LKS-PENOLAKAN OPINI DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN KELAS XII IPA 2 TAHUN 2014/2015
- Bacalah wacana berikut dengan cermat, teliti, dan cerdas!
- Analisislah wacana tersebut dari segi penalaran wacana atau si penulis! Jadi, tentukan opini-opini utama penulis tentang topik yang dibahas!
- Berdasarkan opini yang kalian pilih , tentukan term C, B, dan buatlah term A-nya!
- Berdasarkan rumusan term tersebut restrukturisasikan ke dalam bentuk penalaran siologisme yang benar! 5. Analisislah silogisme tersebut dari segi 1) validitas (valid) dan 2) kebenarannya (truth)! Pahamilah dengan cermat di mana letak kelemahan pola penalaran itu?
- Berilah tanggapan atas opini wacana melalui penulisnya secara kritis dengan memberikan butir-butir ikon yang dijadikan sasaran!
- Buatlah penolakan gagasan wacana atau penulis dengan melihat kelemahan pola pikir dan opini penulis dalam memanfaatkan data!
- Kerjakan dalam Komentar dengan menuliskan nama, kelas, dan nomor absen! Email harus sesuai dengan nama dalam daftar nama. Yang tidak memenuhi persyaratan akan kena eleminasi secara otomatis-langsung! 6. Kerjakan sesuai dengan alokasi soal dan penjawabnya!
WACANA PENOLAKAN
PENDAPAT DAN TANGGAPAN
KELAS XII IPA 2
1. Kejahatan di Jalan Raya, Picu Trauma Psikologis
Karya Muhammad, Seorang pendidik di SLBN Metro Lampung, 1 istri, 3 anak,
mulai suka menulis di Kompasiana
Beberapa
hari ini saya merasakan ada kengerian tersendiri dari dalam lubuk hati.
Kengerian yang bersumber dari sebuah cerita teman bahwa baru-baru ini di
seputaran Batanghari seorang anak SMA tewas dengan isi perut terurai. Almarhum
adalah korban perampokan di jalan raya. Menurut saksi mata, terbunuhnya si
korban lantaran ia ingin menyelamatkan kunci motornya sewaktu hendak dirampok.
Karena merasa korbannya hendak melarikan diri para rampok pun melakukan
tindakan sadis. Membunuh anak ABG ini tanpa ampun. Iiih sadis amaaat ya?
Belum
hilang ingatan dari cerita perampokan di jalan raya dengan korban seorang siswa
SMA ini, muncul lagi berita seorang perampok (begal) menurut khabar yang
beredar tewas dibunuh massa, lantaran terjebak saat melarikan diri dengan
kendaraan hasil rampokannya.Dari
foto perampok tersebut terlihat leher ditusuk sebilah pisau dan darah mengalir
dari luka tusuknya. Dan ternyata tidak hanya satu orang yang tewas, karena ada
beberapa rampok yang harus menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat
lantaran kejahatan yang telah mereka lakukan.
Terang
saja, akibat beberapa kasus pembunuhan ini mengakibatkan sindrom trauma
psikologis. Tidak hanya anak dan adik saya yang sangat ketakutan, karena saya
sendiri pun merasa kurang nyaman jika harus berkendara di malam hari. Jangankan
di malam hari, di siang hari agak-agak minder jika menuju wilayah yang lumayan
rawan. Seperti yang saat ini terkenal adalah Kecamatan Jabung Lampung Timur.
Seandainya saya kesana pun dengan konvoi beberapa rekan dengan maksud mencegah
kejahatan di jalan raya.
Jangan
pernah berharap selamat, jika kita tidak waspada ketika menuju wilayah-wilayah
yang rawan kejahatan. Meskipun akhir-akhir ini, para penjahat ini sudah masuk
ke wilayah perkotaan. Seperti yang saya ceritakan para perampok ini beraksi di
jalan raya arah Sekampung yang lumayan ramai, adapula di sekitaran Masjid Kowi
di daerah Kelurahan Ganjar Agung Kec. Metro Barat pun tak luput dari tindakan
brutal para pelaku kejahatan.
Kejahatan
di jalanan berdampak sindrom trauma psikologis
Mungkin
kita sudah lelah dengan semua kejahatan yang muncul. Entah di jalan raya, di
rumah-rumah pengusaha kaya maupun di kantor-kantor pun acapkali terjadi
perampokan. Namun bentuknya berbeda seperti kejadian belum lama ini Mantan
Menteri ESDM Jero Wacik diduga melakukan pemerasan demi kepentingan pribadi.
Lelahnya
kita, entah di seantero Lampung maupun di daerah lain, seakan-akan rakyat
dibuat gerah. Meski setiap hari kejahatan di jalanan kerap terjadi, pembunuhan
korban dan pelakunya ternyata tidak berdampak signifikan terhadap berakhirnya
kekerasan ini. Meskipun segala macam tindakan kekerasan itu sempat mencederai
makna persatuan karena ujung-ujungnya dihubung-hubungkan dengan urusan
kesukuan, ternyata pemerintah belum begitu sigap menyelesaikan konflik dan
masalah sosial ini. Padahal
ketika saya sendiri merasakan ketakutan luar biasa tatkala harus keluar rumah
di malam hari, padahal biasanya cuek-cuek saja. Hal ini menunjukkan bahwa
secara tidak langsung masyarakat kita sudah terjangkiti sindrom trauma
psikologis. Padahal jika kita tahu apa sih makna trauma psikologis, tentu setiap
orang enggan mengalaminya. Tidak hanya kami, karena lingkungan pun
mengalaminya.
Trauma
psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang
terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik. Ketika trauma yang mengarah
pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik
di dalam otak dan kimia otak, yang mengubah respon seseorang terhadap stres
masa depan.
Akibat
tekanan-tekanan ketakutan tersebut yang semula dianggap biasa-biasa saja, pun
akhirnya menjalar dan mendominasi mental dan pikiran, yang akhirnya justru
menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan. Bahkan lebih dari itu
para korbannya akan menjadi pribadi yang terlalu responsif, ketakutan
berlebih-lebihan, dan dampak yang lebih parah ketika masyarakat sudah tidak
lagi percaya terhadap institusi penegak hukum yang katanya ingin membela dan
mengayomi masyarakat.
Tentu
hasil akhirnya dapat diduga, rakyat tak takut lagi ketika harus melakukan
kekerasan balasan di jalanan. Dan buntutnya akan banyak korban-korban baru dari
kalangan pelaku kejahatan karena dihukum “massa” lantaran tidak percaya lagi
dengan aparat penegak hukum.
Mereka
sudah muak dan jengah dengan keadaan, semakin dibiarkan berlarut-larut justru
kejahatan semakin merajalela. Itulah dampak terberat jika aparat kepolisian
justru tidak dipercaya lagi. Masyarakat yang menderita trauma psikologis ini
justru akan menunjukkan kekerasan balik yang lebih parah. Bolehlah para pelaku
kejahatan bisa tertawa puas dan melenggang bebas dengan harta rampasannya, tapi
di belakang mereka masyarakat pun mengancam mereka akan lebih keji lagi
menghakimi para pelaku kejahatan ini. Bahkan beberapa bulan silam ada seorang
penjahat yang tewas dibakar massa lantaran kecewa para pelaku tetap saja bisa
melakukan kejahatan meskipun sudah pernah tertangkap.
Terus,
apa yang diharapkan dari aparat penegak hukum? Polisi, TNI atau apalah nama
aparat-aparat ini. Jika justru mereka terkesan membiarkan kejahatan demi
kejahatan terjadi. Jangan dikira rakyat akan diam saja jika kejahatan demi
kejahatan menghantui mereka. Ironinya lagi, meskipun para aparat penegak hukum
ini sudah dibayar dengan uang rakyat, toh mereka justru membiarkan rakyat
tersakiti dan terzalimi oleh ulah para penjahat jalanan.
Sikap
Polisi Terkesan Lamban
Pun
berdasarkan kasus yang pernah terjadi di daerah Bekri, Lampung Tengah,
tiba-tiba dua suku saling menyerang dan buntutnya hampir seluruh rumah di
wilayah ini, khususnya milik para pendatang hangus terbakar akibat tindakan
balasan dari warga pribumi. Kasus
ini berawal dari kasus pencurian sapi yang selalu saja terjadi. Bagaimana
mungkin sapi satu kandang tiba-tiba lenyap padahal bertahun-tahun mereka
memeliharanya untuk persiapan kebutuhan mendesak? Misalnya saja jika dihitung
nominal harga sapi minimal 15 juta per ekor, ketika satu kandang ada dua ekor
saja, sudah jelas 30 juta uang raib dalam semalam.
Bahkan ada yang ada tiga
ekor sapi yang raib lantaran kasus pencurian.
Masyarakat
sudah melaporkan ke aparat kepolisian, polisi masih saja duduk manis kurang
merespon, jangankan mencari jejak pelaku, seakan-akan mereka enggan mengurus
kasus pencurian jika tidak ada uangnya. Anda kehilangan sapi, bisa-bisa mobil
ikut raib.Karena
gerah dan marah, dan kebetulan ada seseorang yang di malam itu diduga sebagai
pencurinya, para masyarakat inipun menghakimi, meskipun setelah diselidiki
“katanya” bukan pelaku pencurian. Masyarakat yang merasa keluarganya dihakimi
dengan sadis inipun menuntut balas. Imbasnya rumah-rumah penduduk hangus
terbakar karena dirusak masa desa sebelah.
Untung
saja, kedua masyarakat sepakat untuk berdamai, dengan risiko saat ini banyak
kepala keluarga yang sudah enggan lagi memelihara ternak dan rumah-rumah mereka
banyak yang rusak. Seandainya digantipun tak sesuai dengan harga kerusakan.
Itulah potret citra buruk kinerja aparat keamanan di negeri ini. Seandainya kasus kejahatan demi kejahatan dibiarkan saja, bukan tidak mungkin rakyat akan bertindak lebih anarkis. Tidak hanya pelaku kejahatan yang dihakimi di tempat, karena polisi yang seharusnya menjaga keamanan pun bisa-bisa tidak dipercaya lagi.
Pertanyaannya
jika kepolisian tidak lagi dipercaya rakyat, kenapa mereka masih berdinas?
Apakah semata-mata ingin mendapatkan gaji tapi berlindung ketika harus terlibat
dengan persoalan rakyat? Atau bukan rakyat saja yang terkena sindrom trauma
psikologis ini tapi menimpa pula aparat kepolisian kita? Atau karena memang
pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan nasib rakyatnya? Entahlah.
Salam
2.
Reformator… Jangan Pernah Lengah Mengawal Negerimu
Sjahrir
Hannanu, Seorang yang suka mengamati dan
merenungkan kejadian yang ada di sekeliling kita.
Saya
selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum, untuk
dianjurkan tidak dengan harus memilih orang-orang partai politik.
Sejak zaman dahulu kala, ketika Golkar begitu berpengaruh memaksa PNS untuk menjadi
anggota Golkar sayapun selalu merobek formulir isian padahal ancamannya adalah
dikeluarkan dari PNS. Begitulah di jaman dahulu Golkar yang disebut bukan
partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
Tapi kini Golkar adalah partai politik dan tidak lagi memaksa kita menjadi
anggotanya.
Tapi
kesalahan Golkar itu telah saya maafkan. Hingga kini saya tak mau masuk partai
politik apapun. Saya tidak suka partai politik.
Di dalam
benak saya ini, ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah
satu partai. Ketika didalam pencalonan presiden mulai diwacanakan mengakomodasi
kalangan Profesional tanpa harus menggunakan kendaraan partai politik, seperti
saya melihat cahaya cerah tentang masa depan Indonesia yang lebih baik.
Walaupun begitu sengitnya serangan untuk memblokade pemikiran ini, saya senang
sekali melihat generasi muda dan pembaharu telah mulai bergerak memperbaiki
Indonesia dari orang-orang banyak orang yang “pintar” berbicara, tak takut ada
dosa, halal-hulul-hilul semua disikat. Kadang-kadang
saya berfikir mereka ini kebanyakan sudah lupa bahwa ia akan mempertanggung
jawabkan tingkah-lakunya di hari-kemudian dengan ancaman siksa yang
amat-sangat. Rasa takutnya tak ada. Berani benar orang-orang seperti ini.
Nah…
terbayanglah olehku satu impian, akan adakah nanti kelompok yang tanpa partai
ini bisa dianggap satu dan kemudian memiliki juga suara disetiap Pemilu yang
akan datang ?? Bukankah kita yang tak berpartai ini juga adalah sebagian dan
jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan ?? Saya kira kalau yang mencadi
“Calon” juga sudah ada dari golongan non partai, maka pemilihnyapun harus ada
dengan nama “Golongan Non Partai” itu. Singkatkan saja dengan GNP. Bukankah
telah banyak kita dengar agar mereka yang terpilih menjadi “Anggota DPR atau
Pejabat” dianjurkan agar sebaiknya meletakkan statusnya sebagai anggota partai
demi keberpihakannya kepada rakyat, dan menjadi rakyat sejati ?
Hanya
kepada mereka yang lurus, yang tak “pandai” berbicara itulah harapan ini harus
diberikan, karena sampai di tangan KPKpun mereka masih vocal dan bisa
tersenyum. Bangga
rasanya memiliki KPK tetapi pilu dan miris melihat tangkapan demi tangkapan
diseret ke meja hijau… dan sebagian lagi ingin KPK bubar.
Anak
Muda Reformator… jangan pernah lengah mengawal negerimu.
3.
Bukti, Koalisi
Merah Putih Bukan Wakil Rakyat
Karya
Giri
Lumakto
My roles
(so far): A Lecturer. A Father. A Husband. A Lover. A Friend. tweet:
Wakil
Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono menegaskan, kader partainya tidak
akan ada yang masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla. Jika ada kader
Golkar yang direkrut, Agung mengatakan, itu tidak atas nama partai.
“Ya
tidak atas nama partai,” kata Agung di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu
(17/9/2014). (berita: kompas.com)
“Tidak
tertutup kemungkinan kader terbaik Koalisi Merah Putih ditarik ke pemerintahan
Jokowi. Tapi, dengan konstelasi dan status politik sekarang, yang
bersangkutan tidak mewakili partainya,” kata Tantowi di Kompleks
Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (17/9/2014). (berita: kompas.com)
Namun,
bila nanti ada kader Golkar yang ditawari oleh Jokowi untuk menjabat sebagai
menteri, Aburizal sebagai ketua umum mengaku mempersilakannya. Namun, bila hal
tersebut terjadi, ia menegaskan bahwa kader yang ditunjuk bukanlah perwakilan
partainya.
“Silakan
saja, tetapi tidak mewakili Golkar,” ujar dia. (berita: kompas.com)
Dari
beberapa pernyataan para politisi pengekor Koalisi Merah Putih (KMP) diatas,
apa yang bisa Anda simpulkan? Jelas. Mereka semua merasa diri mereka adalah
wakil partai. Mereka bukan wakil rakyat. Rakyat yang sejatinya diakomodir
dengan media politik serupa partai politik. Ternyata hanya sebagai anak tangga
para politisi untuk mencapai kuasa. Setiap kepala kita adalah pijakan mereka
menuju ke atas singgasana kuasa. Menjadi yang katanya wakil rakyat. Baik wakil
yang menjadi anggota legislatif, maupun mentri dalam eksekutif. Nampaknya KMP
tidak ingat (juga) siapa yang menjadikan mereka memiliki kuasa.
Hak berpolitik
adalah hak semua warga negara. Dan rakyat, boleh turut serta dalam sebuah
partai, dalam hal ini partai politik. Hakikat partai politik harus berdasar
pada pasal 28 UUD 1945 yaitu:
Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang. (referensi: portalgaruda.org). Dan
dengan jelas, bahwa partai politik harus membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dijelaskan dalam UU Tentang Perubahan
atas UU Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik Pasal 1 Ayat 1, yang
berbunyi:
Partai
politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh kelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945. (referensi: acch.kpk.go.id)
Sehingga
partai politik dengan presumsi UUD 1945 No. 28 dan UU No. 2 tahun 2011 tentang
Parpol pasal 1 ayat 1 berfungsi sebagai media aspirasi. Media aspirasi atau
lebih umumnya disebut Dewan Perwakilan Rakyat, pun sejatinya bergerak dan
bertindak dengan dasar rakyat. Dalam hal ini, semua aspirasi yang terwujud
adalah hasil komunikasi intensif antar Parpol, Pemda dan DPRD. Sehingga alur
fungsi parpol sebagai sarana komunikasi adalah sebagai berikut:
Sedang
faktanya, dari pernyataan geng KMP diatas kolom rakyat seolah dihilangkan.
Aspirasi mereka adalah aspirasi golongan atau kelompok. Jika ketua berkata
tidak atau mayoritas anggota menolak, maka gugurlah kiprah seorang politisi
dari parpol tersebut. Sehingga, proporsi aspirasi rakyat sebagai dasar alur
komunikasi diputus. Tanpa mendengar aspirasi dan gejolak yang ada di lapangan,
geng KMP menjalankan manajerial partai politik seenak mereka sendiri. Berikut
kira-kira alur diagram fungsi komunikasi parpol ala geng KMP.
KMP
Berada di Luar Pemerintahan, Tapi Bukan Oposisi?
Dan
geliat yang agak mengganjal pula adalah istilah diluar pemerintahan ala KMP.
Mungkin agak merancukan istilah oposisi yang selama ini ada. Semisal PDI-P yang
memang oposisi. Walau tidak ada wakil mentri yang ikut dalam Kabinet Indonesia
bersatu. PDI-P menganggap diri mereka oposisi. Sedang yang diistilah KMP adalah
berada diluar pemerintahan.
… Akan
tetapi, pilihan politik Golkar adalah di luar pemerintahan sehingga tak ada
perwakilan partai di kabinet pemerintahan mendatang. (berita: kompas.com)
Setalah
ada kemungkinan figur profesional partai akan berasal dari Koalisi Merah Putih,
Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat menegaskan bahwa Partai Gerindra
akan tetap berada diluar pemerintahan. (metrotvnews.com)
Oposisi
yang selama ini ada toh tidak merugikan jalannya roda pemerintahan. Bukan pula
pihak oposisi merongrong pemerintah dengan hal yang penuh dengan kepentingan.
Menolak atau mengkritisi pemerintah memang wajar adanya hakikat oposisi.
Oposisi lebih terkesan pihak yang bersebrangan namun tidak memusuhi.
Mengkritisi namun tidak menghakimi. Menolak kebijakan namun dengan tidak
sporadis merubah UU. Intinya, tetap berlandaskan konstitusi, Pancasila dan UUD
1945.
Sedang
bayangan awam saya, pihak diluar pemerintah adalah istilah yang ‘menyesatkan’.
Jika dibilang oposisi, jika dari gelagat sebelum pemerintahan baru yang akan
dimulai berniat tidak baik. Mulai dari secara mayoritas mengebiri hak menjadi
ketua DPR. Mencoba mengutak-atik istilah demi kepentingan kuasa para pemimpin
daerah yang berasal dari parpol. Mencoba meruntuhkan sistem Pilkada langsung.
Ngebet untuk segera disahkan demi menjaga kuasa dan penguasa dari koalisi
parpol mayoritas. Dan sepertinya, Presiden yang segera lengser ini mencoba
bermain trik demi pencitraannya sendiri. Lihat artikel saya, UU Pilkada: Jebakan Betmen
SBY buat Jokowi, atau Pencitraan SBY?
Ucapan
Prabowo: Tuan Makan Senjatanya
“Tetapi,
elite bangsa kita tak mampu menjaga kekayaan ini. Kekayaan ini dicuri dan
dirampok terus menerus. Anggota DPR, bupati, menteri, bisa disogok,
jenderal bisa disogok. Semua bisa dibeli, parpol bisa dibeli,”
kecamnya. (berita: detik.com)
Masih
dengan berapi-api berorasi di depan simpatisan Gerindra pada April 2014 lalu.
Seolah ucapan ini kembali kepada penuturnya, Prabowo sendiri beserta geng
KMP-nya. Anggota DPR dan bupati bisa disogok dalam hal ini KMP menggelontorkan
Pilkada lewat DPRD. Agar sogok-menyogok bisa dilakukan leluasa dan bebas oleh
anggota KMP saja, nantinya. Mentri bisa disogok, seperti berkaca pada kasus
Suryadharma Ali, Ketum PPP. Disogok para oknum agar bisa leluasa mengutil dana
Haji. Jendral pun bisa disogok mengeluarkan UNIMOG-nya demi ‘membela’ geng KMP
di MK dulu.
Seolah,
semua tingkah ulah dan rong-rongan geng KMP akan kembali kepada diri mereka
sendiri.
Salam,
Solo,
17 September 2014
4.
Pilkada Langsung; Menabrak Dasar Negara?!
Karya
Bem Simpaka
Silang
pendapat mengenai cara memilih kepala daerah telah sampai pada fase perdebatan
yang sangat idiologis. Kalangan yang menolak bahkan berargumentasi bahwa
pemilihan langsung itu menabrak sila ke 4 dari Pancasila. Menurut mereka cara
pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia, termasuk keputusan
menentukan kepala daerah, yang sesuai dengan Pancasila adalah musyawarah
mufakat melalui lembaga perwakilan sebagaimana tercantum di Sila ke 4
Pancasila. Cara di luar itu dianggap menabrak Dasar Negara.
Sontak
yang terbayang negara ini bisa bubar! Sebab ada begitu banyak produk keputusan
yang (pernah) diambil selama proses bernegara dengan cara pemungutan suara atau
pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 diamanedemen. Sebutlah
misalnya pemilihan kepala desa, pengambilan keputusan terkait substansi
perundang-undangan, dan bahkan pemilihan kepala daerah melalui DPRD ketika
itu-pun dilakuan tidak melalui musyawarah mufakat sebagaimana diamanatkan dalam
Sila ke 4 Pancasila, melainkan denga cara pemungutan suara. Rasanya belum
pernah ada Kepala Daerah yang dipilih DPRD dengan cara musyawarah mufakat. Lalu
apakah dengan demikian semua produk keputusan tersebut menjadi batal demi
hukum?
Sila
ke 4 Pancasila berbunyi, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Ada dua esensi utama yang terkandung dalam
sila ke 4 ini. Pertama tentang perwakilan, dan kedua tentang musyawarah
mufakat. Esensi tentang “perwakilan” itu pada dasarnya berbicara soal “alat
pengambilan keputusan” atau siapa yang mengambil keputusan. Sedangkan esensi
tentang “musyawarah mufakat” itu pada dasarnya berbicara soal “cara mengambil
keputusan”, atau dengan cara apa keputusan diambil?. Maka, terkait polemik
tentang bagaimana mengambil keputusan untuk memilih kepala daerah, ini pada
dasarnya adalah berbicara soal bagaimana cara memilih kepala daerah, apakah
langsung oleh rakyat atau melalui musyawarah mufakat oleh perwakilan rakyat di
DPRD.
Dengan
demikian, oleh karena sebelumnya DPRD dalam memilih kepala daerah-pun (pernah)
melakukannya dengan cara pemungutan suara, bukan musyawarah mufakat, maka pada
dasarnya gagasan untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD
seharusnya juga tidak sesuai dengan sila ke 4 Pancasila. Maka, jika kita
menggunakan alur berfikir yang konsisten bahwa pemilihan melalui pemungutan
suara oleh rakyat adalah menabrak Pancasila, maka segala produk keputusan yang
diambil oleh DPRD bukan dengan cara musyawarah mufakat itu juga bertentangan
dengan Sila ke 4 Pancasila, termasuk dalam hal pemungutan suara untuk memilih
kepala daerah.
Boleh
saja kita memiliki keyakinan idiologis bahwa sesuai sila ke 4 Pancasila,
satu-satunya cara pengambilan keputusan dalam bernegara yang sah adalah melalui
musyawarah mufakat. Tetapi dalam masyarakat yang super majemuk ini, jika
keyakinan tersebut dijadikan sebagai kebenaran tunggal, bagi saya itu adalah
sebuah utopia demokrasi. Esensi musyawarah mufakat yang terkandung dalam sila
Ke 4 Pancasila harus dimaknai sebagai pengutamaan, bukan pewajiban. Sehingga
pengambilan keputusan dalam praktik bernegara sesuai nilai-nilai Pancasila diutamakan
dengan cara musyawarah mufakat. Jika tidak ditemukan mufakat, harus ada cara
lain melalui pemungutan suara atau voting.
Musyawarah
mufakat dapat dijadikan cara untuk mengambil keputusan manakala para pihak
dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman.
Pertanyaanya, apakah kondisi seperti itu selalu terjadi? Jawabanya tentu saja
tidak selalu. Maka, musyawarah mufakat tidak bisa mengabaikan opsi terjadinya
voting/pemungutan suara. Lalu apakah voting/pemungutan suara sebagai cara pengambilan
keputusan selain musyawarah mufakat itu bertentangan dengan Pancasila? Hemat
saya, tidak bertentangan sepanjang tetap dalam bingkai Sila Ke3 Pancasila,
Persatuan Indonesia . Sebab, jika terus menerus harus bermusyawarah sedemikian
lama sampai terjadinya mufakat, akan terjadi inefisiensi demokrasi. Dalam hal
keputusan yang harus diambil urgen, seperti penentuan kepala daerah, maka itu
tidak saja in efisien melainkan berisio terjadinya perpecahan bangsa. Padahal
perpecahan itu bertentangan dengan sila ke 3 Pancasila, Persatuan Indonesia.
Kaki Merapi, 15 September 2014
Bem Simpaka
5.
Liburan seru ke Jogja
Karya Izza Restu Sya'bana
Bangunan
megahnya berdiri kokoh selama bertahun-tahun yang membuat takjub semua orang.
Borobudur adalah simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia. Guys, tahu kan
bahwa Borobudur merupakan salah satu warisan budaya dunia yang berada di
Indonesia. Menikmati keindahan bangunan Borobudur sambil menyelami nilai-nilai
sejarah yang termasuk kandung di dalamnya adalah perjalanan wisata yang
menyenangkan. Apalagi liburan kali ini bersama teman-teman , sungguh
mengasyikkan. Sebelum masuk kawasan candi Borobudur kami dipersilahkan petugas
untuk mengenakan kain batik berwarna biru. Kain tersebut merupakan bukti bahwa
Borobudur merupakan warisan budaya dunia yang harus dilestraikan. Sebelum
mencapai candi Borobudur, kami berfoto-foto bersama. Kami sepakat melakukan
satu permainan namanya sebut sajalah “balapan “ maklum orang jawa. Dalam
permainan ini, kami lomba untuk mencapai stupa tertinggi di candi Borobudur.
Satu lagi yang harus dilakukan yaitu harus berbicara dengan turis asing minimal
2 orang. “Sanggup” kataku. Semua teman mengangguk dan akhirnya kami berlari
menuju berbagai jalan tangga agar sampai ke puncak tertinggi di candi
Borobudur.
“ huh
capek , tapi menyenangkan sih. Iya kan?kataku
Betul
beud, asyik banget lihat pemandangan indah. Bisa lihat pemandangan di
sekeliling dari tempat tertinggi disini.Teman habis ini kita foto-foto yuk”kata
temanku
Kami sejenak melakukan sesi foto ceria bersama –sama.
Apalagi tambah semangat karena foto ditemani mahasiswa asing yang kami kenal
setelah berbincang-bincang . Dari penutursn mahasiswa asing tesebut mereka
berasal dari Australia dan kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur ini
sehingga tertarik untuk datang. Well, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke
pasar candi Borobudur. Disana banyak sekali pernak-pernik khas candi Borobudur,
batik khas jogja yang terkenal serta barang-barang kerajinan yang bagus-bagus.
Liburan kali ini sangat seru. Setelah puas berkunjung di candi Borobudur, kini
dilanjutkan ke pantai parangtritis yang indah dan tak ketinggalan pada malam
hari menikmati suasana yang ramai dan asyik di jalan malioboro bersama
teman-teman. Menikmati wedang ronde, makan gudeg, beli sandal atau batik jogja.
Pokoknya menyenangkan bagi penggila shopping nih. Yups, liburan kali ini
merupakan salah satu liburan yang menyenangkan bagiku. Tak puas rasanya jika
hanya sekali berkunjung ke jogja. Tak bosan bila tinggal berlama-lama di Jogja
ini. Kota dengan sejuta budaya dan keindahan. Selain tempat –tempat wisata yang
mudah di jangkau, ternyata fasilitas-fasilitas disini cukup memadai. Ada
berbagai akomodasi yang tersedia seperti hotel, losmen, resort bagi teman–teman
yang mau menginap. Semua ada dari fasilitas yang biasa sampai yang paling
lengkap dan mewah fasilitasnya.
