerutkan keningnya, merasa diolok-olok oleh sahabatnya sendiri.
“Apa maumu?” Tanya Calvin kepada sahabatnya tersebut. Charles mengeluarkan gelak tawanya sekali lagi sebelum menjawab pertanyaan Calvin.
“Sedang apa kau sore-sore seperti ini? Aku bosan, tidak ada orang yang bisa kuajak berbicara di rumah,” jawab Charles sambil mengeluarkan suara seperti anak kecil. Calvin tersenyum, setidaknya dengan mengobrol dengan temannya ini dapat membantunya untuk melupakan pikiran tentang Maria untuk sementara.
Email : nata_lia95@rocketmail.com
BalasHapusNama : Natalia
Kelas : XII IPA 2
No. Absen : 26
Charles adalah teman sekelas Calvin di kelas 12 ini, sahabatnya, dan juga seseorang yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Bertolak belakang dari diri Calvin yang berkacamata, culun, kutu buku, dan sebagainya, Charles merupakan sosok yang diidolakan Calvin. Betapa ia ingin menjadi seperti Charles. Tampan, tinggi, keren, menjadi idola semua orang, banyak teman. Tapi, hanya satu yang Calvin kurang sukai dari Charles, yaitu sifat berandalannya.
Nama : hendro
BalasHapuse-mail : hendrochai@yahoo.com
kelas : XII IPA 2
no. Absen :17
"Hei, Calvin! Kau mendengarkanku?" Suara Charles menggema di telinganya dan membangunkan Calvin dari lamunannya tersebut.
"Oh, maaf. Kau bilang apa tadi?"
"Ah, sudah. Lupakan saja. Baiklahn, lanjutkan lamunan soremu, aku mau tidur."
"Hei, siapa bilang aku sedang melamun?" Calvin mencoba membela diri.
"Tak usah malu. Aku tahu kau pasti sedang melamunkan gadis itu lagi, bukan? Gadis yang selama ini kau puja-puja dan seseorang yang tidak mau kau beritahu pada sahabatmu ini."
Calvin menggeram setengah kesal setengah geli dan mendekatkan ponsel ke mulutnya.
"Pergi tidur saja kau, Les!" Calvin berkata dan tertawa terbahak-bahak sebelum memutuskan hubungan telepon dengan sahabatnya itu.
Email : gilbert.christopher333@gmail.com
BalasHapusNama : Gilbert Christopher
Kelas : XII IPA 2
No. Absen : 16
"Hei!" Sang gadis melambaikan tangannya di depan wajah Calvin, berusaha membangunkan sahabatnya itu dari lamunannya. Calvin terlonjak, mencoba memaksakan senyum kecil di ujung bibirnya untuk menutupi rasa gugup yang ia rasakan saat ini. Rasa gugupnya semakin meningkat ketika sang gadis duduk di sampingnya dan menatapnya dengan tersenyum.
"Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya si gadis sambil menyentuh kedua pipinya untuk memeriksa kalau saja ada yang aneh.
Nama : Dodi Susanto
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 12
"Oh, maaf. Aku sedang bengong." Calvin menjawab sambil tertawa kecil dan pelan-pelan bernafas lega ketika si gadis menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa ia mengerti dengan jawaban sahabatnya tersebut.
"Jadi...Foto apa yang kau dapatkan hari ini?" Tanya si gadis dengan girang sambil melirik ke arah kamera yang ada di dalam genggaman Calvin.
Nama : William Guna Kusuma
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 34
"Oh, ini. Kau mau lihat?" Tanya Calvin dengan senyum yang menghasilkan sebuah anggukan lembut dari sang gadis. Ia mengulurkan kameranya tersebut dan si gadis dengan senangnya mulai melihat koleksi foto yang diambil oleh temannya.
Tanpa sadar, Calvin akan tersenyum ketika gadis pujaannya ini tersenyum. Ia bahagia walaupun hanya dengan duduk di sampingnya, menatapnya, tertawa bersamanya sebagai teman dan tidak lebih.
Nama: Billy Wong
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No.absen: 06
Tapi itu cukup. Calvin tidak meminta yang lain kecuali hari-hari seperti ini yang dapat ia lewati untuk seterusnya. Dan ketika si gadis tertawa, keinginannya untuk ikut tertawapun muncul. Yang benar saja, gadis ini pasti memiliki kekuatan khusus untuk mengubah Calvin menjadi orang bodoh seperti ini.
