MENYAMPAIKAN ALASAN DALAM BERPENDAPAT
Suatu ketika saat kita mengemukakan pendapat, tentu terdapat kerangka berpikir kita yang terekspresikan melalui kesimpulan yang kita kemukakan dalam opini atau pendapat kita. Dalam hal ini terlihat jelas bentuk dan pola penalaran yang kita gunakan. Kaidah-kaidah penalaran hendaknya kita kuasai, kita pahami, dan kita aplikasikan dalam berpikir.
Saat berpendapat pun juga terekspresikan kesimpulan penalaran kita, barangkali sercara silogistis, yang pada suatu saat harus kita kemukakan juga alasan-alasan atau argumentasi yang mendasari kesimpulan tersebut. Dalam hal ini akan tampak juga seberapa jauh pendapat kita dapat diterima oleh pihak kedua atau orang lain.
Secara maknawi, alasan (KBBI: 1998) berarti 1) dasar, hakikat, atau asas; 2) dasar bukti atau keterangan yang dipakai untuk menguatkan pendapat, sanggahan, tuduhan, dsb.; 3) “sesuatu” yang mendorong untuk berbuat; 4) “sesuatu” yang membenarkan perlakuan tindak pidana dan menghilangkan kesalahan terdakwa. Berdasarkan makna tersebut, kita menyadari bahwa dalam berpikir dan berbahasa kita tidak dapat lepas dari pikiran-pikiran yang menjabarkan dan menjelaskan pendirian, pendapat, atau argumen. Maka, hal tersebut perlu kita cermati sehingga pendapat kita bersifat logis, objektif, hakiki, faktual, dan universal.
Pertimbangan membuat alasan
1. Alasan yang kita kemukakan mempunyai rangkaian kausalitas.
Maksudnya, urgensitas alasan kita memang demikian signifikan untuk simpulan atau pendapat yang kita kemukakan. Dalam hal ini, relevansi logisnya adalah kaitan antara sebab-akibat atau akibat-sebab dengan semua alternatif kausalitasnya. Ada satu sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat, ada beberapa sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat, ada banyak sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat. Dalam hal ini diperlukan kejelian dan kecermatan dalam menarik kesimpulan dan berpendapat.
2. Alasan kausalitas disusun berdasarkan skala prioritasnya atau kaitan logisnya.
Alasan yang kita kemukakan pertama kali merupakan dasar utama simpulan atau pendapat kita. Sedangkan alasan-alasan berikutnya merupakan penguat atau pendukung gagasan. Memang, ada juga yang membuat strategi sebaliknya sehingga argumentasi terakhir merupakan kesimpulan yang tak dapat dihindarkan-ditolak. Dalam hal ini semua sangat dipengaruhi oleh penalaran yang kita gunakan, baik secara deduktif maupun induktif.
3. Alasan yang baik tak sekadar retorika atau argumentasi belaka, namun perlu juga didukung oleh bukti atau fakta-realita yang memperkuatnya.
Bukti yang kuat harus realistis, faktual, dan sedapat mungkin aktual atau paling belakangan terjadi. Lebih bagus lagi jika realita tersebut mempunyai jarak dekat dengan penerima alasan.
4. Alasan yang kita kemukakan dapat diterima secara nalar dan tidak salah nalar
Hal ini akan mempengaruhi faktor keterpercayaan segala simpulan atau pendapat yang kita kemukakan. Hgindarkan hal-hal yang subjektif atau berpretensi yang tidak baik sebab semua akan berakibat sebagai bumerang bagi pendapat kita sendiri.
5. Alasan yang kita kemukakan harus bersifat objektif
Objektivitas simpulan atau pendapat yang kita kemukakan harus kita jaga tanpa menempeli dengan hal-hal yang subjektif atau yang mengacu ke individu tertentu, apalagi sampai ke kultus individu.
6. Ruang lingkup alasan harus terbatas.
Hal ini akan mempermudah kita dalam mencari dan mengemukakan bukti yang konkret, terfokus, dan akurat sehingga tidak bersifat abstrak, mengambang, dan terlalu banyak. Pembatasan ruang lingkup ini didasarkan pada tempat, waktu, jumlah, maupun unsur-unsur ilmiah serta kondisinya.
7. Alasan harus bersifat spesifik sehingga lebih berbobot dan terarah.
Spesifikasi argumentasi terlihat dari penggunaan kata-kata konkret sebagai predikat dalam argumentasi kita. Kita tidak menggunakan kata umum atau abstrak untuk predikat, misalnya menarik, lengkap, bagus, bernilai, buruk.
Contoh:
1. Rumah itu amat menarik. (salah)
2. Rumah itu mempresentasikan gaya banguinan tradisional Palembang yang khas.
8. Alasan harus kohesif dan koherensif.
Keterpaduan dan keterkaitan gagasan harus terlihat dalam setiap pernyataan yang kita kemukakan. Setiap alasan hanya mengungkapkan satu gagasan pokok atau gagasan utama. Beberapa subgagasan yang digunakan merupakan pendukung gagasan utama. Sub-subgagasan tersebut saling mengait dan sistematis. Dalam hal ini kita bisa menggunakan skala prioritas dengan menggunakan nomor urut.
