LKS MEMBERIKAN TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT KELAS XII MIPA 4 TAHUN 2015/2016
Konsep memberikan tanggapan, sanggahan, dan penolakan secara dasar sudah kalian pahami lengkap melalui pelacakan berbagai referensi, baik melalui buku atau jejaring, yang hasilnya kalian tulis di Buku Latihan. Pemahaman perihal tersebut menuntut tindak lanjut aplikasi dalam konteks yang benar. Proses pembelajaran berikutnya adalah mewujudkan hal itu dalam konteks lebih luas tatkala kita memperoleh, menerima, dan menghadapi suatu informasi dalam era yang serbacanggih ini.
Suatu informasi hendaknya disikapi secara berjarak, dalam arti menyikapi secara kritis perihal kebenarannya. Setiap orang memiliki hak untuk menerima atau menolak suatu informasi. Sikap ini lebih baik apabila dibarengi dengan sistem atau pola pikir yang sahih dan benar.
Beberapa kaidah dan prinsip penalaran secara inti sudah kalian pahami, begitu juga dengan bentuk-bentuk kesalahan penalaran yang sering kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari melalui opini seseoarng yang kian marak bertaburan. Nah, kini saatnya kalian menyikapi opini dalam wacana di bawah ini dengan sikap kritis dan berdasar sehingga ketika memberikan tanggapan, sanggahan, atau penolakan tercermin kecerdasan kalian menyikapi pola pikir suatu gagasan atau informasi.
Langkah Kerja Memberikan Tanggapan atau Penolakan Pendapat!
1. Tentukan kalimat-kalimat inti gagasan opini yang terdapat dalam wacana!
2. Berdasarkan kalimat inti gagasan tersebut tentukan simpulan pendapat! Simpulan pendapat sama dengan K dalam silogisme. K dalam silogisme memiliki rumus yang mengandung term C=B!
3. Berdasarkan hal tersebut disusun Pm= C=A; Artinya kalian harus membuat term A, yaitu term hantaran (penghubung) antara PM dan Pm. Ingat, bahwa A adalah term suatu komunitas, dan di dalamnya terdapat C!
4. Bila sudah ditentukan term A, kita restrukturisasi dalam susunan silogisme:
PM (PU) : A = B
Pm (Pk) : C = A
K : C = B
Manakala langkah kita benar, kalian sudah melewati tahap validitas. Artinya, langkah kerja kalian sudah memenuhi sebagian kaidah silogisme dari sisi term, proposisi, dan rumusnya. Langkah kalian sudah valid, sahih.
5. Langkah berikutnya adalah meneliti kebenarannya (truth). Di sinilah kita lihat sisi kebenaran dari segi fakta berbicara. Apabila pernyataan itu terdapat atau berlaku untuk suatu komunitas, kebenaran sudah diakui. Tulislah poin-poin kalimat inti yang menurut kalian merupakan gagasan kesalahan penalaran!
6. Berdasarkan data-data di atas kalian memberikan tanggapan atau sanggahan dalam bentuk paragraf! Apabila kalian menemukan 1 (satu) kesalahan penalaran, kalian memberikan sanggahan minimal dua paragraf, di samping paragraf pembuka dan penutup. Jadi, empat paragraf! Dua paragraf sanggahan berisi 1) paragraf paparan kekurangan atau kelemahan opini lawan yang kalian temukan, ditulis terurai atau rinci dari umum ke khusus hingga semakin memperlihatkan kelemahan penalaran opini yang kalian sanggah; 2) paragraf sanggahan yang mengemukakan pola pikir dan alternatif kemungkinan lebih baik, lebih logis, lebih realistis sehingga memperlihatkan gagasan kalian jauh lebih tepat dan lebih sesuai dengan kebutuhan dan keadaan.
7. Kriteria penilaian didasarkan pada isi, konstruksi, dan bahasa yang secara proporsional berbanding 40-30-30.
8. Harap diingat, kaidah tata tulis mutlak memengaruhi hasil akhir penilaian! Kesalahan tata tulis dikenakan pengurangan skor sesuai jumlah yang ditemukan.
9. Jawaban dimasukkan melalui komentar. Jawaban yang dikirim hanya a) restrukturisasi silogisme, dan b) tanggapan-sanggahan-penolakan pendapat! Kalian bisa menentukan sendiri pilihan tanggapan, sanggahan, atau penolakan. Secara prinsip, ketiganya memiliki level yang berbeda dengan konsekuensi logis yang sesuai.
10. Kriteria penilaian berhubungan dengan variabel isi (40%), konstruksi (30%), dan bahasa (30%).
11. Jawaban diterima bila memenuhi persyaratan yang ditentukan: 1) MENGGUNAKAN EMAIL NAMA SAH; 2) menuliskan nama, kelas, dan nomor absen. Tidak ada perbaikan atau kesempatan mengirim ulang.
12. Guru berhak menyeleksi jawaban yang dimunculkan di daring.
13. Tabel lokasi soal dan pemberi tanggapan-sanggahan-penolakan.
Wacana 1
No.
|
No. Paragraf
|
No. Absen yang Mengerjakan
|
1
|
1-2-3
|
1; 9; 23; 24; 31
|
2
|
4-5-6
|
2; 10; 22; 25; 32
|
3
|
7-8-9
|
3; 11; 21; 26
|
4
|
Judul-10-11
|
4; 12; 20; 27
|
Wacana 2
No.
|
No. Paragraf
|
No. Absen yang Mengerjakan
|
1
|
1-2-3
|
5; 19; 28, 33
|
2
|
4-5-6
|
6; 13; 18; 29
|
3
|
7-8-9
|
7; 14; 17; 30
|
4
|
10-11-12
|
8; 15; 16;34
|
Gema Dunia
Persilatan Kho Ping Hoo
1. Meski
Kho Ping Hoo telah meninggal hampir 20 tahun silam, para pendekarnya terus
mengembara di dunia persilatan. Tepatnya di dalam cersil atau cerita silat
karyanya yang terus diterbitkan oleh CV Gema di kampung Mertokusuman, Solo,
Jawa Tengah. ”Pada suatu senja, di kala angin pengantar malam tengah sibuk
mengatur mega…” Demikian Kho Ping Hoo mengawali cersil Kisah Sepasang Naga atau
Ji Liong Jio Cu.
2. Pendekar-pendekar
rekaan Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (1926-1994) itu bersemayam di gudang
penerbit CV Gema, di kampung Mertokusuman 761, RT 002 RW 007, Solo. Tersebutlah
antara lain Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila,
Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar
Budiman, dan barisan pendekar lain.
3. Tak
kurang dari 111 judul cersil karya Kho Ping Hoo menjadi koleksi Gema. Sebanyak
82 judul merupakan cersil Mandarin dan sisanya adalah cersil Indonesia, plus
serial lain. Di luar jumlah tersebut, Gema juga menerbitkan buku karya sejumlah
penulis lain, termasuk di antaranya karya Suparto Brata dan Widi Widayat.
4. Di
antara deretan judul tersebut, cersil yang paling banyak diminati sampai hari
ini adalah karya Kho Ping Hoo. Menurut pimpinan CV Gema, Bunawan Sastraguna
Wibawa (67), cersil yang paling banyak dipesan terutama serial Bu-Kek Sian-Su
dan Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Khiam). Serial Bu-Kek Sian-Su terdiri atas 17
judul, antara lain Suling Naga (29 jilid), Sepasang Pedang Iblis (50 jilid),
dan Pendekar Super Sakti (42 jilid).
5. Cersil
karya Kho Ping Hoo mengalami zaman keemasan pada era 1960-1980-an. Ketika itu
pembaca selalu menunggu lanjutan cerita yang sedang ditulis Kho Ping Hoo dengan
mesin ketik Oliveti dan kemudian berganti dengan Brother. Di atas mesin ketik
itulah dengan produktifnya jari-jari Kho Ping Hoo bergerak lincah bagai
pendekar silat. ”Beliau mengetik dengan sepuluh jari, dan cepat sekali
mengetiknya seperti senapan mesin, tret tet-tet-tet..!” kata Bunawan.
6. Secepat
muntahan pelor dari senapan mesin pula cersil Kho Ping Hoo laris menyerbu pasar
pada era tersebut. Bunawan memberikan contoh seri Pendekar Super Sakti yang
untuk satu jilid saja sekali cetak 12.500 eksemplar. Jika seri itu terdiri atas
42 jilid, maka total untuk satu judul saja tercetak 525.000 eksemplar. ”Padahal,
pengarang lain ketika itu untuk bisa mencetak 2.000 (eksemplar) saja sudah
rekasa (susah),” kata Bunawan.
7. Sebagian
pembaca cersil pada era 1960-1980-an itu hanya menyewa dari tempat persewaan
buku atau taman bacaan. Sebagian lain, yang katakanlah ”lebih beruntung” secara
ekonomi, bisa membeli langsung di toko buku. Kini penikmat cersil Kho Ping Hoo
di masa lalu itu berusia sekitar 40-an tahun ke atas. Pembaca itulah yang
menjadi konsumen utama cersil Kho Ping Hoo. Mereka pula yang menghidupkan usaha
CV Gema.
8. Para
penggemar lama itu tentu tidak lagi menyewa buku, tapi membeli langsung. Dan,
bukan hanya membeli eceran per jilid, tapi satu set serial. Gema memang
menerbitkan karya per set. Begitu pula toko buku menjual buku per set. Satu set
Kisah Sepasang Naga yang terdiri atas 10 jilid dipatok dengan harga Rp 35.000.
Relatif murah bagi pembaca yang suka menikmati kopi di kedai yang harga
segelasnya sebesar Rp 47.000. Di kota besar seperti Jakarta, cersil Kho Ping
Hoo bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia. Selain itu
juga ada yang menjual secara online.
9. Sejak
dulu format buku cersil Kho Ping Hoo tetap mungil dengan ukuran 14 X 11,5
sentimeter, atau seperempat kertas ukuran kuarto. Isinya pun hanya sekitar 64
halaman, cukup tipis. Sampulnya sederhana dengan satu atau dua warna yang
digambar oleh Yohanes dan Antonius. ”Pernah kami coba cetak dengan format
besar, lebih tebal, dan cover-nya full color, tapi ditolak sama agen. Kata
mereka susah menjualnya,” kata Bunawan.
10. Keberadaan
Gema tak lepas dari produktivitas Kho Ping Hoo sebagai penulis. Ia menulis
sejak 1958 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ketika itu karyanya diterbitkan oleh CV
Analisa, milik Selecta Group, Jakarta, yang menerbitkan majalah Selecta. Tahun
1961, ia mendirikan penerbit sendiri bernama PU Jelita. Setelah kerusuhan di
Tasikmalaya pada awal 1960-an, Kho Ping Hoo hijrah ke Solo. Di kota ini, ia
mendirikan penerbit CV Gema tahun 1964. Sampai tahun 1970, Kho Ping Hoo
mengurus sendiri seluruh proses penerbitan, mulai dari mengarang sampai
distribusi. Tahun 1973, urusan penerbitan Gema dipercayakan kepada menantunya,
Bunawan. ”Beliau ingin konsentrasi menulis,” kata Bunawan
11. Kho
Ping Hoo sering menulis di Wisma Damai di Tawangmangu, daerah wisata sejuk di
lereng Gunung Lawu, sekitar 40 kilometer dari Solo. Gema ketika itu memang
kemudian berjaya dengan mengoperasikan percetakan offset. Mereka mempekerjakan
sekitar 60 karyawan. Kini, untuk pencetakan, Gema menyerahkan ke percetakan
lain. ”Karena secara bisnis keuntungannya kurang memadai. Gema menerbitkan
karena tanggung jawab moral kepada para penggemar,” kata Bunawan. Kini hanya
ada tujuh pekerja dengan masa kerja 35 sampai 45 tahun. ”Kami ini seperti
sisa-sisa laskar pajang he-he…” kata Hardjo, karyawan bagian administrasi yang
bekerja di Gema sejak tahun 1968.
