SELUK-BELUK PIDATO
1. Pengantar
Perkembangan zaman kini menunjukkan betapa komunikasi antarmanusia berkembang cepat sesuai dengan taraf peradaban serta kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang demikian pesat membawa pengaruh terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang ujungnya memberikan tantangan dan peluang bagi manusia bahwa keterampilan berkomunikasi dalam berbagai bentuk merupakan suatu area yang harus dijawab melalui keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara dalam berbagai jenis dan bentuk memang kini memberi peluang seseorang untuk meniti karier atau mengasah keterampilan, bahkan bermuara pada keuntungan finansial yan menjanjikan. Hal ini amat terlihat dalam konteks entertain, terutama melalui media audio visual. Dalam konteks yang lain, keterampilan berbicara di depan umum, pidato misalnya, bisa digunakan untuk berbagai keperluan sekaligus memberikan banyak manfaat kepada si penyampai gagasan.
Konteks di atas sebaiknya dirasakan masyarakat pembelajar, terutama siswa sekolah menengah. Sebagai insan terpelajar, siswa atau pembelajar zaman sekarang dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Begitu juga setelah tamat tingkat menengah lantas melanjutkan ke perguruan tinggi yang ujungnya nanti menyandang gelar sarjana, tantangan hal tersebut perlu dijawab emlalui kemampuan berbahas yang baik secara lisan.
Selain mampu menulis beragam karya ilmiah dan mempresentasikannya dengan baik, siswa atau pembelajar zaman sekarang juga dituntut mampu mengemukakan gagasan secara lisan, salah satu bentunya adalah berpidato. Keterampilan berpidato tentunya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan memerlukan tahap-tahap persiapan, pelatihan, yang semuanya berporses hingga akhirnya diperoleh keterampilan secara memadai untuk bicara di depan umum.
Kadang kita temui dalam komunitas sosial tatkala seseorang gagap bicara manakala diminta secara mendadak untuk menyampaikan suatu pidato atau kata sambutan. Hal ini mengindikasikan bahwa ketermpilan berbicara di depan umum itu membutuhkan kesiapan mental dan teknik yang memadai. Untuk itu, pengembangan kemampuan berbahasa secara lisan perlu dilakukan agar siswa atau pembelajar zaman sekarang dapat menunjukkan kualitasnya seagai insan terpelajar.
2. Pengertian dan Tujuan Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud keterampilan berbahasa secara lisan aktif di depan orang banyak atau umum dengan susunan yang baik. Berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek non-kebahasaan yang dapat mendukung efisiensi dan efektivitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Berpidato memerlukan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan atau olah vokal yang didukung oleh aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, kontak pandang, gerak tangan, dll.). Di sisi lain, tujuan peyampaian gagasan secara lisan dalam bentuk berpidato antara lain adalah 1) menyampaikan informasi (informatif); 2) meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasif); dan 3) menghibur pendengar (rekreatif).
3. Jenis-Jneis/ Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
a.Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
b.Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c.Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
d.Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
e.Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f.Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
4. Kriteria Pidato yang Baik
Setiap orang yang berpidato pasti berusaha dan berharap agar pidato yang disampaikan dinilai oleh pendengarnya sebagai pidato yang baik. Pidato yang baik ditandai oleh kriteria (1) isi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta kegiatan yang sedang berlangsung, (2) kandungan isi bersifat menggugah dan memiliki manfaat bagi pendengar, (3) substansi isi tidak menimbulkan pertentangan SARA, (4) gagasan dikemas secara jelas, benar, dan objektif, (5) bahasa yang digunakan mudah dipahami, dan (6) disampaikan secara santun, etis, rendah hati, komunikatif, dan familiar.
5. Metode Berpidato
Secara teoretis pidato memiliki empat metode, yakni (1) serta-merta (impromptu), yaitu bentuk pidato yang tidak direncanakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan sesaat, (2) hafalan, yaitu pidato terencana dengan mempersiapkan teks pidato sebelumnya untuk dihafal kata demi kata, (3) naskah/tekstual, yaitu pidato yang dipersiapkan secara baik dalam teks, yang biasanya digunakan pada pertemuan resmi atau dalam media elektronik dan media cetak, dan (4) tanpa naskah (ekstemporan), yaitu pidato yang direncanakan dan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pidato atau gagasan-gagasan inti yang hendk disampaikan.