"Calvin! Apa yang kau senyumkan?" Si gadis memanggilnya dengan memasang wajah marah palsu yang membuat senyum Calvin menjadi lebih lebar. Calvin menggelengkan kepalanya.
Nama : Vincent Hanes
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 33
“Tidak ada, Maria. Hanya menertawakan tingkahmu yang lucu.”
“Ya, terus saja mengejekku dan kau akan kena batunya nanti!” Maria balas mengoloknya dan kembali melihat ke arah layar kameranya. Calvin hanya bisa tersenyum. Tentu saja, gadis pujaan hatinya lah yang paling menggemaskan di seluruh dunia.
Nama : Intan Agustine
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 18
"Ah, Calvin! Dimana kau menemukan bunga ini? Ini indah sekali! Beritahu aku tempatnya!" Maria menarik-narik lengan kemeja putih Calvin sambil memohon. Calvin memperbaiki kacamatanya dan tersenyum.
"Di belakang gudang sekolah. Yang benar saja kau, Maria. Sudah 3 tahun bersekolah disini dan kau masih belum pernah melihat bunga semacam ini?" Tanya Calvin, kembali mengoloknya. Maria memukul lengan Calvin perlahan dan menatapnya dengan tajam.
Nama : Axel Soedarsono
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. absen : 05
"Jangan mulai denganku, Calvin. Kau itu maniak fotografi jadi kau pasti tahu semua sudut bagus di setiap tempat! Ah, peduli amat! Aku akan melihatnya!" Kata Maria sambil berdiri dan memikul tas ungunya kembali.
"Sampai nanti, Calvin!"
"Ya!" Calvin menjawabnya sambil melambai. Beberapa detik berlalu dan Calvin berhenti melambaikan tangannya namun tetap membiarkan tangannya di udara.
Nama : Christine
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. absen : 08
Ia menatap sosok Maria yang semakin lama semakin jauh darinya. Ia menatap punggung Maria yang semakin kecil dari sudut pandangnya. Masih menatap punggung si gadis, tiba-tiba sekelebat pandangan hitam menghampiri pandangannya dan calvin pun berkedip. Tak ada apa pun yang terjadi. Calvin terus mengedipkan kedua matanya, mencoba untuk memahami apa yang baru saja terjadi.
Nama : Tiaz Bellinda
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No Absen : 32
Berkedip, berkedip, dan berkedip lagi. Tak lupa juga Calvin beberapa kali mengusap matanya. Ada apa? Kenapa rasanya ada yang janggal? Dalam beberapa detik saat Calvin memfokuskan pandangannya pada sesuatu, padangannya terasa kabur. Apa minus matanya bertambah? Calvin menaggalkan kacamata berbingkai hitamnya dan mengusap matanya lebih keras.
Nama:Ferdiana
BalasHapusKelas:xii ipa 2
No.Absen:14
"Lebihbaikakukedoktersaja," kata Calvin kepadadirinyasendiri.Iaberdiridanmenyimpansemuabukutebalnyakedalamtas.Iakeluardariperpustakaansekolahdanberjalan di sepanjangkoridorkelas. Sambilberjalan, Calvin celingukankemana-mana.Matanyamencarisosok Maria ataupun Charles daniatidakmenemukansatupundarimerekaberdua.
Ia menyeberangi zebracross dan berjalan di samping etalase-etalase toko sampai akhinya ponselnya berbunyi. Dengan cepat ia menjawab panggilan itu saat ia mendapati penelponnya adalah Maria
BalasHapus"Ya?" Adalah suara pertama yang ia keluarkan sesaat setelah ia menjawab panggilan itu.
Nama: Yolanda Febrianti
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. Absen: 36
"Calvin, kau dimana? Kau lupa hari ini kita ada janji? Kau berjanji mau menemaniku ke toko buku kan?"
“Oh, iya! Maaf! Tapi aku berencana untuk pergi ke dokter."
"Kenapa? Kau sakit?" Terdengar suara Maria berubah menjadi nada khawatir. Calvin tersenyum kecil, paling tidak ia senang ketika mendengar Maria mengkhawatirkannya.
"Tidak. Sepertinya minus mataku bertambah," jawab Calvin diikuti oleh suara tawanya.