12. Mereka
kebanyakan warga kampung Mertokusuman. Suparni (66), yang sudah 36 tahun
bekerja, suatu pagi pada awal September lalu tengah bekerja memasang sampul
cersil berjudul Pendekar Kayu Harum. Untuk menempel sampul dengan buku
diperlukan lem dengan bahan pati kanji atau tepung. Untuk mengoleskan digunakan
sepet atau sabut kelapa yang dibentuk menyerupai kuas. Bisa dikatakan serba
sederhana. Sesederhana wujud buku cersil Kho Ping Hoo. Namun, buku mungil itu
terbukti bisa membawa pembaca berkelana ke jagat fantasi, mengembara ke dunia
persilatan di mana kejujuran dan kebaikan selalu menang.
Frans Sartono
Wacana 2
Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!
1.
Komikus
Indonesia ibarat bergerilya di medan berat. Mereka harus menemukan cara
bertahan hidup di pasar domestik, sekaligus bertarung di pasar global.
Pertarungan itu tak terhindarkan karena pemain global pun terus mengukuhkan
kekuatan di pasar domestik.
2.
Di
tengah dominasi komik impor di negeri ini, komik Indonesia masih ada. Itu
membuktikan keliatan ide dan semangat para komikus negeri ini. Beragam
tantangan harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar.
Terlebih lagi, agar karya itu bisa memberi penghidupan bagi pembuatnya,
sekaligus memberi inspirasi tentang Indonesia bagi pembacanya.
3.
Tantangan
pertama, penerbit komik di Indonesia kerap tak menerapkan strategi promosi. Ini
karena penerbit besar justru lebih terbiasa memasarkan terjemahan komik impor.
Komik impor masuk ke pasar Indonesia dalam paket strategi pemasaran
komprehensif dari pemegang properti intelektual di negeri asalnya.
4.
Hanya
lisensi untuk mencetak terjemahan yang diberikan pada penerbit di Indonesia.
Peredaran film animasi, video game, serta merchandise—dari bolpoin, boneka,
hingga makanan—berkaitan dengan karakter komik impor itu tetap dikelola si
pemegang properti intelektual. Penerbit di Indonesia cukup disibukkan dengan
sebanyak mungkin alih bahasa dan peluncuran komik impor baru tiap bulan.
5.
Manajer
Redaksi Fiksi Elex Media Ida Bagus Kade Syumanjaya menjelaskan, ratusan judul
komik impor baru yang terbit setiap bulan sebenarnya mendorong pembaca untuk
lebih selektif membeli komik. Namun, penerbit seperti Elex memandang perlu
menerbitkan banyak judul karena margin yang ditekan minimal demi harga jual
rendah. Komik impor umumnya dijual dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per
judul. ”Kami mengumpulkan pemasukan dari jumlah judul yang banyak dengan
selisih margin kecil,” ujar Syumanjaya.
6.
Masalahnya,
penerbit kerap memperlakukan komik Indonesia seperti terjemahan komik impor.
Tanpa promosi, berhadapan dengan komik impor, komik Indonesia ibarat kalah
sebelum bertanding. ”Karena tidak dipromosikan, kebanyakan cetakan pertama
komik Indonesia tidak habis terjual. Untuk menyelesaikan cerita pun sulit.
Begitu komik volume pertama tidak sukses di pasar, penerbit tidak akan mau
melanjutkan cerita di buku berikutnya,” ujar komikus Chris Lie. Bukan hanya
soal promosi. Secara umum, industri penerbitan di Indonesia pun belum berpihak
kepada komikus. Mari kita tengok Jepang, negara produsen komik terbesar saat
ini. Di sana, karya komikus dibayar dengan harga per halaman (page-rate).
Mereka juga memperoleh pendapatan mengalir dari royalti atas karakter komik
yang dikembangkan ke format animasi, game, atau aneka merchandise. Bahkan,
pinjaman biaya produksi bisa diberikan kepada tim penggarap komik yang dianggap
berpotensi.
7.
Di
Indonesia, sebagian besar komikus tidak dibayar dengan harga karya per halaman.
Komikus semata berharap penghasilan dari royalti. Padahal, royalti tidak bisa
jadi sandaran hidup apabila komik karyanya tidak sukses dicetak berulang kali.
Di Indonesia, masih langka pula karakter komik yang dikembangkan dalam format
lain seperti game atau film. Kebanyakan penerbit komik tidak membayar komikus
dengan harga karya per halaman sebab hal itu akan menaikkan harga jual komik.
Sementara pembaca sangat sensitif merespons komponen harga. Mereka terbiasa
dengan harga komik impor yang murah.
8.
Saat
ini pun komik Indonesia kerap dijual dengan harga lebih tinggi daripada komik
impor. Komik Indonesia biasanya dikemas dengan kualitas kertas dan sampul lebih
baik untuk menarik minat pembaca. Penerbit juga memberi royalti lebih tinggi,
yakni 10 persen, untuk komikus Indonesia. Namun, total royalti yang diterima
komikus tak luput dipotong pajak 15 persen. Beng Rahadian, Editor Cendana Art
Media yang khusus menerbitkan komik Indonesia, menambahkan, ”Peraturan Pajak
Pertambahan Nilai pada harga buku, termasuk komik, juga mulai diterapkan per
Agustus 2015. Makin sulit kami menghitung harga jual komik.”
9.
Tantangan
yang dihadapi komikus Indonesia bakal makin berat. Kini, produsen komik Jepang
justru makin serius menggarap pasar Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi
demografis Jepang dengan penduduk menua makin besar. Di sisi lain, Indonesia
adalah pasar yang amat besar. Sekitar 120 juta penduduk negeri ini berada pada
rentang usia 15-44 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014).
10. Selain itu, selama lebih dari 20
tahun terakhir, pasar Indonesia sudah sangat terbiasa dengan komik Jepang.
Terlebih apabila dibandingkan dengan pasar besar lain, seperti Tiongkok dan
India. Chris Lie dari majalah Reon mengakui, penerbit komik di Indonesia makin
merasakan alotnya persaingan dengan penerbit Jepang di pasar dalam negeri.
Apalagi, penerbit dari luar difasilitasi pemerintah mereka dengan data riset
pasar Indonesia. Di tengah beratnya tantangan pasar, kapasitas kreatif komikus
Indonesia terus tumbuh. Dalam kompetisi manga di Jepang, komikus Indonesia
kerap memborong penghargaan. Sejumlah karya komikus Indonesia juga kian
diminati pasar global. Garudayana Saga karya Is Yuniarto, misalnya, kini siap
diedarkan di Jepang oleh Digital Catapult, salah satu penerbit komik besar
negeri itu.
11. Sweta Kartika tengah menyiapkan
format baru komik daring (online) Nusantara Ranger untuk diterbitkan di luar
negeri. Komikus lain, Faza Meonk dan Muhammad Isa, juga mencetak prestasi
serupa. Karya para komikus yang menembus pasar global ini punya satu ciri,
yakni konten bernuansa budaya Indonesia. Para komikus Indonesia sudah
membuktikan ketangguhan mereka dengan terus berkarya. Meski begitu, Indonesia
memiliki potensi jauh lebih besar dari itu. Pemerintah perlu menangkap semangat
dan mengelola energi kreatif tersebut. Sayangnya, mencari kata ”komik” dalam
dokumen pemerintah pun sungguh tak mudah. Rencana Pengembangan Penerbitan
Nasional 2015-2019 yang merupakan penyempurnaan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2015-2025, misalnya, tidak mencantumkan elaborasi spesifik
soal komik Indonesia. Belum jelas pula rencana pengembangan komik Indonesia
oleh Badan Ekonomi Kreatif yang kini mengelola pengembangan industri kreatif,
termasuk komik, di Indonesia.
12. Banyak hal tak bisa dilakukan
sendiri oleh komikus Indonesia. Menjadi porsi pemerintah untuk mengatur
kualifikasi kemitraan bisnis bagi penerbit asing misalnya. Juga menciptakan
insentif atau setidaknya ketentuan perpajakan yang lebih ramah bagi komikus Indonesia.
Hal lain yang perlu, skema pembiayaan untuk karya kreatif. Tak ketinggalan juga
dorongan agar penerbit komik di Indonesia tidak menjadi ”besar” daripada
terjemahan komik impor semata. Mengembangkan komik—dan ekonomi kreatif
umumnya—tentu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah. Namun, orang-orang
kreatif ini pun tak bisa dibiarkan berjuang sendiri.
Nama: Enrico Leonardo Hardy
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Absen: 9
Wacana 1 (Paragraf 1,2,3)
Hiburan adalah segala sesuatu, baik berbentuk kata-kata, tempat, benda ataupun perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Salah satu cara hiburan yang mudah dilakukan adalah membaca novel atau komik. Novel dan komik merupakan salah satu jenis karya sastra yang dapat berbentuk fiksi ataupun non-fiksi. Salah satu cerita genre yang paling terkenal dan banyak penyukanya adalah cerita silat. Cerita silat yang paling terkenal adalah cerita silat karya Kho Ping Hoo. Cerita silat karya Kho Ping Hoo pernah berjaya di Indonesia pada era 1960-1980.
PM: Premis Mayor
Pm: Premis Minor
K: Kesimpulan
I. Restrukturisasi Dalam Susunan Silogisme
1.1 Paragraf 1:
Kalimat inti: Cerita silat karya Kho Ping Hoo diterbitan oleh CV Gema.
PM: Semua cerita silat yang terus mengembara di dunia persilatan (A) diterbitkan oleh CV Gema. (B)
Pm: Cerita silat karya Kho Ping Hoo (C) tetap mengembara di dunia persilatan. (A)
K: Cerita silat karya Kho Ping Hoo (C) diterbitkan oleh CV Gema. (B)
1.2 Paragraf 2:
Kalimat inti: Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain bersemayam di gudang penerbit.
PM: Semua pendekar rekaan Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo bersemayam di gudang penerbit CV Gema, di kampung Mertokusuman 761, RT 002 RW 007, Solo. (B)
Pm: Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang,Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain (C) merupakan pendekar rekaan Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo. (A)
K: Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain (C) bersemayam di gudang penerbit CV Gema, di kampung Mertokusuman 761, RT 002 RW 007, Solo. (B)
1.3 Paragraf 3
Inti paragraf 3: Gema menyukai cerita silat Kho Ping Hoo.
PM: Semua orang yang mengoleksi cersil karya Kho Ping Hoo (A) pasti akan menyukai Kho PingHoo. (B)
Pm: Gema (C) mengoleksi tak kurang dari 111 judul cerita silat karya Kho Ping Hoo. (A)
K: Gema (C) menyukai cerita silat Kho Ping Hoo. (B)
II. Tanggapan , Sanggahan, dan Penolakan Pendapat
BalasHapus2.1 Paragraf 1
Menurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 1 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada paragraf 1. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Partikular adalah kesimpulan yang terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek. Pada silogisme paragraf 1, subjeknya adalah“cerita silat karya Kho Ping Hoo”, sedangkan lingkungannya adalah “semua cerita rakyat”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 1 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 1 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Aturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 1, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 1 adalah “Cerita silat karya Kho Ping Hoo diterbitkan oleh CV Gema”. Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 1 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 1 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 1 telah valid menurut aturan silogisme.
Di lihat dari segi fakta, maka menurut saya silogisme paragraf 1 terdapat kesalahan penalaran, di mana premis mayor yang digunakan terlalu luas, penulis menganggap semua cerita silat yang terus mengembara di dunia persilatan diterbitkan oleh CV Gema. Itu berarti cerita silat yang diterbitkan oleh CV Gema akan terus mengembara di dunia persilatan Indonesia. Padahal menurut saya, tidak semua cerita silat yang ingin mengembara di dunia persilatan Indonesia harus diterbitkan oleh CV Gema, bisa saja diterbitkan oleh penerbit lain.
Selain itu juga terdapat kesalahan pada premis minornya, di mana penulis beranggapan bahwa cerita silat karya Kho Ping Hoo tetap mengembara di dunia persilatan. Padahal seperti yang kita ketahui, cerita silat karya Kho Ping Hoo hanya berjaya di Indonesia pada era 1960-1980 saja.
Jadi menurut saja, terdapat kesalahan penalaran yang terdapat pada premis mayor dan premis minornya.