6. Tata Cara dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merupakan langkah-langkah prosedural berpidato, merujuk pada langkah-langkah dan urutan untuk memulai, mengembangkan, dan mengakhirinya. Sedangkan, etika berpidato merupakan santun berpidato yang merujuk pada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung tinggi tatkala menyampaikan pidato.
Prosedural berpidato secara umum berupa urutan berpidato yang diawali dengan pembukaan, sajian isi, dan penutup.
Pada umumnya bagian pembukaan berisi sapaan kepada pihak-pihak yang hadir atau diundang pada kesempatan pidato tersebut. Di sisi lain, dalam pembukaan juga diucapkan puji syukur kepada Allah atas rahmat dan karunia yang telah diberikan. Bagian penyampaian isi merupakan penjabaran gagasan-gagasan pokok yang disampaikan melalui pidato. Sebagai wujud penjabaran gagasan-gagasan pokok, sajian isi seringkali memerlukan konsekuensi rincian gagasan disesuaikan dengan waktu yang disediakan. Sedangkan bagian penutup berisi penyimpulan atau penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan pada bagian isi. Selain itu, penutup juga berisi harapan dan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara yang berlangsung.
Menang, pada umumnya etika berpidato menjadi pegangan bagi siapa saja yang akan berpidato. Aspek-aspek nilai tertentu yang perlu diperhatikan antara lain lebih baik tidak menyinggung perasaan orang lain, serta berupaya menghargai dan membangun optimisme serta memebri motivasi kepada audiens. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahabatan perlu diusahakan dalam berpidato.
7. Menulis Naskah Pidato
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan memang telah dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, jika kegiatan pidato itu dilakukan secara spontan, tentu kita tidak perlu menulis naskah pidato. Menulis naskah pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan lewat kegiatan berpidato. Pilihan kata, kalimat, dan paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasilkan naskah yang lain. Situasi dan kondisi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan kata dan gaya bahasa naskah pidato.
Di sisi lain, meski sebagai bahasa tulis, naskah pidato itu merupakan bahasa tulis yang akan nantinya dilisankan sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan.
Secara kompositoris, naskah pidato sama dengan naskah tertulis lainnya, meliputi bagian pendahuluan (30%), isi (60%), dan penutup (10%). Namun, konteks salam sapaan sebagai pengantar serta salam penutup perlu diperhatikan dengan benar.
8. Menyunting Naskah Pidato
Agar pidat yang disampakan berjalan dengan baik, menarik serta sesuai dengan tujuan, langkah sunting naskah amat diperlukan sehingga efisiensi dan efektivitas pidato akan tercapai. Naskah pidato perlu disunting drai sisi isi, bahasa, maupun penalarannya. Isi naskah pidato perlu dicermati kembali:= kesesuaiannya dengan tujuan pidato, konteks pendengar, dan kegiatan yang dilaksanakan.
Isi pidato juga harus dipastikan kebenarannya, cukup representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato. Sementara itu, penyuntingan terhadap bahasa difokuskan pada aspek diksi, kalimat, dan paragraf, serta gaya bahasa. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf serta gaya bahasa menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini.
Di sisi lain, penalaran naskah juga perlu disunting untuk memastikan ketepatan isi naskah yang telah dikembangkan dengan penalaran yang logis dan tepat sesuai dengan kontkes yang ada, terutama audiensnya. Pola induktif, deduktif, atau campuran dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyempurnakan Naskah Pidato
Berdasarkan suntingan naskah pidato, baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain, perlu dilakukan penyempurnaan. Hal itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan penalarannya sebagaimana yang telah disunting di atas. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengganti kosakata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya. Sementara itu, penyempurnaan paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan kohesivitas paragraf. Untuk itu, pengurangan atau penambahan kalimat, penyempurnaan atau penghilangan bagian kalimat menjadi amat penting untuk dilakukan.
10. Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan di depan audiens. Dalam konteks demikian menyampaikan pidato bukan sekadar membacakan naskah pidato di depan hadirin, melainkan juga perlu menghidupkan dan menghangatkan suasana, bahkan menciptakan interaksi yang hangat dengan audiens. Untuk itu, seseorang yang akan menyampaikan pidato harus mampu menganalisis situasi dan memanfaatkan hasil analisisnya untuk menghidupkan suasana pidato yang akan dilakukan.
Hal ini memerlukan kecerdikan dan kesigapan mengamati, memahami, dan memberdayakan konteks audiens agar tujuan pidato kita tercapai. Apabila pidato yang disampaikan bukan membacakan naskah pidato atasan atau orang lain, kita masih dapat melakukan improvisasi kondisional, melakukan penambahan-penambahan sesuai dengan waktu yang disediakan. Asalkan penambahan itu memperkaya gagasan isi pidato, menghangatkan suasana, dan memperjelas subsatnsi isi pidato.
Dalam menyampaikan pidato ada enam langkah yang perlu diperhatikan, yaitu (1) menentukan maksud pidato, (2) menjajaki situasi dan latar belakang pendengar, (3) memilih topik (jika diperlukan), (4) mengumpulkan bahan atau materi pidato, (5) menyusun dan mengembangkan kerangka pidato, dan (6) melatih diri secara oral sebelum menyajikan pidato.
Keberhasilan sebuah pidato banyak bergantung pada penguasaan tempo, dinamik, dan warna suara. Tempo dapat diartikan cepat lambatnya pengucapan. Aspek ini amat perlu kita siasati sesuai dengan kondisi yang ada. Jangan berbicara terlalu cepat atau sebaliknya serta dinamis yang berkaitan dengan keras lembutnya suara. Suara tidak datar dan perlu diupayakan ada penekanan terhadap suatu kata atau kalimat tertentu. Warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan suasana, misalnya suasana gembira, sendu, sedih, atau khidmat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Hal ini memerlukan kepekaan situasional dan kondisional sehingga tidak terjadi suasana yang tidak tepat. Misalnya, suasana khidmat menggunakan warna suara dalam suasana gembira atau sebaliknya. Selain kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku, intonasi, artikulasi, vokal, dan konsonan untuk setiap kata hendaklah diucapkan secara tepat dan wajar serta dapat didengar dengan jelas oleh sasaran audiens. Dalam hal ini, perlu dihindari agar kata tidak sampai terlesap (hilang), ditambah, atau diubah satu huruf (vokal atau konsonan).
Berikut beberapa contoh yang perlu diperhatikan pengucapannya.
ucapkan [ucapken]
positif [positip]
generasi [jenerasi]
instansi [intansi]
frustrasi jangan diucapkan [frustasi]
negosiasi [negoisasi]
balans [balan]
konteks [kontek]
Indonesia [Indonesa]
Hal di atas sepertinya kelihatan sepele, namun amat perlu diperhatikn sebab mencerminkan taaran sikap profesionalisme kita.
10. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
10.1 Wawasan pendengar pidato secara umum
10.2 Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
10.3 Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
10.4 Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
10.5 Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
11. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
11.1 Pembukaan dengan salam pembuka
11.2 Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
11.3 Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
11.4 Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
12 Contoh pidato sederhana untuk siswa
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara perpisahan sekolah.
Hadirin yang saya hormati, izinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka perpisahan ini.
Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih kepada semua guru yang telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua guru, kami pun dapat lulus dari SMA ini.
Mudah-mudahan semua guru yang bertugas mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang baik dan diberi kebahagiaan selalu. Juga untuk teman-teman semua. Sungguh berat rasanya berpisah dengan kalian semua, karena kita sudah bersama 2 selama 3 tahun ini. Saya juga mendoakan teman-teman semua dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, baik universitas, institut, atau akdemi, tingkat diploma atau sarjana, maupun institusi pendidikan lainnya untuk dapat mencapai cita-cita yang selama ini diangan-angankan.
Akhir kata, saya mengucapkan sukses selalu buat teman-teman, doa saya menyertai teman-teman semua. Mohon maaf bila ada sikap ataupun tutur kata yang kurang berkenan, baik yang sengaja mauou tidak kami sengaja. Terima kasih dan selamat malam. Waktu dan tempat saya kembalikan kepada pembawa acara.