Tunggu apalagi guys, coba lah berlibur ke jogja. Pasti
menyenangkan dan member pengalaman yang indah. Untuk info hotel-hotel di Jogja
serta fasilitasnya, silahkan kunjungi website www.klikhotel.com. Klikhotel
merupakan website yang menyediaka info-info seputar hotel-hotel serta
fasilitasnya. Semoga liburan selanjutnya lebih seru dan menyenangkan. See you
6.
Apakah Hal Ini yang Memacetkan Lalin Berani Ditindak Ahok?
Karya Leo Kusima
Mata ahok sudah merah melihat parkir
liar yang memacetkan lalulintas, dan sampai kata-kata yang tidak senonoh keluar
dari mulutnya.
Salah satu kemacetan yang sering
terjadi adalah setiap Jumaat-an, jalan diblokir oleh mesjid untuk dijadikan
tempat ibadah, para muslimah bersembayang di jalan (karena daya tampung mesjid
tidak cukup). Serta pada hari minggu, gereja di jalan dari Roxy arah ke
Jalan Gajah Mada, parkir berjejeran, bukan memakai trotoar, melainkan memakan
dua lajur badan jalan dan hanya meninggalkan satu lajur jalan (satu lajur lagi
sudah dikuasai busway), Jalan MACET TOTAL.
Pemandangan ini banyak terjadi
dimana mana, mereka jelas mengganggu lalulintas, saya ingin tahu si “pemberani”
ahok berani tidak menindak mereka yang jelas-jelas melanggar UU lalulintas dam
perda. Pasukan derek beranikah menderek mobil yang parkir didepan gereja
dan satpol PP apakah berani menggotong para jemaah yang sedang sembayang?
Saya sangat toleran terhadap hal
demikian, karena para Jemaah kekurangan lahan, dan sembayang satu minggu
sekali. Kalau soal parkir amburadul didepan gereja, saya juga
berpandangan sama. Tapi RED EYES ahok apakah sama dengan pandangan
saya? saya pikir ahok tidak berani melakukan penertiban satpol PP
terhadap mesjid, dan juga tidak berani menderek mobil parkir liar didepan
gereja, karena takut digebrak meja oleh Veronica Tan.
I am wait and see.
7. Birokrasi Sebagai Agen Pembaharuan,
Pelayanan dan Pemberdayaan Masyarakat
Mus Kamal, adalah Pegawai ASN yang berkantor Di PKP2A II LAN Makassar
Pola
birokrasi yang cenderung sentralisitik, dan kurang peka terhadap perkembangan
ekonomi, sosial dan politik masyarakat harus ditinggalkan, dan diarahkan
seiring dengan tuntutan masyarakat. Harus diciptakan Birokrasi yang terbuka,
professional dan akuntabel. Birokrasi yang dapat memicu pemberdayaan
masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi.
Birokrasi demikian dapat terwujud apabila terbentuk suatu sistem di mana
terjadi mekanisme Birokrasi yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi
yang konstiruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
Saat
ini posisi, wewenang dan peranan Birokrasi masih sangat kuat, baik dalam
mobilisasi sumber daya pembangunan, perencanaan, maupun pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan yang masih terkesan sentralistik. Di samping itu,
kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat
mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga
kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung
bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.
Birokrasi masih belum efisien, yang antara lain ditandai dengan adanya tumpang
tindih kegiatan antar instansi dan masih banyak fungsi-fungsi yang sudah
seharusnya dapat diserahkan kepada masyarakat masih ditangani pemerintah.
Dengan
makin besarnya peran yang dijalankan oleh masyarakat, maka seharusnya peran
Birokrasi lebih cenderung sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu, fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan
oleh Negara adalah perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang berfungsi
sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat
termasuk dunia usaha. Peran lain yang seharusnya dijalankan oleb birokrasi
adalah sebagai consensus building, yaitu membangun pemufakatan antara
negara, sektor swasta dan masyarakat.
Peran
ini harus dijalankan oleh birokrasi mengingat fungsinya sebagai agen
pembaharuan dan faslitator. Sebagai agen perubahan, birokrasi harus mengambil
inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan. Sedangkan sebagai
fasilitator, Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang
muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara. Selain itu,
pemisahan peran yang melekat pada aparatur pemerintah menjadi suatu keharusan.
Aparatur pemerintah adalah pelayan publik yang harus melayani masyarakat apapun
latar belakangnya. Perbedaan ideologi maupun pilihan potitik tidak boleh
menghalangi perannya sebagai pelayan masyarakat. Dalam rangka optimasi peran
birokrasi sebagaimana dikemukakan diatas, kebijaksanaan debirokratisasi,
deregulasi, dan desentralisasi perlu dilanjutkan dan dikawal pelaksanaannya,
peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus terusmenerus ditingkatkan dan
diusahakan.
8. Wacana Pembatasan Kendaraan, Theodolus Eko, Pekerja yang senantiasa bekerja dengan hati..lapang pikir
dan tidak neko-neko...
Walikota
Bogor, Bima Arya “melempar bola” dengan pernyataan melarang kendaraan
(mobil/motor/bis/truk/ambulans/pemadam kebakaran..?) masuk wilayahnya untuk
akhir pekan saja (Sabtu/Minggu..?). Lemparan tersebut ternyata sudah mengenai
berbagai pihak. salah duanya adalah Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok)dan Kapolri Jenderal Pol Sutarman.
Entah
apa yang ada di benaknya pak Walikota, sehingga mengeluarkan wacana seperti
itu. Coba kita ambil positifnya dari niatan tersebut, (mungkin) pak Walikota
ingin jika akhir pekan jalanan di Bogor lengang. Tapi apa iya..? Memang
penduduk Bogor sedikit yang mempunyai kendaraan..? Mengapa pembatasan tersebut
hanya akhir pekan..? Dan masih banyak pertanyaan pertanyaan lainnya.
Jika
wacana ini berhasil diwujudkan, apakah nantinya tidak menjadikan wilayah diluar
Bogor (mungkin) juga akan memberlakukan hal serupa. Apa jadinya jika masing
masing wilayah mengklaim tidak boleh ada kendaraan luar wilayahnya yang masuk.
Seperti kata Kapolri ;” wilayah kita wilayah Republik Indonesia, jangan
mengkotak kotakan itu. Jangan batas batasan daerah”.
(….Kapolri Protes soal Larangan
Mobil Pelat B Masuk Bogor
Rabu, 17 September 2014 11:39 wib |
Bayu Septianto - Okezone…..)
Memang
sudah seharusnya seperti itu. Percuma kita mendengungkan NKRI tapi ada sebagian
(oknum) pejabat yang (mungkin) akan mengingkari hal itu.
Jika
Walikota Bogor merisaukan situasi jalanan di wilayahnya semrawut karena
banyaknya kendaraan plat B yang masuk, apakah tidak banyak warganya yang
mempunyai kendaraan berplat B..? Seperti kata Wakil Gubernur DKI :”Kemacetan di
Bogor menurutnya bukan dikarenakan oleh kendaraan pelat B saja. Toh banyak
warga Bogor yang mempunyai kendaraan pelat B. Bahkan Ahok berseloroh, macet di
Jakarta salah satunya disebabkan oleh warga Bogor yang beraktifitas di Ibu
Kota.
(…Ahok: Macet Jakarta Juga karena
Pelat F
Rabu, 17 September 2014 12:53 wib |
Angkasa Yudhistira - Okezone…)
Jika Bogor tidak mau dilewati oleh
kendaraan berplat B di akhir pekan, jangan jangan Walikota Bandung nantinya
juga akan memberlakukan hal sama. Waduh, padahal untuk akhir pekan biasanya penulis
melakukan perjalanan bersama keluarga kalau tidak ke Bogor ya ke Bandung.
Jadi..kita tunggu saja apakah wacana
ini akan bergulir cepat dan terealisasi ataukah akan lenyap secepat lemparan
bola sang Walikota Bogor.
9.
Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta [Mengutuk Pemerintah DKI
Karya Ar Mutajalli
Jumat
kemarin (12/09) saya main ke monas. Saya penasaran melihat beberapa tenda yang
tersusun rapi dipelataran Monas. Rupanya tenda itu untuk acara Lebaran Betawi
yang digelar setiap tahun. Di sudut lain saya melihat beberapa orang yang
sedang mempersiapkan kincir angin, mungkin untuk hiburan bagi pengunjung di
acara Lebaran Betawi itu.
Namun,
belum juga kincir angin itu selesai terpasang, rombongan Satpol PP menghampiri
mereka dan membawa kerenjang kincir angin dan menyuruh mereka mombongkarnya.
Entahlah, mungkin pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk
beroperasi di acara tersebut. Saya hanya bisa merekamnya dari jauh.
Tidak
jauh dari tempat itu, ada warga yang marah ampun-ampunan mengutuk sikap arogan
Satpol PP tersebut. Dia mengaku bernama Ambon, karena asalnya memang dari
Ambon. Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang. Dia
juga mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang
selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah.
Dia
mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan
dengan baik. Mereka digabung dengan orang gila/tidak waras dan hampir membuat
dirinya juga ikut gila. Setelah beberapa hari kemudian mereka dilepas tanpa
diberi bekal keterampilan atau pekerjaan untuk bisa menyambung hidup.
Sikap
Satpol PP (Pemerintah) menurutnya akan memaksa orang-orang yang seperti mereka
menjadi preman. Karena usaha yang menurut mereka halal, tidak mengganggu orang
lain, dengan berdagang keliling di area Monas, malah diganggu dan diusir oleh
Satpol PP.
Dan
parahnya setelah PKL-PKL ini diusir keluar dari Monas, beberapa saat kemudian
beberapa Satpol PP mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka
usir tadi. Begitu menurut pengakuan si Ambon. Saya hanya bisa merekam
uneg-unegnya dengan sembunyi-sembunyi.
Entahlah..
Tidak
ada yang benar dan tidak ada yang salah, tergantung dari sudut pandang mana
kita melihat.
10.
“Tarian” Ahok dengan Derek “Parkir Liar”
Karya
hayu
Parhendrojati
Selalu
tenggelam dalam teknologi, manusia, alam, duniawi, macet, khayalan tinggi dan
lalai namun selalu mengharap Ihdinashshirothol Mustaqiim..
Per-tanggal
8 September 2014 Pemda DKI Jakarta mengambil ‘kebijakkan‘ dengan
menderek kendaraan dan mendendanya Rp 500.000, baik mobil dan motor yang parkir
di bahu Jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang.”
Dengan
situasi kota Jakarta yang minim parkir, - baca the Jakarta Post online, “Jakarta
named worst city in RI,” - Pemda DKI Jakarta sepertinya menganggap warganya
adalah manusia bebal yang tidak tahu aturan dan dengan segala kekuatannya yang
mereka punya telah cukup sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan
hal yang boleh dikatakan sangat sederhana.
Menggunakan
logika menyediakan lahan parkir bagi pengguna kendaraan adalah sama dengan
seperti menyediakan rumah bagi pemilik AC dan kulkas, sangatlah menandakan
logika berpikir seorang Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira. Logika
tersebut selain jauh dari substansi juga ‘cacat’ jika ingin menggunakan logika
“asosiatif”, “distributif” dan “komutatif”, dan pula ‘logika sesat’ itu
terkesan kuat jika Pemda DKI hanya ingin mengambil short-cut terhadap
kompleksnya permasalah transportasi pun tanpa sengaja ‘tertampar‘ dengan
masalah kebutuhan papan yang pada 2012 lalu menjadi salah satu janji kampanye
mereka.
Memberikan
lahan parkir adalah salah satu kewajiban sebuah Pemda terhadap kebutuhan
warganya akan transportasi terlepas juga wajibnya mereka menyediakan papan yang
‘terjangkau,’ khususnya bagi pekerja dengan penghasilan UMR adalah jobdesk
‘populis’ yang harusnya dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai sebuah
tanggungjawab selain memenuhi janji-janjinya dulu sebelum memimpin.
Mengingkari hal tersebut adalah sama dengan menyatakan ketidaksanggupan
Pemda DKI Jakarta yang terkenal dengan jargon “Jakarta Baru” tersebut. Selain
itu mereka juga punya jargon ingin mengenyangkan warga DKI Jakarta, alih-alih
memenuhi janjinya, Ahok malah antagonis terhadap jargonnya sendiri dan pastinya
mengakibatkan para pemilik motor yang memang rata-rata bukan orang ‘berada’
akan menjerit lirih, utamanya atas besaran denda yang cukup ‘bombastis’ dibandingkan
dengan pendapatan mereka yang tidak seberapa. “Ohhhhh, jargon ya tinggal
jargon!” #Gembus
Saya
memberikan apresiasi terhadap program derek parkir liar berikut dendanya yang
Ahok gulirkan dengan prasyarat permasalah transportasi DKI Jakarta sudah ‘khatam’
tentunya. Dan dimana warganya juga telah “dikenyangkan” dengan fasilitas
dan layanan transportasi yang terintegrasi ke seluruh pelosok daerah di Jakarta
dan juga ke daerah mitra Jakarta (Depok, Bogor, Bekasi dan Banten) pun dengan
harga yang cukup terjangkau, terutama terkait dengan para penghasil UMR di kota
ini. Monggo anda semua bisa melihat, kecilnya presentasi biaya transportasi di
negara-negara yang sudah beradab, mereka mengeluarkan biaya transportasi
per-bulan kurang dari angka 3% dari penghasilan UMR-nya. Namun di DKI Jakarta,
biaya transportasi bisa menghabiskan pendapatan warganya dikisaran 10% hingga
30%, bahkan ada yang sampai lebih dari 50%, “Tragis bukan?” Pun jika di
negeri-negeri beradap memang menerapkan transportasi ‘mahal’, mereka kemudian
tidaklah lalai dengan memberikan alternatif solusi lainnya, seperti memberikan
ruang ‘nyaman’ yang lebih banyak terhadap penggunaan ‘transportasi sepeda’, ini
bisa anda dicermati seperti di Inggris, Belanda, Jerman dan lainnya.
Wagub
DKI yang sejak menjabat sangat disorot sepak-terjangnya dengan segala gebrakan
terhadap antitesis sosial dan budaya koruptif para birokrasi (khususnya) Pemda
DKI Jakarta dan karenanya dia telah banyak mendapat atensi yang cukup baik di
berbagai kalangan warga. Namun tanpa kontrol yang kuat dan kritik yang
konstruktif dari berbagai pihak (warga, DPRD dan pihak terkait lainnya) akan
segala apa-apa yang sudah dan akan dilakukannya itu juga tidaklah baik untuk
perkembangan sikap dan kebijakkan yang diambil oleh seorang Ahok dan kita pun
seperti menjerumuskannya menjadi sosok yang otoriterian ala “Orde Baru”
lalu. Jadi maukah kita punya pemimpin otoriterian kembali? Monggo, anda semua
yang memutuskan. #BukanBagong #AdipatiPetruk #JakartaTidakBaru
#PialaCitra #SugriwaBukanBima
11.
Di Kompasiana, Orang Menulis demi Nilai-nilai Kehidupan
Karya Blasius
Mengkaka
Nama
lengkapnya ialah Blasius Mengkaka, sedangkan nama panggilannya Blasi. Dia
merupakan seorang guru era baru selengkapnya
Ini
salah satu fenomena yang dapat kita temukan dalam Media Kompasiana ini. Entah
menurut pandangan para pembaca hal ini termasuk dalam hal yang mana, etis
ataukah tidak etis. Namun bagi saya ini menyangkut integritas dan sejarah.
Artikel yang ke sekian, berjalan mulus. Namun tiba-tiba, Penulisnya menghapus
hampir semua Artikel, yang tersisa cuma satu atau dua Artikel.
Tampaknya
mereka yang menghapus semua Artikel yang pernah dipostingnya telah menjadikan
Media ini hanya sekedar tempat singgah untuk menampung berbagai
artikel-Artikelnya untuk sementara. Super Admin Kompasiana, Kang Pepih Nugraha
pernah menulis dalam Blog Kompasiananya sebuah Artikel yang berjudul: Jangan
Main Minta Hapus Tulisan di Kompasiana. Beliau memaksudkan bahwa
dirinya dan para Admin sangat berkeberatan bila para Kompasianer menghapus
semua Artikelnya di Blog Kompasiananya. Mengapus tulisan merupakan sebuah
pekerjaan yang berat. Dia menulis:
“…Ada
berbagai alasan mengapa ada saja orang atau beberapa pihak meminta satu tulisan
dihapus (remove) dari Kompasiana. Alasan paling umum adalah dianggap mendiskreditkan
seseorang, menghina seseorang, memfitnah orang, mempertentangkan SARA,
menyerang kehormatan atasan atau komandan dan menyerang nama baik keluarga, dan
berbagai alasan lainnya. Terhadap permintaan itu, Admin biasanya tidak langsung
mengiyakan, melainkan meneliti terlebih dahulu apakah benar sebuah tulisan
melanggar tata-tertib atau cuma subjektivitas si pemohon saja…” (Cuplikan
tulisan Pepih Nugraha dalam Jangan Main Hapus Tulisan di Kompasiana di Blog
Kompasiana.com/Pepihnugraha)
Rupanya
banyak Kompsianer telah melakukannya setelah mereka menemukan tempat labuhan
paling akhir yakni Blog pribadi, y kabur. Satu dua Artikel tersisah dengan
banyaknya tanggapan dan membuat kita, termasuk saya sempat mengira bahwa
Kompasianer ini mungkin pernah memiliki Artikel hingga ratusan, ini terendus
pada jumlah komentar-komentar yang tersisa, misalnya mencapai angka ribuan
tanggapan.
Pertanyaan
saya mengapa sampai Artikel-Artikel itu dihapus? Bila toh penulisnya telah
pindah rumah, katakanlah telah memiliki Blog sendiri untuk tempat berlabuhnya
Artikel-Artikel, sebaiknya Artikel-Artikel di Blog barunya tetap juga diposting
di Kompasiana.
Kalau
saya memperhatikan sungguh-sungguh, Kompasianer Wijaya Kusumah merupakan salah
satu contoh, yang meskipun dia menulis untuk Blog Pribadinya, namun beliau juga
sempat mengirimkan Artikel itu untuk diposting di Blog Kompasiana. Sehingga
jumlah Artikel Wijaya Kusumah di Kompasiana merupakan yang terbanyak dengan
2851 Artikel, dengan 21456 tanggapan. Wijaya Kusumah sendiri mulai masuk
Kompasiana pada 21 November 2008 yang lalu. Tak heran oleh karena konsistensi
menulis Kompasiana, Wijaya Kusumahpun mendapat penghargaan sebagai Guru
Paling Ngeblok 2012.
Mempertahankan
performa dan kosistensi serta keberadaan Artikel di Kompasiana dianggap sangat
etis dan memiliki nilai tinggi. Ini sangat dihargai di Kompasiana. Kompasiana
ialah Web yang telah sungguh ikhlas melayani dan menjadikan dirinya sebagai
Good Journalisme dan tampaknya akan tetap bertahan di tengah gempuran
Media-Media yang agak kurang baik.
Pengalaman
saya memiliki Web pribadi, selalu diawasi oleh pihak hosting dan
sedikit-sedikit bisa terkena suspended. Namun di Kompasiana, belum pernah
terjadi di mana Artikel-Artikel Penulisnya hilang tak tentu rimbanya. Meskipun
sering agak macet, namun keselamatan artikel-artikel para Kompasianer tetap
selamat. Untuk itu, kita sangat salut kepada Media Kompasiana ini, sebagai
super Blog terbesar di Indonesia.
Di
Kompasiana, saya belajar bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai. Bukan
saja untuk kebaikan diri sendiri, namun nilai-nilai itu bisa merasuki orang
lain atau pembacanya. Nilai-nilai hasil tulisan di Kompasiana sungguh menyata
melalui perlombaan-perlombaan menulis yang selalu digelar rutin di Kompasiana.
Meksipun saya belum pernah mendapatkan rankingnya, namun saya dapat memahami
bahwa Menulis di Konpasiana ialah menulis demi nilai-nilai kehidupan.
Kualitas
kehidupan atau nilai-nilai kehidupan memang selalu muncul dengan sendirinya
apabila orang memiliki kesadaran tinggi untuk menuliskannya dan untuk melakukan
refleksi diri, lalu memahami kelebihan dan kekurangannya. Nila-inilai kehidupan
akan muncul bagi para penulis yang dalam meditasi dan keheningan pribadi, mampu
menuliskan peristiwa-peristiwa, pengalaman-pengalaman dalam hidupnya untuk
dibagikan kepada para pembacanya. Nilai-nilai kehidupan yang diperoleh dari
hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, penuh refleksi akan tetap
bertahan hingga akhir. Dan pula bahwa nilai-nilai kehidupan akan mempertinggi
derajat seorang manusia yang dalam semedi dan refleksi pribadi dapat membawanya
hingga kekekalannya.
12.
Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial
Karya Dean,
Indonesianis yang merintis jalan
wira usaha berbasis lingkungan hidup, mencintai dunia pendidikan karena merasa
terdidik selengkapnya
Setiap
ada kenaikan harga kebutuhan pokok, topik itulah yang menjadi bintang utama di
jejaring sosial dan perbincangan media chatting. Hari ini Liquified
Petroleum Gas (LPG) atau Elpiji rupanya sudah masuk ke daftar kebutuhan pokok
sehingga ramai menjadi bahan obrolan. Intinya diskusinya, pengeluaran rutin
rumah tangga bertambah karena kenaikan harga Elpiji.
Di
salah satu grup chatting yang saya ikuti, seorang teman memberi tips.
Seperti kebanyakan keluarga lain, ia menghabiskan 1 tabung gas 12 kg dalam
waktu sekitar 1 bulan. Guna menyiasati pengeluaran, ia membeli 3 tabung gas 3
kg dan hanya menggunakan tabung 12 kg untuk cadangan kalau tabung 3kg sedang
langka.
Ia
beralasan di mana pun juga membeli barang partai besar seperti membeli
grosiran, seharusnya lebih murah. Kenapa gas 12kg lebih mahal daripada gas 3kg?
Pemerintah dan Pertamina terlalu mengada-ada, sebab pada akhirnya hukum ekonomi
yang berlaku. Konsumen akan membeli barang lebih murah dengan kualitas yang
sama.
Saya
hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah bagaimana cara mengingatkan bahwa
meskipun barang yang dibeli sama, peruntukan gas 3kg berbeda dengan gas 12kg.
Konsumen gas 3kg adalah masyarakat yang dahulu menggunakan minyak tanah. Mereka
adalah rumah tangga berpenghasilan rendah (kurang dari Rp 1.500.000,- per
bulan) dan industri kecil, tentu saja murah karena mendapat subsidi. Setahu
saya kawan saya tadi bukan termasuk kalangan tidak mampu yang pantas mendapat
subsidi.
Lagipula
benarkah kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak? Mari
coba sedikit berhitung. Jika harga gas dinaikkan langsung Rp 6.000,-/kg untuk
mengikuti nilai keekonomiannya, dan setiap bulan sebuah keluarga menghabiskan 1
tabung gas 12kg, maka sebetulnya pengeluaran bulanan untuk membeli gas
bertambah Rp. 72.000,-.
Bandingkan
dengan smartphone middle end seharga 4 juta rupiah yang dipakai
kawan saya. Katakanlah umur sebuah smartphone sekitar 4 tahun, meski pun saat
ini bagi sebagian orang smartphone berumur 2 tahun sudah sangat usang
dan ingin lekas diganti. Jika dirata-ratakan dana yang harus disisihkan setiap
bulan untuk membeli smartphone berharga 4 juta rupiah tadi adalah Rp. 83.300.
Masih lebih tinggi dari pengeluaran membeli gas. Padahal Pertamina dan
pemerintah sudah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap untuk mengurangi
gejolak ekonomi.
Ada
juga yang bertanya: “Negara kita kan salah satu penghasil gas alam terbesar di
dunia, kenapa gas alam kita malah diekspor? Bukankah gas alam lebih murah dan
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat?”
Kebetulan
pertanyaan itu juga terbersit dalam pikiran saya. Agak sulit menjawab itu
karena saya bukan orang yang memiliki pengetahuan tentang gas, tapi saya
mencoba mencari informasi dari berbagai sumber. Hingga satu ketika saya
memperoleh pencerahan kenapa gas alam tidak bisa dengan mudah menjadi subtitusi
bagi LPG.
Karena
komponen penyusunnya berbeda, LPG dan gas alam berbeda karakteristik. LPG
menghasilkan kalor sebesar 94 MJ/m3 ,sedangkan gas alam hanya
menghasilkan kalor sebesar 38 MJ/m3. Untuk menghasilkan efek
pembakaran dan panas yang sama dengan LPG, dibutuhkan lebih banyak gas alam dan
kompor gas dengan spesifikasi yang berbeda dari kompor yang umum digunakan di
pasaran. Artinya, LPG tidak dengan mudah bisa digantikan gas alam. Negara lain
seperti Jepang dan negara Eropa menggunakan gas alam untuk rumah tangga karena
sistem dan jaringan pipa gas di kota-kota besar mereka sudah sangat baik.
Sementara
itu, ada juga opini yang menganggap kenaikan tersebut disebabkan Pertamina
memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga. Jika Pertamina tidak memonopoli,
persaingan di pasar gas akan lebih sehat dan harga menjadi lebih kompetitif.
Tapi benarkah Pertamina memonopoli perdagangan gas? Ternyata selain gas LPG
Pertamina, produk industri gas perusahaan lain juga sudah ada di pasaran
domestik, diantaranya : Bluegaz, Harigas dan Go-Gas.
Dibandingkan
dengan produk domestik lain harga jual gas tabung 12kg Pertamina adalah yang
terrendah, karena produk lain dijual dengan harga mengikuti nilai keekonomian..
Bahkan jika dibandingkan dengan harga di negara lain harga gas Pertamina juga
menjadi yang terrendah. Sehingga seandainya memang terjadi “monopoli” oleh
Pertamina, itu disebabkan harga yang diberikan Pertamina sangat rendah bukan
karena kebijakan monopoli.
Menghadapi
kondisi tersebut Pertamina, mau tidak mau harus menaikkan harga gas tabung 12kg
karena menanggung beban kerugian akibat rendahnya harga jual. Sejak tahun
2009-2013 kerugian yang diderita Pertamina akibat perdagangan gas mencapai 17
Trilyun Rupiah. Sebuah angka yang membuat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
merekomendasikan kenaikan harga Elpiji 12kg agar tidak terus menerus menanggung
kerugian. Apalagi di masa depan, diperkirakan pengguna gas tabung 12kg akan
meningkat pesat seiring pertumbuhan penduduk kelas menengah. Sehingga kenaikan
harga gas adalah hal yang wajar dan semestinya tidak perlu mengundang reaksi
berlebihan.
Banyaknya
opini liar yang berkembang di masyarakat menyangkut harga suatu kebutuhan pokok
adalah hal yang sangat wajar. Terlepas dari benar dan kelirunya, sebetulnya
bagi Pertamina opini tersebut merupakan bentuk perhatian dan kepedulian
masyarakat. Karena itulah, menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi Pertamina untuk
terus memperbaiki pelayanan serta distribusi, dan jika perlu memberi sanksi
keras bagi distributor nakal. Sehingga setelah kenaikan harga tersebut kita
tidak perlu lagi mendengar berita mengenai kelangkaan atau harga gas yang
melambung tinggi di daerah tertentu.
Di
sisi lain, minimnya informasi, pengetahuan, dan terutama kesadaran masyarakat
mengenai konsumsi gas juga perlu lebih diperhatikan. Informasi mengenai sistem
harga gas, keamanan, distribusi, hingga alokasi pemanfaatan gas perlu
disampaikan kepada publik. Itu bisa dilakukan melalui berbagai media,
diantaranya melalui media massa, brosur yang disertakan dalam pembelian gas,
hingga pemberdayaan blog.
Mudah-mudahan
seiring peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gas, akan juga meningkatkan
budaya malu dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan gas sesuai
peruntukannya. Sehingga tidak ada lagi berita kalangan tidak mampu sulit
mendapatkan gas 3kg karena diborong orang berpunya. Tidak malu sudah kaya tapi
masih memakan subsidi masyarakat miskin?
Bogor,
18 September 2014
13. Siapa Bilang Hanya Bule Kere di Jalan Jaksa
Yunety Tarigan, bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan
Pernah
tahu Jalan Jaksa? Dari sejarahnya dahulu, Jalan Jaksa di Jakarta adalah jalan
di mana tempat bule-bule yang menginap untuk nantinya berwisata di Jakarta dan
sekitarnya.