BalasHapus2.2 Paragraf 2
Menurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 2 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada paragraf 2. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Partikular adalah kesimpulan yang terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek. Pada silogisme paragraf 2, subjeknya adalah“Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain”, sedangkan lingkungannya adalah “Semua pendekar rekaan Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 2 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 2 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Aturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 2, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 2 adalah “Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain bersemayam di gudang penerbit CV Gema, di kampung Mertokusuman 761, RT 002 RW 007, Solo.”. Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 2 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 2 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 2 telah valid menurut aturan silogisme.
Di lihat dari segi fakta, maka menurut saya silogisme paragraf 2 terdapat kesalahan penalaran dan dapat membuat orang yang membacanya salah nalar. Di mana pada kesimpulan tertulis “Pendekar Tanpa Bayangan, Pendekar Bunga Merah, Pendekar Gila, Pendekar Pemabuk, Pendekar Super Sakti, Pendekar Mata Keranjang, Pendekar Budiman, dan barisan pendekar lain bersemayam di gudang penerbit CV Gema, di kampung Mertokusuman 761, RT 002 RW 007, Solo.” Yang perlu digaris bawahi di sini adalah kata bersemayam. Kata bersemayam lebih identik orang yang telah meninggal. Misalnya jasad Jendral Ahmad Yani bersemayam di Taman Makah Pahlawan di Kalibata. Menurut saya akan lebih baik jika penulis menggunakan kata-kata lain selain akta bersemayam, misalnya tersimpan.
2.3 Paragraf 3
BalasHapusMenurut saya silogisme yang dibuat pada paragraf 3 telah memenuhi aturan silogisme. Berikut analisis silogisme pada paragraf 3. Jika salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan juga harus berbentuk partikular. Partikular adalah kesimpulan yang terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek. Pada silogisme paragraf 3, subjeknya adalah“Gema”, sedangkan lingkungannya adalah “Semua orang yang menyukai cerita silat Kho Ping Hoo”. Jadi telah memnuhi aturan silogisme yang pertama.
Aturan silogisme yang kedua adalah jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif. Pada silogisme paragraf 3 tidak terdapat premis negatif, jadi kesimpulannya tidak perlu dibuat negatif. Bersadarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 3 telah memenuhi aturan silogisme yang kedua.
Aturan silogisme yang ketiga adalah jika kedua premis bersifat negatif, maka tidak dapat diambil kesimpulan. Hal ini terjadi karena tidak adanya mata rantai yang menghubungkan kedua komposisi premisnya (kesimpulan hanya dapat diambil jika salah satu premisnya positif). Pada silogisme paragraf 3, baik premis mayor maupun premis minor tidak bersifat negatif. Maka dapat diambil kesimpulannya. Di mana kesimpulan silogisme paragraf 3 adalah “Gema menyukai cerita silat Kho Ping Hoo.” Jadi dapat disimpulkan bahwa silogisme paragraf 3 telah memenuhi aturan silogisme yang ketiga.
Jadi berdasarkan hasil restrukturisasi ke dalam susunan silogisme, silogisme paragraf 3 telah memenuhi ketiga aturan utama dalam membangun sebuah silogisme. Jadi bisa disimpulkan bahwa silogisme paragraf 3 telah valid menurut aturan silogisme.
Di lihat dari segi fakta, maka menurut saya silogisme paragraf 3 terdapat kesalahan penalaran, di mana premis mayor yang digunakan terlalu luas, penulis menganggap semua orang yang menyukai cerita silat Kho Ping Hoo pasti akan mengoleksi serialnya. Menurut saya tidak semua orang yang menyukai cerita silat Kho Ping Hoo pasti akan mengoleksi serialnya, bisa saja orang itu meminjam atau menyewa cerita silat karya Kho Ping Hoo di tempat peminjaman buku, atau juga mungkin membacanya di perpustakaan, tetapi orang itu tetap menyukai cerita silat Kho Ping Hoo tanpa harus mengoleksinya. Jadi menurut saya penulis tidak dapat mengatakan bahwa semua orang yang menyukai cerita silat Kho Ping Hoo pasti akan mengoleksi serialnya.
Jadi dapat disumpulkan bahwa penalaran pada paragraf 1, 2, dan 3 yang telah direstrukturisasi ke dalam silogisme telah valid, karena silogisme yang terdapat pada paragraf 1,2, dan 3 telah memenuhi ketiga aturan utama dari silogisme yang baik dan benar. Tetapi dari segi kebenaran (truth) terdapat beberapa hal yang menyimpang dari fakta yang ada. Maka dari itu hendaknya kita dapat lebih cermat dan lebih kritis lagi dalam menanggapi pendapat orang lain, terutama yang mengandung opini publik.
GEMA DUNIA PERSILATAN KHO PING HOO
BalasHapusWacana 1 Paragraf 7,8, dan 9
RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
Kalimat inti : Penikmat cersil Kho Ping Hoo berusia 40 tahun ke atas
PM : Sebagian pembaca cersil era 1960-1980-an (A) berusia 40 tahun ke atas (B)
Pm : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) merupakan pembaca cersil era 1960-1980-an(A)
K : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) berusia 40 tahun ke atas (B)
1.2. Paragraf 8
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia
PM : Banyak cersil (A) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Pm : Kho Ping Hoo (C) merupakan bagian dari cersil (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
1.3. Paragraf 9
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang
PM : Cersil tahun 1960-1980-an (A) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Pm : Cersil Kho Ping Hoo (C) adalah cersil tahun 1960-1980-an (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
GEMA DUNIA PERSILATAN KHO PING HOO
BalasHapusWacana 1 Paragraf 7,8, dan 9
RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
Kalimat inti : Penikmat cersil Kho Ping Hoo berusia 40 tahun ke atas
PM : Sebagian pembaca cersil era 1960-1980-an (A) berusia 40 tahun ke atas (B)
Pm : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) merupakan pembaca cersil era 1960-1980-an(A)
K : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) berusia 40 tahun ke atas (B)
1.2. Paragraf 8
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia
PM : Banyak cersil (A) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Pm : Kho Ping Hoo (C) merupakan bagian dari cersil (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
1.3. Paragraf 9
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang
PM : Cersil tahun 1960-1980-an (A) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Pm : Cersil Kho Ping Hoo (C) adalah cersil tahun 1960-1980-an (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
GEMA DUNIA PERSILATAN KHO PING HOO
BalasHapusWacana 1 Paragraf 7,8, dan 9
RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
Kalimat inti : Penikmat cersil Kho Ping Hoo berusia 40 tahun ke atas
PM : Sebagian pembaca cersil era 1960-1980-an (A) berusia 40 tahun ke atas (B)
Pm : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) merupakan pembaca cersil era 1960-1980-an(A)
K : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) berusia 40 tahun ke atas (B)
1.2. Paragraf 8
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia
PM : Banyak cersil (A) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Pm : Kho Ping Hoo (C) merupakan bagian dari cersil (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
1.3. Paragraf 9
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang
PM : Cersil tahun 1960-1980-an (A) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Pm : Cersil Kho Ping Hoo (C) adalah cersil tahun 1960-1980-an (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
GEMA DUNIA PERSILATAN KHO PING HOO
BalasHapusWacana 1 Paragraf 7,8, dan 9
RESTRUKTURISASI
1.1. Paragraf 7
Kalimat inti : Penikmat cersil Kho Ping Hoo berusia 40 tahun ke atas
PM : Sebagian pembaca cersil era 1960-1980-an (A) berusia 40 tahun ke atas (B)
Pm : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) merupakan pembaca cersil era 1960-1980-an(A)
K : Penikmat cersil Kho Ping Hoo (C) berusia 40 tahun ke atas (B)
1.2. Paragraf 8
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia
PM : Banyak cersil (A) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Pm : Kho Ping Hoo (C) merupakan bagian dari cersil (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) bisa dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
1.3. Paragraf 9
Kalimat inti : Cersil Kho Ping Hoo tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang
PM : Cersil tahun 1960-1980-an (A) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Pm : Cersil Kho Ping Hoo (C) adalah cersil tahun 1960-1980-an (A)
K : Cersil Kho Ping Hoo (C) tidak pernah berubah tampilan sampai sekarang (B)
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
TANGGAPAN-SANGGAHAN-PENOLAKAN PENDAPAT
BalasHapusPembuka
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berjuta-juta cerita. Cerita yang ada bukan hanya satu jenis cerita saja, tetapi banyak macam seperti cerita dongeng, cerita rakyat, cerita fiksi, bahkan cerita silat. Cerita dongeng, cerita rakyat, dan cerita fiksi sudah tidak asing lagi bagi kita, namun cerita silat cukup terdengar asing karena cerita ini memiliki peminat rata-rata berusia 40 tahun ke atas. Cerita silat atau yang sering disingkat cersil merupakan sebuah sub-genre dari semi-fantasi dan cerita silat dalam literatur, televisi dan dunia perfilman. Di Indonesia tidak seperti di dunia pada umumnya, di mana cersil didominasi oleh penokohan orang-orang dan budaya Tiongkok, cersil banyak dibangun atas unsur-unsur lokal. Salah satu cersil yang cukup terkenal di Indonesia ialah cersil karya Kho Ping Hoo. Kho Ping Hoo dikenal luas karena kontribusinya bagi literatur fiksi silat Indonesia, khususnya yang bertemakan Tionghoa Indonesia yang tidak dapat diabaikan.
Paragraf 7
Cersil Kho Ping Hoo memang sudah dikenal sejak dulu karena ceritanya yang menarik. Cersil ini mengalami masa keemasannya pada era 1960-1980-an karena cerita yang disajikan sangat menarik perhatian pembaca sehingga selalu menunggu kelanjutan ceritanya. Pada era 1960-1980-an, sebagian pembaca cersil yang dikatakanlah kurang mampu tetap dapat membacanya. Sesuai yang dikatakan penulis bahwa pembaca cersil yang kurang mampu dapat meminjam atau menyewa buku tersebut di tempat persewaan buku atau taman bacaan. Hal ini sangat membantu bagi pembaca cersil untuk tetap mengikuti kelanjutan cerita tersebut. Sedangkan yang dapat dikatakan lebih beruntung dapat membelinya secara langsung di toko buku. Pembaca tetap mempertahankan keinginannya untuk tetap membaca cersil sebagai bagian dari hobi membacanya sehingga dapat memberi dampak positif bagi kita dan lingkungan, seperti cerita kita bisa dikenal di negara lain dengan adanya komunikasi antar sesama kita meski ada yang berbeda kewarganegaraan. Sehingga orang-orang dari luar Indonesia juga dapat mengenal cersil-cersil yang ada khususnya karya Kho Ping Hoo.
Tindakan yang dilakukan bagi penggemar bacaan cersil untuk tetap mengikuti kelanjutan cerita merupakan hal yang sangat baik. Untuk tetap mengikuti kelanjutannya dapat memberi dampak yang positif bagi dunia percetakan. Hal itu terjadi karena semakin banyak dari penggemar cersil yang akan membaca maka usaha percetakan akan tetap mencetak secara terus-menerus karena keinginan konsumen. Selain itu, bagi pembaca sendiri dapat mendalami budaya-budaya Indonesia gabungan Tiongkok yang terdapat dalam cerita. Dalam proses pencetakan yang berperan aktif ialah dunia percetakan CV Gema. CV Gema lah yang selalu mencetak cersil-cersil karya Kho Ping Hoo sehingga cersil Kho Ping Hoo dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko buku.
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
Paragraf 8
BalasHapusBentuk cetakan buku cersil yang diterbitkan oleh CV Gema tidak lagi dijual dalam bentuk eceran per jilid, tetapi satu set serial. Hal ini akan menjadi kurang efektif karena bila dijual langsung satu set serial akan menyulitkan penggemar cersil yang kurang mampu untuk mengeluarkan biaya guna membeli buku dari kelanjutan ceritanya, walaupun penulis menuliskan bahwa para penggemar lama itu tidak lagi menyewa buku, tetapi langsung membeli. Pendapat yang diutarakan penulis kurang memiliki bukti yang kuat sehingga pembaca tidak dapat mengetahui yang dikategorikan sebagai penggemar yang dikatakan “lebih beruntung” tersebut. Karena CV Gema menerbitkan karya per set maka toko buku menjualnya dalam bentuk per set pula. Namun, bila dipikirkan lebih mendalam, hal yang dilakukan penerbit dengan mencetak cersil dalam per set dapat memberi dampak yang positif yaitu dimana para pembaca dapat menabung atau menyisihkan sebagian uangnya untuk disimpan lalu dibelikannya buku cersil Kho Ping Hoo. Sebaliknya, bagi pembaca yang kurang bisa untuk menabung maka keinginannya untuk membeli cersil Kho Ping Hoo dalam satu set serial akan sulit untuk diwujudkan.