"Ah, benarkah? Sudah sering kubilang jangan baca buku terus. Lihat apa akibatnya sekarang," keluh Maria.
Nama : Ananta Dewantara
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 03
"Paling tidak kacamataku akan semakin tebal," sanggah Calvin dengan tawa kecilnya.
"Ya, sudahlah. Padahal ada yang mau kuberitahukan padamu." Sesal Maria dan membuat Calvin menggigit bibir bawahnya dalam rasa bersalah.
"Maaf, ya? Maaf sekali."
"Gak apa-apa, sungguh. Sana, temui dokternya dan beritahu aku nanti berapa jadinya minus matamu." Goda Maria sambil tertawa.
"Hmm. Sampai nanti, Maria."
Nama : Olyvia Cindy Sawbunga
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 27
Calvin memutuskan panggilan itu dan kembali memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Sambil melanjutkan perjalanannya yang tertunda, Calvin kembali dibayang-bayangi semua memori tentang Maria. Sungguh, gadis ini menjeratnya.
Ia berbelok di simpangan dan sampai di praktek dokter mata langganannya. Setelah menanti gilirannya di ruang tunggu dokter selama kurang lebih 10 menit, sang suster memanggil Calvin masuk dan ia menemui dokter tersebut.
Nama : Pricilia Friska Hanny Wijaya
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 28
"Ada apa, Nak Calvin?"
"Entahlah, Dok. Mataku kabur rasanya, apa minusku bertambah?", jawab Calvin dan si dokter tersenyum.
"Mari kita periksa."
Setelah melalui proses pemeriksaan yang cukup panjang, Calvin melihat dokter tua yang mulai beruban itu berubah air wajahnya. Rasa cemas pun muncul di hati Calvin. Ada apa? Apa yang terjadi?
"Calvin, sudah berapa lama kau merasa matamu seperti ini?"
"Sudah sekitar seminggu. M-Memangnya ada apa, Dok?"
Sang dokter menghela nafas panjang dan Calvin tidak bisa lagi menahan rasa cemasnya yang semakin meningkat. Ia mencoba tersenyum dan tertawa.
Nama : Dian Febrianti Pisceselia
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 11
"D-Dokter? Ada apa? Kenapa wajah anda begitu? Berapa minus mataku sekarang?"
Si dokter menatapnya dengan penuh simpati dan Calvin tak lagi bisa menyanggah firasat buruk di hatinya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres.
"Nak Calvin, apa baru-baru ini kau sempat berada di tempat yang berbahan kimia?" Tanya sang dokter dengan penuh hati-hati. Calvin menelan air liur yang daritadi sempat tertahan di kerongkongannya dengan gugup.
"A-Apa maksudnya? Ada apa? B-Beberapa minggu lalu memang aku sempat mendekati pabrik tekstil, tapi memang ada a-apa?
"Aku sangat menyesal untuk mengatakan ini tapi bahan kimia itu pasti berefek pada matamu. Apa saat iu pabriknya sedang melakukan pembakaran tekstil?"
M-Mungkin saja. Aku memang menyelip di antara asap-asap tekstil waktu itu. Dokter, katakan padaku, apa yang terjadi?"
Nama : Charles Felix
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 07
"Asap pembakaran tekstil itu mengkontaminasi retina matamu. Pandangan kabur yang kau katakan itu adalah gejala awal. Lama kelamaan, pandanganmu akan semakin kabur, dan akhirnya kau akan mengalami... kebutaan."
Calvin terdiam. Tak ada satu kata ataupun suara yang dapat ia keluarkan. Matanya terbelalak, bibirnya terbuka seolah-olah ia ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada. Pendengarannya terasa terhenti dan keadaan sekitarnya terasa menjadi sunyi. Jari-jarinya bergetar dalam kekagetannya.
Calvin menyengir, tepatnya ia mencoba untuk menyengir tapi yang ada hanyalah senyum pahit yang terlihat terpaksa. Ia memaksakan dirinya untuk mengeluarkan suara tawa kecil tapi yang ada hanyalah suara lemah yang terdengar malang.
"A... Apa maksudnya semua ini? D-Dokter, ini sama sekali t-tidak lucu."
"Aku ikut prihatin. Usiamu masih sangat muda, nak Calvin."