Jalan
Jaksa juga penah dikenal tempat berkumpulnya bule-bule “kere”, mungkin saja
sebutan itu dikarenakan beberapa bule yang lewat berpakaian seperti lusuh,
memakai backpack lalu hotelnya juga tidak terlihat mewah di Jalan Jaksa serta
tempat nongkrongnya pun sangat sederhana.
Eh tapi
pandangan bahwa di Jalan Jaksa hanya ada bule kere ternyata tidak bisa lagi
dianggap seperti itu. Lihat saja dari segi keberadaan tempat makan atau tempat
nongkrong mereka, dari ujung Jalan Kebon Sirih saja sudah ada Sate Senayan,
lalu hanya beberapa langkah ada rumah makan Sederhana, tidak jauh lagi ada Kopi
Tiam, lalu supermarketnya ada Lawson, Indomaret dan lain-lain, tempat minum bir
ada pub yang cozy dan keren yang pastinya kalau kita duduk saja kita bisa menghabiskan
uang dari 70 ribu - ke atas.
Untuk
hotel atau motel, sekarang ini saja harganya sudah rata-rata Rp. 300 ribuan ke
atas. Kalau dilihat rate hotelnya artinya bisa dikatakan hotel yang sekelas
melati ini saja sudah mendekati harga hotel kelas 2.
Kalau dilihat
dari harganya? Lalu bule kerekah yang mau menginap di situ? Mari kita lihat
profil mereka
Para
wisatawan atau sebutan “bule” yang tinggal di Jalan Jaksa ternyata memiliki
khas tersendiri, mereka datang dari berbagai negara, ada yang dari Korea, Jepang,
Eropa, dan Amerika. Mereka mengetahui Jalan Jaksa dari berbagai informasi di
internet, selain itu dari beberapa rekomendasi teman-teman mereka atau dari
cerita orang tua mereka yang dahulu pernah ke Indonesia. Wisatawan tersebut
juga relatif dalam edukasi ada yang mahasiswa dan ada yang sudah lulus.
Pekerjaannya juga bisa dikatakan oke ada yang bekerja di construction, dosen,
marketing dan lainnya, tapi mereka adalah pekerja.
Jika kita
lihat profil dari para wisatawan, apakah kita bisa katakan mereka kere? Jelas
tidak. Yang pasti kere bisa distigmakan karena mereka berpakaian terlihat kumuh
dan tidak rapi saja. Karena jika kita mengacu dari biaya yang ditawarkan di
Jalan Jaksa, mungkin kita sendiri akan berpikir untuk membayarnya jika kita mau
makan dan tinggal sampai beberapa hari di Jalan Jaksa tersebut (*costly).
Yang
pasti jalan jaksa adalah wilayah wisatawan yang paling mudah aksesnya menuju
tempat-tempat wisata di Jakarta, selain itu, mudah aksesnya untuk mendapatkan
makanan, juga mudah akses jika ingin mereka menuju tempat wisata di luar
Jakarta karena dekat dengan gambir yang memiliki akses Damri untuk ke airport
dan kereta untuk keluar Jakarta, oh iya soal keamanan, Jalan Jaksa aman pisan…
14. Wakil Rakyat? atau Wakil DPRD?
Karya Arjiwan Syuhada, Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga angkatan 2014
Indonesia ini merupakan negara
demokrasi. Di mana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di
wakil wakilan. Para wakil sekarang sedang menggagas pemilihan kepala daerah
melalui DPRD dengan alasan untuk menggemat biaya administrasi pemilihan umum.
Mungkin memang banyak anggaran yang di keluarkan tapi ingat ini lah demokrasi
di mana setiap orang berhak memilih wakil mereka. Seandainya pemilihan kepala
daerah melalui DPRD apakah nanti tidak akan menjadi transaksi jual beli kursi?
Dimana satu suara anggota DPRD dapat di suap. Untuk menjadi seorang pemimpin
saja mereka membayar dengan cara yang tidak di benarkan apakah ini yang namanya
demokrasi ? tentu saja bukan, kita mengenal demokrasi itu dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Kita tidak sebodoh itu.
Zaman telah berubah kita sebagai pemuda
zaman sekarang harus bisa melek politik. Kita sebagai pemuda tak seharusnya
golput. Ini adalah zaman pesta demokrasi setiap warga negara berhak memilih.
Tanpa paksaan, tanpa tekanan, no money politic tapi apa yang diajukan oleh
sebagian wakil rakyat saat ini sangat lah tidak masuk akal. Kita tidak bodoh.
Mereka para wakil rakyat sekarang berargumen bahwa dengan pemilihan langsung
banyak mengeluarkan biaya sehingga menghasilkan kepala daerah yang korup. Ya benar
bagi mereka yang melakukan dengan cara yang salah. Dan mereka juga berargumen
dulu saat pemilihan kepala daerah dipilih melalui DPRD, tidak sebanyak sekarang
kepala daerah yang korup. Coba kita cermati dengan seksama dulu masa orba tidak
ada yang namanya KPK.
Wakil rakyat seharusnya bisa menekan
biaya kampanye. Bukan dengan menghamburkan uang untuk membeli satu suara. Masih
banyak cara untuk berkampanye sehat. Ikut membaur bersama masyarakat tapi tidak
saat di kampanye saja. Melainkan juga setelah menjadi wakil rakyat. Rakyat tak
butuh janji janji manis. Rakyat butuh bukti. Dan juga Mereka bisa saja
menunjukan kampanye mereka melalui media sosial yang mayoritas penggunanya
adalah remaja. Dengan begitu biaya yang di keluarkan tidak lah banyak. Tentu
saja dengan cara yang baik dan berpolitiklah dengan benar. Tidak menjatuhkan
sama lain. Tujuan wakil rakyat hanya satu yaitu sebagai pemegang amanah rakyat.
Suara rakyat yang di wakilkan melalui wakil rakyat itu sendiri dengan cara
ber-DEMOKRASI mempunyai hak memilih kepala daerah. Bukan di wakilkan melalui
DPRD. Kita sekarang sudah mempunyai KPK. KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi
di mana mulai terkuak kasus kasus korupsi. Mulai dari DPR itu sendiri sampai
kepala daerah.
Bicara soal pemilihan umum telah tercantum
dalam pancasila pada sila ke 4. Menurut salah satu anggota DPR dari fraksi
Partai Amanat Nasional “Kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya
permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem
demokrasi yang diingin pada sila keempat itu,” kata Hosnan Achmadi di
Pamekasan. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/09/17/nc15qm-sila-keempat-pancasila-tegaskan-pilkada-lewat-dprd
Berarti secara umum memang ada kata
perwakilan tapi apakah harus di wakilkan. Sedangkan selama pemilihan melalui
perwakilan DPRD apakah pernah ada wakil yang melakukannya secara musyawarah ?.
Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor
menggerogoti tubuh negara ini. Bermilyar milyar uang yang di korupsi. Apa itu
menjadi masalah.
Pikirkanlah wahai wakil rakyat kami
berhak memilih calon memimpin kami demi masa depan anak bangsa bukan dengan
cara di wakil wakilkan. Tak semua kau bisa wakilkan. Kami punya hak untuk
memilih. Kami masyarakat yang merdeka. Kami ingin merasakan pesta demokrasi.
Nama : Vienesca Laurencia
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 /33
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 7
1. Harus diciptakan Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel. Birokrasi yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi.
PM : Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel adalah Birokrasi yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi.
Pm : Harus diciptakan Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel.
Kesimpulan : Harus diciptakan Birokrasi yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi.
2. Kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.
PM : Bidang ekonomi, sosial dan politik yang diantisipasi Birokrasi mengakibatkan kedudukan birokrasi cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.
Pm : Kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat sangat kurang terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik.
Kesimpulan : Kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.
3. Fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara adalah perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha.
PM : Fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha.
Pm : Perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan berfungsi sebagai motivator dan fasilitator merupakan fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara.
Kesimpulan : Perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha.
4. Sebagai agen perubahan, birokrasi harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan
PM : Agen perubahan harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan.
Pm : Birokrasi adalah agen perubahan.
Kesimpulan : Birokrasi harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan.
5. Sebagai fasilitator, Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara.
PM : Fasilitator harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara.
Pm : Birokrasi bertindak sebagai fasilitator.
Kesimpulan : Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara.
Tanggapan terhadap wacana 7:
BalasHapusKalimat-kalimat opini yang telah dianalisa dalam wacana 7 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan sehingga kalimat tersebut dapat dinyatakkan resmi atau valid.
Namun, ada beberapa kalimat di antara wacana 7 yang memiliki kesalahan karena kebenarannya tidak dapat terukur. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “Harus diciptakan Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel.” yang terdapat dalam premis minor analisa pertama, kalimat “Kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat sangat kurang terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik.” pada premis minor analisa kedua, kalimat “Agen perubahan harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan.” pada premis mayor analisa keempat dan kalimat “Fasilitator harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara.” pada premis mayor analisa kelima. Kata “harus” yang terdapat dalam kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki kebenaran yang mutlak karena kata harus tidak memiliki patokan dan tidak dapat terukur kenyataannya. Selain itu, kalimat “Fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha.” pada premis mayor analisa ketiga menganduk kata “guna” yang memiliki arti yang tidak baku secara penggunaan bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Saran terhadap kalimat-kalimat tersebut yaitu kalimat tersebut hendaknya memiliki kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi terukur dengan menggunakan kata lain yang memiliki referensi serupa namun memiliki fakta yang dapat terukur. Kalimat tersebut hendaknya menggunakan penggunaan kosa kata yang baku sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk memaksimalkan makna kalimat yang diungkapkan.
Penolakan terhadap wacana 7:
Kalimat “Dengan makin besarnya peran yang dijalankan oleh masyarakat, maka seharusnya peran Birokrasi lebih cenderung sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.” yang terdapat dalam pola pikir tersebut mendapat penolakan karena kalimat tersebut menggunakan fakta-fakta yang tidak memberikan jaminan kebenaran dan tidak mutlak untuk memberikan suatu kebenaran.
Kalimat “Di samping itu, kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.” yang terdapat dalam pola pikir tersebut mendapat penolakan karena kalimat tersebut menggunakan fakta-fakta yang tidak memberikan jaminan kebenaran dan tidak mutlak untuk memberikan suatu kebenaran
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 14
BalasHapus1. Indonesia ini merupakan negara demokrasi. Dimana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
PM : Negara demokrasi adalah negara dimana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
Pm : Indonesia adalah negara demokrasi.
Kesimpulan : Indonesia adalah negara dimana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
2. Ini adalah zaman pesta demokrasi setiap warga negara berhak memilih tanpa paksaan, tanpa tekanan, no money politic tapi apa yang diajukan oleh sebagian wakil rakyat saat ini sangat lah tidak masuk akal.
PM : Setiap warga negara berhak memilih tanpa paksaan, tanpa tekanan, no money politic tapi apa yang diajukan oleh sebagian wakil rakyat saat ini sangat lah tidak masuk akal.
Pm : Ini adalah zaman pesta demokrasi setiap warga negara berhak memilih tanpa paksaan, tanpa tekanan, no money politic.
Kesimpulan : Ini adalah zaman pesta demokrasi dimana apa yang diajukan oleh sebagian wakil rakyat saat ini sangat lah tidak masuk akal.
3. Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye dengan tidak menghamburkan uang untuk membeli satu suara.
PM : Menekan biaya kampanye dilakukan dengan tidak menghamburkan uang untuk membeli satu suara.
Pm : Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye.
Kesimpulan : Wakil rakyat seharusnya tidak menghamburkan uang untuk membeli satu suara.
4. Wakil rakyat sekarang berargumen bahwa dengan pemilihan langsung banyak mengeluarkan biaya sehingga menghasilkan kepala daerah yang korup.
PM : Banyak mengeluarkan biaya dapat menghasilkan kepala daerah yang korup.
Pm : Pemilihan langsung banyak mengeluarkan biaya.
Kesimpulan : Pemilihan langsung menghasilkan kepala daerah yang korup.
5. Kami masyarakat yang merdeka. Kami ingin merasakan pesta demokrasi.
PM : Masyarakat merdeka ingin merasakan pesta demokrasi.
Pm : Kami adalah masyarakat merdeka.
Kesimpulan : Kami ingin merasakan perta demokrasi.
6. Wakil rakyat bisa saja menunjukan kampanye mereka melalui media sosial yang mayoritas penggunanya adalah remaja. Dengan begitu biaya yang di keluarkan tidak lah banyak.
PM : Kampanye dilakukan agar biaya yang dikeluarkan tidaklah banyak.
Pm : Melalui media sosial, wakil rakyat dapat melakukan kampanye.
Kesimpulan : Melalui media sosial, biaya yang di keluarkan untuk kampanye tidak lah banyak.
Tanggapan terhadap wacana 14:
BalasHapusKalimat-kalimat opini yang telah dianalisa dalam wacana 14 merupakan kalimat yang telah memenuhi persyaratan dalam silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan sehingga kalimat tersebut dapat dinyatakkan resmi atau valid.
Namun, ada beberapa kalimat di antara wacana 14 yang memiliki kesalahan karena kebenarannya tidak dapat terukur. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “Setiap warga negara berhak memilih tanpa paksaan, tanpa tekanan, no money politic tapi apa yang diajukan oleh sebagian wakil rakyat saat ini sangat lah tidak masuk akal.” pada premis mayor analisa kedua karena pernyataan “sangat lah tidak masuk akal” memiliki kebenaran yang tidak konkret, penjelasan mengenai apa yang tidak masuk akal tidak dapat diukur kebenarannya. Pada kalimat “Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye.”pada premis minor analisa ketiga mengandung kata “seharusnya”, kata “seharusnya” tidak memiliki kebenaran yang mutlak karena kata harus tidak memiliki patokan dan tidak dapat terukur kenyataannya. Kalimat “Pemilihan langsung banyak mengeluarkan biaya.” pada premis minor analisa keempat mengandung kata “banyak” yang tidak dapat diukur jumlahnya secara konkret. Selain itu, pada kalimat “Negara demokrasi adalah negara dimana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.” pada premis mayor analisa pertama mengandung pernyataan “di wakil wakilkan” yang memiliki arti yang tidak baku secara penggunaan bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada kalimat “Masyarakat merdeka ingin merasakan pesta demokrasi.” Mengandung kata “ingin” yang tidak dapat diukur kebenarannya secara nyata karena kata “ingin” pada setiap orang dapat memiliki patokan yang berbeda-beda. Dan pada kalimat “Kampanye dilakukan agar biaya yang dikeluarkan tidaklah banyak.” premis mayor analisa ke-enam memiliki kata “agar” yang memiliki arti yang tidak baku secara penggunaan bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Saran terhadap kalimat-kalimat tersebut yaitu kalimat tersebut hendaknya memiliki kata yang mengandung kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi terukur dengan menggunakan kata lain yang memiliki referensi serupa namun memiliki fakta yang dapat terukur. Kalimat tersebut sebaiknya menggunakan kata-kata yang tidak memiliki arti konkret agar dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami. Kalimat tersebut hendaknya menggunakan penggunaan kosa kata yang baku sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk memaksimalkan makna yang terdapat dalam suatu kalimat.
Penolakan terhadap wacana 14:
Kalimat “Dan juga Mereka bisa saja menunjukan kampanye mereka melalui media sosial yang mayoritas penggunanya adalah remaja. Dengan begitu biaya yang di keluarkan tidak lah banyak.” yang terdapat dalam pola pikir tersebut mendapat penolakan karena kalimat tersebut menggunakan fakta-fakta yang tidak memberikan jaminan kebenaran dan tidak mutlak untuk memberikan suatu kebenaran.
Kalimat “Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor menggerogoti tubuh negara ini. Bermilyar milyar uang yang di korupsi. Apa itu menjadi masalah.” Memiliki penalaran yang salah yang diperoleh dari kesalahan dalam hubungan kausal yang nampak dalam pernyataan “menggerogoti tubug negara ini”
Nama : Marissa Chandra
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 21
Wacana 5
1.1.1 Kalimat opini : Bangunan megahnya berdiri kokoh selama bertahun-tahun yang membuat takjub semua orang.
1.2 Inti opini : Bangunan megahnya berdiri kokoh selama bertahun-tahun.
1.3 PM : Semua sejarah Indonesia berdiri kokoh selama bertahun-tahun.
1.4 Pm : Bangunan adalah salah satu sejarah Indonesia.
1.5 Kesimpulan : Bangunan berdiri kokoh selama bertahun-tahun.
2. 2.1 Kalimat opini : Dari penuturan mahasiswa asing tersebut mereka berasal dari Australia dan kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur.
2.2 Inti opini : Mahasiswa asing tersebut kagum akan keindahan candi Borobudur.
2.3 PM : Semua masyarakat dari Australia kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur.
2.4 Pm : Mahasiswa asing tersebut adalah masyarakat dari Australia.
2.5 Kesimpulan : Mahasiswa asing tersebut kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur.
3. 3.1 Kalimat opini : Tunggu apalagi guys, cobalah berlibur ke Jogja. Pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah.
3.2 Inti opini : Berlibur ke Jogja pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah.
3.3 PM : Semua kesukaan anak-anak pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah.
3.4 Pm : Liburan ke Jogja adalah kesukaan anak-anak.
3.5 Kesimpulan : Liburan ke Jogja pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah.
Nama : Marissa Chandra
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 21
Tanggapan terhadap wacana 5 :
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 5 telah sesuai dengan kaidah silogisme atau dapat dikatakan valid. Hal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Namun, kalimat-kalimat opini tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur. Hal itu dapat ditunjukkan pada kalimat “Semua sejarah Indonesia berdiri kokoh selama bertahun-tahun” yang terdapat di premis mayor pertama, karena tidak semua sejarah Indonesia itu berupa benda nyata yang dapat berdri kokoh. Sejarah Indonesia berupa cerita rakyat, kepercayaan adat hanya dapat diterapkan dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kalimat “Semua masyarakat dari Australia kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur” yang berada pada restrukturisasi premis mayor kedua karena tidak semua masyarakat dari Australia kagum akan candi Borobudur, tetapi tergantung pada sudut pandang tiap orang masing-masing. Kalimat “Semua kesukaan anak-anak pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah” yang terdapat pada restrukturisasi premis mayor ketiga karena kesukaan anak-anak tidak selalu memerikan pengalaman yang indah dimana segala sesuatu yang ada pasti memiliki dampak positif maupun dampak negatif (buruk).
Saran terhadap kalimat-kalimat dalam wacana 5 yaitu kalimat-kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata-kata lain yang dapat terukur kebenarannya tetapi dengan makna/arti yang sama. Kalimat-kalimat opini tersebut juga seharusnya disesuaikan dengan aturan tata bahasa yang formal agar dapat dipahami secara maksimal oleh pembaca.
Penolakan terhadap wacana 5
Kalimat “ Bangunan megahnya berdiri kokoh selama bertahun-tahun yang membuat takjub semua orang” mendapatkan penolakan. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut tidak sesuai dengan fakta dalam kehidupan sehari-hari dimana ada beberapa bagian candi Borobudur yang sudah rapuh. Selain itu, kalimat “ Tunggu apalagi guys, coba lah berlibur ke Jogja” juga mengalami penolakan karena kalimat tersebut tidak sesuai dengan tata Bahasa Indonesia.
Nama : Dian Natalia
BalasHapusKelas/ No : XII IPA 2/ 09
Wacana 2
1. Restrukturisasi
1.1 Restrukturisasi 1
Kesimpulan : Saya selalu merasa aneh dan tidak suka terhadap pemilu.
Premis minor : Saya tidak dianjurkan memilih orang-orang partai politik.
Premis Mayor : Semua orang yang tidak dianjurkan memilih orang-orang partai politik, selalu merasa aneh dan tidak suka terhadap pemilu.
1.2 Restrukturisasi 2
Kesimpulan : Saya tidak mau masuk partai politik.
Premis minor : Saya memaafkan kesalahan Golkar.
Premis mayor : Semua orang yang memaafkan kesalahan Golkar tidak mau masuk partai politik.
1.3 Restrukturisasi 3
Kesimpulan : Orang yang “pintar” berbicara lupa mempertanggungjawabkan tingkah lakunya.
Premis minor : Orang yang “pintar” berbicara tidak memiliki rasa takut
Premis mayor : Semua orang yang tidak memiliki rasa takut lupa mempertanggungjawabkan tingkah lakunya.
1.4 Restrukturisasi 4
Kesimpulan : Anggota DPR dan Penjabat yang terpilih dianjurkan untuk meletakkan statusnya sebagai anggota partai.
Premis minor : Anggota DPR dan Penjabat yang terpilih berpihak dan menjadi rakyat sejati
Premis mayor : Semua anggota partai yang berpihak dan menjadi rakyat sejati dianjurkan meletakkan statusnya sebagai anggota partai.
1.5 Restrukturisasi 5
Kesimpulan : Saya merasa bangga memiliki KPK.
Premis minor : Saya merasa pilu dan miris jika KPK dibubarkan.
Premis mayor : Semua orang yang merasa pilu dan miris jika KPK dibubarkan pasti merasa bangga memiliki KPK.
Nama : Dian Natalia
BalasHapusKelas/ No : XII IPA 2/ 09
2. Analisis Wacana 2
Kalimat hasil restrukturisasi diatas berasal dari wacana yang berjudul Reformator… Jangan Pernah Lengah Mengawal Negerimu. Penulis mendapatkan lima inti opini yang dapat direstrukturisasi. Semua inti opini tersebut dibuat menjadi pola penalaran silogisme yang terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Silogisme dianalisis dari segi validitas (valid) dan kebenarannya (truth). Semua kalimat silogisme hasil restrukturisasi di atas telah sesuai dengan aturan atau kaidah silogisme yang berlaku. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut telah memiliki tiga bagian proporsi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga dapat dikatakan telah memiliki validitas. Namun, beberapa restrukturisasi silogisme tersebut tidak memiliki kebenaran yang dapat terukur dan belum dapat dibuktikan kebenarannya yaitu pada premis mayor restrukturisasi kedua, ketiga, dan kelima. Hal itu dikarenakan pada premis mayor tersebut terdapat kata-kata “Semua orang yang ….” Hal ini membuat kalimat tersebut terlalu luas cakupannya dan belum tentu sesuai dengan kebenaran yang ada. Lalu terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme “Orang yang memaafkan kesalahan Golkar tidak mau masuk partai politik.” Kalimat itu memiliki kesalahan yaitu mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya. Sedangkan kesalahan juga terdapat pada kalimat “… merasa pilu dan miris jika KPK dibubarkan ….” Kalimat itu membuat tafsiran bahwa adanya cara yang digunakan untuk membangkitkan rasa kasihan sehingga menjadi kalimat yang belum memiliki kebenaran.
Tanggapan penulis setuju dengan opini yang disampaikan Sdr. Sjahrir Hannanu dalam wacananya. Beliau berpandangan bahwa suatu saat nanti akan ada kelompok tanpa partai yang bisa dianggap satu dan dianggap mampu menentukan pilihan dalam setiap pemilu, hal ini menunjukan bahwa Sjahrir Hannanu menginginkan suatu perubahan dalam pemerintahan Indonesia. Penulis setuju dengan hal tersebut dikarenakan suatu perubahan sangat diperlukan untuk memajukan partisipasi masyrakat dalam pemilihan agar tidak selalu terpaku pada masa sebelumnya yang belum tentu akan membawa kebaikkan.
Selain itu, penulis juga memiliki penolakkan terhadap apa yang disampaikan Sdr. Sjahrir Hannanu. Penulis tidak setuju dengan proses penalaran lawan bicara dikarenakan adanya kesalahan hubungan kausal. Kesalahan itu terdapat pada paragraf kedua “Sejak zaman dahulu kala, Golkar berpengaruh memaksa PNS ….” Menurut penulis, Sjahrir Hannanu terjebak dalam kerangka berpikir bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnya merupakan penyebab terjadi peristiwa berikutnya. Oleh karena itu penulis juga menolak opini yang disampaikan Sjahrir Hannanu.
Menurut penulis opini yang disampaikan sudah cukup baik adanya. Namun opini tersebut akan lebih baik lagi jika Sdr. Sjahrir Hannanu tidak terlalu bersifat subjektif, tidak terlalu luas cakupannya dan tidak berpatokkan pada zaman sebelumnya. Lebih baik jika sesuatu permasalahan dipandang kedepan tanpa melihat masalah yang pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, opini tersebut dapat ditunjang dengan adanya evidensi-evidensi yang sesuai untuk memperkuat kedudukan opini.
Demikian analisis yang dapat penulis berikan atas wacana yang telah diberikan baik itu berupa tanggapan, penolakan, dan solusi atas gagasan pikiran yang diunggkapkan Sdr. Sjahrir Hannanu. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan kata dalam menanggapi wacana tersebut, terima kasih.
Nama : Dian Natalia
BalasHapusKelas/ No : XII IPA 2/ 09
Wacana 9
1. Restrukturisasi
1.1. Restrukturisasi 1
Kesimpulan : Saya main ke Monas.
Premis minor : Saya penasaran melihat beberapa tenda di pelataran Monas yang tersusun rapi.
Premis mayor : Semua orang yang penasaran melihat beberapa tenda di pelataran Monas yang tersusun rapi sedang main ke Monas.
1.2. Restrukturisasi 2
Kesimpulan : Pengelola kincir angin belum mengantongi izin untuk beroperasi dalam acara Lebaran Betawi.
Premis minor : Pengelola kincir angin disuruh Satpol PP membongkar kincir anginnya.
Premis mayor : Semua pengelola kincir angin yang disuruh Satpol PP membongkar kincir anginnya belum mengantongi izin untuk beroperasi dalam acara Lebaran Betawi.
1.3. Restrukturisasi 3
Kesimpulan : Ambon mengutuk Jokowi dan Ahok.
Premis minor : Ambon kehilangan mata pencaharian.
Premis mayor : Semua orang yang kehilangan mata pencaharian mengutuk Jokowi dan Ahok.
1.4. Restrukturisasi 4
Kesimpulan : Mereka tidak diperlakukan dinas sosial dengan baik.
Premis minor : Mereka dilepas dari dinas sosial tanpa diberi bekal keterampilan dan pekerjaan
Premis mayor : Semua orang yang dilepas dari dinas sosial tanpa diberi bekal keterampilan dan pekerjaan pasti tidak diperlakukan dinas sosial dengan baik.
1.5. Restrukturisasi 5
Kesimpulan : Satpol PP memaksa orang-orang menjadi preman
Premis minor : Satpol PP mengusir dan menggangu pedagang yang berdagang di Monas
Premis mayor : Semua petugas keamanan pemerintah yang mengusir dan menggangu pedagang yang berdagang di Monas memaksa orang-orang menjadi preman.
1.6. Restrukturisasi 6
Kesimpulan : PKL diusir keluar dari Monas
Premis minor : PKL dimintai rokok oleh Satpol PP
Premis mayor : Semua PKL yang dimintai rokok oleh Satpol PP diusir keluar dari Monas.
Nama : Dian Natalia
BalasHapusKelas/ No : XII IPA 2/ 09
2. Analisis Wacana 9
Kalimat hasil restrukturisasi diatas berasal dari wacana yang berjudul Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta Mengutuk Pemerintah DKI. Penulis mendapatkan enam inti opini yang dapat direstrukturisasi. Semua inti opini tersebut dibuat menjadi pola penalaran silogisme yang terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Silogisme dianalisis dari segi validitas (valid) dan kebenarannya (truth). Semua kalimat silogisme hasil restrukturisasi di atas telah sesuai dengan aturan atau kaidah silogisme yang berlaku. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut telah memiliki tiga bagian proporsi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sehingga dapat dikatakan telah memiliki validitas. Namun, beberapa restrukturisasi tersebut tidak memiliki kebenaran yaitu pada premis mayor restrukturisasi ketiga, kelima, dan keenam. Hal itu dikarenakan pada premis mayor tersebut terdapat kata-kata “Semua orang yang ….” Kalimat tersebut terlalu luas cakupannya dan belum tentu sesuai dengan kebenaran yang ada. Lalu terdapat kesalahan penalaran non-causa pro-causa pada kalimat silogisme “Orang yang kehilangan mata pencaharian mengutuk Jokowi dan Ahok.” Kalimat itu memiliki kesalahan yaitu mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya. Sedangkan kesalahan juga terdapat pada kalimat “…memaksa orang-orang menjadi preman.” Kesalahan tersebut berupa kesalahan penalaran adgumentum ad baculum yaitu keterkaitan dengan ancaman dan keterpaksaan.