Satu set cersil Kho Ping Hoo yang terdiri atas 10 jilid dipatok dengan harga Rp35.000,00. Nominal sebesar itu jika dibandingkan pada era sekarang ini tidak terlalu berarti, tetapi pada era 1960-1980-an berarti karena nominal tersebut cukup besar. Membaca sambil mengopi di kedai kopi merupakan suatu yang sangat pas bagi pencinta atau penggemar buku-buku cerita karena sambil mereka membaca, mereka juga dapat menghirup kopi sesekali bila mereka mulai lelah dan mengantuk. Selain cersil yang mereka baca sangat digemari, suasana kedai kopi harus sangat baik dan mendukung saat sedang membaca, misalnya suasana yang tenang, damai, bahkan bersih. Kebersihan merupakan hal yang penting dalam suatu usaha kuliner karena jika kebersihan kurang dijaga maka akan sulit untuk mendatangkan konsumen. Cersil Kho Ping Hoo yang telah dikenal sampai sekarang ini dapat dibaca oleh penggemarnya dengan mnegunjungi toko buku seperti Gunung Agung atau Gramedia. Karena toko buku tersebut telah menjual seri Kho Ping Hoo. Namun, selain membaca dalam bentuk buku, dapat pula dibaca dalam bentuk online karena zaman yang sudah semakin modern telah memajukkan bidang usaha secara online yaitu menjual serial cersil tersebut di jejaring internet
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
Paragraf 9
BalasHapusFormat buku merupakan suatu hal yang penting dalam pencetakan suatu buku atau karya. Karena bila format yang tidak atau kurang sesuai akan membuat pembaca menjadi kurang tertarik untuk membeli karya tersebut. Sejak dulu cersil Kho Ping Hoo selalu berukuran mungil dengan ukuran 14 x 11,5 sentimeter. Karena ukuran mungil inilah yang memberikan kesan unik dan menarik bagi pembaca untuk membelinya. Selain itu, cersil Kho Ping Hoo dalam isi ceritanya hanya berkisar 64 halaman, hal ini akan membuat para pembaca memikirkan bahwa cersil ini akan memiliki cerita yang singkat, padat, dan jelas. Tidak seperti pada karya-karya lainnya yang menerbitkan buku sampai ratusan halaman yang membuat calon pembacanya akan tidak tertarik terlebih dahulu untuk membaca karena terlalu tebal.
Penggantian format suatu karya akan memberikan dampak yang besar bagi orang yang akan membelinya. Jika karya yang akan dibeli tidak memiliki daya tarik tersendiri, maka karya yang dijualkan tidak akan laku di pasaran. Hal tersebut telah dilakukan oleh pihak penerbit untuk mencoba mengganti format dari buku cersil Kho Ping Hoo. Pihak yang mengganti terebut mencoba mengubah beberapa bagian, namun hasilnya buku tersebut menjadi tidak laku. Hal ini diperkuat dengan bukti penulis yang dituliskan menurut perkataan Bunawan bahwa mereka sempat mengubah format lebih besar, lebih tebal, dan cover-nya full colour, tetapi tetap saja ditolak oleh agen. Bukti inilah yang memperkuat bahwa penggantian suatu format akan memberi dampak yang besar bagi konsumen. Maka dari itu cersil karya Kho Ping Hoo tidak pernah mengganti formatnya sejak dulu hinggan saat ini.
Penutup
Mengikuti perkembangan zaman memang tidak akan pernah habisnya. Namun, untuk tetap menjaga kebudayaan itu tetap ada diperlukan suatu niatan yang besar untuk selalu rajin membaca dan mencari tahu. Karena dengan membaca kita dapat mengetahui hal-hal yang lebih luas yang tidak akan kita dapatkan melalui komunikasi sehari-hari. Terutama dengan membaca karya-karya cersil pada zaman dahulu misalnya antara Indonesia dan Tiongkok. Dengan membaca cersil tersebut kita dapat mengetahui apa hubungannya antara Indonesia dan Tiongkok pada zaman dulu, dan juga memperdalam pengetahuan kita mengenai hubungan suatu negara dengan negara lain. Tentunya dengan rajin membaca juga memberikan dampak positif bagi diri kita yaitu kita tidak akan mudah mengalami kelupaan karena memori dalam pikiran kita selalu kita latih dengan terus rajin membaca.
Nama : Angela Irene
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 03
Nama : Seperayo
BalasHapusKelas : XII MIPA 4
Nomor Absen : 29
Menganalisis Wacana 2, khususnya paragraf 4, 5, dan 6.
1. Restrukturisasi Silogisme
Keterangan :
PM = Premis Mayor
Pm = Premis Minor
K = Kesimpulan
1.1 Paragraf 04
PM : Hanya keuntungan kecil dari komik impor (A) yang diberikan pada penerbit di Indonesia. (B)
Pm : Lisensi untuk mencetak terjemahan adalah (C) keuntungan kecil dari komik impor. (A)
K : Hanya lisensi untuk mencetak terjemahan (C) yang diberikan pada penerbit di Indonesia. (B)
1.2 Paragraf 05
PM : Strategi dalam bisnis komik di Indonesia (A) berfungsi untuk mendorong pembaca lebih selektif dan meminimalkan margin demi harga jual rendah. (B)
Pm : Ratusan judul komik impor merupakan (C) sebuah strategi dalam bisnis komik di Indonesia. (A)
K : Ratusan judul komik impor (C) berfungsi untuk mendorong pembaca lebih selektif dan meminimalkan margin demi harga jual rendah. (B)
1.3 Paragraf 06
PM : Kondisi dunia komik Indonesia yang memprihatinkan (A) akibat industri penerbitan di Indonesia yang belum berpihak dengan komikus lokal. (B)
Pm : Komik di Indonesia ibarat kalah sebelum berperang (C) menunjukkan kondisi Dunia komik Indonesia yang memprihatinkan. (A)
K : Komik di Indonesia ibarat kalah sebelum berperang (C) akibat industri penerbitan di Indonesia yang belum berpihak dengan komikus lokal. (B)
2. Penolakan terhadap teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”
BalasHapusDewasa ini banyak dari kita menikmati bacaan bergambar atau komik yang terjual di toko-toko buku. Salah satu faktor yang mempopulerkan komik masa kini adalah perkembangannya yang pesat di Jepang, di negara ini komik dapat dijadikan suatu tema dalam menghasilkan berbagai produk lain. Produk-produk itu seperti film animasi, video game, alat-alat tulis, makanan, dsb. Luasnya pertumbuhan dunia komik di Jepang tidak hanya terbatas pada negara itu sendiri melainkan juga meluas ke negara lain seperti Indonesia. Secara sekilas hal ini berdampak positif pada perkembangan pola pikir secara global, ini disebabkan oleh ide-ide yang dituangkan ke dalam komik itu sendiri menjadi inspirasi tersendiri bagi para pembaca. Namun, dunia komik Indonesia menerima dampak yang memprihatinkan dari hal ini. Komik-komik hasil ciptaan anak bangsa tidak bisa menandingi komik-komik impor yang memiliki ide-ide fantastis dan daya marketing yang dapat menyentuh seluruh penjuru dunia. Hal ini mendorong penulis untuk mengulas lebih lanjut penalaran yang diberikan teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”, sebab suatu permasalahan tidak dapat kita terima begitu saja tanpa menguji kebenaran yang ditawarkan didalamnya.
Dalam menuliskan penalaran ini penulis bertujuan untuk memberikan pandangan atau pola pikir yang lebih kritis mengenai teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”. Hal ini berguna untuk memberikan pembaca sisi yang berbeda dari yang disuarakan oleh teks tersebut. Penulis berharap dengan adanya penalaran ini pembaca akan dapat bersifat netral dan tidak memihak pada kepentingan golongan tertentu yang didogmakan dalam teks. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca teks tersebut. Pertama, masalah pokok yang menjadi bahasan dalam teks. Kedua, penyebab masalah ini dapat muncul menurut pemikiran dari teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”. Ketiga, sikap pembaca terhadap masalah yang diutarakan dalam teks tersebut.
2.1 Paragraf 04
Dalam paragraf ini penulis merasa tidak setuju dengan apa yang menjadi pokok permasalahan. Dasar pemikiran yang ada di dalam teks mengungkapkan bahwa komik impor hanya memberikan sedikit keuntungan bagi penerbitnya di Indonesia. Hal ini perlu diluruskan kembali, komik impor merupakan hasil karya dari pihak luar. Secara otomatis, tentu yang berhak menerima keuntungannya adalah pihak itu sendiri. Penerbit di Indonesia hanya menjalin hubungan kerja sama dengan pihak luar, oleh karena itu penerbit Indonesia tentu hanya mendapat sebagian kecil keuntungan. Lisensi untuk menerbitkan komik tersebut bukanlah keuntungan kecil melainkan sebuah kesempatan bagi penerbit Indonesia untuk mengembangkan dunia komiknya sendiri. Lisensi ini menjadi sebuah keuntungan kecil karena kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pionir-pionir dunia komik Indonesia. Oleh sebab itu, penerbit Indonesia tidak hanya menerima lisensi untuk mencetak, namun juga kesempatan untuk berkembang dengan mempelajari strategi komik impor. Hal ini tentu merupakan keuntungan jangka panjang dimana Indonesia dapat mengembangkan komik lokal secara lebih efektif.
Menurut penulis lisensi untuk mencetak komik impor ini merupakan kesempatan emas yang perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Dengan mengadakan hubungan kerja sama dengan pihak luar yang telah memiliki pertumbuhan pesat dalam bidang komik, kita dapat mempelajari strategi yang mereka gunakan. Adanya lisensi untuk mencetak komik impor ini juga dapat memberikan pandangan baru dalam kehidupan masyarakat mengenai kehidupan dan budaya di tingkat internasional. Penyebaran budaya yang dimudahkan melalui jangkauan komik impor yang dapat dicetak di Indonesia ini dapat menjadi suatu kunci untuk memperkuat jati diri bangsa, bukan sebagai penghancur budaya asli kita. Hal ini tidak terbatas untuk itu saja, komikus-komikus di Indonesia dapat menjadikan komik impor sebagai bahan referensi dalam pembuatan komiknya sendiri. Meluasnya pola pikir komikus di Indonesia dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ide-ide yang digunakan sebagai tema sebuah komik. Sebagai contoh nyata, salah satu komik yang baru-baru ini muncul dan dapat diakses di media daring “Nusantara Droid War” berasal dari Indonesia. Komik ini menjadikan budaya Indonesia yang unik sebagai tema dan diceritakan secara modern.
BalasHapus2.2 Paragraf 05
Komik impor yang ada di Indonesia memiliki ratusan judul dengan berbagai macam cerita yang ditawarkan. Hal ini menurut teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!” merupakan sebuah cara atau strategi yang digunakan oleh penerbit di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menurunkan harga jual dan membuat konsumen lebih selektif, namun penulis memiliki pendapat yang berbeda. Ratusan komik impor yang ditawarkan oleh penerbit Indonesia tidak membuat konsumen lebih selektif. Hal ini disebabkan dari sekian banyak komik impor, hanya beberapa judul saja yang dikenal dan populer dikalangan masyarakat Indonesia. Ratusan komik lainnya yang kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat akan menjadi aksesoris yang tersusun rapi di toko-toko buku. Kalangan masyarakat ketika berhadapan dengan begitu banyak komik impor secara umum hanya memperhatikan beberapa judul yang terkenal, seperti Naruto, Bleach, One Piece, Fairy Tale, dst.