Nama : Jovian Chen
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No Absen : 21
Kaget. Marah. Kecewa. Tidak percaya. Semua perasaan menjadi campur aduk dalam hati Calvin. Ini tidak mungkin terjadi. Calvin mencoba menyangkal dan menghentikan otaknya yang terus menerus menyimpulkan bahwa ini adalah kenyataan, dan bukanlah sebuah mimpi belaka.
Calvin berjalan dengan lemasnya, ia merasa jiwanya seperti telah melanglang buana entah kemana. Ia menyusuri jalan sepi di sekitar pertokoan yang mulai ditutup, menutup hari dagang mereka ketika petang mulai menghampiri dunia. Pikirannya kosong. Tak satupun pemikiran yang menghampiri benaknya. Dan pikirannya yang kosong itu tiba-tiba dibuyarkan oleh sebuah panggilan yang suaranya itu bergema dengan sangat indah di gendang telinganya.
Nama : Teofani Yokhebed Budiono
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 31
"Calvin! Itu kau kan? Hei, kenapa lesu sekali?" Sapa si gadis pujaan hatinya dengan girang. Calvin menoleh ke arah datangnya suara dan tersenyum. Ia mencoba tersenyum setulus mungkin, bagaimanapun ia tak mau memperlihatkan keadaannya yang terpuruk di hadapan gadis yang ia sukai.
“Hei.” Calvin menyapa balik dengan lemas. Maria menatapnya dengan perasaan aneh. Apa yang terjadi dengan sahabatnya yang satu ini? Bagaimana bisa seseorang bernama Calvin yang selama ini Maria kenal baik sebagai manusia paling ceria sedunia bisa terlihat menyedihkan seperti ini?
Nama : Yohanes Arie Setiawan
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 35
“Calvin? Kau kenapa, sih? Ada masalah?” Maria bertanya dengan cemasnya. Saat ia melihat Calvin hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, rasa cemas Maria semakin meningkat, bahkan sampai menyesakkan dadanya.
“Yang benar? Wajahmu tidak menunjukkan kalau kau baik-baik saja. Ada apa? Apa kata dokter?” Tanyanya dengan hati-hati.
Nama : Jonathan Alfarado
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 20
Mendengar kata ‘Dokter’ disebutkan oleh Maria, pikiran Calvin mulai merajalela, membawanya kembali ke keadaan yang ingin ia lupakan dalam sekejap. Jika waktu bisa ia undur, ia tidak akan pernah mau pergi ke dokter itu. Lebih baik ia tidak mengetahuinya daripada harus menanggung beban mental seberat ini.
“Benar. Aku tidak apa-apa. Lalu, apa yang ingin kau ceritakan?” Calvin mencoba untuk mengalihkan alur pembicaraan. Ia melihat seberkas tatapan cemas masih terpampang di wajah Maria dan ia menepuk lengan gadis tersebut dengan pelan.
“Sudahlah. Cepat ceritakan.”
Si gadis tersenyum kecil dan menarik tangannya untuk duduk di kursi terdekat yang berlokasi di bawah lampu jalanan. Maria tersenyum dengan sangat lebar namun tetap saja pemandangan itu terlihat sempurna di mata Calvin.
Nama : Maria Birgitta Kesaulja
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 24
“Apa sih?” Calvin bertanya dan tanpa sadar ikut tersenyum bersamanya. Ia menyenggol lengan Maria dengan sikunya. Si gadis melempar pandangan padanya sebelum memandang ke bawah lagi dengan malu.
“Aku...” Mulai Maria.
“Kau?” Calvin bertanya dengan penasaran, masalah dokter telah lama terlupakan semenjak kehadiran gadis ini di hadapannya.
“Aku... Aku suka...”
“S-Suka?” Tanya Calvin gugup. Mungkinkah? Apa ini mungkin?
“Ya... Aku suka...”
“Suka dengan?” Tanya Calvin sambil menelan air liurnya yang terasa berat untuk yang kedua kali dalam hari itu.
“A-Aku suka dengan Charles...” Maria mengutarakan hal yang telah mengganjal hatinya selama beberapa waktu ini.
Nama : Adytia
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 01
Calvin terdiam. Ia tertegun dan tak tahu harus berkata apa. Calvin merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan pada saat sang dokter menyampaikan berita yang telah cukup buruk baginya. Matanya terbelalak lebar, ia ingin mengatakan sesuatu tapi bisa. Pendengarannya terasa terhenti. Jari-jarinya bergetar.