Tanggapan penulis setuju dengan opini yang disampaikan Sdr. Ar Mutajalli dalam wacananya. Beliau memberikan contoh kasus yang terjadi sehingga membuat opini ini memiliki kedudukan yang kuat dan sulit disangkal. Penulis juga setuju dengan kalimat yang menyatakan, “Semua pengelola kincir angin yang disuruh Satpol PP membongkar kincir anginnya belum mengantongi izin untuk beroperasi dalam acara Lebaran Betawi.” Kalimat tersebut memang benar adanya karena untuk berdagang di tempat umum, para pedagang harus memiliki izin yang sah.
Penulis tidak hanya memiliki sebuah penolakan terhadap opini yang disampaikan Ar Mutajalli dikarenakan adanya kesalahan berupa analogi yang pincang pada kalimat “Semua orang yang kehilangan mata pencaharian mengutuk Jokowi dan Ahok.” Kalimat tersebut pada umunya memang dapat diterima secara logis namun terlalu dipaksakan akibat tidak adanya kemiripan antara dua hal yang diperbandingkan. Namun, penulis tetap memiliki pandangan yang sama dengan Ar Mutajalli karena pada akhir opini Ar Mutajalli mengatakan, “Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.” Hal itu semakin membuat penulis setuju dengan opini tersebut.
Menurut penulis opini yang disampaikan sudah baik adanya. Namun opini tersebut akan lebih baik lagi jika Sdr. Ar Mutajalli tidak memiliki cakupan yang luas, menghilangkan sifat keterkaitan dan paksaan, dan mengungkapkan sebab yang sebenarnya pada opini yang disampaikannya.
Demikian analisis yang dapat penulis berikan atas wacana yang telah diberikan baik itu berupa tanggapan, penolakan, dan solusi atas gagasan pikiran yang diunggkapkan Sdr. Ar Mutajalli. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan kata dalam menanggapi wacana tersebut, terima kasih.
Nama : Marissa Chandra
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 21
Wacana 12
1. 1.1 Kalimat opini : Setiap ada kenaikan harga kebutuhan pokok, topik itulah yang menjadi bintang utama di jejaring sosial dan perbincangan media chatting.
1.2 Inti opini : Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi bintang utama di jejaring sosial.
1.3 PM : Semua masalah utama Indonesia menjadi bintang utama di jejaring sosial.
1.4 Pm : Kenaikan harga kebutuhan pokok adalah masalah utama Indonesia.
1.5 Kesimpulan : Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi bintang utama di jejaring sosial.
2. 2.1 Kalimat opini : Konsumen akan membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama.
2.2 Inti opini : Konsumen akan membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama.
2.3 PM : Semua rakyat Indonesia membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama.
2.4 Pm : Konsumen adalah rakyat Indonesia.
2.5 Kesimpulan : Konsumen akan membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama.
3. 3.1 Kalimat opini : Konsumen gas 3 kg adalah masyrakat yang dahulu menggunakan minyak tanah.
3.2 Inti opini : Konsumen gas 3 kg adalah masyrakat yang dahulu menggunakan minyak tanah.
3.3 PM : Semua pokok permasalahan adalah masyrakat yang dahulu menggunakan minyak tanah.
3.4 Pm : Konsumen gas 3 kg adalah pokok permasalahan.
3.5 Kesimpulan : Konsumen gas 3 kg adalah masyarakat yang dahulu menggunakan minyak tanah.
4. 4.1 Kalimat opini : Jika harga gas dinaikkan langsung Rp 6.000,-/kg untuk mengikuti nilai keekonomiannya, dan setiap bulan sebuah keluarga menghabiskan 1 tabung gas 12 kg, maka sebetulnya pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp. 72000,-.
4.2 Inti opini : Pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp. 72000,-.
4.3 PM : Semua keperluan utama masyarakat Indonesia untuk membeli gas bertambah Rp. 72000,-.
4.4 Pm : Pengeluaran bulanan adalah keperluan utama masyarakat Indonesia.
4.5 Kesimpulan : Pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp. 72000,-.
5. 5.1 Kalimat opini : Padahal Pertamina dan pemerintah sudah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap untuk mengurangi gejolak ekonomi.
5.2 Inti opini : Pertamina dan pemerintah sudah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
5.3 PM : Semua pengurus permasalahan opini gas LPG mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
5.4 Pm : Pertamina dan pemerintah adalah pengurus permasalahan opini gas LPG.
5.5 Kesimpulan : Pertamina dan pemerintah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
6. 6.1 Kalimat opini : Karena komponen penyusunan berbeda, LPG dan gas alam berbeda karakteristik.
6.2 Inti opini : LPG dan gas alam berbeda karakteristik.
6.3 PM : Semua kekayaan alam Indonesia berbeda karakteristik.
6.4 Pm : LPG dan gas alam adalah kekayaan alam Indonesia.
6.5 Kesimpulan : LPG dan gas alam berbeda karakteristik.
7. 7.1 Kalimat opini : Sementara itu, ada juga opini yang menganggap kenaikan tersebut disebabkan Pertamina memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga.
7.2 Inti opini : Pertamina memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga.
7.3 PM : Semua badan usaha milik negara (BUMN) memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga.
7.4 Pm : Pertamina adalah badan usaha milik Negara (BUMN)
7.5 Kesimpulan : Pertamina memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga.
8. 8.1 Kalimat opini : Bahkan jika dibandingkan dengan harga di negara lain harga gas Pertamina juga menjadi yang terrendah.
8.2 Inti opini : Harga gas Pertamina menjadi yang terrendah.
8.3 PM : Semua lembaga milik negara memberikan harga gas yang terrendah.
8.4 Pm : Pertamina adalah lembaga milik negara.
8.5 Kesimpulan : Pertamina memberikan harga gas yang terrendah.
Nama : Marissa Chandra
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 21
Lanjutan wacana 12
9. 9.1 Kalimat opini : Apalagi di masa depan, diperkirakan pengguna gas tabung 12 kg akan meningkat pesat.
9.2 Inti opini : Pengguna gas tabung 12 kg akan meningkat pesat.
9.3 PM : Semua masyarakat Indonesia akan meningkat pesat.
9.4 Pm : Pengguna gas tabung 12 kg adalah masyarakat Indonesia.
9.5 Kesimpulan : Pengguna gas tabung 12 kg akan meningkat pesat.
10. 10.1 Kalimat opini : Karena itulah, menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi Pertamina untuk terus memperbaiki pelayanan serta distribusi, dan jika perlu member sanksi keras bagi distributor nakal.
10.2 Inti opini : Pertamina terus memperbaiki pelayanan serta distribusi.
10.3 PM : Semua lembaga penjual minyak tanah terus memperbaiki pelayanan serta distribusi.
10.4 Pm : Pertamina adalah lembaga penjual minyak tanah.
10.5 Kesimpulan : Pertamina terus memperbaiki pelayanan serta distribusi.
11. 11.1 Kalimat opini : Mudah-mudahan seiring peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gas, akan juga meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan gas sesuai peruntukkannya.
11.2 Inti opini : Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gas akan meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat.
11.3 PM : Semua informasi yang sangat penting akan meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat.
11.4 Pm : Pengetahuan masyarakat tentang gas adalah informasi yang sangat penting.
11.5 Kesimpulan : Pengetahuan masyarakat tentang gas akan meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat.
Nama : Marissa Chandra
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 21
Tanggapan terhadap wacana 12
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, kalimat-kalimat opini pada wacana 12 telah sesuai dengan kaidah silogisme atau dapat dikatakan bahwa kalimat-kalimat itu valid. Hal itu disebabkan karena kalimat-kalimat opini tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Akan tetapi, ada beberapa kalimat opini yang tidak mengandung kebenaran. Hal itu dapat dilihat pada kalimat “Semua rakyat Indonesia membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama” pada premis mayor kedua karena kata-kata “semua rakyat Indonesia….” itu tidak mencakup secara luas. Hal itu dapat dikaitkan dengan karakter atau sifat individu masing-masing. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Pada kalimat “Semua pokok permasalahan adalah masyarakat yang dulu menggunakan minyak tanah” yang berada pada analisa premis mayor ketiga karena permasalahan utama pada inti wacana tersebut tidak hanya pada masyarakat tetapi juga pada kandungan kekayaan alam yang semakin menipis atau berkurang. Kalimat “Semua badan usaha milik negara (BUMN) memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga” pada restrukturisasi premis mayor ketujuh karena BUMN yang memonopoli perdagangan gas hanya Pertamina dan makna kalimat itu tidak mencakup secara luas. Pada kalimat “Semua lembaga milik negara memberikan harga gas yang terrendah” pada premis mayor kedelapan karena subjek yang dimaksudkan tidak dapat mencakup secara luas dimana lembaga milik negara tidak hanya di bidang gas alam tetapi juga ada di bidang kehidupan lainnya seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Saran terhadap kalimat-kalimat opini pada wacana 12 adalah kalimat-kalimat tersebut dipersempit cakupan maknanya agar dapat memiliki kebenaran atau fakta yang terukur . Kalimat itu juga diharapkan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan aturan Bahasa Indonesia sehingga dapat dipahami oleh pembaca yang berasal dari berbagai daearah.
Penolakan terhadap wacana 12 :
Kalimat “Apalagi di masa depan, diperkirakan pengguna gas tabung 12 kg akan meningkat pesat” yang terdapat dalam paragraf kesembilan dari wacana tersebut ditolak. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang akan hadir dalam kehidupan. Masa depan itu diciptakan dan dipersiapkan bukan hanya untuk diperkirakan.
Nama : Yosephine
BalasHapusKelas/No : XII IPA2/36
Wacana 7
1.Kesimpulan : Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel dapat terwujud apabila terbentuk suatu sistem di mana terjadi mekanisme Birokrasi yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif diantara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
Premis minor : Birokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel adalah yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi.
Premis Mayor : Semua yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyrakat tanpa diskriminasi dapat terwujud apabila terbentuk suatu sistem di mana terjadi mekanisme Birokrasi yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif diantara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
2.Kesimpulan : Birokrasi masih belum efisien terutama dalam mobilisasi sumber daya pembangunan, perencanaan, maupun pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang masih terkesan sentralistik.
Premis minor : Birokrasi masih belum efisien terutama kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.
Premis Mayor : Kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative terutama dalam mobilisasi sumber daya pembangunan, perencanaan, maupun pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang masih terkesan sentralistik.
3.Kesimpulan : Birokrasi lebih cenderung sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat dengan fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara.
Premis minor : Birokrasi lebih cenderung sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat yaitu perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha.
Premis Mayor : Perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha adalah fungsi pengaturan dan pengendalian yang dilakukan oleh Negara.
4.Kesimpulan : Fungsi dari peran Birokrasi adalah sebagai agen pembaharuan dan faslitator.
Premis minor : Fungsi dari peran Birokrasi adalah birokrasi harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan, dan Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara.
Premis Minor : Birokrasi harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan, dan Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingankepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara adalah Birokrasi sebagai agen pembaharuan dan faslitator.
Nama : Yosephine
BalasHapusKelas/No : XII IPA2/36
Tanggapan wacana 7 :
Wacana 7 memiliki kalimat opini yang silogismenya valid artinya, silogisme dari kalimat-kalimat opini tersebut memenuhi persyaratan yang diharuskan dalam suatu silogisme yaitu berupa kesimpulan, premis minor, dan premis mayor sehingga kalimat tersebut dapat dinyatakan sah atau valid.
Pada dasarnya, silogisme pada kalimat opini wacana tersebut sah namun beberapa kalimat opininya tidak memenuhi kebenaran. Maksudnya, kalimat opini tersebut sah dalam memenuhi persyaratan silogisme namun dalam hal kebenaran dari kalimat-kalimat silogisme tersebut belum tentu benar. Seperti nomor 1 pada premis mayor dalam silogisme tersebut. Penggunaan kata “semua” menunjukkan tanda universal. Padahal, dalam kenyataan tidak semuanya berlaku seperti pada silogisme premis mayor tersebut. Namun beberapa kalimat opini dalam wacana tersebut juga mendapat penolakan. Karena kalimat tersebut tidak sesuai fakta.
Saran bagi wacana tersebut sebaiknya hindari penggunaan kalimat subjektif yaitu kalimat yang menekankan pada siapa subjeknya, bukan pada permasalahannya. Selain itu, menambahkan kutipan yang menunjang sehingga, silogisme dikatakan valid dan benar karena sah sesuai persyaratannya dan kebenarannya dapat terukur dan dapat dibuktikan.
Nama : Yosephine
BalasHapusKelas/No : XII IPA2/36
Wacana 14
1. Kesimpulan : Indonesia adalah Negara Demokrasi.
Premis minor : Indonesia di mana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
Premis Mayor : Semua negara Di mana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakila adalah Negara Demokrasi.
2. Kesimpulan : Sebagai pemuda zaman sekarang harus bisa melek politik.
Premis minor : Sebagai pemuda zaman sekarang tak seharusnya golput.
Premis mayor : Semua pemuda tak seharusnya golput namun harus bisa melek politik.
3. Kesimpulan : Tujuan dari wakil rakyat adalah sebagai pemegang amanah rakyat.
Premis minor : Tujuan dari wakil rakyat adalah ikut membaur bersama masyrakat.
Premis mayor : Semua orang yang ikut membaur bersama masyarakat adalah sebagai pemegang amanah rakyat.
4. Kesimpulan : Pemilihan umum telah tercantum dalam pancasila pada sila ke 4.
Premis minor : Pemilihan umum kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi.
Premis Mayor : Kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang telah tercantum dalam pancasila pada sila ke-4.
5. Kesimpulan : Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor menggerogoti tubuh negara ini.
Premis minor : Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja bermilyar milyar uang dikorupsi.
Premis Mayor : Hanya saja bermilyar milyar uang dikorupsi oleh para koruptor yang menggerogoti tubuh negara ini.
6. Kesimpulan : Pikirkanlah wahai wakil rakyat, tak semua kau bisa wakilkan.
Premis minor : Pikirkanlah wahai wakil rakyat, kami berhak memilih calon pemimpin kami demi masa depan anak bangsa.
Premis Mayor : Kami berhak memilih calon pemimpin kami demi masa depan anak bangsa, tak semua kau bisa wakilkan.
Tanggapan pada wacana 14 :
Silogisme pada wacana ini valid artinya sesuai dengan persyaratan yang diharuskan dalam suatu silogisme yaitu kesimpulan, premis minor, dan premis mayor terpenuhi. Namun, pada beberapa silogsime tidak memiliki kebeneran. Artinya kebenaran dalam silogisme itu tidak dapat dibuktikan.
Pada silogisme nomor 5 tertulis bahwa “Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor menggerogoti tubuh negara ini.” Kalimat bahwa negara Indonesia ini banyak koruptor yang menggerogoti tubuh kekayaaan negara ini memiliki kebenaran hanya saja perlu ditambahkan kutipan atau bukti yang menunjang kalimat tersebut. Namun, pada kalimat bahwa biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya tidak memiliki kebenaran atau dengan kata lain kebenaran tersebut tidak dapat dibuktikan. Karena, faktanya Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Selain itu, Indonesia merupakan Negara Demokrasi memiliki kebenaran yang sudah terbukti. Karena di Indonesia adalah negara yang untuk rakyat, dari rakyat, dan oleh rakyat. Sesuai dengan arti dari Negara Demokrasi. Namun adanya kata “semua” merupakan kata yang universal yang kenyataannya tidak sesuai dengan kebenarannya bahwa tidak semuanya seperti itu.
Saran bagi wacana ini sebaiknya menambahkan kutipan untuk menunjang kalimat tersebut agar kebenarannya dapat terukur dengan kata lain kalimat itu terbukti benar.
Nama : Deandra Saputra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 08
Wacana 2
Inti opini pada wacana 2 :
1. Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum, untuk dianjurkan tidak dengan harus memilih orang-orang partai politik.
2. Begitulah di jaman dahulu Golkar yang disebut bukan partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
3. Tapi kesalahan Golkar itu telah saya maafkan.
4. Di dalam benak saya ini, ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
5. Bukankah kita yang tak berpartai ini juga adalah sebagian dan jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan ?
6. Kadang-kadang saya berfikir mereka ini kebanyakan sudah lupa bahwa ia akan mempertanggung jawabkan tingkah-lakunya di hari-kemudian dengan ancaman siksa yang amat-sangat.
Penentuan PM, Pm, dan kesimpulan dari inti opini :
1. PM : Semua orang yang membeci politik merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum.
Pm : Saya membeci politik
Kesimpulan : Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum.
2. PM : Semua partai politik yang berkuasa melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
Pm : Golkar adalah partai politik yang berkuasa.
Kesimpulan : Golkar yang disebut bukan partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
3. PM : Setiap kesalahan yang masih dapat diterima telah saya maafkan.
Pm : Kesalahan Golkar masih dapat diterima.
Kesimpulan : Tapi kesalahan Golkar itu telah saya maafkan.
4. PM :Semua orang yang ingin memilih memiliki hak untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
Pm : Ada gejolak dan ada keinginan untuk memilih
Kesimpulan : Ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
5. PM : Semua orang yang memiliki hak untuk berdemokrasi jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan.
Pm : Kita yang tak berpartai punya hak untuk berdemokrasi.
Kesimpulan : Kita yang tak berpartai ini juga adalah sebagian dan jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan.
6. PM : Semua orang yang merasa bingung berfikir mereka ini kebanyakan sudah lupa bahwa ia akan mempertanggung jawabkan tingkah-lakunya di hari-kemudian dengan ancaman siksa yang amat-sangat.
Pm : Saya merasa bingung.
Kesimpulan : Saya berfikir mereka ini kebanyakan sudah lupa bahwa ia akan mempertanggung jawabkan tingkah-lakunya di hari-kemudian dengan ancaman siksa yang amat-sangat.
Analisis wacana 2
BalasHapusSetelah menentukan setiap inti opini pada wacana 2, diketahui bahwa setiap inti opini memiliki term A, B, dan C dan memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu memiliki tiga jenis term A, B, dan C dan memiliki premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
Walaupun setiap inti opini pada wacana 2 dapat dikatakan valid atau sah, tetapi belum tentu inti opini tersebut benar(truth). Seperti pada premis mayor pertama yang berbunyi Semua orang yang membeci politik merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum. Pada kalimat tersebut dikatakn bahwa semua orang yang membeci politik pasti tidak suka pada pemilihan umum. Kenyataannya ada saja orang yang sangat membeci politik karena politik itu terkesan negatif tetapi orang tersebut tetap saja antusias mengikuti pesta demokrasi yaitu pemilihan umum. Lalu pada premis mayor ke dua yang berbunyi Semua partai politik yang berkuasa melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya. Kalimat tersebut belum tentu benar. Pada kenyataanya Tidak semua partai politik yang berkuasa itu melakukan melakukan praktek untukmenguasai Indonesia begitu dalam waktu yang lama. Ada beberapa partai politik yang berkuasa hanya dalam waktu lima tahun. Pada dasarnya jika pada premis mayor terdapat kata "semua". Premis mayor tersenut tidak dapat dikatakan benar karena kata "semua" adalah kata yang memiliki pengertian yang terlalu luas dan biasanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu pada beberapa opini yang dicantumkan oleh si penulis wacana,
Saran yang tepat untuk wacana 2 adalah sebaiknya si penulis tidak memberikan opini yang terlalu subjektif. Karena walaupun menurut si penulis benar belum tentu menurut orang lain benar, usahakan dalam memberikan opini, dilampirkan bukti-bukti yang objektif.
Nama : Deandra Saputra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 08
Wacana 9
Inti opini pada wacana 9 :
1. Saya penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas.
2. Entahlah, mungkin pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut.
3. Dia mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
4. Sikap Satpol PP (Pemerintah) menurutnya akan memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
5. Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
6. Dia juga mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah.
Penentuan PM, Pm, dan kesimpulan dari inti opini :
1. PM : Semua orang yang baru pertama kali datang ke monas pasti penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas.
Pm : Saya baru pertama kali datang ke Monas.
Kesimpulan : Saya penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas.
2. PM : Semua pedagang kaki lima belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut.
Pm : Pengelola kincir angin adalah seorang pedagang kaki lima.
Kesimpulan : Pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut.
3. PM : Semua orang yang pernah ditangkap satpol PP mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
Pm : Dia pernah ditangkap oleh satpol PP.
Kesimpulan : Dia mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
4. PM : Semua badan yang mengatur masyarakat memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
Pm : Satpol PP adalah badan yang mengatur masyarakat.
Kesimpulan : Satpol PP memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
5. PM : Semua orang yang membenci pemerintah akan mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
Pm : Dia seorang yang membenci pemerintah.
Kesimpulan : Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
6. PM : Semua orang yang membenci pemimpin yang suka seenaknya akan mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah.
Pm : Dia sangat membenci pemimpin yang suka seenaknya.
Kesimpulan : Dia juga mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah.
Tanggapan untuk wacana 9
BalasHapusSetelah membaca wacana 9 yang berjudul "Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta [Mengutuk Pemerintah DKI]" , didapatkan enam buah inti opini yang diketahui bahwa setiap inti opini memiliki term A, B, dan C dan memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu memiliki tiga jenis term A, B, dan C dan memiliki premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
Tetapi beberapa premis mayor pada wacana tersebut belum tentu memiliki unsur kebenaran (truth), seperti pada premis mayor kedua yang berbunyi " Semua pedagang kaki lima belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut." Pada kalimat tersebut dikatakan bahwa semua pedagang kaki lima belum mengantongi izin, pada kenyataanya ada saja pedagang yang taat pada peraturan dan meminta izin kepada pihak yang berwenang sebelum membuka usahanya. Lalu pada premis mayor kelima yang berbunyi " Semua orang yang membenci pemerintah akan mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang." Pada kenyataannya tidak semua orang yang membeci pemerintah akan mengutuk Jokowi. Banyak juga orang yang membenci pemerintah karena sering melakukan tindak pidana korupsi , tetapi merasa simpati kepada sosok Joko Widodo yang terkesan jujur, dan peduli pada rakyat. Mereka merasa bahwa Joko Widodo tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan rakyat. Sama halnya dengan premis mayor keenam yang berbunyi " Semua orang yang membenci pemimpin yang suka seenaknya akan mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah." yang pada kenyaatannya tidak semua orang yang benci pada pemipin yang suka seenaknya tidak menyukai Ahok. Ada yang menganggap Ahok adalah pemimpin yang tegas dan berani mengambil keputusan yang kontroversial demi kesejahteraan masyarakat. Selain itu kata "semua" terlalu memilki cakupan yang terlalu luas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Saran yang tepat terhadap opini pada wacana tersebut adalah si penulis wacana terlalu sering meggunakan pendapat yang terlalu subjektif. Lebih baik si penulis lebih memberika opini yang bersifat objektif atau dengan memberika bukti-bukti yang dapat memperkuat opininya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Deandra Saputra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 08
Analisis wacana 2:
Setelah menentukan setiap inti opini pada wacana 2, diketahui bahwa setiap inti opini memiliki term A, B, dan C dan memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu memiliki tiga jenis term A, B, dan C dan memiliki premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
Walaupun setiap inti opini pada wacana 2 dapat dikatakan valid atau sah, tetapi belum tentu inti opini tersebut benar(truth). Seperti pada premis mayor pertama yang berbunyi Semua orang yang membeci politik merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum. Pada kalimat tersebut dikatakn bahwa semua orang yang membeci politik pasti tidak suka pada pemilihan umum. Kenyataannya ada saja orang yang sangat membeci politik karena politik itu terkesan negatif tetapi orang tersebut tetap saja antusias mengikuti pesta demokrasi yaitu pemilihan umum. Lalu pada premis mayor ke dua yang berbunyi Semua partai politik yang berkuasa melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya. Kalimat tersebut belum tentu benar. Pada kenyataanya Tidak semua partai politik yang berkuasa itu melakukan melakukan praktek untukmenguasai Indonesia begitu dalam waktu yang lama. Ada beberapa partai politik yang berkuasa hanya dalam waktu lima tahun. Pada dasarnya jika pada premis mayor terdapat kata "semua". Premis mayor tersenut tidak dapat dikatakan benar karena kata "semua" adalah kata yang memiliki pengertian yang terlalu luas dan biasanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu pada beberapa opini yang dicantumkan oleh si penulis wacana,
Saran yang tepat untuk wacana 2 adalah sebaiknya si penulis tidak memberikan opini yang terlalu subjektif. Karena walaupun menurut si penulis benar belum tentu menurut orang lain benar, usahakan dalam memberikan opini, dilampirkan bukti-bukti yang objektif.
Nama : Deandra Saputra
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 08
Tanggapan untuk wacana 9 :
Setelah membaca wacana 9 yang berjudul Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta [Mengutuk Pemerintah DKI] , didapatkan enam buah inti opini yang diketahui bahwa setiap inti opini memiliki term A, B, dan C dan memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu memiliki tiga jenis term A, B, dan C dan memiliki premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
Tetapi beberapa premis mayor pada wacana tersebut belum tentu memiliki unsur kebenaran (truth), seperti pada premis mayor kedua yang berbunyi " Semua pedagang kaki lima belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut." Pada kalimat tersebut dikatakan bahwa semua pedagang kaki lima belum mengantongi izin, pada kenyataanya ada saja pedagang yang taat pada peraturan dan meminta izin kepada pihak yang berwenang sebelum membuka usahanya. Lalu pada premis mayor kelima yang berbunyi " Semua orang yang membenci pemerintah akan mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang." Pada kenyataannya tidak semua orang yang membeci pemerintah akan mengutuk Jokowi. Banyak juga orang yang membenci pemerintah karena sering melakukan tindak pidana korupsi , tetapi merasa simpati kepada sosok Joko Widodo yang terkesan jujur, dan peduli pada rakyat. Mereka merasa bahwa Joko Widodo tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan rakyat. Sama halnya dengan premis mayor keenam yang berbunyi " Semua orang yang membenci pemimpin yang suka seenaknya akan mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah." yang pada kenyaatannya tidak semua orang yang benci pada pemipin yang suka seenaknya tidak menyukai Ahok. Ada yang menganggap Ahok adalah pemimpin yang tegas dan berani mengambil keputusan yang kontroversial demi kesejahteraan masyarakat. Selain itu kata "semua" terlalu memilki cakupan yang terlalu luas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Saran yang tepat terhadap opini pada wacana tersebut adalah si penulis wacana terlalu sering meggunakan pendapat yang terlalu subjektif. Lebih baik si penulis lebih memberika opini yang bersifat objektif atau dengan memberika bukti-bukti yang dapat memperkuat opininya.
Nama : Natalia Maria Hadisaputra
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 2/22
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor : Semua simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia membuat takjub semua orang
Premis minor : Borobudur adalah simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia
Kesimpulan : Borobudur membuat takjub semua orang
1.2 Inti opini 2
Premis mayor : Semua orang yang bisa lihat pemandangan indah merasa asik banget
Premis minor : Saya bisa lihat pemandangan indah
Kesimpulan : Saya merasa asik banget
1.3 Inti opini 3
Premis mayor : Semua tempat wisata yang memiliki fasilitas yang cukup memadai mudah dijangkau
Premis minor : Tempat wisata di Jogja memiliki fasilitas yang cukup memadai
Kesimpulan : Tempat wisata di Jogja mudah dijangkau
1.4 Inti opini 4
Premis mayor : Semua liburan yang memberi pengalaman yang indah pasti menyenangkan
Premis minor : Liburan ke Jogja memberi pengalaman yang indah
Kesimpulan : Liburan ke Jogja pasti menyenangkan
2. Tanggapan dan Penolakan
Menurut penulis, restrukturisasi inti-inti opini pada wacana yang berjudul “Liburan Seru ke Jogja” menunjukkan bahwa opini-opini tersebut sah atau valid. Hal itu dapat dilihat dari adanya term A, B, dan C pada opini yang dapat direstrukturisasi menjadi premis mayor, premis minor, dan kesimpulan sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran silogisme. Namun, inti-inti opini tersebut belum memiliki kebenaran atau truth. Pada umumnya, kesalahan terletak pada premis mayor. Namun ada juga inti opini yang memiliki kesalahan pada kesimpulan. Seperti pada inti opini pertama, kesalahan terdapat pada premis mayor yang berbunyi, “Semua simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia membuat takjub semua orang” dan kesimpulan yang berbunyi “Borobudur membuat takjub semua orang.” Padahal, belum tentu semua orang merasa takjub terhadap semua simbol sejarah bangsa Indonesia ataupun Borobudur. Namun kesalahan dari inti-inti opini yang lain hanya terletak pada premis mayor, yaitu tidak dapat berlaku bagi semua anggota populasi dari suatu komunitas.