(Dari berbagai sumber dalam jaringan)
Perkembangan zaman kini menunjukkan betapa komunikasi antarmanusia berkembang cepat sesuai dengan taraf peradaban serta kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang demikian pesat membawa pengaruh terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang ujungnya memberikan tantangan dan peluang bagi manusia bahwa keterampilan berkomunikasi dalam berbagai bentuk merupakan suatu area yang harus dijawab melalui keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara dalam berbagai jenis dan bentuk memang kini memberi peluang seseorang untuk meniti karier atau mengasah keterampilan, bahkan bermuara pada keuntungan finansial yan menjanjikan. Hal ini amat terlihat dalam konteks entertain, terutama melalui media audio visual. Dalam konteks yang lain, keterampilan berbicara di depan umum, pidato misalnya, bisa digunakan untuk berbagai keperluan sekaligus memberikan banyak manfaat kepada si penyampai gagasan.
Konteks di atas sebaiknya dirasakan masyarakat pembelajar, terutama siswa sekolah menengah. Sebagai insan terpelajar, siswa atau pembelajar zaman sekarang dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Begitu juga setelah tamat tingkat menengah lantas melanjutkan ke perguruan tinggi yang ujungnya nanti menyandang gelar sarjana, tantangan hal tersebut perlu dijawab emlalui kemampuan berbahas yang baik secara lisan.
Selain mampu menulis beragam karya ilmiah dan mempresentasikannya dengan baik, siswa atau pembelajar zaman sekarang juga dituntut mampu mengemukakan gagasan secara lisan, salah satu bentunya adalah berpidato. Keterampilan berpidato tentunya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan memerlukan tahap-tahap persiapan, pelatihan, yang semuanya berporses hingga akhirnya diperoleh keterampilan secara memadai untuk bicara di depan umum.
Kadang kita temui dalam komunitas sosial tatkala seseorang gagap bicara manakala diminta secara mendadak untuk menyampaikan suatu pidato atau kata sambutan. Hal ini mengindikasikan bahwa ketermpilan berbicara di depan umum itu membutuhkan kesiapan mental dan teknik yang memadai. Untuk itu, pengembangan kemampuan berbahasa secara lisan perlu dilakukan agar siswa atau pembelajar zaman sekarang dapat menunjukkan kualitasnya seagai insan terpelajar.
2. Pengertian dan Tujuan Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud keterampilan berbahasa secara lisan aktif di depan orang banyak atau umum dengan susunan yang baik. Berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek non-kebahasaan yang dapat mendukung efisiensi dan efektivitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Berpidato memerlukan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan atau olah vokal yang didukung oleh aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, kontak pandang, gerak tangan, dll.). Di sisi lain, tujuan peyampaian gagasan secara lisan dalam bentuk berpidato antara lain adalah 1) menyampaikan informasi (informatif); 2) meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasif); dan 3) menghibur pendengar (rekreatif).
3. Jenis-Jneis/ Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
a.Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
b.Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c.Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
d.Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
e.Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f.Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
4. Kriteria Pidato yang Baik
Setiap orang yang berpidato pasti berusaha dan berharap agar pidato yang disampaikan dinilai oleh pendengarnya sebagai pidato yang baik. Pidato yang baik ditandai oleh kriteria (1) isi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta kegiatan yang sedang berlangsung, (2) kandungan isi bersifat menggugah dan memiliki manfaat bagi pendengar, (3) substansi isi tidak menimbulkan pertentangan SARA, (4) gagasan dikemas secara jelas, benar, dan objektif, (5) bahasa yang digunakan mudah dipahami, dan (6) disampaikan secara santun, etis, rendah hati, komunikatif, dan familiar.
5. Metode Berpidato
Secara teoretis pidato memiliki empat metode, yakni (1) serta-merta (impromptu), yaitu bentuk pidato yang tidak direncanakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan sesaat, (2) hafalan, yaitu pidato terencana dengan mempersiapkan teks pidato sebelumnya untuk dihafal kata demi kata, (3) naskah/tekstual, yaitu pidato yang dipersiapkan secara baik dalam teks, yang biasanya digunakan pada pertemuan resmi atau dalam media elektronik dan media cetak, dan (4) tanpa naskah (ekstemporan), yaitu pidato yang direncanakan dan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pidato atau gagasan-gagasan inti yang hendk disampaikan.