Ia kaget. Ia takut. Ia merasa terkalahkan. Ia merasa kecewa. Ia terjatuh. Ia marah. Tapi Calvin tahu, ia tidak dalam posisi untuk merasakan semua perasaan itu. Dengan terpaksa, ia mengangkat bibirnya, mencoba membentuk sebuah senyuman.
“O-Oh ya?”
Nama: Anestasia Kusuma Desti
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No absen: 04
Maria mengangguk dan kembali membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Calvin harus menahan nafasnya saat is menanti apa yang akan menjadi kalimat Maria berikutnya.
“Dan aku sudah mengutarakan perasaanku pada Charles. Syukurlah, ia menerimaku sebagain pacarnya.”
Nafas Calvin tertahan dan ia hanya menatap gadis yang tersipu malu di depannya ini dengan tatapan kosong.
Nama : Agustinus Calvin Christian
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No Absen : 02
Calvin merasa ini adalah hari terburuk yang pernah ia alami selama hidupnya. Mengapa ia harus mendengar dua kabar buruk pada hari yang sama? Mengapa hidup sangat kejam padanya dengan merenggut dua hal yang paling ia sayangi, penglihatannya dan gadis pujaan hatinya?
“Hei, tidakkah kau mau mengucapkan selamat padaku?” Tanya Maria.
“A-Ah, ya. Selamat. Semoga kalian langgeng. Aku ikut bahagia, lho.”
“Terima kasih, Calvin. Kau memang sahabat terbaik di dunia.” Maria membalas dengan senyumannya yang manis dan membuat hati Calvin meleleh lagi.
Nama : Fidela Callista Agrippina
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No.Absen : 15
“S-Sudah sore. Ayo pulang,” ajak Calvin. Maria mengangguk dan mulai bercerita lagi tentang perasaan yang telah ia pendam selama ini terhadap sahabat mereka, Charles.
Dilema yang dialami Calvin kian bertambah berat. Pada saat ia berniat untuk memberitahukan tentang kondisi matanya pada orang yang paling ia percayai, ia mengurungkan niat itu. Ia tidak bisa mengacaukan kebahagiaan Maria karena baginya, Maria adalah orang yang paling penting.
Nama : Siti Fareta
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No.absen : 29
ooooo
Sekitar satu bulan berlalu semenjak Maria memberitahukan pada Calvin bahwa ia menyukai Charles. Calvin berusaha menjalani hidupnya dengan lebih mendedikasikan dirinya pada dunia fotografi. Bila ia harus berkata jujur, ia takut. Ia takut akan semuanya. Maka dari itu, ia tidak mau memikirkan masalah penglihatannya yang waktunya tinggal berapa lama lagi dan ia tidak mau mengetahuinya.
Nama: Ivon Eranita
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. Absen: 19
Calvin sibuk mengotak-atik kameranya dengan seru saat tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Maria sedang tersenyum padanya. Tapi, ada yang aneh. Mengapa mata Maria terlihat bengkak? Apa ia menangis?
“Kau kenapa?” Calvin bertanya. Maria duduk di sampingnya dan menghela nafas.
“Aku dan Charles putus.”
Seberkas cahaya seperti menyinari Calvin. Apa artinya ia masih punya harapan?
Nama : Edward Hashner Wijaya
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 13
"Apa? Kenapa bisa?"
"Entahlah. Aku merasa dia bukan seseorang yang cocok untukku. Saat aku minta untuk mengakhiri hubungan ini, Charles juga tidak menahanku. Itu artinya, aku masih kurang berharga baginya."
"Lalu, kenapa kau menangis?"
"Memangnya seorang gadis tidak boleh menangis?" Tanya Maria sambil tertawa.
Calvin menatapnya selama beberapa detik dan berdiri. Ia menarik Maria untuk berdiri bersamanya dan si gadis menatapnya dengan heran.
"Ayo."
"Kemana kita?"
"Taman hiburan. Kita bersenang-senang!" Ajak Calvin.
Maria tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Nama: Kevin Ekaputra Yohar
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absen: 22
“Kok bisa?” Calvin bertanya hanya untuk merespon Maria namun seakan tak peduli apa jawabnya. Ia sedang dilema harus senang atau sedih. Senang karena Maria, sahabat yang dicintainya, baru putus dengan laki-laki lain. Sedih karena Charles, sahabatnya, putus dengan pacarnya.