Namun, penulis kurang sependapat dengan penulis wacana di atas. Penulis melihat adanya kelemahan dalam pola pikir atau penalaran dan pendapat yang disampaikan dalam wacana di atas. Kelemahan itu adalah adanya kesalahan substansi yaitu generalisasi yang terlalu luas cakupannya atau premis yang tidak dibatasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kesalahan pada premis mayor dari setiap inti opini, yang tidak dapat berlaku bagi semua anggota dari sebuah komunitas. Kesalahan ini terjadi karena kurang cermatnya penulis wacana dalam memahami syarat-syarat silogisme, sehingga premis-premis yang digunakan tidak dibatasi. Hal ini menyebabkan adanya penarikan kesimpulan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Buktinya adalah kesalahan pada premis mayor yang mengakibatkan kesalahan penarikan kesimpulan pada inti opini pertama. Selain itu, dalam menyampaikan opininya, penulis wacana terbawa emosi atau perasaan. Dalam hal ini, penulis merasakan kesenangan yang ditandai dengan kesimpulan inti opini kedua, yaitu “Saya merasa asik banget” dan kesimpulan inti opini keempat, yaitu “Liburan ke Jogja pasti menyenangkan.”
Berdasarkan kelemahan atau kesalahan pola pikir atau penalaran dan pendapat pada wacana di atas, penulis menyarankan agar penulis wacana tersebut memperhatikan dan mencermati syarat-syarat silogisme. Namun, bukan hanya syarat-syarat silogisme yang harus diperhatikan, melainkan juga adanya premis yang dibatasi. Selain itu, penulis juga menyarankan agar penulis wacana tersebut mengesampingkan emosi ataupun perasaan pribadi, sehingga dapat mewakili perasaan semua anggota komunitas yang sesuai dengan topik permasalahan. Penulis berharap agar saran ini dapat bermanfaat bagi penulis wacana untuk penulisan opini yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Nama : Natalia Maria Hadisaputra
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 2/22
Wacana 12
1. Restrukturisasi
1.1 Inti opini 1
Premis mayor : Semua kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga ramai menjadi bahan obrolan
Premis minor : Elpiji merupakan kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga
Kesimpulan : Elpiji ramai menjadi bahan obrolan
1.2 Inti opini 2
Premis mayor : Semua orang yang membeli 3 tabung gas 3 kg dan hanya menggunakan tabung 12 kg untuk cadangan menyiasati pengeluaran
Premis minor : Teman saya membeli 3 tabung gas 3 kg dan hanya menggunakan tabung 12 kg untuk cadangan
Kesimpulan : Teman saya menyiasati pengeluaran
1.3 Inti opini 3
Premis mayor : Semua orang yang membeli barang grosiran membayar dengan harga lebih murah
Premis minor : Teman saya membayar dengan harga lebih murah
Kesimpulan : Teman saya membeli barang grosiran
1.4 Inti opini 4
Premis mayor : Semua orang yang bukan termasuk kalangan tak mampu tidak pantas mendapatkan subsidi
Premis minor : Kawan saya tadi bukan termasuk kalangan tak mampu
Kesimpulan : Kawan saya tadi tidak pantas mendapatkan subsidi
1.5 Inti opini 5
Premis mayor : Semua kenaikan harga yang membuat pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp 72.000,- membuat pengeluaran rumah tangga membengkak
Premis minor : Kenaikan harga gas membuat pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp 72.000,-
Kesimpulan : Kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak
1.6 Inti opini 6
Premis mayor : Semua pihak yang mengambil kebijakan kenaikan harga secara bertahap mengurangi gejolak ekonomi
Premis minor : Pertamina dan pemerintah mengambil kebijakan kenaikan harga secara bertahap
Kesimpulan : Pertamina dan pemerintah mengurangi gejolak ekonomi
1.7 Inti opini 7
Premis mayor : Semua negara yang merupakan salah satu penghasil gas alam terbesar di dunia mempunyai gas alam lebih murah dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat
Premis minor : Negara kita merupakan salah satu penghasil gas alam terbesar di dunia
Kesimpulan : Negara kita mempunyai gas alam lebih murah dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat
1.8 Inti opini 8
Premis mayor : Semua orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang gas agak sulit menjawab pertanyaan itu
Premis minor : Saya tidak memiliki pengetahuan tentang gas
Kesimpulan : Saya agak sulit menjawab pertanyaan itu
1.9 Inti opini 9
Premis mayor : Semua jenis gas yang memiliki karakteristik berbeda tidak dapat saling menggantikan
Premis minor : LPG dan gas alam memiliki karakteristik berbeda
Kesimpulan : LPG dan gas alam tidak dapat saling menggantikan
1.10 Inti opini 10
Premis mayor : Semua perusahaan gas yang memonopoli perdagangan gas tidak membuat persaingan di pasar gas menjadi lebih sehat
Premis minor : Pertamina memonopoli perdagangan gas
Kesimpulan : Pertamina tidak membuat persaingan di pasar gas menjadi lebih sehat
kan gas 3 kg
Nama : Natalia Maria Hadisaputra
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 2/22
Lanjutan Restrukrurisasi Wacana 12
1.11 Inti opini 11
Premis mayor : Semua perusahaan gas yang melakukan kebijakan monopoli memberikan harga gas yang rendah
Premis minor : Pertamina melakukan kebijakan monopoli
Kesimpulan : Pertamina memberikan harga gas yang rendah
1.12 Inti opini 12
Premis mayor : Semua kenaikan harga kebutuhan pokok yang direkomendasikan oleh BPK adalah hal yang wajar
Premis minor : Kenaikan harga Elpiji 12 kg direkomendasikan oleh BPK
Kesimpulan : Kenaikan harga Elpiji 12 kg adalah hal yang wajar
1.13 Inti opini 13
Premis mayor : Semua opini yang menyangkut harga kebutuhan pokok adalah hal yang wajar
Premis minor : Opini liar yang berkembang di masyarakat menyangkut harga kebutuhan pokok
Kesimpulan : Opini liar yang berkembang di masyarakat adalah hal yang wajar
1.14 Inti opini 14
Premis mayor : Semua informasi yang dapat disampaikan melalui berbagai media perlu disampaikan kepada publik
Premis minor : Informasi mengenai sistem harga gas, keamanan, distribusi, hingga alokasi pemanfaatan gas dapat disampaikan melalui berbagai media
Kesimpulan : Informasi mengenai sistem harga gas, keamanan, distribusi, hingga alokasi pemanfaatan gas perlu disampaikan kepada publik
1.15 Inti opini 15
Premis mayor : Semua pengetahuan tentang gas yang menyadarkan masyarakat untuk menggunakan gas sesuai peruntukannya akan mempermudah kalangan tidak mampu mendapatkan gas 3 kg
Premis minor : Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gas menyadarkan masyarakat untuk menggunakan gas sesuai peruntukannya
Kesimpulan : Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gas akan mempermudah kalangan tidak mampu mendapatkan gas 3 kg
2. Tanggapan dan Penolakan
Menurut penulis, berdasarkan restrukturisasi inti-inti opini pada wacana yang berjudul “Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial”, dapat dilihat bahwa tidak semua dari opini-opini yang disampaikan penulis wacana adalah sah atau valid. Hal itu disebabkan karena pada inti opini keempat, kedua premisnya negatif, yaitu premis mayor yang berbunyi “Semua orang yang bukan termasuk kalangan tak mampu tak pantas mendapatkan subsidi” dan premis minor yang berbunyi “Kawan saya tadi bukan termasuk kalangan tak mampu”. Hal yang sama juga terjadi pada inti opini kedelapan. Maka seharusnya tidak dapat ditarik kesimpulan, maka hal ini tidak sesuai dengan kaidah silogisme dan tidak sah atau tidak valid. Suatu opini yang tidak sah atau tidak valid berarti tidak memiliki kebenaran atau truth.
Nama : Natalia Maria Hadisaputra
BalasHapusKelas/ No. : XII IPA 2/22
Lanjutan Tanggapan dan Penolakan Wacana 2
Namun, sebagian opini yang sah atau valid pada wacana di atas tidak memiliki kebenaran atau truth. Semua kesalahannya terletak pada premis mayor, dimana premis mayor tidak dapat berlaku bagi semua anggota dari suatu komunitas. Sebagai contoh, pada inti opini keempatbelas, premis mayor yang berbunyi “Semua informasi yang dapat disampaikan melalui berbagai media perlu disampaikan kepada publik”. Padahal belum tentu semua informasi yang dapat disampaikan atau dibagikan melalui berbagai media harus disampaikan kepada publik atau orang banyak. Contoh lainnya adalah premis mayor pada inti opini ketujuh yang berbunyi “Semua negara yang merupakan salah satu penghasil gas alam terbesar di dunia mempunyai gas alam lebih murah dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat”. Padahal belum tentu hal itu dapat terjadi, karena ada kemungkinan bahwa negara sebagai penghasil gas alam terbesar di dunia memanfaatkan gas alam itu sebagai komoditas ekspor untuk meningkatkan devisa dan perekonomian negara. Kesalahan premis mayor yang serupa juga terjadi pada inti opini keenam, kesebelas, keduabelas dan ketigabelas.
Berkaitan dengan pola pikir dan pendapat, maka opini dalam wacana ini masih memiliki kelemahan yang membuat penulis kurang menyetujui opini ini. Penulis wacana ini tidak mencantumkan sumber yang diperolehnya dalam menggunakan evidensi untuk mengeluarkan opini atau kesimpulan. Seperti halnya pada paragraf kedelapan, dikatakan bahwa penulis mencari informasi dari berbagai sumber dan memperoleh pencerahan kenapa gas alam tidak bisa dengan mudah menjadi substitusi bagi LPG. Hal ini menunjukkan evidensi, namun evidensi itu tidak diperkuat dengan adanya bukti atau sumber yang jelas. Selain itu, generalisasi yang luas juga masih terjadi pada wacana ini dan dibuktikan dengan adanya beberapa kesalahan pada premis mayor. Kelemahan lainnya adalah kesalahan karena penulis tidak membicarakan topik sesuai dengan judul wacana, yaitu “Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial”. Di akhir wacana, penulis hanya membahas dan menulis pendapat mengenai opini liar yang berkembang di masyarakat tanpa menyinggung opini liar pada media sosial.
Penulis menyarankan agar penulis wacana memperhatikan kaidah-kaidah silogisme dalam mengeluarkan opini. Namun, penulis juga perlu memperhatikan kesesuaian judul dengan inti-inti opini yang dibahas serta premis yang tidak terlalu luas. Dengan begitu, kesimpulan yang dihasilkan adalah sah dan juga memiliki kebenaran. Penulis berharap agar saran ini bermanfaat bagi penulisan wacana opini selanjutnya agar dapat dipertanggungjawabkan.
Nama : Evan Anggrawan
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 10
Opini dalam wacana nomor 2
1. Kesimpulan: Saya selalu merasa aneh dan tidak suka ketika diadakan pemilu
Premis Mayor: Masyarakat selalu merasa aneh dan tidak suka ketika diadakan pemilu
Premis Minor: Saya adalah Masyarakat
2. Kesimpulan: Saya tidak suka partai politik
Premis Mayor: Beberapa orang tidak suka partai politik
Premis Minor: Saya adalah beberapa orang
3. Kesimpulan: Saya berfikir kebanyakan dari mereka akan mempertanggung jawabkan tingkah lakunya
Premis Mayor: Orang akan mempertanggung jawabkan tingkah lakunya
Premis Minor: Saya adalah Orang
4. Kesimpulan: Bangga rasanya memiliki KPK
Premis Mayor: Pemerintah memiliki KPK
Premis Minor: Pemerintah bangga
Tanggapan dalam wacana nomor 2
Wacana tersebut memiliki kaidah-kaidah silogisme yang benar. Dilihat dari Premis Mayor, Premis Minor, dan Kesimpulan term-term pada kalimat masing-masing sudah memenuhi standar. Maka wacana tersebut dianggap “sah” atau “valid”
Wacana nomor dua ini memang dianggap “sah” atau “valid” tetapi wacana tersebut tidak dapat dikatakan “benar” atau “thruth”. Dapat kita lihat pada contohnya pada salah satu opini di wacana tersebut. Salah satu opini menyatakan ‘bangga memiliki kpk”. Tidak semua orang bangga memiliki kpk dan juga beberapa orang menyukai kpk. Oleh karena itu wacana di atas tidak bisa di katakana “benar” atau “thruth”.
Saran untuk wacana tersebut, lebih baik menggunakan kata yang memiliki arti yang lebih kecil lagi artinya. Menggunakan kata bangga memiliki kpk tidak menandakan bahwa semua orang menyukai kpk.
Opini dalam wacana nomor 9
BalasHapus1. Kesimpulan: Kincir angin untuk hiburan bagi pengunjung.
Premis Mayor: Pada acara Lebaran Betawi ada kincir angin.
Premis Minor: Pengunjung di acara Lebaran Betawi.
2. Kesimpulan: Pengelolah kincir angin belum memiliki izin untuk beroperasi.
Premis Mayor: Masyarakat kecewa kincir angin belum memiliki izin untuk beroperasi.
Premis Minor: Pengelolah kincir angin mengecewai masyarakat.
3. Kesimpulan: Ambon mengutuk Jokowi.
Premis Mayor: Seseorang mengutuk Jokowi.
Premis Minor: Ambon adalah seseorang.
4. Kesimpulan: Sikap Satpol PP membuat orang-orang menjadi preman.
Premis Mayor: Pemerintah yang menertibkan warga membuat orang-orang menjadi preman.
Premis Minor: Satpol PP adalah pemerintah yang menertibkan warga.
5. Kesimpulan: Dia mengutuk Ahok karena mengusir mereka.
Premis Mayor: Beberapa pedagang yang di usir mengutuk Ahok karena mengusir mereka.
Premis Minor: Dia dan beberapa pedagang yang di usir.
Tanggapan dalam wacana nomor 9
Wacana di atas sudah menjadi wacana yang “sah” atau “valid”. Wacana tersebut sudah memiliki kaidah-kaidah silogisme yang benar dan tepat. Term-term pada kalimat opini tersebut sudah menjadi term-term yang benar. Oleh Karena itu dapat dikatakan bahwa wacana tersbut “valid” atau “sah”.
Meskipun paragraf tersebut merupakan paragraf yang “sah” atau “valid”, tetapi kalimat dalam wacana tersebut tidak bisa dikatakan “benar” atau “thruth”. Pada salah satu kalimat opini dalam wacana tersebut memiliki makna yang terlalu universal. Maka wacana tersebut tidak bisa dikatakan “benar” atau “thruth”.
Saran untuk wacana tersebut adalah agar menggunakan kata yang lebih bersifat lebih sempit lagi. Karena agar tidak menyangkut pendapat semua orang.
Nama : Randy Wijaya
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Absen : 25
Wacana 5
1. Kesimpulan : Borobudur adalah simbol sejarah bangsa Indonesia.
Pm : Borobudur adalah warisan budaya Indonesia.
PM: Semua warisan budaya Indonesia merupakan simbol sejarah bangsa Indonesia.
2. Kesimpulan : Liburan kali ini sangat seru.
Pm : Liburan kali ini ke Yogyakarta.
PM : Yogyakarta adalah tempat yang sangat seru.
3. Kesimpulan : Jogja merupakan tempat berlibur.
Pm : Jogja adalah kota yang menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah.
PM : Semua kota yang menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah merupakan tempat berlibur.
Tanggapan terhadap wacana 5 :
Berdasarkan opini tesebut, pola penalaran silogisme opini sudah sesuai dengan kaidah-kaidah silogisme yang valid karena ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan yang sahih.
Namun, ada beberapa kalimat opini yang tidak memiliki kebenaran yang terukur. Kesalahan dalam hal ini terletak pada premis mayor yang ditunjukkan pada kalimat “Yogyakarta adalah tempat yang sangat seru” yang terdapat pada premis mayor kedua, karena tidak semua tempat di Yogyakarta memiliki tempat-tempat yang menarik dan budaya yang eksotis. Pada kalimat premis mayor ketiga yaitu “ Semua kota yang menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah merupakan tempat berlibur”, karena tidak semua tempat yang menyenangkan adalah tempat berlibur. Bisa saja tempat yang tidak menyenangkan bagi beberapa orang merupakan tempat berlibur.
Saran pada wacana 5 adalah kalimat tersebut harus lebih ditekankan kebenarannya (terukur). Wacana tersebut juga harus lebih memberikan opini yang objektif dan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Penolakan pada wacana 5
Penolakan pada kalimat “ Liburan kali ini sangat seru”, karena kalimat tersebut terlalu hiperbola. Seharusnya, argumen yang diberikan jangan terlalu naif karena tidak setiap orang merasa Yogyakarta kota yang seru.
Nama : James Liawady
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 17
Wacana 4
1. Kesimpulan : Keputusan menentukan kepala daerah berupa musyawarah mufakat.
Pm : Keputusan menentukan kepala daerah harus sesuai dengan pancasila sila ke-4.
PM : Semua yang harus sesuai dengan pancasila sila ke-4 berupa musyawarah mufakat.
2. Kesimpulan : Kepala daerah dipilih melalui pemungutan suara DPRD.
Pm : Kepala daerah ditentukan oleh DPRD.
PM : Semua yang ditentukan oleh DPRD dipilih melalui pemungutan suara DPRD.
3. Kesimpulan : Produk keputusan DPRD bertentangan dengan sila ke-4 Pancasila.
Pm : Produk keputusan DPRD diambil melalui pemungutan suara.
PM : Semua yang diambil melalui pemungutan suara bertentangan dengan sila 4 Pancasila.
4. Kesimpulan : Musyawarah mufakat dalam masyarakat majemuk adalah utopia demokrasi.
Pm : Musyawarah mufakat dalam masyarakat majemuk merupakan cara pengambilan keputusan dalam bernegara yang sah.
PM : Semua cara pengambilan keputusan dalam bernegara yang sah merupakan utopia demokrasi.
5. Kesimpulan : Bermusyawarah sampai terjadi mufakat berisiko terjadinya perpecahan bangsa.
Pm : Bermusyawarah sampai terjadi mufakat menyebabkan inefisiensi demokrasi.
PM : Semua yang menyebabkan inefisiensi demokrasi berisiko terjadinya perpecahan bangsa.
Analisa wacana 4
Pada wacana 4, telah didapatkan 5 silogisme yang mencerminkan inti opini pada masing-masing paragraf wacana 4. Semua silogisme merupakan silogisme yang valid (sah), hal ini disebabkan karena telah terdapat term A, B, dan C yang terkandung dalam 3 proporsi silogisme yaitu kesimpulan, premis mayor, dan premis minor. Maka dari itu, karena semua silogisme telah memenuhi syarat/kaidah silogisme, 5 silogisme tersebut dapat dikatakan valid.
Meskipun silogisme-silogisme wacana 4 dikatakan sebagai silogisme yang valid, bukan berarti silogisme tersebut sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak dapat dikatakan sebagai silogisme yang truth (benar). Pada silogisme kedua, tepatnya pada premis mayor, dikatakan bahwa “Semua yang ditentukan oleh DPRD dipilih melalui pemungutan suara DPRD.” Pada kenyataannya tidak semua keputusan DPRD diputuskan melalui pemungutan suara melainkan terdapat situasi dimana semua anggota DPRD memiliki opini yang sama dan berhasil mencapai musyawarah mufakat sehingga silogisme tersebut tidak sesuai kebenaran yang ada/truth. Pada silogisme ketiga, terdapat kalimat “Semua yang diambil melalui pemungutan suara bertentangan dengan sila 4 Pancasila.” Pada wacana, dapat ditemukan bahwa sila ke-4 tidak selamanya berarti haruslah ada musyawarah mufakat dalam mencapai suatu keputusan. Ada pilihan-pilihan lain ketika musyawarah mufakat sulit didapatkan dan salah satu dari pilihan tersebut adalah pemungutan suara. Pada silogisme keempat, terdapat kata “semua” yang menyebabkan cakupan kalimat menjadi universal sehingga kalimat tersebut menjadi tidak benar karena tentu saja terdapat beberapa cara pengambilan keputusan dalam bernegara yang sah yang dapat mencerminkan sistem demokrasi. Pada silogisme kelima, tertulis bahwa semua yang menyebabkan inefisiensi demokrasi memiliki risiko terjadinya perpecahan bangsa, meskipun sebenarnya ada inefisiensi demokrasi yang tidak memiliki risiko sama sekali terhadap perpecahan bangsa. Pada silogisme-silogisme yang tidak truth, semuanya memiliki kesalahan penalaran yaitu generelasinya terlalu luas. Kesalahan ini terjadi akibat data yang kurang lengkap pada artikel sehingga kalimatnya menjadi salah.
Sebagai saran, sebaiknya penulis wacana tersebut dapat mencantumkan data-data yang dapat menjadi bukti sehingga dapat memperkuat opini yang diberikan dan memberikan nilai truth pada kalimat tersebut.
Nama : Sendy Yakub
BalasHapusKelas/No. : XII IPA 2/29
Wacana 6
A. Restrukturisasi
A.1 Restrukturisasi 1
K : Parkir liar membuat kemacetan
Pm : Parkir liar membuat Ahok marah
PM : Ahok marah karena kemacetan
A.2 Restrukturisasi 2
K : Kegiatan ibadah membuat kemacetan
Pm : Kegiatan ibadah mengakibatkan penutupan jalan
PM : Semua penutupan jalan membuat kemacetan
A.3 Restrukturisasi 3
K : Pasukan derek belum tentu berani menderek mobil umat beragama
Pm : Pasukan derek adalah perintahan Ahok
PM : Semua perintahan Ahok belum tentu berani menderek mobil umat beragama
A.4 Restrukturisasi 4
K : Ahok tidak berani melakukan penertiban
Pm : Ahok adalah pemerintah
PM : Semua pemerintah tidak berani melakukan penertiban
Nama : Sendy Yakub
BalasHapusKelas/Absen : XII IPA 2/29
B. Analisis Wacana 6
Penulis mendapatkan empat inti opini dari wacana yang berjudul “Apakah Hal Ini yang Memacetkan Lalin Berani Ditindak Ahok?”. Keempat inti opini tersebut dapat direstrukturisasi dan dapat dibentuk menjadi pola penalaran silogisme, yaitu kesimpulan, premis minor, dan premis mayor. Kemudian pola penalaran silogisme tersebut dianalisis berdasarkan validitas (valid) dan kebenarannya (truth). Keempat kalimat silogisme tersebut memiliki validitas, hal ini dikarenakan keempat kalimat silogisme tersebut telah sesuai dengan kaidah-kaidah silogisme yang berlaku yaitu memiliki premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
Keempat kalimat silogisme itu semuanya tidak memiliki kebenaran. Hal ini dapat dilihat pada premis mayor masing-masing kalimat tersebut yang tidak memiliki bukti yang konkret/nyata. Kalimat premis mayor restrukturisasi 1 yaitu “Ahok marah karena kemacetan.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan relevansi khususnya kesalahan Non-causa Pro-causa karena argumentasi yang disampaikan mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya. Premis mayor restrukturisasi 2 yaitu “Semua Penutupan jalan membuat kemacetan.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan substansi dalam berpikir induktif khususnya generalisasi terlalu luas, sehingga cakupannya terlalu luas. Premis mayor restrukturisasi 3 yaitu “Semua perintahan Ahok belum tentu berani menderek mobil umat beragama.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan substansi dalam berpikir induktif khususnya generalisasi terlalu luas, tentu hal tersebut terlalu luas cakupannya sebab yang terlibat dalam persoalan tersebut tidak cukup presentasenya untuk menarik kesimpulan umum.
Premis mayor restrukturisasi 4 yaitu “Semua pemerintah tidak berani melakukan penertiban.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan substansi dalam berpikir induktif khususnya generalisasi terlalu luas, hal ini dikarenakan fakta/bukti yang digunakan sebagai data tidak lengkap sehingga terjadi penyamarataan/apriori.
Tanggapan dari penulis adalah penulis tidak setuju dengan opini yang disampaikan oleh Sdr. Leo Kusima pada wacananya yang mengatakan bahwa kegiatan ibadah membuat kemacetan. Penulis tidak setuju dengan opini tersebut karena kegiatan ibadah merupakan salah satu kegiatan yang diwajibkan dalam kehidupan manusia, maka dari itu sikap toleransi sangat diperlukan dalam menghadapi akibat dari kegiatan ibadah tersebut baik itu kemacetan maupun yang lain-lain.
Penulis memiliki penolakkan terhadap opini yang disampaikan Sdr. Leo Kusima. Penulis tidak setuju dengan kalimat “Pemandangan ini banyak terjadi dimana-mana, mereka jelas mengganggu lalulintas, saya ingin tahu si ‘pemberani’ Ahok berani tidak menindak mereka yang jelas-jelas melanggar UU lalulintas dalam perda.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan penalaran relevansi khususnya Argumentum ad populum yang menunjukkan bahwa argumen yang digunakan Sdr. Leo Kusima ditujukan pada diri orang yang bersangkutan, kritik tidak terfokus pada pokok persoalan pembicaraan tetapi pada aspek kepribadian orang yang menjadi lawan bicaranya.
Menurut penulis, opini yang telah disampaikan Sdr. Leo Kusima sudah baik, namun akan lebih baik lagi kualitas opininya apabila Sdr. Leo Kusima tidak terlalu luas cakupannya. Selain itu, opini Sdr. Leo Kusima juga dapat didukung dengan bukti yang nyata dan konkret. Demikian analisis wacana dari Sdr. Leo Kusima. Mohon maaf apabila penulis memiliki kesalahan dalam tanggapan, penolakan, serta solusi pada wacana tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih.
Nama : Sendy Yakub
BalasHapusKelas/Absen : XII IPA 2/29
Wacana 13
A. Restrukturisasi
A.1 Restrukturisasi 1
K : Wisatawan mancanegara mencari tempat menginap
Pm : Wisatawan mancanegara adalah bule yang kere
PM : Semua bule yang kere mencari tempat menginap
A.2 Restrukturisasi 2
K : Jalan Jaksa adalah tempat menginap bule-bule kere
Pm : Jalan Jaksa terletak di Jakarta Pusat
PM : Jakarta Pusat adalah tempat menginap bule-bule kere
A.3 Restrukturisasi 3
K : Jalan Jaksa bukan lagi tempat bule-bule kere
Pm : Jalan Jaksa ada tempat makan atau tempat nongkrong
PM : Semua tempat makan atau tempat nongkrong bukan lagi tempat bule-bule kere
A.4 Restrukturisasi 4
K : Hotel sekelas melati sudah mendekati harga hotel kelas 2
Pm : Hotel sekelas melati adalah tempat menginap bule-bule kere
PM : Semua tempat menginap bule-bule kere sudah mendekati harga hotel kelas 2
A.5 Restrukturisasi 5
K : Bule-bule yang tinggal di Jalan Jaksa adalah pekerja
Pm : Bule-bule yang tinggal di Jalan Jaksa berasal dari berbagai negara
PM : Semua orang yang berasal dari berbagai negara adalah pekerja
A.6 Restrukturisasi 6
K : Bule-bule yang berpakaian kumuh belum tentu kere
Pm : Bule-bule yang berpakaian kumuh tinggal di Jalan Jaksa
PM : Semua yang tinggal di Jalan Jaksa belum tentu kere
A.7 Restrukturisasi 7
K : Jalan Jaksa disukai oleh bule-bule
Pm : Jalan Jaksa adalah wilayah wisatawan yang aksesnya mudah
PM : Semua wilayah wisatawan yang aksesnya mudah disukai oleh bule-bule
Nama : Sendy Yakub
BalasHapusKelas/Absen : XII IPA 2/29
B. Analisis Wacana 13
Silogisme-silogisme pada wacana 13 ini sudah valid, yaitu telah sesuai dengan kaidah-kaidah silogisme yang berlaku, serta memiliki kesimpulan, premis minor, premis mayor. Namun, beberapa silogisme ini belum memiliki unsur truth, serta tidak ada bukti yang jelas dan nyata.
Pada premis mayor restrukturisasi 1, premis mayor restrukturisasi 2, premis mayor restrukturisasi 3, premis mayor restrukturisasi 4, premis mayor restrukturisasi 5, dan premis mayor restrukturisasi 7 terdapat kesalahan penalaran. Kesalahan penalaran tersebut adalah kesalahan substansi dalam berpikir induktif, khususnya pada generalisasi terlalu luas. Kesalahan ini terjadi karena adanya penyamarataan atau apriori.