6. Tata Cara dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merupakan langkah-langkah prosedural berpidato, merujuk pada langkah-langkah dan urutan untuk memulai, mengembangkan, dan mengakhirinya. Sedangkan, etika berpidato merupakan santun berpidato yang merujuk pada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung tinggi tatkala menyampaikan pidato.
Prosedural berpidato secara umum berupa urutan berpidato yang diawali dengan pembukaan, sajian isi, dan penutup.
Pada umumnya bagian pembukaan berisi sapaan kepada pihak-pihak yang hadir atau diundang pada kesempatan pidato tersebut. Di sisi lain, dalam pembukaan juga diucapkan puji syukur kepada Allah atas rahmat dan karunia yang telah diberikan. Bagian penyampaian isi merupakan penjabaran gagasan-gagasan pokok yang disampaikan melalui pidato. Sebagai wujud penjabaran gagasan-gagasan pokok, sajian isi seringkali memerlukan konsekuensi rincian gagasan disesuaikan dengan waktu yang disediakan. Sedangkan bagian penutup berisi penyimpulan atau penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan pada bagian isi. Selain itu, penutup juga berisi harapan dan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara yang berlangsung.
Menang, pada umumnya etika berpidato menjadi pegangan bagi siapa saja yang akan berpidato. Aspek-aspek nilai tertentu yang perlu diperhatikan antara lain lebih baik tidak menyinggung perasaan orang lain, serta berupaya menghargai dan membangun optimisme serta memebri motivasi kepada audiens. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahabatan perlu diusahakan dalam berpidato.
7. Menulis Naskah Pidato
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan memang telah dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, jika kegiatan pidato itu dilakukan secara spontan, tentu kita tidak perlu menulis naskah pidato. Menulis naskah pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan lewat kegiatan berpidato. Pilihan kata, kalimat, dan paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasilkan naskah yang lain. Situasi dan kondisi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan kata dan gaya bahasa naskah pidato.
Di sisi lain, meski sebagai bahasa tulis, naskah pidato itu merupakan bahasa tulis yang akan nantinya dilisankan sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan.
Secara kompositoris, naskah pidato sama dengan naskah tertulis lainnya, meliputi bagian pendahuluan (30%), isi (60%), dan penutup (10%). Namun, konteks salam sapaan sebagai pengantar serta salam penutup perlu diperhatikan dengan benar.
8. Menyunting Naskah Pidato
Agar pidat yang disampakan berjalan dengan baik, menarik serta sesuai dengan tujuan, langkah sunting naskah amat diperlukan sehingga efisiensi dan efektivitas pidato akan tercapai. Naskah pidato perlu disunting drai sisi isi, bahasa, maupun penalarannya. Isi naskah pidato perlu dicermati kembali:= kesesuaiannya dengan tujuan pidato, konteks pendengar, dan kegiatan yang dilaksanakan.
Isi pidato juga harus dipastikan kebenarannya, cukup representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato. Sementara itu, penyuntingan terhadap bahasa difokuskan pada aspek diksi, kalimat, dan paragraf, serta gaya bahasa. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf serta gaya bahasa menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini.
Di sisi lain, penalaran naskah juga perlu disunting untuk memastikan ketepatan isi naskah yang telah dikembangkan dengan penalaran yang logis dan tepat sesuai dengan kontkes yang ada, terutama audiensnya. Pola induktif, deduktif, atau campuran dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyempurnakan Naskah Pidato
Berdasarkan suntingan naskah pidato, baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain, perlu dilakukan penyempurnaan. Hal itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan penalarannya sebagaimana yang telah disunting di atas. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengganti kosakata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya. Sementara itu, penyempurnaan paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan kohesivitas paragraf. Untuk itu, pengurangan atau penambahan kalimat, penyempurnaan atau penghilangan bagian kalimat menjadi amat penting untuk dilakukan.
10. Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan di depan audiens. Dalam konteks demikian menyampaikan pidato bukan sekadar membacakan naskah pidato di depan hadirin, melainkan juga perlu menghidupkan dan menghangatkan suasana, bahkan menciptakan interaksi yang hangat dengan audiens. Untuk itu, seseorang yang akan menyampaikan pidato harus mampu menganalisis situasi dan memanfaatkan hasil analisisnya untuk menghidupkan suasana pidato yang akan dilakukan.