Sembari Calvin melamun, Maria menjawab “Mungkin kami sudah tidak cocok lagi. Sudah tak terhitung lagi berapa kali kami berselisih pendapat dan berselisih paham.”
Lamunan Calvin usai ketika Maria sadar bahwa Calvin dari tadi tidak memperhatikannya. “Vin... kamu dari tadi ngelamun? Kamu nggak dengerin curhat aku dong.”
Tidak ingin Maria bertambah sedih, Calvin pun mencoba menghibur Maria. “Mar, kita jalan-jalan yuk!” “Jalan-jalan ke mana?” tanya Maria dengan sedikit senyuman yang memancar dari wajah yang sebelumnya muram tersebut.
Calvin yang merindukan senyuman lebar Maria mengajaknya ke tempat yang menyajikan hiburan nan lucu. “Wahana hiburan.” “Ayuk!” jawab Maria dengan penuh semangat.
Nama: Yunita Kosasih
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. Absen: 37
Di sepanjang perjalanan, Calvin berusaha membuat Maria untuk terus tersenyum. Ia ingin melihat senyuman cantik Maria itu setiap detik. Ingin terus melihatnya sebelum ia tak bisa melihatnya lagi. Ia sibuk mengabadikan setiap momen dari Maria yang ia bisa, tak satupun ia sia-siakan.
Ia melihat Maria yang sedang tertawa dengan bahagia dan ia pun ikut tersenyum. Ia bahagia asal Maria bahagia. Di tengah lamunannya itu, pandangannya menggelap dan ia memejamkan matanya untuk sementara.
“Tolong. Beri aku waktu sebentar lagi. Sampai ia bisa menemukan seseorang yang dapat membuatnya tersenyum dari lubuk hatinya.” Mohon Calvin dalam hatinya.
Nama : Maria Lisa Wijaya
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor : 25
Calvin takut. Pandangannya semakin gelap dan warna pun tak bisa lagi ia bedakan. Ia merasa seperti manusia yang tak lagi berguna.
Nama : Maria Lisa Wijaya
BalasHapusNomor :25
Calvin takut. Pandangannya semakin gelap dan warna pun tak bisa lagi ia bedakan. Ia merasa seperti manusia yang tak lagi berguna.
Nama : William Guna Kusuma
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 34
“Calvin, apa kau mendengarkanku?” Keluh Maria. Calvin berkedip dan mengusap matanya seraya menoleh ke arah Maria.
Nama: Stefany Wijaya
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor: 30
Gawat. Penglihatannya semakin parah. Untuk seketika ia hampir panik ketika ia tak bisa melihat apapun dan kepanikannya itu lenyap saat wajah terseyum Maria muncul di depannya.
Nama : Olyvia Cindy Sawbunga
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 27
Di sepanjang perjalanan, Calvin berusaha membuat Maria untuk terus tersenyum. Ia ingin melihat senyuman cantik Maria itu setiap detik. Ingin terus melihatnya sebelum ia tak bisa melihatnya lagi. Ia sibuk mengabadikan setiap momen dari Maria yang ia bisa, tak satupun ia sia-siakan.
Ia melihat Maria yang sedang tertawa dengan bahagia dan ia pun ikut tersenyum. Ia bahagia asal Maria bahagia. Di tengah lamunannya itu, pandangannya menggelap dan ia memejamkan matanya untuk sementara.
“Tolong. Beri aku waktu sebentar lagi. Sampai ia bisa menemukan seseorang yang dapat membuatnya tersenyum dari lubuk hatinya.” Mohon Calvin dalam hatinya.
Nama: Olyvia Cindy Sawbunga
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absen: 27
Waktu yang mereka miliki sebelum upacara kelulusan tinggal dua hari lagi dan itu menandakan bahwa mereka akan segera berpisah.
Nama : Axel Soedarsono
BalasHapusKelas: XII IPA 2
No. absen : 05
"Maria." Panggil Calvin.
"Apa?"
"Ada yang ingin kusampaikan." Jawab Calvin sambil menarik nafas dalam-dalam.
Nama : Devin Chandra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No absen : 09
Ia harus berani, karena ini adalah detik-detik terakhir yang ia punyai.
“Ya? Katakan saja.”
“Aku... Aku menyukaimu.”