Premis mayor restrukturisasi 1 yaitu “Semua bule yang kere mencari tempat menginap.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena tidak semua bule yang kere mencari tempat menginap, bisa saja mencari tempat makan ataupun tempat berbelanja. Premis mayor restrukturisasi 2 yaitu “Jakarta Pusat adalah tempat menginap bule-bule kere.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena belum tentu bule-bule kere tersebut menginap di Jakarta Pusat, bisa saja menginap di Pulau Bali. Premis mayor restrukturisasi 3 yaitu “Semua tempat makan atau tempat nongkrong bukan lagi tempat bule-bule kere.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena masih banyak tempat makan atau tempat nongkrong yang sampai saat ini masih diunjungi oleh bule-bule kere tersebut.
Premis mayor restrukturisasi 4 yaitu “Semua tempat menginap bule-bule kere sudah mendekati harga hotel kelas 2.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena tidak semua tempat menginap bule-bule kere sudah mendekati harga hotel kelas 2, bisa saja mendekati harga hotel kelas 1 maupun kelas 3. Premis mayor restrukturisasi 5 yaitu “Semua orang yang berasal dari berbagai negara adalah pekerja.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena tidak semua orang yang berasal dari berbagai negara adalah pekerja, bisa saja orang tersebut adalah pengangguran.
Nama : Rio
BalasHapusKelas/ No.Absen : XII IPA 2/ 27
Wacana 6
Ide pokok 1
K : Parkir liar yang terjadi menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Pm : Parkir liar yang terjadi membuat Ahok sangat marah.
PM : Ahok sangat marah karena kemacetan lalu lintas.
Ide pokok 2
K : Kegiatan ibadah agama memacetkan jalanan secara total.
Pm : Kegiatan ibadah agama biasanya dilakukan pemblokiran jalan.
PM : Semua pemblokiran jalan memacetkan jalanan secara total.
Ide pokok 3
K : Parkir liar yang terjadi jelas-jelas melanggar UU lalu lintas dan Perda.
Pm : Parkir liar yang terjadi adalah pelanggaran lalu lintas.
PM : Semua pelanggaran lalu lintas jelas-jelas melanggar UU lalu lintas dan Perda.
Ide pokok 4
K : Kekurangan lahan parkir merupakan hal yang dapat ditoleran.
Pm : Kekurangan lahan parkir menyebabkan terjadinya parkir liar.
PM : Terjadinya parkir liar merupakan hal yang dapat ditoleran.
Tanggapan terhadap wacana 6 :
Pola penalaran silogisme yang dipakai penulis wacana yang bertajuk “Apakah Hal Ini yang Memacetkan Lalin Berani Ditindak Ahok?” ini sudah sesuai dengan kaidah silogisme yang harus dipahami untuk menghasilkan kesimpulan yang benar karena sudah terdapat Premis Mayor (PM), Premis minor (Pm), dan Kesimpulan (K). Hal itu membuktikan bahwa pola penalaran silogisme yang digunakan oleh penulis wacana ini sudah valid atau sah. Namun kebenarannya (truth) belum tentu benar sesuai yang kita alami.
Pada ide pokok 1, pada kenyataannya belum tentu Ahok sangat marah karena kemacetan lalu lintas saja karena permasalahan yang dihadapi Ahok di Jakarta merupakan masalah kompleks. Ia merupakan sosok pemimpin yang mudah emosi jika melihat bawahan yang bekerja untuk rakyatnya di Jakarta bekerja secara tidak maksimal. Ahok biasa terlihat sangat marah saat mengetahui ada kejanggalan pada anggaran yang digunakan untuk membenahi Jakarta, permasalahan relokasi warga bantaran sungai, banjir, dan masih banyak permasalahan kompleks lainnya yang dapat membuat Ahok menjadi sangat marah.
Pada ide pokok 2, pada kenyataannya belum tentu kemacetan total yang terjadi di Jakarta karena pemblokiran jalan untuk kegiatan ibadah agama karena seperti yang kita ketahui Jakarta memang sudah dikenal sebagai kota metropolitan atau ibukota yang selalu mengalami kemacetan setiap harinya. Tak heran jika melihat kemacetan yang terjadi di Jakarta setiap harinya
Pada ide pokok 4, pada kenyataannya belum tentu kekurangan lahan parkir merupakan penyebab dari terjadinya parkir liar, karena seperti yang kita tahu bahwa dalam keadaan mendesak pun seseorang dapat memarkirkan kendaraannya secara sembarangan karena tidak memperhatikan keadaan sekitar lagi dan terburu panik dahulu. Selain itu, pengendara yang malas untuk mencari lahan parkir pun dapat memarkiran kendaraannya secara liar. Hal tersebut tentunya tidak dapat ditoleran karena dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Solusi yang dapat penulis tawarkan untuk penulis wacana ini adalah hendaknya penulis mencari referensi yang lebih luas mengenai suatu ide pokok atau opini yang akan diutarakan sehingga dapat disesuaikan dengan kenyataan atau realita yang kita jalani sehari-hari agar opini yang diutarakan dapat relevan sesuai dengan kenyataan.
Nama : Sendy Yakub
BalasHapusKelas/Absen : XII IPA 2/29
Lanjutan Analisis Wacana 13
Premis mayor restrukturisasi 7 yaitu “Semua wilayah wisatawan yang aksesnya mudah disukai oleh bule-bule.” Kalimat ini tidak memiliki unsur truth karena tidak semua wilayah wisatawan yang aksesnya mudah disukai oleh bule-bule, bisa saja wilayah wisatawan itu tidak aman walaupun aksesnya mudah, maka bule-bule tentu tidak akan menyukai wilayah tersebut. Sedangkan restrukturisasi 6 terdapat kesalahan pada premis minornya yaitu “Bule-bule yang berpakaian kumuh tinggal di Jalan Jaksa.” Kalimat ini belum memiliki unsur truth karena belum tentu bule-bule yang berpakaian kumuh itu tinggal di Jalan Jaksa, bisa saja bule-bule itu tinggal di Jalan Tanah Abang atau jalan lainnya.
Tanggapan dari penulis adalah penulis setuju dengan opini yang disampaikan oleh Sdri. Yunety Tarigan yang menyampaikan bahwa bule-bule yang berpakaian kumuh belum tentu kere. Penulis setuju dengan opini tersebut karena bisa saja bule-bule yang berpakaian kumuh tersebut mempunyai banyak uang. Mungkin saja bule-bule tersebut hanya ingin berpenampilan sederhana walaupun bule-bule tersebut mempunyai uang yang lebih.
Penulis memiliki penolakkan terhadap opini dari Sdri. Yunety Tarigan yang menyampaikan bahwa Jalan Jaksa disukai oleh bule-bule. Menurut penulis, terdapat kesalahan substansi dalam berpikir induktif khususnya generalisasi terlalu luas. Hal ini terjadi karena cakupannya terlalu luas dan tidak ada bukti yang konkret. Selain itu, tidak semua bule-bule menyukai Jalan Jaksa, bisa saja ada bule yang tidak menyukai Jalan Jaksa karena Jalan Jaksa tersebut misalnya terlalu ramai dan padat.
Menurut penulis, opini yang disampaikan Sdri. Yunety Tarigan sudah cukup baik. Namun akan lebih baik lagi kualitas dari opininya apabila cakupannya terbatas dan tidak terlalu luas. Apabila cakupannya luas, sebaiknya menyertakan bukti yang konkret dan nyata. Demikian analisis dari wacana Sdri. Yunety Tarigan. Mohon maaf apabila penulis memiliki kesalahan dalam tanggapan, penolakan, serta solusi/sara pada wacana tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih.
Nama : Genna Surayal
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 12
Wacana 10
1. Kalimat opini : Wagub DKI yang sejak menjabat sangat disorot sepak-terjangnya dengan segala gebrakan terhadap antitesis sosial dan budaya koruptif para birokrasi (khususnya) Pemda DKI Jakarta dan karenanya dia telah banyak mendapat atensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.
Kesimpulan : Wagub DKI yang sejak menjabat mendapat banyak antensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.
PM : Sangat disorot sepak-terjangnya dengan segala gebrakan terhadap antitesis sosial dan budaya koruptif para birokrasi (khususnya) Pemda DKI Jakarta karena mendapat banyak antensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.
Pm : Wagub DKI yang sejak menjabat sangat disorot sepak-terjangnya dengan segala gebrakan terhadap antitesis sosial dan budaya koruptif para birokrasi (khususnya) Pemda DKI Jakarta.
2. Kalimat opini : Pemda DKI Jakarta sepertinya menganggap warganya adalah manusia bebal yang tidak tahu aturan dan dengan segala kekuatannya yang mereka punya telah cukup sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan hal yang boleh dikatakan sangat sederhana.
Kesimpulan : Pemda DKI Jakarta sepertinya menganggap warganya adalah manusia bebal yang tidak tahu aturan.
PM : Dengan segala kekuatan Pemda DKI sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan hal yang sangat sederhana yaitu manusia bebal.
Pm : Pemda DKI dengan segala kekuatan Pemda DKI sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan hal yang sangat sederhana.
3. Kalimat opini : Menggunakan logika menyediakan lahan parkir bagi pengguna kendaraan adalah sama dengan seperti menyediakan rumah bagi pemilik AC dan kulkas, sangatlah menandakan logika berpikir seorang Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira.
Kesimpulan: Logika berpikir seorang Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira.
PM: Menggunakan logika untuk menyediakan lahan parkir bagi pengguna kendaraan sama dengan seperti menyediakan rumah bagi pemilik AC dan kulkas adalah tidak sebaik yang kita kira.
Pm: Logika berpikir seorang Wagub DKI adalah untuk menyediakan lahan parkir bagi pengguna kendaraan sama dengan seperti menyediakan rumah bagi pemilik AC dan kulkas.
4. Kalimat opini : Memberikan lahan parkir adalah salah satu kewajiban sebuah Pemda terhadap kebutuhan warganya akan transportasi terlepas juga wajibnya mereka menyediakan papan yang ‘terjangkau,’ khususnya bagi pekerja dengan penghasilan UMR adalah jobdesk ‘populis’ yang harusnya dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai sebuah tanggungjawab selain memenuhi janji-janjinya dulu sebelum memimpin.
Kesimpulan: Memberikan lahan parkir sebagai sebuah tanggungjawab Pemda DKI.
PM: Salah satu kewajiban sebuah Pemda terhadap kebutuhan warganya akan transportasi adalah sebuah tanggung jawab Pemda DKI.
Pm: Memberikan lahan parkir adalah salah satu kewajiban sebuah Pemda terhadap kebutuhan warganya akan transportasi.
5. Kalimat opini : Pada tanggal 8 September 2014 Pemda DKI Jakarta mengambil ‘kebijakkan‘ dengan menderek kendaraan dan mendendanya Rp 500.000, baik mobil dan motor yang parkir di bahu Jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang.”
Kesimpulan: Pada tanggal 8 September 2014 Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendendanya.
PM: Mobil dan motor yang parkir di bahu Jalan dilarang diderek dan mendendanya.
Pm: Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakan mobil dan motor yang parkir di bahu Jalan dilarang.
Nama : Rio
BalasHapusKelas/ No.Absen : XII IPA 2/ 27
Wacana 13
Ide pokok 1
K : Wisatawan mancanegara mencari tempat menginap di Jakarta Pusat.
Pm : Wisatawan mancanegara tiba di Jalan Jaksa.
PM : Jalan Jaksa digunakan untuk mencari tempat menginap di Jakarta Pusat.
Ide pokok 2
K : Jalan Jaksa merupakan tempat berkumpulnya bule-bule kere.
Pm : Jalan Jaksa merupakan tempat yang tidak terlihat mewah dan sangat sederhana.
PM : Semua tempat yang tidak terlihat mewah dan sangat sederhana merupakan tempat berkumpulnya bule-bule kere.
Ide pokok 3
K : Jalan Jaksa bukan tempat berkumpulnya bule-bule kere lagi.
Pm : Jalan Jaksa merupakan tempat yang modern.
PM : Semua tempat yang modern bukan tempat berkumpulnya bule-bule kere lagi.
Ide pokok 4
K : Hotel di Jalan Jaksa setara dengan harga hotel kelas 2.
Pm : Hotel di Jalan Jaksa harga hotelnya rata-rata Rp. 300 ribuan ke atas.
PM : Semua harga hotel rata-rata Rp. 300 ribuan ke atas setara dengan harga hotel kelas 2.
Ide pokok 5
K : Wisatawan mengetahui Jalan Jaksa dari internet.
Pm : Wisatawan merupakan pekerja.
PM : Pekerja mengetahui Jalan Jaksa dari internet.
Ide pokok 6
K : Para wisatawan berpakaian kumuh dan tidak rapi.
Pm : Para wisatawan terlihat kere.
PM : Semua yang terlihat kere akan berpakaian kumuh dan tidak rapi.
Ide pokok 7
K : Jalan Jaksa merupakan jalan yang strategis.
Pm : Jalan Jaksa merupakan wilayah wisatawan.
PM : Semua wilayah wisatawan merupakan jalan yang strategis.
Tanggapan terhadap wacana 13 :
BalasHapusPola penalaran silogisme yang dipakai penulis wacana yang bertajuk “Siapa Bilang Hanya Bule Kere di Jalan Jaksa Yunety Tarigan, bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan” ini sudah sesuai dengan kaidah silogisme yang harus dipahami untuk menghasilkan kesimpulan yang benar karena sudah terdapat Premis Mayor (PM), Premis minor (Pm), dan Kesimpulan (K). Hal itu membuktikan bahwa pola penalaran silogisme yang digunakan oleh penulis wacana ini sudah valid atau sah. Namun kebenarannya (truth) belum tentu benar sesuai yang kita alami.
Pada ide pokok 1, pada kenyataannya belum tentu benar karena para wisatawan mancanegara tidak hanya mencari tempat menginap di Jalan Jaksa saja karena Jakarta Pusat terdiri dari banyak jalan yang menawarkan berbagai fasilitas dari tempat penginapan yang diperuntukan untuk para wisatawan mancanegara menginap.
Pada ide pokok 2, pada kenyataannya belum tentu benar karena tidak semua tempat yang tidak terlihat mewah dan sangat sederhana merupakan tempat berkumpulnya bule-bule kere. Bisa saja tempat berkumpulnya bule-bule kere adalah di tempat yang modern karena pada wacana ini bule-bule kere diasumsikan bahwa bule-bule yang tinggal di Jalan Jaksa tersebut berpakaian kumuh dan tidak rapi.
Pada ide pokok 3, pada kenyataannya belum tentu benar karena ada saja bule-bule kere yang berkumpul pada tempat modern. Dalam wacana ini, bule-bule kere diasumsikan sebagai bule-bule yang tinggal di Jalan Jaksa tersebut berpakaian kumuh dan tidak rapi. Merupakan hak semua orang untuk berada pada suatu tempat sehingga tidak ada perbedaan pada tempat baik modern maupun tidak untuk dijadikan suatu tempat perkumpulan bule-bule.
Pada ide pokok 4, pada kenyataannya belum tentu benar karena tidak semua hotel yang berada di Jalan Jaksa setara dengan harga hotel kelas 2 karena setiap hotel memiliki harga-harga yang relatif pula, ada yang diatas Rp. 300 ribuan maupun dibawah Rp. 300 ribuan untuk menawarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya.
Pada ide pokok 5, pada kenyataannya belum tentu benar karena belum tentu semua wisatawan yang berkunjung mengetahui Jalan Jaksa hanya dari internet saja karena ada saja wisatawan yang mengetahui Jalan Jaksa yang mendapat rekomendasi dari teman maupun orangtuanya yang pernah ke Indonesia. Selain itu, tidak semua wisatawan datang ke Indonesia hanya untuk menjadi pekerja karena sebagian besar wisatawan yang datang ke Indonesia hanya untuk liburan.
Pada ide pokok 6, pada kenyataannya belum tentu benar karena tidak semua orang kere akan terlihat kumuh dan tidak rapi, itu dikembalikan kembali pada pribadi masing-masing setiap orang. Jika orang tersebut memperhatikan penampilan, orang tersebut dapat menggunakan pakaian yang rapi dan enak dilihat orang lain saat berpegian dan sebaliknya.
Pada ide pokok 7, pada kenyataannya belum tentu benar karena tidak semua wilayah kawasan yang strategis merupakan wilayah wisatawan. Ada wilayah kawasan yang tidak strategis namun merupakan wilayah wisatawan juga, biasanya wisatawan yang berkunjung ke suatu wilayah akan memperhatikan kondisi wilayah tersebut. Dikembalikan lagi kondisi ini pada pribadi masing-masing orangnya sendiri karena ada yang menyukai wilayah yang sunyi untuk ketenangan, ada yang mencari wilayah yang banyak diminati wisatawan, dan masih banyak lagi lainnya.
Solusi yang penulis tawarkan kepada penulis wacana ini adalah hendaknya penulis mencari referensi yang lebih luas mengenai suatu ide pokok atau opini yang akan diutarakan sehingga dapat disesuaikan dengan kenyataan atau realita yang kita jalani sehari-hari agar opini yang diutarakan dapat relevan sesuai dengan kenyataan.
Nama : Genna Surayal
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 12
Lanjutan Tanggapan atas wacana 10
Dari hasil bacaan wacana 10 karya Hayu Parhendrojati, terdapat beberapa opini yang sudah memenuhi persyaratan dalam aturan kaidah silogisme. Pada kalimat-kalimat tersebut terdapat tiga bagian yang merupakan kaidah dari silogisme yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sehingga dengan demikian kalimat-kalimat opini tersebut dinyatakan valid.
Akan tetapi di antara beberapa kalimat yang terdapat pada wacana 10 terdapat beberapa kesalahan atau kelemahan. Hal ini dapat dilihat pada kalimat kesimpulan pada opini pertama yaitu “Wagub DKI yang sejak menjabat mendapat banyak antensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.” Di dalam kalimat ini terdapat kata “banyak” yang tidak dapat diukur jumlahnya secara pasti. Sebaiknya penulis menggunakan kata sifat yang sudah terukur dengan pasti seperti halnya menyebutkan jumlah yang sesuai dengan fakta yang ada. Pada kalimat pada premis minor opini kedua “Pemda DKI dengan segala kekuatan Pemda DKI sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan hal yang sangat sederhana.” Pada kalimat ini terdapat sebuah ungkapan “hal yang sangat sederhana” yang tidak dapat terukur tingkat kesederhanaan yang dicapai. Sebaiknya penulis dapat memaparkan hal apa yang dapat dilakukan oleh Pemda DKI secara pasti. Pada kalimat kesimpulan opini ketiga “Logika berpikir seorang Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira.” Pada kalimat ini terdapat kata “kita” yang tidak dapat mewakili atau mencakup perkiraan semua orang. Pada kalimat yang ada di kesimpulan opini kelima “Pada tanggal 8 September 2014 Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendendanya.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada karena tertulis bahwa Pemda DKI mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendendanya. Fakta sebenarnya yang terjadi adalah Pemda DKI mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendenda kendaraan yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang terlarang.
Saran untuk kalimat-kalimat tersebut adalah akan lebih baik jika menggunakan kata yang memiliki kebenaran sehingga membuat kalimat tersebut menjadi memiliki kebenaran yang terukur. Kalimat tersebut sebaiknya dapat menggunakan kata subjek yang dapat mencakup semua yang bersangkutan. Kalimat ini juga sebaiknya menggunakan ungkapan kata yang dapat terukur tingkatannya. Selain itu sebaiknya dalam penulisan kesimpulan, premis mayor, ataupun premis minor penulis dapat memperhatikan dalam pemilihan dan penulisan pada masing-masing term yang ada.
Nama : Philips Denny Azarya
BalasHapusKelas/No : XII IPA 2 / 24
Wacana 5
1. Opini : Borobudur adalah simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia
Premis mayor: Semua candi budha merupakan simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia.
Premis minor : Borobudur adalah candi budha.
Kesimpulan : Borobudur adalah simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia.
2. Opini : Dari penuturan mahasiswa asing tesebut mereka berasal dari Australia dan kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur ini sehingga tertarik untuk datang.
Premis mayor : Semua yang kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur berasal dari Australia.
Premis minor: Mahasiswa asing tersebut kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur.
Kesimpulan : Mahasiswa asing tersebut berasal dari Australia.
3. Opini : Disana banyak sekali pernak-pernik khas candi Borobudur, batik khas Jogja yang terkenal serta barang-barang kerajinan yang bagus-bagus.
Premis mayor: Semua kota yang memiliki sejuta budaya mempunyai barang-barang kerajinan yang bagus-bagus.
Premis minor: Jogja merupakan kota yang memiliki sejuta budaya.
Kesimpulan: Jogja terkenal dengan barang-barang kerajinan yang bagus-bagus.
4. Opini : Klikhotel merupakan website yang menyediakan info-info seputar hotel-hotel serta fasilitasnya.
Premis mayor: Semua yang menyediakan info-info seputar hotel-hotel serta fasilitasnya adalah website.
Premis minor: Klikhotel menyediakan info-info seputar hotel-hotel serta fasilitasnya.
Kesimpulan : Klikhotel merupakan sebuah website .
5. Opini : Bangunan megahnya berdiri kokoh selama bertahun-tahun yang membuat takjub semua orang
Premis mayor : Semua bangunan megah yang berdiri kokoh selama bertahun-tahun pasti membuat seseorang takjub.
Premis minor : Borobudur merupakan bangunan megah yang berdiri kokoh selama bertahun-tahun.
Kesimpulan : Borobudur pasti membuat seseorang takjub.
Tanggapan terhadap wacana 5:
Pada wacana yang berjudul Liburan Seru ke Jogja, Penulis menemukan lima opini. Kelima opini tersebut dapat dibuat menjadi silogisme sebagai bentuk penalaran deduktif yang terdapat premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ini menandakan kelima opini tersebut sah karena terdapat premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Dari lima opini penulis menemukan tiga opini yang tidak memiliki kebenaran yaitu pada opini yang pertama, kedua, dan ketiga. Pada opini yang pertama dapat dikatakan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat pada kalimat “Semua candi budha merupakan simbol sejarah bangsa Indonesia yang mendunia” yang terdapat dalam premis mayor. Kata-kata “Semua candi budha” membuat opini ini tidak memiliki kebenaran karena tidak semua candi budha yang ada di Indonesia dikenal oleh dunia. Pada opini yang kedua dapat dikatakan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat pada kalimat “Semua yang kagum akan keindahan bangunan candi Borobudur berasal dari Australia” yang terdapat dalam premis mayor. Kata-kata “berasal dari Australia” membuat opini ini tidak memiliki kebenaran karena yang kagum akan keindahan candi Borobudur bukan hanya berasal dari Australia. Pada opini yang ketiga dapat dikatakan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat pada kalimat “Semua kota yang memiliki sejuta budaya mempunyai barang-barang kerajinan yang bagus-bagus” yang terdapat dalam premis mayor. Kata-kata “semua kota” membuat opini ini tidak memiliki kebenaran karena tidak semua kota yang memiliki sejuta budaya mempunyai barang-barang kerajinan yang bagus-bagus dan juga hanya ada satu kota yang memiliki sejuta budaya yaitu Yogyakarta.
Saran yang penulis dapat berikan pada wacana lima adalah kalimat pada opini seharusnya mencakup hal-hal yang kecil saja dan hal yang sudah pasti dapat dinyatakan kebenarannya agar opini tersebut memiliki kebenaran.
Penolakan terhadap wacana lima :
Kalimat “Klikhotel merupakan website yang menyediakan info-info seputar hotel-hotel serta fasilitasnya” penulis tolak. Hal tersebut dikarenakan masih banyak website yang menyediakan info-info seputar hotel-hotel serta fasilitasnya.
Nama : Achmad Fathur Rizki
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 01
Wacana 1
1. Kengerian yang bersumber dari sebuah cerita teman bahwa baru-baru ini di seputaran Batanghari seorang anak SMA tewas dengan isi perut terurai.
1.1. Kesimpulan : Seorang anak sma tewas dengan isi perut terurai.
1.2. Premis minor : Seorang Anak sma tewas di seputaran Batanghari.
1.3. Premis mayor : Semua yang di seputaran Batanghari tewas dengan isi perut terurai.
2. Dan ternyata tidak hanya satu orang yang tewas, karena ada beberapa rampok yang harus menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat lantaran kejahatan yang telah mereka lakukan.
2.1. Kesimpulan: Beberapa perampok menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat.
2.2. Premis minor : Beberapa perampok melakukan kejahatan.
2.3. Premis mayor : Semua yang melakukan kejahatan menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat.
3. Tidak hanya anak dan adik saya yang sangat ketakutan, karena saya sendiri pun merasa kurang nyaman jika harus berkendara di malam hari.
3.1. Kesimpulan : Saya merasa sangat ketakutan.
3.2. Premis minor : Saya merasa kurang nyaman jika harus berkendara di malam hari.
3.3. Premis mayor : Semua yang harus berkendara di malam hari merasa sangat ketakutan.
4. Jangan pernah berharap selamat, jika kita tidak waspada ketika menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan.
4.1. Kesimpulan: Jika kita tidak waspada jangan pernah berharap selamat.
4.2. Premis minor : Kita tidak waspada menuju wilayah-wilayah rawan kejahatan.
4.3. Premis mayor : Semua yang menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan jangan pernah berharap selamat.
5. Mungkin kita sudah lelah dengan semua kejahatan yang muncul.
5.1. Kesimpulan : Semua kejahatan yang muncul membuat kita lelah.
5.2. Premis minor: Semua kejahatan yang muncul berasal dari para pelaku kriminal.
5.3. Premis mayor : Para pelaku kriminal membuat kita lelah.
6. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung masyarakat kita sudah terjangkiti sindrom trauma psikologis.
6.1. Kesimpulan : Masyarakat kita sudah terjangkiti sindrom trauma psikologis.
6.2. Premis minor : Masyarakat kita merupakan kumpulan dari berbagai suku dan bangsa.
6.3. Premis mayor : Berbagai suku dan bangsa sudah terjangkiti sindrom trauma psikologis.
7. Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik.
7.1. Kesimpulan : trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa.
7.2. Premis minor : trauma piskologis terjadi akibat dari peristiwa traumatik.
7.3. Premis mayor : Semua yang terjadi akibat peristiwa traumatik adalah kerusakan jiwa.
Nama : Achmad Fathur Rizki
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 01
Lanjutan wacana 1
8. Akibat tekanan-tekanan ketakutan tersebut yang semula dianggap biasa-biasa saja, pun akhirnya menjalar dan mendominasi mental dan pikiran, yang akhirnya justru menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
8.1. Kesimpulan : Tekanan-tekanan ketakutan tersebut akhirnya justru menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
8.2. Premis minor : Tekan-tekanan ketakutan tersebut semula dianggap biasa-biasa saja.
8.3. Premis mayor : Semua yang dianggap biasa-biasa saja akhirnya justru menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
9. Tentu hasil akhirnya dapat diduga, rakyat tak takut lagi ketika harus melakukan kekerasan balasan di jalanan.
9.1. Kesimpulan : Rakyat melakukan kekerasan balasan di jalanan.
9.2. Premis minor : Rakyat tak takut lagi.
9.3. Premis mayor : Semua yang tak takut lagi melakukan kekerasan balasan di jalanan.
10. Mereka sudah muak dan jengah dengan keadaan, semakin dibiarkan berlarut-larut justru kejahatan semakin merajalela.
10.1. Kesimpulan : Kejahatan semakin merajalela.
10.2. Premis Minor : Kejahatan dibiarkan berlarut-larut.
10.3. Premis mayor : Semua yang dibiarkan berlarut-larut akan semakin merajalela.
11. Jika justru mereka terkesan membiarkan kejahatan demi kejahatan terjadi.
11.1. Kesimpulan : Mereka membiarkan membiarkan kejahatan demi kejahatan terjadi
11.2. Premis minor : Mereka terkesan.
11.3. Premis mayor : Semua yang merasa terkesan membiarkan kejahatan demi kejahatan terjadi.
12. Kasus ini berawal dari kasus pencurian sapi yang selalu saja terjadi.
12.1. Kesimpulan : Kasus ini selalu saja terjadi.
12.2. Premis minor : kasus ini berawal dari kasus pencurian sapi.
12.3. Premis mayor : kasus pencurian sapi selalu saja terjadi.
13. Masyarakat sudah melaporkan ke aparat kepolisian, polisi masih saja duduk manis kurang merespon, jangankan mencari jejak pelaku, seakan-akan mereka enggan mengurus kasus pencurian jika tidak ada uangnya.