Hal ini memerlukan kecerdikan dan kesigapan mengamati, memahami, dan memberdayakan konteks audiens agar tujuan pidato kita tercapai. Apabila pidato yang disampaikan bukan membacakan naskah pidato atasan atau orang lain, kita masih dapat melakukan improvisasi kondisional, melakukan penambahan-penambahan sesuai dengan waktu yang disediakan. Asalkan penambahan itu memperkaya gagasan isi pidato, menghangatkan suasana, dan memperjelas subsatnsi isi pidato.
Dalam menyampaikan pidato ada enam langkah yang perlu diperhatikan, yaitu (1) menentukan maksud pidato, (2) menjajaki situasi dan latar belakang pendengar, (3) memilih topik (jika diperlukan), (4) mengumpulkan bahan atau materi pidato, (5) menyusun dan mengembangkan kerangka pidato, dan (6) melatih diri secara oral sebelum menyajikan pidato.
Keberhasilan sebuah pidato banyak bergantung pada penguasaan tempo, dinamik, dan warna suara. Tempo dapat diartikan cepat lambatnya pengucapan. Aspek ini amat perlu kita siasati sesuai dengan kondisi yang ada. Jangan berbicara terlalu cepat atau sebaliknya serta dinamis yang berkaitan dengan keras lembutnya suara. Suara tidak datar dan perlu diupayakan ada penekanan terhadap suatu kata atau kalimat tertentu. Warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan suasana, misalnya suasana gembira, sendu, sedih, atau khidmat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Hal ini memerlukan kepekaan situasional dan kondisional sehingga tidak terjadi suasana yang tidak tepat. Misalnya, suasana khidmat menggunakan warna suara dalam suasana gembira atau sebaliknya. Selain kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku, intonasi, artikulasi, vokal, dan konsonan untuk setiap kata hendaklah diucapkan secara tepat dan wajar serta dapat didengar dengan jelas oleh sasaran audiens. Dalam hal ini, perlu dihindari agar kata tidak sampai terlesap (hilang), ditambah, atau diubah satu huruf (vokal atau konsonan).
Berikut beberapa contoh yang perlu diperhatikan pengucapannya.
ucapkan [ucapken]
positif [positip]
generasi [jenerasi]
instansi [intansi]
frustrasi jangan diucapkan [frustasi]
negosiasi [negoisasi]
balans [balan]
konteks [kontek]
Indonesia [Indonesa]
Hal di atas sepertinya kelihatan sepele, namun amat perlu diperhatikn sebab mencerminkan taaran sikap profesionalisme kita.
10. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
10.1 Wawasan pendengar pidato secara umum
10.2 Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
10.3 Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
10.4 Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
10.5 Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
11. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
11.1 Pembukaan dengan salam pembuka
11.2 Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
11.3 Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
11.4 Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
12 Contoh pidato sederhana untuk siswa
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara perpisahan sekolah.
Hadirin yang saya hormati, izinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka perpisahan ini.
Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih kepada semua guru yang telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua guru, kami pun dapat lulus dari SMA ini.
Mudah-mudahan semua guru yang bertugas mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang baik dan diberi kebahagiaan selalu. Juga untuk teman-teman semua. Sungguh berat rasanya berpisah dengan kalian semua, karena kita sudah bersama 2 selama 3 tahun ini. Saya juga mendoakan teman-teman semua dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, baik universitas, institut, atau akdemi, tingkat diploma atau sarjana, maupun institusi pendidikan lainnya untuk dapat mencapai cita-cita yang selama ini diangan-angankan.
Akhir kata, saya mengucapkan sukses selalu buat teman-teman, doa saya menyertai teman-teman semua. Mohon maaf bila ada sikap ataupun tutur kata yang kurang berkenan, baik yang sengaja mauou tidak kami sengaja. Terima kasih dan selamat malam. Waktu dan tempat saya kembalikan kepada pembawa acara.
(Dari berbagai sumber dalam jaringan)
Komentar
Posting Komentar
Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.