Saat berpendapat pun juga terekspresikan kesimpulan penalaran kita, barangkali sercara silogistis, yang pada suatu saat harus kita kemukakan juga alasan-alasan atau argumentasi yang mendasari kesimpulan tersebut. Dalam hal ini akan tampak juga seberapa jauh pendapat kita dapat diterima oleh pihak kedua atau orang lain.
Secara maknawi, alasan (KBBI: 1998) berarti 1) dasar, hakikat, atau asas; 2) dasar bukti atau keterangan yang dipakai untuk menguatkan pendapat, sanggahan, tuduhan, dsb.; 3) “sesuatu” yang mendorong untuk berbuat; 4) “sesuatu” yang membenarkan perlakuan tindak pidana dan menghilangkan kesalahan terdakwa. Berdasarkan makna tersebut, kita menyadari bahwa dalam berpikir dan berbahasa kita tidak dapat lepas dari pikiran-pikiran yang menjabarkan dan menjelaskan pendirian, pendapat, atau argumen. Maka, hal tersebut perlu kita cermati sehingga pendapat kita bersifat logis, objektif, hakiki, faktual, dan universal.
Pertimbangan membuat alasan
1. Alasan yang kita kemukakan mempunyai rangkaian kausalitas.
Maksudnya, urgensitas alasan kita memang demikian signifikan untuk simpulan atau pendapat yang kita kemukakan. Dalam hal ini, relevansi logisnya adalah kaitan antara sebab-akibat atau akibat-sebab dengan semua alternatif kausalitasnya. Ada satu sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat, ada beberapa sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat, ada banyak sebab dengan satu, beberapa atau banyak akibat. Dalam hal ini diperlukan kejelian dan kecermatan dalam menarik kesimpulan dan berpendapat.
2. Alasan kausalitas disusun berdasarkan skala prioritasnya atau kaitan logisnya.
Alasan yang kita kemukakan pertama kali merupakan dasar utama simpulan atau pendapat kita. Sedangkan alasan-alasan berikutnya merupakan penguat atau pendukung gagasan. Memang, ada juga yang membuat strategi sebaliknya sehingga argumentasi terakhir merupakan kesimpulan yang tak dapat dihindarkan-ditolak. Dalam hal ini semua sangat dipengaruhi oleh penalaran yang kita gunakan, baik secara deduktif maupun induktif.
3. Alasan yang baik tak sekadar retorika atau argumentasi belaka, namun perlu juga didukung oleh bukti atau fakta-realita yang memperkuatnya.
Bukti yang kuat harus realistis, faktual, dan sedapat mungkin aktual atau paling belakangan terjadi. Lebih bagus lagi jika realita tersebut mempunyai jarak dekat dengan penerima alasan.
4. Alasan yang kita kemukakan dapat diterima secara nalar dan tidak salah nalar
Hal ini akan mempengaruhi faktor keterpercayaan segala simpulan atau pendapat yang kita kemukakan. Hgindarkan hal-hal yang subjektif atau berpretensi yang tidak baik sebab semua akan berakibat sebagai bumerang bagi pendapat kita sendiri.
5. Alasan yang kita kemukakan harus bersifat objektif
Objektivitas simpulan atau pendapat yang kita kemukakan harus kita jaga tanpa menempeli dengan hal-hal yang subjektif atau yang mengacu ke individu tertentu, apalagi sampai ke kultus individu.
6. Ruang lingkup alasan harus terbatas.
Hal ini akan mempermudah kita dalam mencari dan mengemukakan bukti yang konkret, terfokus, dan akurat sehingga tidak bersifat abstrak, mengambang, dan terlalu banyak. Pembatasan ruang lingkup ini didasarkan pada tempat, waktu, jumlah, maupun unsur-unsur ilmiah serta kondisinya.
7. Alasan harus bersifat spesifik sehingga lebih berbobot dan terarah.
Spesifikasi argumentasi terlihat dari penggunaan kata-kata konkret sebagai predikat dalam argumentasi kita. Kita tidak menggunakan kata umum atau abstrak untuk predikat, misalnya menarik, lengkap, bagus, bernilai, buruk.
Contoh:
1. Rumah itu amat menarik. (salah)
2. Rumah itu mempresentasikan gaya banguinan tradisional Palembang yang khas.
8. Alasan harus kohesif dan koherensif.
Keterpaduan dan keterkaitan gagasan harus terlihat dalam setiap pernyataan yang kita kemukakan. Setiap alasan hanya mengungkapkan satu gagasan pokok atau gagasan utama. Beberapa subgagasan yang digunakan merupakan pendukung gagasan utama. Sub-subgagasan tersebut saling mengait dan sistematis. Dalam hal ini kita bisa menggunakan skala prioritas dengan menggunakan nomor urut.
Tt040204
Doetroom
Komentar
Posting Komentar
Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.