13.1. Kesimpulan : Polisi enggan mengurus kasus pencurian jika tidak ada uangnya.
13.2. Premis minor : Polisi masih aja duduk manis kurang merespon.
13.3. Premis mayorr : Semua yang duduk manis kurang merespon enggan mengurus kasus pencurian jika tidak ada uangnya.
14. Untung saja, kedua masyarakat sepakat untuk berdamai, dengan risiko saat ini banyak kepala keluarga yang sudah enggan lagi memelihara ternak dan rumah-rumah mereka banyak yang rusak.
14.1. Kesimpulan : kedua masyarakat sepakat untuk berdamai.
14.2. Premis minor : kedua masyarakat sudah enggan lagi memelihara ternak dan rumah-rumah mereka banyak yang rusak.
14.3. Premis mayor : Semua yang enggan lagi memelihara ternak dan rumah-rumah mereka banyak yang rusak sepakat untuk berdamai.
15. Itulah potret citra buruk kinerja aparat keamanan di negeri ini.
15.1. Kesimpulan : Kinerja aparat keamanan memiliki potret citra yang buruk.
15.2. Premis minor : Kinerja aparat keamanan dilakukan di negeri ini.
15.3. Premis mayor : Semua yang dilakukan di negeri ini memiliki potret citra yang buruk.
16. Atau karena memang pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan nasib rakyatnya?
16.1. Kesimpulan : Pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan nasib rakyatnya.
16.2. Premis minor : Pemerintah dipilih oleh rakyat.
16.3. Premis mayor : Semua yang dipilih oleh rakyat sudah tidak peduli lagi dengan nasib yang memilihnya.
Nama : Achmad Fathur Rizki
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 01
Tanggapan terhadap wacana 1 :
Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap wacana 1, wacana tersebut dapat dikatakan merupakan wacana yang bersifat valid, hal tersebut dikatakan sedemikian rupa karena setelah melakukan analisis dengan menggunakan pola penalaran silogisme, setiap inti opini dari masing-masing paragraf di dalam wacana 1 memiliki ketiga proposisi dalam struktur silogisme, ketiga proposisi tersebut antara lain memiliki kesimpulan, premis minor, dan premis mayor.
Meskipun wacana 1 dikatakan valid, hal ini tidak serta-merta menyebabkan wacana tersebut mengandung kebenaran, dikatakan begitu karena terdapat beberapa silogisme di dalamnya yang tidak dapat dipastikan kebenarannya. Hal ini ditunjukkan pada setiap premis mayor yang mengandung kata “semua” misal kita ambil contoh yaitu pada inti opini keempat yang berbunyi “Jangan pernah berharap selamat, jika kita tidak waspada ketika menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan.” dengan premis mayornya yang berbunyikan “Semua yang menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan jangan pernah berharap selamat.”, kata “semua” pada premis mayor disini menyebabkan makna yang diambil bersifat terlalu luas sehingga orang berpikir setiap orang yang menuju wilayah rawan kejahatan tidak akan selamat, padahal belum tentu semua yang menuju wilayah yang rawan kejahatan tidak akan selamat, sebab nyawa manusia berada di tangan Tuhan dan manusia tidak dapat menentukan apakah dirinya akan selamat atau tidak. Contoh lainnya seperti pada inti opini kelima yang berbunyi “Mungkin kita sudah lelah dengan semua kejahatan yang muncul” dengan premis mayornya yaitu “Para pelaku kriminal membuat kita lelah”, lagi-lagi cakupan yang terlalu luas yang menyebabkan kalimat ini menjadi tidak baku, kata “kita” disini hanya menunjuk ke beberapa masyarakat saja yang sudah pernah mengalami tindak kriminal dari para pelaku kriminal, yang belum pernah mengalaminya bisa saja merasa tidak lelah terhadap para pelaku kriminal. Selain dari kedua opini yang disebutkan diatas, masih ada beberapa opini lain yang tidak dapat dipastikan kebenarannya baik dari inti opini yang pertama hingga inti opini yang terakhir.
Jika disimak kembali ternyata yang menyebabkan banyaknya opini-opini yang tidak mengandung kebenaran dilihat dari premis mayornya ternyata diakibatkan dari cakupan opini yang bersifat terlalu luas sehingga dapat menyebabkan kesalahpahaman pembaca untuk menanggapi isi wacana. Menurut penulis saran yang tepat yaitu ada baiknya keseluruhan opini dibuat menjadi lebih spesifik, tidak bersifat sangat luas namun ditujukan terhadap kelompok/perseorangan yang benar tertuju saja.
Nama : Philips Denny Azarya
BalasHapusKelas/No : XII IPA 2 / 24
Wacana 12
1. Opini : Indonesianis yang merintis jalan wira usaha berbasis lingkungan hidup, mencintai dunia pendidikan karena merasa terdidik selengkapnya.
Premis mayor : Semua yang merasa terdidik berbasis lingkungan hidup dan mencintai pendidikan.
Premis minor: Indonesianis yang merintis jalan wira usaha merasa terdidik.
K: Indonesianis yang merintis jalan wira usaha berbasis lingkungan hidup dan mencintai pendidikan.
2. Opini : Intinya diskusinya, pengeluaran rutin rumah tangga bertambah karena kenaikan harga Elpiji.
Premis mayor : Semua yang sudah masuk ke daftar kebutuhan pokok menyebabkan pengeluaran rutin rumah tangga bertambah.
Premis minor : Kenaikan harga elpiji disebabkan sudah masuk ke daftar kebutuhan pokok.
Kesimpulan : Kenaikan harga elpiji menyebabkan pengeluaran rutin rumah tangga bertambah.
3. Opini : Kawan saya tadi bukan termasuk kalangan tidak mampu yang pantas mendapat subsidi.
Premis mayor : Semua yang dapat membeli gas 3kg subsidi bukan hanya kalangan tidak mampu.
Premis minor :Kawan saya dapat membeli gas 3kg subsidi.
Kesimpulan : Kawan saya bukan kalangan tidak mampu.
4. Opini : Lagipula benarkah kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak?
Premis mayor : Semua yang mengikuti nilai ekonomi keluarga membuat pengeluaran rumah tangga membengkak.
Premis minor : Kenaikan harga gas mengikuti nilai ekonomi keluarga.
Kesimpulan : Kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak.
5. Opini : Padahal Pertamina dan pemerintah sudah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap untuk mengurangi gejolak ekonomi.
Premis mayor : Untuk mengurangi gejolak ekonomi sudah diambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
Premis minor : Pertamina dan pemerintah berkeinginan untuk mengurangi gejolak ekonomi.
Kesimpulan : Pertamina dan pemerintah sudah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
6. Opini : Negara kita kan salah satu penghasil gas alam terbesar di dunia, kenapa gas alam kita malah diekspor? Bukankah gas alam lebih murah dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat?
Premis mayor : Semua yang dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat lebih murah.
Premis minor : Gas alam dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Kesimpulan : Gas alam lebih murah.
7. Opini : Sementara itu, ada juga opini yang menganggap kenaikan tersebut disebabkan Pertamina memonopoli perdagangan gas untuk rumah tangga.
Premis mayor : Semua penaikan harga memonopoli perdagangan gas.
Premis minor : Pertamina menaikkan harga.
Kesimpulan : Pertamina memonopoli perdagangan gas.
8. Opini : Sehingga kenaikan harga gas adalah hal yang wajar dan semestinya tidak perlu mengundang reaksi berlebihan.
Premis mayor : Semua yang mengundang reaksi berlebihan merupakan hal yang wajar.
Premis minor : Kenaikan harga gas mengundang reaksi berlebihan.
Kesimpulan : Kenaikan harga gas adalah hal yang wajar.
9. Opini : Jika harga gas dinaikkan langsung Rp 6.000,-/kg untuk mengikuti nilai keekonomiannya, dan setiap bulan sebuah keluarga menghabiskan 1 tabung gas 12kg, maka sebetulnya pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp. 72.000,-.
Premis mayor : Semua keperluan setiap keluarga untuk membeli gas bertambah Rp 72.000,-.
Premis minor : Pengeluaran bulanan adalah keperluan setiap keluarga.
Kesimpulan : Pengeluaran bulanan untuk membeli gas bertambah Rp 72.000,-.
10. Opini: Karena komponen penyusunnya berbeda, LPG dan gas alam berbeda karakteristik.
Premis mayor : Semua yang memiliki jumlah kalor yang berbeda maka akan berbeda karakteristik.
Premis minor : LPG dan gas alam memiliki jumlah kalor yang berbeda.
Kesimpulan : LPG dan gas alam berbeda karakteristik.
Nama : Philips Denny Azarya
BalasHapusKelas/No : XII IPA 2 / 24
Tanggapan terhadap wacana 12 :
Pada wacana yang berjudul Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial, Penulis menemukan sepuluh opini. Sepuluh opini tersebut dapat dibuat menjadi silogisme sebagai bentuk penalaran deduktif yang terdapat premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Ini menandakan sepuluh opini tersebut sah karena terdapat premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Dari sepuluh opini penulis menemukan empat opini yang tidak memiliki kebenaran yaitu pada opini pertama, keenam, dan ketujuh. Pada opini yang pertama dapat dikatakan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat kalimat “Semua yang merasa terdidik berbasis lingkungan hidup dan mencintai pendidikan” yang terdapat dalam premis mayor. Kata “Semua” membuat opini ini tidak memiliki kebenaran karena tidak semua yang terdidik merupakan orang yang berbasis lingkungan hidup dan mencintai pendidikan. Pada opini yang keenam dapat dikatakan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat kalimat “Semua yang dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat lebih murah” yang terdapat dalam premis mayor. Kata “Semua” membuat opini ini tidak meiliki kebenaran karena hanya beberapa barang saja yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat lebih murah. Pada opini yang ketujuh dapat dikatan tidak memiliki kebenaran karena dapat dilihat kalimat “Semua penaikan harga memonopoli perdagangan gas” yang terdapat dalam premis mayor. Kata “Semua” membuat opini ini tidak memiliki kebenaran karena hanya ada beberapa barang atau produk yang dapat memonopoli perdagangan gas.
Saran yang penulis dapat berikan pada wacana lima adalah kalimat pada opini seharusnya mencakup hal-hal yang kecil saja dan hal yang sudah pasti dapat dinyatakan kebenarannya agar opini tersebut memiliki kebenaran.
Penolakan terhadap wacana 12 :
Kalimat “Sehingga kenaikan harga gas adalah hal yang wajar dan semestinya tidak perlu mengundang reaksi berlebihan” penulis tolak. Hal tersebut dikarenakan menurut penulis kenaikan gas adalah hal yang tidak wajar karena bagi kaum miskin untuk dapat membeli gas dengan harga yang tergolong rendah saja masih tidak dapat dibeli apalagi jika harga gas dinaikkan dan pastinya kaum miskin akan bereaksi secara berlebihan.
Nama : Kelsen Trista Kweenisky
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. : 19
Restrukturisasi Wacana 4
1. Inti opini : Silang pendapat mengenai cara memilih kepala daerah telah sampai pada fase perdebatan yang ideologis.
1.1. K : Cara memilih kepala daerah mengakibatkan silang pendapat
1.2. PM : semua fase perdebatan yang ideologis mengakibatkan silang pendapat
1.3. Pm : silang pendapat adalah fase perdebatan yang ideologis
2. Inti opini : Ada begitu banyak produk keptusan yang pernah diambil selama proses bernegara dengan cara pemungutan suara atau pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 di amandemen.
2.1. K : cara pemungutan suara atau pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 diamandemen pernah diambil proses bernegara
2.2. PM : semua produk keputusan pernah diambil untuk proses bernegara
2.3. Pm : proses negara yaitu semua produk keputusan pemerintah
3. Inti opini : Dengan demikian, oleh karena sebelumnya DPRD dalam memilih kepala daerah-pun pernah melakukannya dengan cara pemungutan suara, bukan mustawarah mufakat, maka pada dasarnya gagasan untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD seharusnya juga tidak sesuai dengan sila 4 Pancasila
3.1. K : DPRD pernah memilih kepala daerah dengan cara pemungutan suara tanpa mufakat
3.2. PM : salah satu contoh pelanggarran sila 4 Pancasila adalah pemungutan suara tanpa mufakat (partikular)
3.3. Pm : DPRD melanggar sila 4 Pancasila
4. Inti opini : Boleh saja kita memiliki keyakinan idiologis bahwa sesuai sila ke 4 Pancasila, satu-satunya cara pengambilan keputusan dalam bernegara yang sah adalah melalui musyawarah mufakat.
4.1. K : musyawarah mufakat adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang sah
4.2. PM : dalam sila ke 4 terdapat salah satu cara pengambilan keputusan yang sah (partikular)
4.3. Pm : Musyawarah mufakat terdapat dalam sila ke 4
5. Inti opini : Musyawarah mufakat dapat dijadikan cara untuk mengambil keputusan manakala para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman.
5.1. K : Para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman
5.2. PM : Semua musyawarah mufakat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman
5.3. Pm : Para pihak melakukan musyawarah mufakat
Tanggapan wacana 4 :
Pada wacana ini dapat dikatakan sah karena memiliki tiga batasan yang disusun menjadi tiga proporsi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Dimana semuanya memenuhi term yang telah ditentukan, jadi wacana tersebut merupakan wacana “valid” tetapi tidak dapat dikatakan benar kebenarannya.
Wacana tersebut tidak memiliki kebenaran beberapa inti opininya. Pada silogisme apabila suatu opini dikatakan sah belum tentu benar seperti premis mayor inti opini kedua menunjukkan “semua produk keputusan Negara pernah diambil untuk proses bernegara” padahal tidak semua produk keputusan negara pernah diambil untuk proses negara bisa saja diambil untuk yang lain-lain. Tidak hanya premis mayor, premis minor pada inti opini ketiga yang berisi “DPRD melanggar sila 4 Pancasila” belum tentu benar karena hanya dilihat dari satu sisi seperti tidak musyawarah mufakat ,jika melihat tindakan DPRD yang lain belum tentu melanggar sila 4 Pancasila.
Saran dalam mengutarakan opini yaitu sebaiknya penulis menggunakan kata yang pasti dan predikat terukur atau ada data, menurut Saya sudah mencukupi aspek tersebut dalam wacana 4 ini. Sebaiknya opini yang disampaikan pengarang lebih melihat fakta dan yang ada dan dianalisis di kehidupan agar opini ditulis akan valid demikian truth.
Restrukturisasi Wacana 11
BalasHapus1. Inti opini : Namun tiba-tiba, penulisnya menghapus hampir semua artikel, yang tersisa satu atau dua artikel
1.1. K : Penulis menyisakan satu atau dua artikel
1.2. PM : Semua yang menghapus hampir semua artikel menyisakan satu atau dua artikel
1.3. Pm : Penulis menghapus hampir semua artikel.
2. Inti opini : Tampaknya mereka yang menghapus semua Artikel yang pernah dipostingnya telah menjadikan Media ini hanya sekedar tempat singgah untuk menampung berbagai artikel-artikelnya untuk sementara
2.1. K : mereka menjadikan media ini hanya sekedar tempat singgah untuk menampung berbagai aritkel-artikelnya untuk sementara
2.2. PM : Semua yang menghapus semua artikel yang pernah di postingnya menjadikan media ini hanya sekedar tempat singgah untuk menampung berbagai artikel-artikelnya sementara
2.3. Pm : Mereka menghapus semua artikel yang pernah di postingnya.
3. Inti opini : Rupanya banyak Kompsianer telah melakukannya setelah mereka menemukan tempat labuhan paling akhir yakni Blog pribadi, y kabur.
3.1. K : Banyak Kompasianer yang telah beralih ke blog pribadi
3.2. PM : Semua yang kabur menemukan labuhan paling akhir yakni Blog pribadi
3.3. Pm : Banyak Kompasianer yang kabur.
4. Inti opini : Kalau saya memperhatikan sungguh-sungguh, Kompasianer Wijaya Kusumah merupakan salah satu contoh, yang meskipun dia menulis untuk Blog Pribadinya, namun beliau juga sempat mengirimkan Artikel itu untuk diposting di Blog Kompasiana.
4.1. K : Wijaya Kusuma beralih ke blog pribadi
4.2. PM : Semua yang mengirimkan artikel untuk diposting di Blog Kompasiana beralih ke blog pribadi
4.3. Pm : Wijaya Kusuma mengirimkan artikel untuk di posting di Blog Kompasiana
5. Inti opini : Di Kompasiana, saya belajar bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai. Bukan saja untuk kebaikan diri sendiri, namun nilai-nilai itu bisa merasuki orang lain atau pembacanya.
5.1. K : Saya memberi nilai bukan saja untuk kebaiakan sendiri namun bisa merasuki orang lain atau pembacanya
5.2. PM : Semua yang belajar, bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai yang bukan saja untuk kebaikan sendiri namun bisa merasuki orang lain atau pembacanya
5.3. Pm : Saya belajar bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai.
6. Inti opini : Kualitas kehidupan atau nilai-nilai kehidupan memang selalu muncul dengan sendirinya apabila orang memiliki kesadaran tinggi untuk menuliskannya dan untuk melakukan refleksi diri, lalu memahami kelebihan dan kekurangannya.
6.1. K : Orang memiliki kesadaran tinggi memunculkan kualitas kehidupan atau nilai-nilai kehidupan
6.2. PM : Semua yang menuliskan dan untuk melakukan refleksi diri, lalu memahami kelebihan dan kekurangannya memunculkan kualitas kehidupan atau nilai-nilai kehidupan
6.3. Pm : Orang memiliki kesadaran tinggi menuliskan dan melakukan refleksi diri, lalu memahami kelebihan dan kekurangannya.
Tanggapan wacana 11
BalasHapusWacana 11 merupakan wacana denga 6 inti opini yang sah namun belum benar kebenarannya. Dalam silogisme memiliki tiga batasan yang disusun menjadi tiga proporsi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan yang sudah dipenuhi sehingga dapat dikatakan “valid” namun belum pasti kebenarannya namun ada beberapa yang benar.
Wacana yang sah dan belum benar kebenarannya maksudnya adalah wacana yang memenuhi term dengan tiga batasan yang disususn menjadi tiga proporsi tersebut.Namun pada term-termnya ada beberapa kelemahan yang terletak pada premis mayor dan minor. Untuk kesimpulan saya rasa tidak ada kelemahan karena kualitas penulis. Kelemahan pada premis mayor misalnya pada inti opini ke tiga yaitu “Semua yang kabur menemukan labuhan paling akhir yakni Blog pribadi” padahal tidak semua yang kabur menemukan blog pribadi, Mereka bisa pensiun atau pindah ke blog lain yang setara dengan Kompasiana. Selanjutnya pada premis minor inti opini ketiga “banyak Kompasianer yang kabur” pada faktanya tidak kabur namun tidak mengaktifkan lagi blog Kompasiananya. Kelemahannya tidak ada data yang menyatakan Kompasianer kabur dari Kompasiana.
Saran saya dalam mengutarakan opini yakni disertai data seminimalnya dan data tersebut asli tidak dibuat-buat yang mendasari penulis membuat opini. Sebaiknya opini yang disampaikan oleh penulis lebih memperhatikan kenyataan yang ada di kehidupan agar opini yang dihasilkan akan berbentuk “valid” serta “truth”
Nama: Beauty Novianty
BalasHapusKelas/ No.: XII IPA 2/05
Restrukturisasi Penalaran Silogisme dari Inti Opini Wacana 1 “Kejahatan di Jalan Raya, Picu Trauma Psikologis”
1. Inti opini: Kita semua (yang mendengar berita pembunuhan di jalan raya) pasti tidak berani keluar ke daerah rawan.
Premis mayor: Semua orang yang mendengar berita pembunuhan di jalan raya pasti tidak berani keluar ke daerah rawan.
Premis minor: Kita semua mendengar berita pembunuhan di jalan raya.
2. Inti opini : (jika) Kita tidak waspada di wilayah rawan, maka kita tidak akan selamat.
Premis mayor: Semua orang yang tidak waspada di wilayah rawan tidak akan selamat.
Premis minor: Kita tidak waspada di daerah rawan.
3. Inti opini: Sanksi membunuh pelaku tidak memberi efek jerah.
Premis mayor: Semua macam sanksi yang diberikan tetap tidak memberi efek jerah.
Premis minor: Sanksi membunuh pelaku termasuk sanksi yang diberikan.
4. Inti opini: Kebanyakan masyarakat kita sudah terjangkit sindrom trauma psikologis.
Premis mayor: Semua orang yang takut keluar rumah terutama pada malam hari berarti terjangkit sindrom trauma psikologis.
Premis minor: Kebanyakan masyarakat kita takut keluar rumah terutama pada malam hari.
5. Inti opini: Rakyat sudah terjangkit sindrom trauma psikologis.
Premis mayor: Semua orang yang suka main hakim sendiri pasti terjangkit sindrom psikologis.
Premis minor: Rakyat suka main hakim sendiri.
6. Inti opini: Sindrom trauma psikologis disebabkan oleh respon aparat hukum yang lamban.
Premis mayor: Semua keresahan yang terjadi di masyarakat adalah akibat respon aparat hukum yang lamban.
Premis minor: Sindrom trauma psikologis ini menimbulkan keresahan pada masyarakat.
7. Inti opini: Masalah yang dialami masyarakat di Bekri, Lampung Selatan tidak ditangani polisi karena tidak memberi uang.
Premis mayor: Semua masalah yang dilaporkan kepada polisi namun tidak ditangani adalah karena tidak memberi uang.
Premis minor: Masalah yang dialami masyarakat Bekri, Lampung Selatan tidak ditangani polisi.
8. Inti opini: Masyarakat Indonesia sudah tidak percaya pada aparat hukum.
Premis mayor: Semua orang yang sering bertindak anarkis sudah tidak percaya pada aparat hukum.
Premis minor: Masyarakat Indonesia sering bertindak anarkis.
Nama: Beauty Novianty
BalasHapusKelas/ No.: XII IPA 2/05
Tanggapan terhadap Wacana 1 “Kejahatan di Jalan Raya, Picu Trauma Psikologis”
Pada wacana tersebut, penulis menemukan adanya 8 inti pokok opini sebagaimana restrukturisasi penarikan kesimpulannya telah tertulis diatas. Dari kedelapan penalaran silogisme tersebut terdapat inti opini yang didapat dari penarikan dua premis yang negatif, yakni pada “jika kita tidak waspada di wilayah rawan maka kita tidak akan selamat”. Meskipun ditarik dari dua premis yang negatif, kedua premis tersebut tetap membahas satu ide yang sama, maka dari itu silogisme dari inti opini tersebut sah secara kaidah silogisme dan juga sah secara realita karena jelas jika kita tidak waspada di situasi yang rawan, maka kita juga akan rawan (mudah) menjadi korban kejahatan. Dengan kata lain kita memberi kesempatan agar kejahatan itu dapat terjadi.
Secara keseluruhan, wacana ini dinilai penulis terlalu persuasif. Penulis wacana terlalu menekankan bahwa hal yang terjadi padanya dan keluarganya merupakan hal yang “pasti” terjadi pada semua masyarakat, seperti pada inti opini “kita semua yang mendengar kasus pembunuhan di jalan raya pasti tidak berani keluar ke daerah rawan”. Sampel yang diambil oleh penulis wacana dalam memaparkan argumennya terlalu sempit, seakan-akan memaksa pembaca bahwa hal ini pasti dialami semuanya.
Kesalahan utama dari penalaran wacana ini adalah pengunaan subjek yang terlalu luas (generalisasi yang terlalu luas). Hampir seluruh inti opini dari wacana menggunakan subjek masyarakat Indonesia yang berarti keseluruhan.
Keseluruhan wacana ini membahas mengenai sindrom trauma psikologis yakni ketakutan yang berlebihan akan sesuatu yang diprediksi dapat terjadi. Lalu dipaparkan bahwa akibat dari sindrom ini adalah semakin maraknya tindakan main hakim sendiri oleh massa yang ujung-ujungnya dikatakan bahwa disebabkan oleh ketidakpercayaan masyarakat pada aparat hukum.
Aparat hukum dituding lamban dalam merespon dan bukti yang diberikan juga sangat sempit yakni mengenai masalah pencurian sapi di daerah Bekri, Lampung Selatan. Apakah hanya karena masalah hilangnya sapi satu kandang sudah membuktikan kalau seluruh polisi di Indonesia sudah tidak responsif? Cakupan yang dipaparkan penulis pada awalnya adalah cakupan untuk seluruh Indonesia, sementara untuk buktinya hanya satu kasus yang terjadi di satu daerah.
Penulis setuju bahwa kasus ini menandakan lambatnya respon aparat hukum, tapi tetap saja ini hanyalah satu kasus, satu kasus ini masih belum bisa mewakili keadaan secara keseluruhan. Pemaparan bukti dalam bentuk survei dan data statistik lebih baik daripada menjabarkan hanya satu kasus.
Penalaran mengenai semua tindakan anarkis masyarakat sudah pasti karena ketidakpercayaan dengan aparat hukum juga kurang tepat. Generalisasi yang disebutkan terlalu luas dan bersifat pasti. Bisa saja tindakan anarkis itu berasal dari emosi sesaat masyarakat yang geram akibat tindakan penjahat, bukan karena tidak percaya dengan aparat hukum. Lebih baik jika ditambahkan kata dengan arti kemungkinan pada opini tersebut, misalnya “kemungkinan semakin maraknya tindakan anarkis disebabkan bukan saja oleh dorongan emosi sesaat, tapi juga oleh ketidakpercayaan pada aparat hukum”.
Nama: Beauty Novianty
BalasHapusKelas/ No.: XII IPA 2/05
Restrukturisasi Penalaran Silogisme dari Inti Opini Wacana 8 “Pembatasan Kendaraan”
1. Inti opini: Tindakan Walikota Bogor yang melarang masuknya kendaraan dari daerah lain kedaerahnya adalah tindakan yang mengotak-kotakkan NKRI.
Premis mayor: Semua tindakan menghalangi pembauran antar daerah adalah tindakan yang mengkotak-kotakkan NKRI.
Premis minor: Tindakan Walikota Bogor yang melarang masuknya kendaraan dari daerah lain kedaerahnya termasuk tindakan menghalangi pembauran antar daerah.
2. Inti opini: Pernyataan Walikota Bogor menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat.
Premis mayor: Semua penyataan yang dinyatakan sepihak oleh pemerintah akan menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat.
Premis minor: Pernyataan Walikota Bogor dinyatakan sepihak oleh pemerintah.
3. Inti opini: Warga Bogor yang memiliki kendaraan berplat Jakarta (B) dilarang memasuki Bogor selama akhir pekan.
Premis mayor: Semua orang yang memiliki kendaraan berplat Jakarta (B) dilarang memasuki Bogor selama akhir pekan.
Premis minor: Warga Bogor banyak memiliki kendaraan berplat Jakarta (B).
4. Inti opini: Massa kendaraaan dari Bogor yang datang ke Jakarta menimbulkan kemacetan di Jakarta.
Premis mayor: Kedatangan massa kendaraan dari luar daerah ke Jakarta menyebabkan kemacetan di Jakarta.
Premis minor: Massa kendaraan dari Bogor juga datang ke Jakarta.
5. Inti opini: Pengikutan kebijakkan oleh daerah lain akan mungkin dilakukan jika kebijakkan berhasil dilakukan.
Premis mayor: Tindak lanjut dari kebijakan akan dilakukan jika kebijakan tersebut berhasil dilaksanakan.
Premis minor: Pengikutan kebijakkan oleh daerah lain termasuk tindak lanjut dari kebijakan.
Tanggapan Wacana 8 “Pembatasan Kendaraan”
Pada wacana tersebut dapat diambil 5 inti opini sebagaimana restrukturisasi penarikan kesimpulannya telah tertulis diatas. Kelima penalaran silogisme tersebut sah secara kaidah silogisme dan semuanya juga benar secara realita.
Penulis setuju dengan yang dipaparkan dalam wacana tersebut bahwa pernyataan Walikota Bogor untuk melarang kendaraa dari daerah lain masuk ke daerahnya pada akhir pekan adalah pernyataan yang sepihak (tidak dibahas terlebih dahulu dengan rakyat). Buktinya adalah banyaknya pertanyaan yang dikemukakan rakyat atas pernyataan ini dan semuanya menolak kebijakkan ini.
Pernyataan dari Walikota Bogor ini tidak memikirkan keadaan rakyat. Bagaimana bisa melarang masuknya kendaraan berdasarkan platnya? Itu sama saja dengan melarang warga Bogor yang berplat daerah lain untuk masuk kedaerahnya sendiri.