Komik-komik impor lainnya memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menjadi populer karena besarnya peminat komik-komik favorit tersebut. Hal ini juga sama dengan tujuan penerbit di Indonesia untuk menggunakan ratusan judul untuk menekan harga jual. Strategi ini tentu ditujukan untuk meningkatkan keuntungan dari produksi, namun penulis berpendapat hal ini akan memiliki dampak yang berbeda. Ratusan komik impor yang dicetak bukannya akan memberikan keuntungan yang besar melainkan akan memberikan kerugian bagi penerbit. Sama seperti sebelumnya, ratusan judul komik impor yang disediakan akan memiliki dampak yang minim bagi penjualannya di masyarakat. Masyarakat akan lebih cenderung membeli komik-komik impor ternama.
Salah satu solusi yang dapat ditawarkan oleh penulis untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan meningkatkan sifat selektif pada penerbit. Ratusan komik yang dicetak memang akan memberikan pilihan yang lebih varian, namun ada baiknya bagi para penerbit untuk memilih secara selektif komik impor yang akan diterbitkan. Komik-komik impor yang dicetak harus disesuaikan dengan budaya dan perkembangan di masyarakat Indonesia agar memiliki peluang penjualan yang lebih tinggi. Penerbit juga harus cermat dengan perkembangan yang ada di daring, dimana tempat ini merupakan salah satu media utama dalam mengetahui popularitas suatu komik. Modal yang digunakan untuk mencetak ratusan komik yang kurang mendapat sorotan atau kurang berkualitas sebaiknya dialihkan untuk komik ternama. Tak jarang komik-komik ternama yang ada dipasaran habis terjual sebelum seluruh konsumen dapat menikmatinya.
BalasHapus2.3 Paragraf 06
Pada paragraf ini penulis juga menolak pandangan yang ditawarkan teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”. Kondisi dunia komik Indonesia tidak sehebat negara-negara lainnya atau bahkan bisa dikatakan memprihatinkan bukan hanya disebabkan oleh penerbit-penerbit yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dengan tegas penulis katakan karena masalah utama yang harusnya menjadi sorotan adalah kualitas komik Indonesia itu sendiri. Komik-komik yang ada di Indonesia memiliki tema atau ide yang kurang modern dan sesuai dengan dunia global. Tema-tema yang ditawarkan komikus-komikus Indonesia tidak ditujukan pada mata internasional melainkan hanya bersifat nasional. Genre-genre yang ditawarkan secara umum juga relatif sama tanpa perkembangan lebih lanjut. Gambar-gambar yang dilukiskan memiliki kualitas yang kurang diminati dunia global.
Hal terpenting lainnya yang perlu diperhatikan oleh komikus-komikus Indonesia adalah isi dari cerita komik yang dibuat. Banyak komik-komik Indonesia mengandung unsur-unsur yang mengkritik kalangan tertentu dan tidak memiliki pesan kehidupan atau sarat makna. Hal ini berbeda dengan novel-novel karya anak bangsa yang pada umumnya memiliki tema yang menyentuh semua kalangan dan memberikan pelajaran yang mendalam. Dunia komik Indonesia semakin parah dengan adanya komikus yang tidak menjadikan komik impor sebagai bahan pembelajaran melainkan ditiru secara menyeluruh, mulai dari jalan cerita, pesan yang disampaikan, alur cerita, dan teknik menggambarnya. Suburnya pembuatan hasil-hasil karya jiplakan di Indonesia menjadi kendala tersendiri dalam berkembangnya dunia perkomikan Indonesia.
Demi memecahkan masalah ini penulis berpendapat perlunya peningkatan lebih lanjut mengenai kesadaran komikus-komikus di Indonesia. Dukungan yang minim oleh penerbit bukan diakibatkan oleh penerbit itu sendiri melainkan kurangnya produktifitas komikus Indonesia. Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dunia komik Indonesia yang memprihatinkan ini tergantung oleh komikus Indonesia. Komikus Indonesia harus lebih cermat dalam mengembangkan komiknya sehingga dapat diterima oleh kalangan nasional ataupun internasional. Budaya Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang dapat dijual ke mancanegara, hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga negara asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati kebudayaan disini. Para turis secara umum menilai budaya Indonesia sebagai suatu keindahan tersendiri yang tiada duanya di dunia. Setelah para komikus Indonesia dapat menciptakan komik berkualitas, para penerbit akan menjadi langkah selanjutnya untuk mempopulerkan komik-komik hasil karya anak bangsa.
BalasHapusDunia komik di Indonesia saat ini memang dapat dianggap memprihatinkan, namun bukan berarti tidak memiliki potensi untuk menghadapi tantangan internasional. Ada baiknya dunia komik Indonesia belajar dari komik-komik impor yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia. Kesempatan ini dapat dimulai dengan memanfaatkan lisensi untuk mencetak komik impor yang sejauh ini dipandang sebelah mata. Ratusan komik impor di Indonesia juga dapat menjadi batu loncatan dalam mengembangkan pola pikir masyarakat, khususnya komikus Indonesia sehingga lebih selektif, mandiri, dan tidak menjiplak karya negara lain. Dalam pengembangannya komik Indonesia dapat mengambil beberapa arah, salah satunya seperti yang dapat dilihat pada “Nusantara Droid War”. Melalui pembahasan secara terstruktur oleh penulis mengenai ide-ide pokok yang ditanamkan pada paragraf 4, 5, dan 6 dari teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, penalaran yang dituliskan pada paragraf-paragraf tersebut salah atau tidak tepat khususnya secara argumentum ad misericordiam dimana teks itu menyuarakan posisi komikus Indonesia yang tidak mendapat dukungan. Kedua, asal mula penalaran itu kurang tepat dimana kausalitasnya tidak memadai. Ketiga, pemikiran kritis dalam menyikapi suatu masalah sangat diperlukan agar kita dapat menilai dari sisi yang berbeda.
--SELESAI--
Nama: Wayan Feri Permana
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor absen: 33
Wacana 2 (Paragraf 1, 2, dan 3)
Komik adalah sekumpulan gambar-gambar yang tidak bergerak yang dibuat dan disusun sedemikian rupa membentuk alur suatu cerita dengan deskripsi oleh gambar-gambar tersebut yang juga dibumbui dengan teks dan dicetak di permukaan kertas, biasanya komik berwujud dalam buku, akan tetapi dalam penerapannya di zaman modern sekarang ini sudah banyak komik-komik yang beralih dari media buku ke dalam media elektronik contohnya hp android, bahkan di zaman sekarang kita dapat dengan mudahuntuk mengakses komik online di situs internet, para pembaca komik ini biasanya dari kalangan anak-anak sampai remaja.
Keterangan:
PM: Premis mayor
Pm: Premis minor
K : Keterangan
I.Restrukturisasi Susunan Silogisme
1.1 Paragraf 1:
PM (PU): Komikus dunia (A) ibarat bergerilya di medan berat(B)
Pm (Pk): Komikus Indonesia(C) bagian komikus dunia(A)
K : Komikus Indonesia(C) ibarat bergerilya di medan berat(B)
1.2 Paragraf 2:
PM (PU): Permasalahan(A) harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar(B)
Pm (Pk): Beragam tantangan(C) adalah bagian dari permasalahan(A)
K : Beragam tantangan(C) harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar(B)
1.3 Paragraf 3:
PM (PU): Penerbit buku bergambar di dunia(A) kerap tak menerapkan strategi promosi(B)
Pm (Pk): Penerbit komik di Indonesia(C) bagian dari Penerbit buku bergambar di dunia(A)
K : Penerbit komik di Indonesia(C) kerap tak menerapkan strategi promosi(B)
Nama: Wayan Feri Permana
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor absen: 33
Wacana 2 (Paragraf 1, 2, dan 3)
Komik adalah sekumpulan gambar-gambar yang tidak bergerak yang dibuat dan disusun sedemikian rupa membentuk alur suatu cerita dengan deskripsi oleh gambar-gambar tersebut yang juga dibumbui dengan teks dan dicetak di permukaan kertas, biasanya komik berwujud dalam buku, akan tetapi dalam penerapannya di zaman modern sekarang ini sudah banyak komik-komik yang beralih dari media buku ke dalam media elektronik contohnya hp android, bahkan di zaman sekarang kita dapat dengan mudahuntuk mengakses komik online di situs internet, para pembaca komik ini biasanya dari kalangan anak-anak sampai remaja.
Keterangan:
PM: Premis mayor
Pm: Premis minor
K : Keterangan
I.Restrukturisasi Susunan Silogisme
1.1 Paragraf 1:
PM (PU): Komikus dunia (A) ibarat bergerilya di medan berat(B)
Pm (Pk): Komikus Indonesia(C) bagian komikus dunia(A)
K : Komikus Indonesia(C) ibarat bergerilya di medan berat(B)
1.2 Paragraf 2:
PM (PU): Permasalahan(A) harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar(B)
Pm (Pk): Beragam tantangan(C) adalah bagian dari permasalahan(A)
K : Beragam tantangan(C) harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar(B)
1.3 Paragraf 3:
PM (PU): Penerbit buku bergambar di dunia(A) kerap tak menerapkan strategi promosi(B)
Pm (Pk): Penerbit komik di Indonesia(C) bagian dari Penerbit buku bergambar di dunia(A)
K : Penerbit komik di Indonesia(C) kerap tak menerapkan strategi promosi(B)
II. Tanggapan, Sanggahan, dan Penolakan Pendapat
2.1 Paragraf 1:
Dilihat dengan silogisme pada paragraf 1 wacana 2, inti gagasan paragraph 1 adalah “Komikus Indonesia ibarat bergerilya di medan berat “, term C dalam inti gagasan tersebut adalah ” Komikus Indonesia” yang lebih khusus dibandingkan dengan term A “komikus Indonesia” yang diketahui sebagai suatu komunitas. Silogisme ini benar karena term C di dalam term A sehingga C bagian dari A, A adalah suatu komunitas, menurut silogisme inti gagasan ini sudah benar.
Menurut saya dengan konsep truth pengujian kebenaran inti gagasan jika dilihat dari segi penalaran suatu komunitas (PM) maka inti gagasan tersebut belum benar karena pada dasarnya silogisme PM “Komikus dunia (A) ibarat bergerilya di medan berat(B)” dari pernyataan tersebut masih dapat dibantah kebenarannya karena tidak semua komikus dunia ibarat bergerilya di medan perang, buktinya di jepang komik-komik sangat laris dan banyak diminati.
2.2 Paragraf2:
BalasHapusDilihat dengan silogisme pada paragraf 2 wacana 2, inti gagasan paragraph 2 adalah “Beragam tantangam harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar “, term C dalam inti gagasan tersebut adalah ” Beragam tantangam” yang lebih khusus dibandingkan dengan term A “Permasalahan” yang diketahui sebagai suatu komunitas. Silogisme ini benar karena term C di dalam term A sehingga C bagian dari A, A adalah suatu komunitas, menurut silogisme inti gagasan ini sudah benar karena “Beragam tantangan” bagian dari “Permasalahan”..
Menurut saya dengan konsep truth pengujian kebenaran inti gagasan jika dilihat dari segi penalaran suatu komunitas (PM) maka inti gagasan tersebut belum benar karena pada dasarnya silogisme PM “Permasalahan(A) harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar(B)” dari pernyataan tersebut masih dapat dibantah kebenarannya karena arti “permasalahan(A)” dalam premis mayor itu sangat banyak sehingga belum tentu permasalahan yang dimaksud itu berkaitan dengan suksesnya komik Indonesia beredar di pasar sehingga tidak mempengaruhi pemasaran komik di Indonesia.
2.3 Paragraf 3:
Dilihat dengan silogisme pada paragraf 3 wacana 2, inti gagasan paragraph 1 adalah “Penerbit komik di Indonesia kerap tak menerapkan strategi promosi “, term C dalam inti gagasan tersebut adalah ” komik di Indonesia” yang lebih khusus dibandingkan dengan term A “Penerbit buku bergambar di dunia” yang diketahui sebagai suatu komunitas. Silogisme ini benar karena term C di dalam term A sehingga C bagian dari A, A adalah suatu komunitas, menurut silogisme inti gagasan ini sudah benar.