Nama : Ananta Dewantara
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 03
Mata Maria terbelalak dan ia langsung menoleh ke arah Calvin, membawa pandangannya dari arah kamera Calvin yang ia pegang.
“C-Calvin...”
Nama : Natalia
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 26
“Dengar dulu. Aku sudah menyukaimu semenjak kita masih di SMP. Tapi kau tahu sendiri orang bagaimana aku. Aku orang yang culun dan pemalu. Tidak punya banyak teman sepertimu. Tidak populer seperti Charles.” Calvin mengatakannnya sambil tertawa pahit. Ia menatap mata Maria dalam-dalam dan menghela nafas.
Nama: Yolanda Febrianti
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absen: 36
“Aku tahu upacara kelulusan kita tinggal dua hari lagi. Maka dari itu, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini sebelum aku terlambat. Sebelum aku tidak dapat melihatmu lagi.”
Nama : Pricilia Friska Hanny Wijaya
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 28
"C-Calvin. Apa maksudmu tidak bisa melihatku lagi? Kita masih bisa bertemu!", keluh Maria dengan marah.
Nama: Jonathan Alfarado
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absen: 20
Mata Maria terbelalak dan ia langsung menoleh ke arah Calvin, membawa pandangannya dari arah kamera Calvin yang ia pegang.
“C-Calvin...”
"Aku tak akan bisa lagi melihatmu.... karena mataku tak akan lagi bisa melakukannya." Dan dengan kata-kata itu, ia pergi meninggalkan Maria sendirian yang masih mencoba memahami maksud dari kata-katanya tersebut
BalasHapusNama: Liandra Yuwenka
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absen: 23
"Siapa suruh kau tidak mau membuka matamu?" Jawab Maria sambil menatapnya dengan sinis.
Calvin tertawa dan menarik pundak Maria untuk bersandar padanya.
Nama : Fidela Callista
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 15
“Aku jadi ingat saat kau datang sambil menangis kepadaku waktu itu.” Calvin memulai kata-katanya.
Nama : Gilbert Christopher
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 16
“Waktu itu aku benar-benar takut dan kaget. Siapa sangka kau hampir tidak bisa melihat? Kau benar-benar membuatku kaget, Calvin.”
Nama : Yohanes Arie Setiawan
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 35
“Tapi sekarang aku bisa melihat, bukan? Aku sangat bersyukur waktu itu ada donor. Sungguh berterima kasih.”
Nama : Adytia
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 01
“Dan karena perbuatanmu itu, aku menyadari arti yang sesungguhnya dari kehadiranmu selama ini di sampingku.” Jawab Maria sambil tersenyum.
Nama : Maria Birgitta Kesaulja
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 24
Mereka memejamkan mata mereka dan menikmati udara sore yang bertiup. Dari suara gesekan antara dedaunan di dahan pohon yang terkena hembusan angin, suara air kolam yang mengalir, sampai suara detak jantung mereka sendiri.
Nama : Intan Agustine
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 18
Pikiran di benak mereka terhenti ketika mereka mendengar seseorang berdeham dari arah gerbang. Mereka membuka mata mereka dan membalas senyuman seorang pria yang berdiri di luar gerbang sambil menyandarkan punggungnya ke dinding, tersenyum dengan bahagia dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Nama : Charles Felix
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 07
Mereka melambai padanya, menyuruh si pendatang baru untuk masuk dan bergabung dengan mereka.
“Apa kabarmu, Charles?”
“Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian? Sehat?”
BalasHapus“Tentu saja! Kau tidak lihat betapa lebar senyuman di wajah kami?” Jawab Calvin dengan bersemangat.
Nama : Kevin Ekaputra Yohar
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 04
Mereka tertawa dan mengobrol layaknya sahabat di SMA, mengulang cerita lama, dan bernostalgia.
Calvin menatap langit senja di sore hari itu. Ia mengingat semua kenangan lama. Ada yang manis, pahit, mengharukan, membahagiakan, menyedihkan, dan banyak lagi yang tak bisa ia deskripsikan satu persatu.
BalasHapusNama : Christine
BalasHapuskelas : XII IPA 2
No. Absen : 08
Hanya satu perasaan yang Sangat ia ingat. Perasaan dilema yang ia rasakan.
Nama : Christine
BalasHapuskelas : XII IPA 2
No. Absen : 08
Hanya satu perasaan yang Sangat ia ingat. Perasaan dilema yang ia rasakan.