Menurut saya dengan konsep truth pengujian kebenaran inti gagasan jika dilihat dari segi penalaran suatu komunitas (PM) maka inti gagasan tersebut belum benar karena kita menggunakan penalaran pada premis mayor yang memiliki term A yaitu sebagai suatu komunitas masih dapat dibantah kebenarannya yaitu dengan pembuktian premis mayornya “Penerbit buku bergambar di dunia(A) kerap tak menerapkan strategi promosi(B)” dari kalimat tersebut jika kita menggunakan penalaran maka tidak semua penerbit buku bergambar di dunia kerap tak menerapkan strategi promosi, pasti banyak penerbit buku bergambar di dunia yang menerapkan strategi promosi terutama di Negara jepang, karena banyak penerbit buku bergambar disana beserta peminatnya.
Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya kita tau bahwa setiap orang dapat memberikan tanggapannya sendiri dengan haknya untuk berpendapat dan ber-opini, tetapi kita tidak boleh menelan mentah-mentah pendapat seseorang tanpa membuktikan kebenarannya, seperti pembahasan wacana 2 paragraf 1, 2, dan 3 masi banyak ditemukan kesalahan penalaran berfikir, maka dari itu kita sebagai manusia berakhal tidak boleh menelan mentah-mentahpendapat orang lain tanpa membuktikan kebenarannya, kita harus bersikap kritis terhadap pendapat orang lain dan membuktikan kebenarannya.
Nama: M.Akhbarega
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Absen: 20
Wacana 1 (Judul, paragraf 10, paragraf11)
PM: Premis Mayor
Pm: Premis Minor
K: Kesimpulan
1. Restrukturisasi Dalam Susunan Silogisme
1.1 Judul :
Kalimat inti : Gema Dunia Persilatan Kho Ping Hoo
PM : Penulis cerita silat yang terkenal adalah (A) Kho Ping Hoo (B).
Pm : Gema dunia persilatan (C) tak lepas dari cerita-ceritanya (A).
K : Gema Dunia Persilatan (C) Kho Ping Hoo (B).
1.2 Paragraf 10
Kalimat inti : Keberadaan Gema tak lepas dari produktivitas Kho Ping Hoo sebagai penulis
PM : Semua penulis cerita silat mengatakan (A) keberadaan Gema tak lepas dari produktivitas sebagai penulis (B).
Pm : Kho Ping Hoo (C) adalah penulis cerita silat (A).
K : Keberadaan Gema tak lepas dari produktivitas (C) Kho Ping Hoo sebagai penulis (B).
1.3 Paragraf 11
Kalimat inti : Kho Ping Hoo sering menulis di Wisma Damai di Tawangmangu
PM : Daerah wisata yang sejuk berada di (A) Wisma Damai di Tawangmangu (B).
Pm : Kho Ping Hoo sering menulis (C) ditempat yang sejuk (A).
K : Kho Ping Hoo sering menulis (C) di Wisma Damai di Tawangmangu (B).
Nama: Fortuna Oktavilina
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Absen: 11
Wacana 1 Paragraf 7
Cerita Silat Kho Ping Hoo merupakan salah satu cerita silat fiksi yang sangat populer di tahun 1960 – 1980. Cerita silat yang diproduksi oleh CV Gema ini juga mampu menginspirasi banyak sastrawan Indonesia. Berdasarkan premis mayor yang ada pada silogisme paragraf tujuh dinyatakan bahwa semua penikmat setia cersil Kho Ping Hoo merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema. Pernyataan pada premis mayor tersebut sebenarnya kurang tepat karena kesuksesan usaha dari CV Gema tidak hanya dipengaruhi oleh para pembeli setia Kho Ping Hoo. Pada dasarnya, untuk memproduksi sebuah cerita dibutuhkan kontribusi dari banyak pihak mulai dari pengarang cerita, editor, ilustrator, penerbit, pencetak, dan masih banyak lagi. Tanpa adanya keikutsertaan dan koordinasi antarpihak yang terkait, cersil Kho Ping Hoo pastinya takkan mampu meraih prestasi gemilang.
Selanjutnya, pada bagian kesimpulan silogisme paragraf tujuh dinyatakan bahwa pembaca cersil pada era 1960 – 1980-an merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema. Kesimpulan dari silogisme ini kurang logis karena penggemar cersil Kho Ping Hoo bukan hanya berasal dari angkata 60-an. Faktanya, pada abad ke-20 ini masih dapat ditemukan para penggemar cersil Kho Ping Hoo. Kebanyakan dari mereka merupakan para pecinta sastra yang senang mengeksplorasi setiap karya sastra yang sempat merajai dunia sastra Indonesia. Menyikapi ketidaktepatan yang ada, penulis menarik kesimpulan bahwa silogisme pada paragraf tujuh tidak logis terutama pada bagian premis mayor dan kesimpulannya.
Nama: Fortuna Oktavilina
BalasHapusKelas: XII MIA 4
No. Absen: 11
I. RESTRUKTURISASI WACANA 1
Paragraf 7
Premis Mayor: Semua penikmat setia cersil Kho Ping Hoo (A) merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema (B)
Premis Minor: Pembaca cersil pada era 1960 – 1980-an (C) merupakan penikmat setia cersil Kho Ping Hoo (A)
Kesimpulan: Pembaca cersil pada era 1960 – 1980-an (C) merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema (B)
Paragraf 8
Premis Mayor: Semua serial cersil Kho Ping Hoo (A) dapat dibeli di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Premis Minor: Kisah Sepasang Naga (C) merupakan serial cersil Kho Ping Hoo (A)
Kesimpulan: Kisah Sepasang Naga (C) dapat dibeli di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia (B)
Paragraf 9
Premis Mayor: Semua sampul cersil Kho Ping Hoo (A) merupakan hasil karya Yohanes dan Antonius (B)
Premis Minor: Tampilan sederhana dengan warna yang terbatas (C) merupakan sampul cersil Kho Ping Hoo (A)
Kesimpulan: Tampilan sederhana dengan warna yang terbatas merupakan hasil karya Yohanes dan Antonius
Nama: Fortuna Oktavilina
BalasHapusKelas: XII MIA 4
No. Absen: 11
II. TANGGAPAN – SANGGAHAN – PENOLAKAN PENDAPAT
Pada era 1960-an, banyak karya sastra apik dihasilkan melalui tangan sastrawan handal yang berbakat. Mulai dari puisi, sajak, pantun, novel, cerpen, roman, dan lainnya mampu memikat perhatian khalayak umum. Pada dasarnya, karya sastra yang dihasilkan mengandung ragam makna kehidupan sesuai dengan tema yang diangkat. Karya sastra tersebut juga dianggap berperan besar dalam penanaman karakter dan pola pikir masyarakat luas. Sayangnya, seiiring terjadinya revolusi zaman, eksistensi karya sastra angkatan 60-an semakin tergerus oleh beraneka jenis karya sastra modern. Disamping itu, mereka jauh lebih tertarik menyibukkan diri dengan kecanggihan teknologi informasi.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1960-an, terdapat sebuah cerita silat fiksi yang mampu menghipnotis para pembaca yaitu Cerita Silat Kho Ping Hoo. Cerita yang sukses menyedot perhatian ribuan bahkan jutaan pembaca ini mengangkat cerita historis dan geografis khas Tionghua. Cersil Kho Ping Hoo dijuluki sebagai karya yang paling termahsyur saat itu. Menyikapi keunikan dalam Cersil Kho Ping Hoo, penulis tertarik untuk menyampaikan pendapatnya berhubungan dengan fakta tentang Cersil Kho Ping Hoo. Adapun proses penyampaian pendapat penulis ini akan dipandu dengan silogisme yang sudah dipaparkan pada bagian restrukturisasi.
Wacana 1 Paragraf 7
BalasHapusCerita Silat Kho Ping Hoo merupakan salah satu cerita silat fiksi yang sangat populer di tahun 1960 – 1980. Cerita silat yang diproduksi oleh CV Gema ini juga mampu menginspirasi banyak sastrawan Indonesia. Berdasarkan premis mayor yang ada pada silogisme paragraf tujuh dinyatakan bahwa semua penikmat setia cersil Kho Ping Hoo merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema. Pernyataan pada premis mayor tersebut sebenarnya kurang tepat karena kesuksesan usaha dari CV Gema tidak hanya dipengaruhi oleh para pembeli setia Kho Ping Hoo. Pada dasarnya, untuk memproduksi sebuah cerita dibutuhkan kontribusi dari banyak pihak mulai dari pengarang cerita, editor, ilustrator, penerbit, pencetak, dan masih banyak lagi. Tanpa adanya keikutsertaan dan koordinasi antarpihak yang terkait, cersil Kho Ping Hoo pastinya takkan mampu meraih prestasi gemilang.
Selanjutnya, pada bagian kesimpulan silogisme paragraf tujuh dinyatakan bahwa pembaca cersil pada era 1960 – 1980-an merupakan pihak yang menghidupkan usaha CV Gema. Kesimpulan dari silogisme ini kurang logis karena penggemar cersil Kho Ping Hoo bukan hanya berasal dari angkata 60-an. Faktanya, pada abad ke-20 ini masih dapat ditemukan para penggemar cersil Kho Ping Hoo. Kebanyakan dari mereka merupakan para pecinta sastra yang senang mengeksplorasi setiap karya sastra yang sempat merajai dunia sastra Indonesia. Menyikapi ketidaktepatan yang ada, penulis menarik kesimpulan bahwa silogisme pada paragraf tujuh tidak logis terutama pada bagian premis mayor dan kesimpulannya.
Nama: Fortuna Oktavilina
BalasHapusKelas: XII MIA 4
No. Absen: 11
Wacana 1 Paragraf 8
Dalam usaha mempublikasikan hasil karya yang telah dihasilkan, pengarang cerita melalui pihak penerbit biasanya kerap mendistribusikan hasil karya yang ada ke pusat penjualan buku. Toko buku dijadikan sebagai sasaran empuk meraih pundi-pundi uang. Sama halnya dengan distribusi cersil Kho Ping Hoo juga melalui toko buku. Berdasarkan premis mayor pada silogisme paragraf delapan dipaparkan bahwa semua serial cersil Kho Ping Hoo dapat dijumpai di toko buku seperti Gunung Agung dan Gramedia. Pernyataan tersebut sebenarnya kurang tepat bila dihubungkan dengan zaman sekarang. Seiiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, semua aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dipermudah. Kemajuan ini juga memberi keuntungan di sektor perdagangan dan distribusi.
Sekarang, kegiatan jual beli produk sudah dapat dilakukan tanpa melakukan tatap muka lagi. Pembeli dan penjual hanya melakukan transaksi dalam jejaring. Hal ini biasanya dikenal dengan istilah online shopping. Bagi setiap orang yang tertarik dengan cersil Kho Ping Hoo dapat membeli setiap serial yang diinginkan dengan mengunjungi situs resmi dari CV Gema. Mereka tidak perlu lagi mengunjungi toko buku atau pusat penjualan buku lainnya untuk membeli serial cersil Kho Ping Hoo yang sekarang sudah sangat jarang dijual dalam skala yang besar. Menyikapi kesalahan pernyataan pada bagian premis mayor juga berdampak pada kesalahan di bagian kesimpulan dari silogisme yang ada karena Kisah Sepasang Naga tidak hanya dapat dijumpai di toko buku tetapi juga bisa dibeli dalam jejaring.
Nama: Fortuna Oktavilina
BalasHapusKelas: XII MIA 4
No. Absen: 11
Wacana 1 Paragraf 9
Ada pepatah yang mengatakan bahwa jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya. Sebenarnya, sebuah buku cerita harus memiliki daya tarik tersendiri agar dilirik oleh konsumen. Beragam macam aspek sangat mempengaruhi nilai jual sebuah buku. Salah satunya ialah aspek estetika sampul buku. Ada segelintir orang tertarik membeli sebuah buku karena dilatarbelakangi oleh sampul buku yang menarik. Cersil Kho Ping Hoo merupakan cerita silat fiksi yang memiliki tampilan sampul yang sangat sederhana. Warna yang mendominasi juga hanya terdiri dari beberapa warna. Sebenarnya, hal yang mendasari kesederhanaan yang ada ini berhubungan erat dengan kemajuan teknologi. Pada zaman modern ini, banyak sampul buku yang didominasi oleh banyak warna, bahkan ada yang sengaja ditambahkan efek tiga dimensi.
Bercermin dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini, tidak heran bila sampul cersil Kho Ping Hoo dibilang sederhana. Pada tahun 1960-an, Indonesia baru belajar untuk mengimplementasikan teknologi di bidang produksi. Penerapan teknologi ini dilakukan dalam tingkat pasif dan penuh ketergantungan pada pihak luar negeri. Disamping itu, jumlah penduduk Indonesia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi juga masih sangat minim. Demi mencapai efisiensi maksimum inilah yang melatarbelakangi CV Gema hanya membuat tampilan sederhana untuk sampul cersil Kho Ping Hoo. Berdasarkan penjelasan di atas ini memperkuat silogisme yang ada pada paragraf sembilan yang sudah logis.
Berangkat dari dari penolakan pendapat yang telah dinyatakan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa silogisme dari paragraf tujuh, delapan, dan sembilan sebagian sudah memenuhi kaidah silogisme yang baik. Tetapi pada bagian premis mayor dan kesimpulannya masih terdapat beberapa kesalahan yang kurang logis. Disamping itu, sesungguhnya cersil Kho Ping Hoo yang sempat berjaya di era 1960-an ternyata masih dinikmati oleh segelintir penggemarnya di masa sekarang. Walaupun zaman sudah sangat berubah, cersil Kho Ping Hoo mampu mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu cerita fiksi silat yang ikut berkontribusi besar dalam perkembangan dunia sastra Indonesia.
Nama : Salwa Nur Afifah
BalasHapusKelas : XII. Mia 4
Nomor Urut : 28
Wacana 2 (paragraf 1,2, dan 3)
Siapa yang tidak tahu tentang suatu buku yang memiliki banyak gambar dengan tulisan yang minim sebagai wadah untuk menceritakan suatu cerita, atau yang biasa kita sebut dengan komik. Dari sejarah komik sendiri, tidak diketahui secara pasti kapan, dimana, dan siapa pencipta komik pertama kali. Di Indonesia Cerita bergambar pertama kali terbit sejalan dengan munculnya media massa berbahasa Melayu Cina di masa pendudukan Belanda. Cerita bergambar berjudul “Put On” karya Kho Wan Gie di tahun 1930 pada harian “Sin Po” adalah salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi pelopor komik-komik humor di negeri ini.
Jepang merupakan salah satu negara yang mempopulerkan komik-komiknya dengan perjualan yang sangat banyak di Indonesia. Buktinya banyak sekali, komik-komik jepang atau yang biasa dikenal dengan anime yang terjual bebas di tokoh-tokoh buku Indonesia dan telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini berdampak positif pada anak-anak bangsa karena ide-ide yang dituangkan ke dalam komik itu sendiri menjadi inspirasi tersendiri bagi para pembaca. Namun, dunia komik Indonesia menerima dampak yang memprihatinkan dari hal ini. Komik-komik hasil ciptaan anak bangsa tidak bisa menandingi komik-komik impor yang memiliki ide-ide fantastis dan daya marketing yang dapat menyentuh seluruh penjuru dunia. Hal ini mendorong penulis untuk mengulas lebih lanjut penalaran yang diberikan oleh artikel yang berjudul “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”, sebab suatu permasalahan tidak dapat kita terima begitu saja tanpa menguji kebenaran yang ditawarkan didalamnya.
Dalam menuliskan penalaran ini penulis bertujuan untuk memberikan pandangan atau pola pikir yang lebih kritis mengenai artikel “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”. Hal ini berguna untuk memberikan pembaca sisi yang berbeda dari yang disajikan oleh artikel tersebut. Penulis berharap dengan adanya penalaran ini pembaca akan dapat bersifat netral dan tidak memihak pada pihak tertentu saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca artikel tersebut. Pertama, masalah pokok yang menjadi bahasan dalam artikel. Kedua, penyebab masalah ini dapat muncul menurut pemikiran dari artikel “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!”. Ketiga, sikap pembaca terhadap masalah yang diutarakan dalam artikel tersebut.
Dalam artikel “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!” penulis menjabarkan bahwa komikus Indonesia harus menemukan cara bertahan hidup di pasar domestik, sekaligus bertarung di pasar global dengan komikus-komikus dari negara lain. Penulis juga memberikan istilah bahwa komikus Indonesia ibarat bergerilya di medan berat. Pada artikel yang dijabarkan oleh penulis mungkin bermaksud untuk memberikan semangat bagi komikus-komikus negeri untuk dapat memberikan ide-ide yang menarik agar tidak kalah saing dengan komikus-komikus dari negara lain.
BalasHapusNamun menurut pendapat saya, penulis terlalu berlebihan dalam memberikan opininya mengenai komikus Indonesia yang harus bersaing dengan komikus-komikus dari negara lain. Dengan penulis mengatakan bahwa komikus Indonesia harus menemukan cara bertahan hidup di pasar domestik, sekaligus bertarung di pasar global dengan komikus-komikus dari negara lain. Hal ini akan menimbulkan konteks bahwa komikus Indonesia tidak dapat bersaing dengan komikus dari negara lain. Padahal menurut saya banyak komikus-komikus Indonesia yang memiliki bakat dan potensi serta mampu bersaing dengan komikus dari negara lain, seperti Bapak R.A. Kosasih yang diberikan gelar sebagai Bapak komik Indonesia. Dari perkatakan yang diberikan oleh penulis pada artikel tersebut justru akan membuat komikus Indonesia merasa kecil hati dan beranggapan bahwa ia tidak mampu bersaing dengan komikus dari negara lain. Sehingga komikus Indonesia patah semangat untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa untuk komik Indonesia dan menyebabkan komik buatan komikus Indonesia tidak dapat bersaing dengan komikus dari negara lain bahkan di pasar domestik.
Di paragraf kedua penulis mengatakan bahwa di tengah dominasi komik impor di negeri ini, komik indonesia masih ada. Itu membuktikan keliatan ide dan semangat para komikus negeri ini. Serta penulis juga memberikan opininya bahwa komikus Indonesia memiliki beragam tantangan yang harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar. Terlebih lagi, agar karya itu bisa memberi penghidupan bagi pembuatnya, sekaligus memberi inspirasi tentang Indonesia bagi pembacanya. Dari yang dikatakan penulis akan menyebabkan pembaca merasa bahwa komikus Indonesia memang harus lebih ekstra lagi dalam mencari dan menemukan ide-ide cemerlang agar komik Indonesia dapat sukses beredar di pasaran sehingga dapat menghidupi komikus tersebut.
BalasHapusHal ini tentu terdengar miris karena komikus tidak dapat menghidupi dirinya dengan mengandalkan hasil dari pembuatan komik. Sehingga akan menyebabkan orang-orang yang ingin berkarya di bidang komikus ini mengurungkan niat untuk menuangkan ide-ide cemerlangnya pada komik Indonesia, dan akan menyebabkan komik Indonesia semakin tergeser dengan komik hasil dari komikus negara lain. Dengan opini yang penulis sampaikan tentu saya tidak dapat menerimanya. Opini yang dijabarkan penulis bukannya memberikan dampak agar rakyat Indonesia mau bahu membahu memperbaiki komik Indonesia dengan ide-ide cemerlangnya, tetapi justru membuat komik Indonesia semakin tergeser dengan komik luar negeri karena tidak ada komikus Indonesia yang akan meneruskan karyanya karena menganggap hasil pembuatan komik tidak di hargai dan tidak dapat menghidupi dirinya.
Di paragraf ketiga penulis mengatakan bahwa tantangan pertama, penerbit komik di Indonesia kerap tak menerapkan strategi promosi. Ini karena penerbit besar justru lebih terbiasa memasarkan terjemahan komik impor. Komik impor masuk ke pasar Indonesia dalam paket strategi pemasaran komprehensif dari pemegang properti intelektual di negeri asalnya. Opini yang disampaikan oleh penulis tidak semuanya benar. Karena menurut saya penerbit cenderung memasarkan terjemahan komik impor karena memang di dasari oleh tuntutan pasar. Seperti yang kita tahu komik-komik yang banyak pembaca “buru” adalah komik impor karena mungkin memang komik impor lebih unggul dibanding komik Indonesia.
BalasHapusSalah satu penyebab pembaca lebih menyukai komik impor adalah karena komik tersebut lebih menarik dan ceritanya lebih bervariasi. Sehingga pembaca tidak bosan membacanya. Untuk itu kita atau tepatnya komikus Indonesia seharusnya lebih bersemangat untuk menciptakan karya-karya yang dapat membuat pembaca beralih ke komik Indonesia. Karena menurut saya dengan banyaknya komik impor yang terjual di Indonesia, sebagai komikus Indonesia seharusnya dapat bangkit dan memacu semangat serta keyakinan untuk memperbaiki semua kekurangan yang menyebabkan pembaca lebih memilih komik impor. Bahkan justru komik Indonesia dapat juga mendunia seperti komik-komik impor lainnya, dengan hanya semangat yang dikobarkan para komikus untuk memperbaiki komik Indonesia. Dengan syarat ia harus mau berjuang dan berusaha sekuat tenaga dalam melawan komikus-komikus luar negeri.
Dari semua yang saya paparkan dapat disimpulkan bahwa sebenarnya komikus Indonesia memiliki banyak potensi yang membuat mereka dapat menyaingi para komikus luar negeri. Hal ini tergantung pada semangat juang dan sikap tidak patang menyerah para komikus Indonesia agar terciptanya keinginan untuk menyaingi bahkan mengalahkan komikus-komikus luar negeri. Sehingga lambat laun komik-komik impor dapat tergeser dengan komik Indonesia. Untuk itu kita sebagai anak bangsa seharusnya memberikan semangat dan dukungan bagi komikus Indonesia dengan membeli dan membaca komik-komik ciptaan komikus Indonesia yang sebenarnya tidak kalah menarik dengan terjemahan komik impor, yang sekarang banyak beredar di pasaran.
BalasHapusNama: Kenzy Dario Sanjaya
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Urut: 19
Latihan 6 : Memberikan Tanggapan, Sanggahan atau Penolakan Pendapat Melalui Jejaring
I.Wacana 2 (Paragraf 1,2,3)
Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding!
a) Paragraf 1
Komikus Indonesia ibarat bergerilya di medan berat. Mereka harus menemukan cara bertahan hidup di pasar domestik, sekaligus bertarung di pasar global. Pertarungan itu tak terhindarkan karena pemain global pun terus mengukuhkan kekuatan di pasar domestik.
b) paragraf 2
Di tengah dominasi komik impor di negeri ini, komik Indonesia masih ada. Itu membuktikan keliatan ide dan semangat para komikus negeri ini. Beragam tantangan harus mereka atasi agar komik Indonesia sukses beredar di pasar. Terlebih lagi, agar karya itu bisa memberi penghidupan bagi pembuatnya, sekaligus memberi inspirasi tentang Indonesia bagi pembacanya.
c) paragraf 3
Tantangan pertama, penerbit komik di Indonesia kerap tak menerapkan strategi promosi. Ini karena penerbit besar justru lebih terbiasa memasarkan terjemahan komik impor. Komik impor masuk ke pasar Indonesia dalam paket strategi pemasaran komprehensif dari pemegang properti intelektual di negeri asalnya.
PM:Premis Mayor
Pm:Premis Minor
K: Kesimpulan
II. Restrukturisasi Dalam Susunan Silogisme
1.1 Paragraf 1:
Kalimat inti : Komikus Indonesia harus bisa bersaing dengan komikus dari seluruh dunia
PM : pemain global (A) harus bisa bersaing dengan komikus dari seluruh dunia (B).
Pm : Komikus Indonesia (C) adalah pemain global (A).
K : komikus Indonesia(C) harus bisa bersaing dengan komikus dari seluruh dunia(B).
1.2 Paragraf 2:
Kalimat inti: komik Indonesia masih ada di tengah persaingan komik impor
PM : Karya komikus negeri (A) masih ada di tengah persaingan komik impor (B).
Pm : komik Indonesia(C) adalah karya komikus negeri (A).
K : komik Indonesia (C) masih ada di tengah persaingan komik impor (B).
1.3 Paragraf 3 :
Kalimat inti : penerbit komik Indonesia tidak menerapkan strategi promosi.
PM : Penerbit besar(A) tidak menerapkan strategi promosi (B).
Pm : penerbit komik Indonesia (C) adalah penerbit besar (A).
K : penerbit komik Indonesia(C) tidak menerapkan strategi promosi(B).
Nama: Kenzy Dario Sanjaya
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Urut: 19
III. Tanggapan , Sanggahan, dan Penolakan Pendapat
Dewasa ini, banyak Tulisan dan berita yang tersebar di khalayak umum, semua orangpun bisa dengan mudah mengakses dan menerima informasi dari berita tersebut karena berita tersebut bisa tersebar dari mana saja, terutama jejaring. Namun, kebenaran dan kelogisan tulisan tersebut belum tentu seluruhnya benar karena yang penting bagi masyarakat belum tentu benar dan langsung mentah mentah diserap oleh masyarakat umum tersebut, karena itu, pada tugas ini akan dibahas tentang teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding !” paragraf 1, 2, dan 3.
Menurut saya, pada paragraf pertama silogisme yang digunakan oleh penulis sudah memenuhi kaidah dan aturan silogisme, karena pada paragraf pertama, sudah memenuhi aturan dan kaidah silogisme yang berlaku, yaitu silogisme ini sudah terdiri dari tiga premis, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Kemudian kedua premisnya pun positif sehingga pasti menghasilkan kesimpulan yang positif. Kesimpulan yang telah ditarik oleh penulis juga logis dan masuk di akal.
Dilihat dari segi fakta, pada premis mayor pada teks menyatakan bahwa pemain global harus bisa beraing dengan komikus dari seluruh dunia, menurut saya premis mayor ini kurang tepat menyatakan bahwa pemain global menyatakan/ terdiri dari komikus Indonesia. Karena sesungguhnya pemain global yang bersaing di seluruh dunia bukan hanya terdiri dari komikus Indonesia saja, namun juga terdiri dari komikus lainnya, oleh karena itu pada teks pola piker penulis seharusnya dirubah dengan mengubah premis mayor tersebut menjadi lebih mendetail lagi dengan mempersempit cakupannya.
Menurut saya, pada paragraf kedua silogisme yang digunakan penulis sudah memenuhi aturan silogisme yang berlaku, karena pada silogisme tersebut, sudah memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulannya yang diambil dari kedua premis tersebut, selain itu juga karena kedua premis bersifat positif maka kesimpulan juga bersifat positif, sesuai dengan aturan yang ada.
Dari segi fakta, pada premis mayor teks menyatakan bahwa karya komikus negeri masih ada di tengah persaingan komik impor, namun pada premis minor menyatakan bahwa komik Indonesia adalah karya komikus negeri. Padahal jika dikaji lagi, maka karya komikus negeri bukan seutuhnya komik Indonesia, contohnya saja komikus Christian Lie yang hanya menulis komik komik barat seperti D.C. Comics dan tidak menulis komik Indonesia, oleh karena itu pola piker penulis pada bagian premis mayor seharusnya kajiannya dibuat lebih sempit lagi.
Nama: Kenzy Dario Sanjaya
BalasHapusKelas: XII MIA 4
Nomor Urut: 19
Menurut saya, pada paragraf ketiga silogisme yang digunakan penulis sudah tepat dan memenuhi kaidah dan aturan silogisme, karena sudah terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Kemudian pada salah satu premis (premis mayor) terdapat suatu pernyataan yang bersifat negatif, yaitu ditunjukkan dengan kata tidak. Oleh karena itu pada bagian kesimpulan juga sudah tepat kesimpulannya bersifat negative karena menurut aturan silogisme jika salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannyapun pastilah bersifat negatif.
Apabila dilihat dari segi fakta, pada premis mayor disebutkan bahwa penerbit besar tidak menerapkan strategi promosi. Kemudian pada premis minor disebutkan bahwa penerbit komik Indonesia adalah penerbit besar. Padahal, belum tentu semua penerbit komik Indonesia adalah penerbit besar dan penerbit besar sendiri juga tidak hanya terdiri dari penerbit komik Indonesia, maka pola pikirnya seharusnya diubah dengan mempersempit jangkauan penerbit besar. Karena jangkauan penerbit besar terlalu luas dan menyebabkan salah makna.
Dari keseluruhan paragraf 1, 2, dan 3 dari teks “Komik Indonesia – Jangan Kalah Sebelum Bertanding! “, dapat dilihat dan dibuktikan dengan bukti bukti yang mendukung yaitu dengan silogisme bahwa berita tersebut tidak seutuhnya betul karena terdapat kesalahan kesalahan atau kekurangtepatan pola pikir sang penulis dalam menentukan jangkauan subjek dapat terlalu luas. Oleh karena itu sebaiknya ketika mendapat suatu berita sebaiknya di kaji dahulu subjek dari berita tersebut dan dianalisis kebenarannya.
Nama : Angelica Destini
BalasHapusKelas : XII MIA 4
No. Absen : 04
Wacana 1 judul, paragraf 10, dan paragraf 11.
I. Restrukturisasi Silogisme
1.1 Judul
Gema Dunia Persilatan Kho Ping Hoo
PM : Semua penulis cerita silat(A) sangat populer di Indonesia (B).
Pm : Kho Ping Hoo (C) adalah penulis cerita silat (A).
K : Kho Ping Hoo (C) sangat populer di Indonesia (B).
1.2 Paragraf 10
Keberadaan Gema tak lepas dari produktivitas Kho Ping Hoo sebagai penulis. Ia menulis sejak 1958 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ketika itu karyanya diterbitkan oleh CV Analisa, milik Selecta Group, Jakarta, yang menerbitkan majalah Selecta. Tahun 1961, ia mendirikan penerbit sendiri bernama PU Jelita. Setelah kerusuhan di Tasikmalaya pada awal 1960-an, Kho Ping Hoo hijrah ke Solo. Di kota ini, ia mendirikan penerbit CV Gema tahun 1964. Sampai tahun 1970, Kho Ping Hoo mengurus sendiri seluruh proses penerbitan, mulai dari mengarang sampai distribusi. Tahun 1973, urusan penerbitan Gema dipercayakan kepada menantunya, Bunawan. ”Beliau ingin konsentrasi menulis,” kata Bunawan.
PM : Semua penulis cersil yang produktivitas (A) mengurus sendiri seluruh proses penerbitan (B).
Pm : Kho Ping Hoo (C) adalah penulis yang produktivitas (A).
K : Kho Ping Hoo (C) mengurus sendiri seluruh proses penerbitan (B).
1.3 Paragraf 11
Kho Ping Hoo sering menulis di Wisma Damai di Tawangmangu, daerah wisata sejuk di lereng Gunung Lawu, sekitar 40 kilometer dari Solo. Gema ketika itu memang kemudian berjaya dengan mengoperasikan percetakan offset. Mereka mempekerjakan sekitar 60 karyawan. Kini, untuk pencetakan, Gema menyerahkan ke percetakan lain. ”Karena secara bisnis keuntungannya kurang memadai. Gema menerbitkan karena tanggung jawab moral kepada para penggemar,” kata Bunawan. Kini hanya ada tujuh pekerja dengan masa kerja 35 sampai 45 tahun. ”Kami ini seperti sisa-sisa laskar pajang he-he…” kata Hardjo, karyawan bagian administrasi yang bekerja di Gema sejak tahun 1968.
PM : Semua percetakan yang secara bisnis keuntungannya kurang memadai(A) akan tidak berproduksi lagi dan menyerahkannya kepada percetakan lain(B).
Pm : Percetakan Gema(C) memiliki keuntungan yang kurang memadai (A).
K : Percetakan Gema (C) tidak berproduksi lagi dan menyerahkannya kepada percetakan lain (B).
II. Tanggapan – Sanggahan – Penolakan
BalasHapusKho Ping Hoo adalah seorang penulis cerita silat yang populer di Indonesia. Kho Ping Hoo dikenal luas atas kontribusinya pada cerita silat yang pada masa itu sedang menduduki masa kejayaan di Indonesia. Selama 30 tahun ia telah menulis 120 cerita, cerita bersambung maupun cerita lepas. Cerita Kho Ping Hoo menciptakan watak tersendiri melekat di benak pembaca setianya. Cerita karangan Kho Ping Hoo juga memiliki fakta sejarah dan latar tempat Tiongkok sehingga membangkitkan rasa ingin tahu .
Pada wacana “ Gema Dunia Persilatan Kho Ping Hoo” memiliki silogisme yang menarik untuk diulas. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Hukum silogisme adalah apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga. Kedua adalah apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
2.1 Judul
Penggunaan silogisme “ Gema Dunia Persilatan Kho Ping Hoo “ pada bagian judul telah memenuhi semua aturan silogisme. Premis minor bersifat partikular, “Kho Ping Hoo adalah penulis cerita silat. “, maka kesimpulan juga bersifat partikular “Kho Ping Hoo sangat populer di Indonesia” . Dan kesimpulan dapat diambil karena memiliki premis yang positif.
Dan dari segi fakta terdapat dasar pemikiran yang tepat. Pada premis mayor disebutkan bahwa semua penulis cerita silat sangat populer di Indonesia. Pada kenyataannya, cerita silat yang populer pada era 60an sampai 90an berasal dari Tiongkok yang kemudian diterjemahkan oleh para penerjemah keturunan Tiongkok yang ada di Indonesia. Pada saat itu, masih sangat sedikit penulis cerita silat yang asli berasal dari Indonesia. Sehingga penulis – penulis cerita silat sangat populer di Indonesia pada masa itu.
2.2 Paragraf 10
BalasHapusPenggunaan silogisme pada paragraf 10 telah memenuhi aturan silogisme. Premis minor bersifat partikular, “Kho Ping Hoo adalah penulis yang produktivitas. “, maka kesimpulan juga bersifat partikular “Kho Ping Hoo sendiri seluruh proses penerbitan” . Dan dapat diambil kesimpulan karena kedua premis tidak negatif dan memiliki salah satu premis yang positif.
Dari segi dasar pemikiran, terdapat dasar pemikiran yang kurang tepat pada premis mayor. Pada premis mayor disebutkan bahwa semua penulis cerita silat yang produktif mengurus sendiri seluruh proses pencetakan. Pada faktanya, tidak semua penulis cerita silat mengurus sendiri proses pencetakan. Banyak penulis cerita silat yang hanya fokus menulis. Banyak juga penerjemah cerita silat yang hanya menerjemahkan cerita kedalam bahasa Indonesia tanpa mengurusi proses pencetakan. Tetapi premis minor sudah tepat. Karena Kho Ping Hoo memang mengurus sendiri semua proses pencetakan mulai dari mengarang hingga mendistribusikan hasil karangannya. Kho Ping Hoo juga mendirikan percetakan Gema pada tahun 1964.
2.3 Paragraf 11
Penggunaan silogisme pada paragraf 11 telah memenuhi aturan silogisme. Premis minor bersifat partikular, “Percetakan Gema memiliki keuntungan yang kurang memadai “, maka kesimpulan juga bersifat partikular “Percetakan Gema tidak berproduksi lagi dan menyerahkannya kepada percetakan lain” . Dan dapat diambil kesimpulan karena kedua premis tidak negatif dan memiliki salah satu premis yang positif.
Berdasarkan faktanya, terdapat kesalahan pada kesimpulan. Karena percetakan Gema hingga sekarang tetap berproduksi tetapi tidak seproduktif dulu. Sekarang percetakan Gema hanya memiliki 7 orang pegawai dengan rentan usia 35 sampai 45 tahun. Kemudian pada premis mayor, cakupannya terlalu luas. Karena tidak semua percetakan yang tidak berproduksi lagi akan menyerahkan ke percetakan lain.
Jadi kesimpulan dari wacana “ Gema Dunia Persilatan Kho Ping Hoo” pada judul, paragraf 10 dan paragraf 11 memiliki rekontruksi silogisme yang sudah benar. Kebenaran terssebut sudah terbukti karena memnuhi aturan – aturan silogisme yang berlaku. Tetapi terdapat kesalahan pada dasar penalaran yang menyebabkan kesalahan pada premis mayor, minor dan kesimpulan serta terdapat kesalahan pada keberannya. Penulis disarankan untuk lebih kritis dalam mengungkapkan opini publik dengan didukung oleh fakta – fakta yang benar agar tidak terjadi kesalahan penalaran.