Pernyataan ini juga dinilai mengeksklusifkan daerahnya sendiri, padahal seperti yang dikemukakan pada wacana bahwa warga Bogor juga banyak yang mendatangi daerah lain seperti Jakarta dan juga ikut menyebabkan kemacetan disana.
Bisa dimaklumi bahwa tujuan dari pernyataan Walikota Bogor ini adalah untuk mengurangi kepadatan lalu lintas daerahnya terutama saat akhir pekan, tapi disamping itu masih banyak hal yang bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus mengurangi massa kendaraan, misalnya dengan memperbaiki infrastruktur jalan raya dan memperketat peraturan jalan raya.
Masyarakat tidak perlu risau akan ditirunya kebijakan semacam ini di daerah lain, mengingat kebijakan ini adalah yang pertama dilakukan di Bogor. Bisa terlihat dengan penolakan masyarakat akan kebijakan ini kemungkinan besar tidak bisa menyukseskan kebijakkan ini. Suatu kebijakan dibuat untuk rakyat dan harus disesuaikan demi kepentingan rakyat. Jika suatu kebijakan menghalang-halangi kepentingan rakyatnya seperti ini sudah pasti tidak bisa berjalan dengan lancar. Maka dari itu kemungkinan ditirunya oleh daerah lain juga semakin kecil.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Jeconiel
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 18
Wacana 4
1.Kalimat opini: Menurut mereka cara pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia, termasuk keputusan menentukan kepala daerah, yang sesuai dengan Pancasila adalah musyawarah mufakat melalui lembaga perwakilan sebagaimana tercantum di Sila ke 4 Pancasila
PM: Semua pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia diperoleh melalui musyawarah mufakat
Pm: Keputusan menentukan kepala daerah termasuk dalam pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia
Kesimpulan: Keputusan menentukan kepala daerah diperoleh melalui mufakat keputusan
2.Kalimat opini: Sebab ada begitu banyak produk keputusan yang (pernah) diambil selama proses bernegara dengan cara pemungutan suara atau pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 diamanedemen.
PM: Semua keputusan yang pernah diambil diperoleh dengan cara pemungutan suara
Pm: Banyak produk keputusan selama proses bernegara yang pernah diambil
Kesimpulan: Banyak produk keputusan selama proses bernegara diambil dengan cara pemungutan suara
3.Kalimat opini: Ada dua esensi utama yang terkandung dalam sila ke 4 ini. Pertama tentang perwakilan, dan kedua tentang musyawarah mufakat.
PM: Esensi terkandung dalam sila ke 4
Pm: Perwakilan dan musyawarah mufakat adalah esensi
Kesimpulan: Perwakilan dan musyawarah mufakat terkandung dalam sila ke 4
4.Kalimat opini: Maka, jika kita menggunakan alur berfikir yang konsisten bahwa pemilihan melalui pemungutan suara oleh rakyat adalah menabrak Pancasila, maka segala produk keputusan yang diambil oleh DPRD bukan dengan cara musyawarah mufakat itu juga bertentangan dengan Sila ke 4 Pancasila, termasuk dalam hal pemungutan suara untuk memilih kepala daerah.
PM: Semua keputusan yang diambil dalam proses bernegara melalui pemungutan suara oleh rakyat adalah menabrak pancasila
Pm: Pemilihan kepala daerah adalah keputusan yang diambil dalam proses bernegara
Kesimpulan: Pemilihan kepala daerah melalui pemungutan suara oleh rakyat adalah menabrak Pancasila
5.Kalimat opini: Sehingga pengambilan keputusan dalam praktik bernegara diutamakan dengan cara musyawarah mufakat.
PM: Semua pengambilan keputusan diutamakan diperoleh dengan cara musyawarah mufakat
Pm: Keputusan dalam praktik bernegara diperoleh dari pengambilan keputusan
Kesimpulan: Keputusan dalam praktik bernegara diutamakan diperoleh dengan cara musyawarah mufakat
6.Kalimat opini: Musyawarah mufakat dapat dijadikan cara untuk mengambil keputusan manakala para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman.
PM: Para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman melalui musyawarah mufakat
Pm: Pengambilan keputusan diperoleh apabila para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman
Kesimpulan: Pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Jeconiel
BalasHapusKelas /No : XII IPA 2 / 18
Tanggapan terhadap wacana 4:
Berdasarkan analisa penulis terhadap wacana yang bertajuk “Pilkada Langsung; Menabrak Dasar Negara?!” ini, diperoleh 6 inti opini yang dapat distrukturisasikan ke dalam bentuk penalaran silogisme dan semuanya valid karena sudah memenuhi kaidah silogisme yaitu mengandung premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Namun, beberapa inti opini belum tentu benar(truth). Pada inti opini kalimat ke 4 keputusan yang diambil oleh DPRD bukan dengan cara musyawarah mufakat itu juga bertentangan dengan Sila ke 4 Pancasila, itu belum tentu benar adanya, karena keputusan yang diambil oleh DPRD tidak harus berdasarkan musyawarah mufakat agar tidak bertentangan dengan sila ke 4 Pancasila, selain musyawarah mufakat pengambilan keputusan bias dilakukan juga secara pemungutan suara yang bersifat demokratis. Pada inti opini ke 5 isinya belum tentu benar karena pengambilan keputusan dalam praktik bernegara bisa menggunakan metode yang berbeda seperti pemungutan suara. Pada inti opini ke 6 kebenarannya tidak pasti karena pada musyawarah mufakat belum tentu semua pesertanya memiliki gagasan atau paham yang dapat disatukan, akan ada perbedaan pendapat yang menimbulkan perbedaan, sehingga gagasan tiap peserta tidak akan selalu bisa disatukan. Sebagai saran, penulisnya sebaiknya menggunakan penggunaan kata yang lebih umum agar lebih mudah dimengerti, seperti kata esensi yang dapat diubah menjadi hakikat dan polemik menjadi diskusi.
Nama: Siti Zulimas Rasman
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absensi: 30
Wacana 6: “Apakah hal ini yag Memacetkan Lalin Berani Ditindak Ahok?”
1. Wacana ini memiliki 4 ide pokok yang masing-masing memiliki premis minor dan premis mayor, yaitu:
a. Paragraf 1:
i. Kesimpulan : parkir liar menyebabkan kemacetan lalulintas;
ii. Premis mayor : mata Ahok merah akibat kemacetan lalulintas;
iii. Premis minor : parkir liar menyebabkan mata Ahok merah.
b. Paragraf 2:
i. Kesimpulan : kemacetan total disebabkan oleh aktivitas keagamaan;
ii. Premis mayor : semua tempat beribadah melakukan aktivitas keagamaan;
iii. Premis minor : kemacetan total disebabkan oleh beberapa tempat beribadah.
c. Paragraf 3:
i. Kesimpulan : umat beragama mengganggu lalulintas;
ii. Premis mayor : semua orang yang melanggar UU Lalulintas dan Perda mengganggu lalulintas;
iii. Premis minor : beberapa umat beragama melanggar UU Lalulintas dan Perda.
d. Paragraf 4:
i. Kesimpulan : para jemaah kekurangan lahan;
ii. Premis mayor : semua orang yang parkir sembarangan adalah orang-orang yang kekurangan lahan;
iii. Premis minor : para jemaah parkir sembarangan.
2. Tanggapan:
Dari keseluruhan paragraf yang terdapat dalam wacana keenam, dapat dilihat bahwa ide pokok dari setiap opini tersebut memenuhi syarat untuk menjadi valid. Semua paragraf yang ada telah memenuhi syarat untuk menjadi kerangka berpikir berdasarkan asas kontradiksi. Selain itu setiap ide pokoknya hanya memiliki tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Rumus-rumus untuk memenuhi tiga proposisi tersebut pun telah terpenuhi
Dengan rumus:
PM (premis mayor): A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Tetapi wacana tersebut tidak dapat memenuhi syarat sebuah paragraf untuk menjadi truth. Hal ini disebabkan pada seluruh paragrafnya (paragraf 2(dua) sampai 4(empat)) tidak terdapat unsur kenyataan yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Contohnya pada paragraf 2 ide pokoknya adalah “kemacetan total disebabkan oleh aktivitas keagamaan”, padahal pada kehidupan nyata kemacetan belum tentu disebabkan oleh aktivitas keagamaan bisa saja disebabkan oleh hal-hal lain seperti adanya kecelakaan dan sebagainya. Hal yang sama juga terdapat dalam di dalam paragraf 3(tiga) dan 4(empat), semua ide pokoknya bersifat subyektif dan sangat diragukan kebenarannya karena tidak memiliki bukti yang valid dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Penulis menyarankan sebaiknya, wacana tersebut diperbaiki dari segi kebahasaannya dikarenakan bahasa yang digunakan penulis wacana tersebut terlalu subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam mengartikan maksud dari penulis wacana tersebut. Penulis juga menyarankan sebaiknya penulis wacana tersebut lebih memberikan pendapat dengan cara yang etis dengan tidak terbawa emosi sehingga wacana yang disampaikan tidak terkesan berlebihan. Penulis juga menyarankan sebaiknya penulis wacana tersebut menambahkan bukti-bukti yang ada di masyarakat daripada hanya terpaku pada opini diri sendiri (subyektif) agar wacana tersebut memiliki bukti yang kuat untuk kebenarannya.
Nama : James Liawady
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 17
Wacana 11
1. Kesimpulan : Fenomena “Penulis menghapus hampir semua artikelnya” menyangkut integritas dan sejarah.
Pm : Fenomena “Penulis menghapus hampir semua artikelnya” merupakan fenomena Media Kompasiana.
PM : Semua fenomena Media Kompasiana menyangkut integritas dan sejarah.
2. Kesimpulan : Kang Pepih Nugraha keberatan bila para kompasianer menghapus semua artikel di blog Kompasiana.
Pm : Kang Pepih Nugraha menyatakan bahwa menghapus tulisan merupakan sebuah pekerjaan yang berat.
PM : Semua orang yang menyatakan bahwa menghapus tulisan merupakan sebuah pekerjaan yang berat keberatan bila para kompasianer menghapus semua artikel di blog Kompasiana.
3. Kesimpulan : Kompasianer menghapus artikel mereka di Kompasiana.
Pm : Kompasianer menemukan blog pribadi.
PM : Semua orang yang menemukan blog pribadi menghapus artikel mereka di Kompasiana.
4. Kesimpulan : Wijaya Kusumah dihargai di Kompasiana.
Pm : Wijaya Kusumah mempertahankan performa dan konsistensi di Kompasiana.
PM : Semua orang yang mempertahankan performa dan konsistensi di Kompasiana dihargai di Kompasiana.
5. Kesimpulan : Media Kompasiana adalah super blog terbesar di Indonesia.
Pm : Media Kompasiana menjamin keselamatan artikel.
PM : Semua yang menjamin keselamatan artikel adalah super blog terbesar di Indonesia.
6. Kesimpulan : Nilai-nilai kehidupan akan tetap bertahan hingga akhir.
Pm : Nilai kehidupan diperoleh dari hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, serta penuh refleksi.
PM : Semua yang diperoleh dari hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, serta penuh refleksi akan bertahan hingga akhir.
Lanjutan wacana 11
BalasHapusAnalisa wacana 11
Pada wacana 11, didapatkan 6 silogisme yang memberikan inti-inti opini yang terdapat pada wacana 11. Semua silogisme termasuk silogisme yang valid karena term A,B, dan C telah terkandung dalam kesimpulan, premis mayor, dan premis minor. Maka dari itu, karena 6 silogisme tersebut telah memenuhi syarat silogisme dan dapat dikatakan sebagai silogisme yang valid.
Tidak semua silogisme yang valid dapat dikatakan sebagai silogisme yang truth atau benar sesuai dengan kenyataan/realita yang ada. Pada silogisme yang telah didapat, terdapat beberapa silogisme yang tidak sesuai dengan kenyataan/silogisme yang tidak truth. Pada silogisme pertama, tertulis bahwa semua fenomena Media Kompasiana menyangkut integritas dan sejarah. Apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada, tentu saja kalimat ini tidak benar karena tidak semua fenomena yang terjadi di Media Kompasiana dapat menyengkut integritas dan sejarah. Pada silogisme kedua, tertulis “Semua orang yang menyatakan bahwa menghapus tulisan merupakan sebuah pekerjaan yang berat keberatan bila para kompasianer menghapus semua artikel di blog Kompasiana.” Pada kalimat tersebut, kata “semua orang” merupakan subjek yang tidak sesuai dan mengakibatkan kalimat menjadi salah karena ada kemungkinan orang yang menyatakan menghapus tulisan adalah pekerjaan yang berat tidak keberatan apabila kompasioner menghapus artikel mereka. Pada silogisme ketiga, dikatakan bahwa semua orang yang menemukan blog pribadi menghapus artikel mereka di Kompasiana. Sesuai dengan apa yang ditulis pada artikel, dapat dikatakan dengan jelas bahwa kalimat tersebut tidak benar karena Wijaya Kusumah termasuk seseorang yang menemukan blog pribadi namun tetap aktif dalam Kompasiana dan tidak menghapus artikelnya. Pada silogisme kelima, tertulis “Semua yang menjamin keselamatan artikel adalah super blog terbesar di Indonesia.” Namun, kriteria untuk menjadi super blog terbesar tidak hanya menjamin keselamatan artikel di dalamnya. Tentu saja banyak faktor yang dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu blog dan tidak hanya menjamin keselamatan artikel. Pada silogisme-silogisme yang tidak truth, ditemukan kesalahan yang sama yaitu kurangnya bukti yang dapat mendukung opini yang diberikan dan subjek yang cakupannya terlalu luas sehingga kesalahan tersebut termasuk pada kesalahan penalaran generelasi yang terlalu luas.
Saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya penulis wacana dapat mencantumkan bukti-bukti yang dapat memperkuat opini serta memperkecil cakupan subjek pada kalimat yang tidak benar/tidak truth.
Nama : Rosa Rostenila
BalasHapusKelas/No.Absen: XII IPA 2/28
Wacana 6
1.Inti opini 1
K : Parkir liar menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Pm: Parkir liar yang terjadi membuat Ahok marah.
PM: Ahok marah karena adanya kemacetan lalu lintas.
2.Inti opini 2
K : Kegiatan keagamaan menyebabkan kemacetan lalu lintas
Pm : Kegiatan keagamaan membuat jalanan diblokir
PM : Jalanan yang diblokir menyebabkan kemacetan lalu lintas.
3.Inti opini 3
K : Parkir liar yang terjadi jelas melanggar UU lalu lintas dan perda.
Pm : Parkir liar merupakan pelanggaran lalu lintas.
PM : Semua pelanggaran lalu lintas jelas melanggar UU lalu lintas dan perda.
4.Inti opini 4
K : Kekurangan lahan parkir masih bisa dimaklumi.
Pm : Kekurangan lahan parkir menyebabkan parkir liar.
PM : Parkir liar merupakan hal yang masih bisa dimaklumi.
Tanggapan terhadap wacana 6 :
Wacana ke-6 yang berjudul “Apakah Hal ini yang Memacetkan Lalin Berani Ditindak Ahok?” sudah sesuai dengan kaidah silogisme. Kaidah-kaidah silogisme sudah terpenuhi karena dapat ditarik sebuah kesimpulan (K) berdasarkan Premis minor (Pm) dan Premis Mayor (PM). Maka dari itu dapat dikatakan bahwa kaidah silogisme yang digunakan dalam wanca ke-6 sudah valid (sah). Namun, kebenaran (truth) dari beberapa inti opini pada wacana ini masih diragukan karena tidak sesuai dengan fakta.
Beberapa contohnya ada pada inti opini 1 yaitu diketahui faktanya belum tentu Ahok marah karena kemacetan lalu lintas saja. Ahok sendiri dikenal dengan sifatnya yang tegas dan pemarah sehingga tidaklah mustahil apabila Ahok marah karena alasan lain. Contohnya, Ahok sering kali marah apabila ada warga yang tidak patuh peraturan ataupun petugas pemerintah yang tidak tegas dalam menjalankan tugas. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa alasan Ahok untuk marah bukan hanyalah karena parkir liar tetapi mungkin saja karena alasan yang lain.
Pada inti opini 2, kenyataannya belum tentu kemacetan lalu lintas hanya disebabkan karena jalanan yang diblokir. Kemacetan lalu lintas khususnya di Jakarta bisa saja terjadi karena penumpukan kendaraan ataupun arus pulang pergi yang terjadi bersamaan.
Selain itu, pada inti opini 4, tidak semua orang bisa memaklumi perkir liar yang terjadi. Contoh terdekatnya adalah Ahok yang tidak bisa memaklumi adanya parkir liar. Selain itu, parkir liar juga bukan hanya terjadi karena kurangnnya lahan parkir tetapi bisa saja terjadi karena orang-orang yang sengaja demi kepentingan pribadinya.
Solusi yang diberikan penulis adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai berita atau hal yang akan ditulis supaya apa yang ingin diberitakan adalah sebuah kebenaran yang tidak lagi diragukan.
Nama : Clarissa Shany
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 06
Wacana 2
Inti opini 1
Kalimat Opini : Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap Pemilihan Umum, untuk dianjurkan tidak dengan harus memilih orang-orang partai politik
PM : Prosedur yang rumit selalu dilakukan setiap Pemilihan Umum
Pm : Saya merasa aneh dan tidak suka melakukan prosedur yang rumit
Kesimpulan : Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum.
Inti opini 2
Kalimat opini : Sejak zaman dahulu kala, ketika Golkar begitu berpengaruh memaksa PNS untuk menjadi anggota Golkar sayapun selalu merobek formulir isian padahal ancamannya adalah dikeluarkan dari PNS.
PM : Formulir isian diisi untuk menjadi anggota Golkar
Pm :Golkar memaksa PNS untuk mengisi formulir isian
Kesimpulan : Golkar memaksa PNS untuk menjadi anggota Golkar
Inti Opini 3
Kalimat Opini : Hingga kini saya tidak mau masuk partai politik apapun.
PM : Untuk menjadi pengamat politik harus masuk partai politik
Pm : Saya tidak mau menjadi pengamat politik
Kesimpulan : Saya tidak mau masuk partai politik
Inti Opini 4
Kalimat Opini : Di dalam benak ini, ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah satu partai
PM : Rasanya sungguh sesak ada keinginan untuk menganut salah satu partai
Pm : Di dalam benak ini rasanya sungguh sesak
Kesimpulan : Di dalam benak ini ada keinginan untuk menganut salah satu partai
Inti Opini 5
Kalimat Opini : Saya kira kalau yang menjadi “Calon” juga sudah ada dari golongan non partai, maka pemilihannya pun harus ada dengan nama “Golongan Non Partai” itu
PM : Para peserta yang mengikuti Pemilu ada yang tidak memiliki partai
Pm : Dalam Pemilihan Umum harus ada nama “Golongan Non Partai” untuk para peserta yang mengikuti Pemilu
Kesimpulan : Dalam Pemilihan Umum harus ada nama “Golongan Non Partai” untuk yang tidak memiliki partai
Inti Opini 6
Kalimat Opini : Hanya kepada mereka yang lurus, yang tidak “pandai” berbicara itulah harapan ini harus diberikan, karena sampai di tangan KPKpun mereka masih vocal dan bisa tersenyum.
PM : Yang disukai banyak oranglah harapan ini harus diberikan
Pm : Hanya kepada mereka yang tidak “pandai” bicara yang disukai banyak orang
Kesimpulan : Hanya kepada mereka yang tidak “pandai” berbicara harapan ini harus diberikan
Nama : Clarissa Shany
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 06
Wacana 2
Tanggapan Untuk Wacana 2
Setelah membaca wacana 2 yang berjudul "Reformator... Jangan Pernah Lengah Mengawal Negerimu" , didapatkan enam buah inti opini dari enam paragraf yang di dapat dari wacana 2 yang diketahui setiap inti opini memiliki term A, B, dan C, premis mayor(PM), premis minor(Pm), dan kesimpulan. Dengan memiliki empat komponen tersebut, itu menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu adanya keempat komponen tersebut.
Tetapi tidak semua premis mayor pada wacana tersebut memiliki unsur truth (kebenaran), seperti pada premis mayor pertama yang berisi " Prosedur yang rumit selalu dilakukan setiap Pemilihan Umum." Padahal dalam kenyataannya, proses Pemilihan Umum tidak begitu rumit, nyatanya orang yang mengikuti kegiatan Pemilu hanya perlu menunjukan kartu pemilih kepada petugas untuk di daftarkan, setelah itu hanya perlu menunggu untuk di panggil gilirannya.
Juga pada PM yang ketiga, disana tertulis “Untuk menjadi pengamat politik harus masuk partai politik”, kalimat tersebut tidak memiliki kebenaran yang terukur karna untuk menjadi seorang pengamat politik tidak harus masuk partai politik. Kebanyakan pengamat politik bukan berasal dari partai politik seperti Hatta Yudha dan Issanuddin.
Saran yang dapat diberikan untuk wacana ini adalah akan lebih baik penulis dalam wacana ini memberikan kebenaran yang dapat di ukur atau terbukti kebenarannya dalam kehidupan nyata, tidak hanya mengandung keempat komponen dari silogisme saja.
Penolakan terhadap wacana 2 :
Pada premis mayor keenam yang bertuliskan " Yang disukai banyak oranglah harapan ini harus diberikan." Pada premis ini kebenarannya tidak terukur karna orang yang banyak disukai oleh masyarakat atau kelompok tertentu belum tentu bisa diharapkan. Bisa saja ia di sukai banyak orang karena ia memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap masyarakat tersebut namun merugikan negara atau rakyat kecil. Sedangkan orang yang jujur malah banyak di benci oleh orang banyak karna kebiasaan mereka yang lebih mementingkan keuntungan pribadi saja.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Rosa Rostenila
BalasHapusKelas/No.Absen : XII IPA 2/28
Wacana 13
1.Inti opini 1
K : Wisatawan mancanegara mencari tempat menginap.
Pm : Wisatawan mancanegara tiba di Jalan Jaksa.
PM : Jalan Jaksa digunakan untuk mencari tempat menginap.
2.Inti opini 2
K : Jalan Jaksa menjadi tempat berkumpulnya bule-bule kere.
Pm : Jalan Jaksa sangat sederhana dan lusuh.
PM : Sangat sederhana dan lusuh menjadi tempat berkumpulnya bule-bule kere.
3.Inti opini 3
K : Jalan Jaksa bukan berisi bule-bule kere.
Pm : Jalan Jaksa tempat yang modern.
PM : Tempat yang modern bukan berisi bule-bule kere.
4.Inti opini 4
K : Bukan bule kere yang mampu tinggal di hotel.
Pm : Bukan bule kere yang punya banyak uang.
PM : Semua orang yang punya banyak uang mampu tinggal di hotel.
5.Inti opini 5
K : Bule di Jalan Jaksa memiliki ciri tersendiri.
Pm : Bule di Jalan Jaksa datang dari Korea, Jepang, Eropa dan Amerika.
PM : Semua orang yang datang dari Korea, Jepang, Eropa dan Amerika memiliki ciri tersendiri.
6.Inti opini 6
K : Hidup di Jalan Jaksa meyebabkan bule tidak rapi dan lusuh.
Pm : Hidup di Jalan Jaksa butuh banyak uang.
PM : Butuh banyak uang menyebabkan bule tidak rapi dan lusuh.
7.Inti opini 7
K : Jalan Jaksa adalah daerah yang strategis.
Pm : Jalan Jaksa adalah perkotaan.
PM : Perkotaan adalah daerah yang strategis.
Tanggapan terhadap wacana 13 :
Kaidah-kaidah silogisme pada wacana 13 adalah valid (sah) karena sudah memenuhi persyaratan-persyaratannya berupa kesimpulan (K), Premis minor (Pm) dan Premis Mayor (PM). Namun, kebenaran pada wacana ke-13 belum tentu benar dan sesuai fakta.
Pada inti opini 1, tidaklah benar apabila Jalan Jaksa digunakan wisatawan untuk mencari tempat menginap. Jalan Jaksa bisa saja digunakan wisatawan untuk sekedar berbelanja ataupun berkeliling melihat-lihat. Sehingga, fungsi dari Jalan Jaksa bukan hanya sebagai tempat menginap. Inti opini 2 juga masih diragukan kebenarannya karena tidak hanya bule kere yang berkumpul di Jalan Jaksa tetapi ada juga bule-bule kaya yang mungkin datang dan tinggal di Jalan Jaksa. Daerah Jalan Jaksa yang kumuh dan lusuh belum tentu membuktikan bahwa wisatawan yang tinggal di dalamnnya adalah wisatawan kere.
Inti opini 3 hampir sama seperti inti opini 2 yang masih diragukan apabila tempat yang modern hanya didatangi oleh bule-bule kaya. Masih mungkin terjadi apabila bule-bule kere datang ke tempat modern hanya untuk sekedar melihat-lihat dan berekreasi. Pada inti opini 4, ditulis bahwa hanya bule kaya yang bisa menginap di hotel. Hal ini masih diragukan kebenarannya karena tidak semua hotel itu mahal dan mungkin saja ada bule kere yang bisa tinggal di hotel yang sederhana.
Pada inti opini 6, bule berpenampilan lusuh karena kebutuhan uang yang cukup banyak. Masih diragukan kebenarannya apabila bule berpenampilan lusuh karena masalah uang. Mungkin saja bule tersebut berpenampilan sederhana dan lusuh karena memang kepribadiaanya yang tidak suka bermewah-mewah.
Solusi yang ingin diberikan penulis adalah mencari informasi dan memperluas wawasan sebelum menulis mengenai sesuatu. Tujuannya adala supaya apa yang ditulis sesuai dengan kenyataan dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Genna Surayal
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 12
Wacana 3
1. Kalimat opini : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
Kesimpulan : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ditetapkan dengan Undang-Undang.
PM: Mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ditetapkan oleh Undang-Undang.
Pm: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul adalah mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
2. Kalimat opini : Jika ketua berkata tidak atau mayoritas anggota menolak, maka gugurlah kiprah seorang politisi dari parpol tersebut.
Kesimpulan : Jika ketua berkata tidak maka kiprah seorang politisi dari parpol tersebut gugur.
PM : Mayoritas anggota menolak maka kiprah seorang politisi dari parpol tersebut gugur.
Pm : Jika ketua berkata tidak maka mayoritas anggota menolak.
3. Kalimat opini : Walau tidak ada wakil mentri yang ikut dalam Kabinet Indonesia bersatu, PDI-P menganggap diri mereka oposisi.
Kesimpulan : PDI-P menganggap diri mereka oposisi.
PM : Walau tidak ada wakil mentri yang ikut dalam Kabinet Indonesia bersatu mereka menganggap diri mereka oposisi.
Pm : PDI-P walau tidak ada wakil mentri yang ikut dalam Kabinet Indonesia bersatu.
4. Kalimat opini : Setelah ada kemungkinan figur profesional partai akan berasal dari Koalisi Merah Putih, Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat menegaskan bahwa Partai Gerindra akan tetap berada diluar pemerintahan.
Kesimpulan : Partai Gerindra akan tetap berada diluar pemerintahan.
PM : Kemungkinan figur profesional partai akan berasal dari Koalisi Merah Putih tetap berada di luar pemerintahan.
Pm : Partai Gerindra kemungkinan figur profesional partai akan berasal dari Koalisi Merah Putih.
5. Kalimat opini : Anggota DPR dan bupati bisa disogok dalam hal ini KMP menggelontorkan Pilkada lewat DPRD.
Kesimpulan : Anggota DPR dan bupati bisa disogok.
PM : Menggelontorkan Pilkada lewat DPRD bisa disogok.
Pm : Anggota DPR dan bupati menggelontorkan Pilkada lewat DPRD.
Nama : Genna Surayal
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 12
Lanjutan tanggapan wacana 3
Dari hasil bacaan wacana 10 karya Hayu Parhendrojati , terdapat beberapa opini yang sudah memenuhi persyaratan dalam aturan kaidah silogisme. Pada kalimat-kalimat tersebut terdapat tiga bagian yang merupakan kaidah dari silogisme yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sehingga dengan demikian kalimat-kalimat opini tersebut dinyatakan valid.
Akan tetapi di antara beberapa kalimat yang terdapat pada wacana 10 terdapat beberapa kesalahan atau kelemahan. Hal ini dapat dilihat pada kalimat kesimpulan pada opini pertama yaitu “Wagub DKI yang sejak menjabat mendapat banyak antensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.” Di dalam kalimat ini terdapat kata “banyak” yang tidak dapat diukur jumlahnya secara pasti. Sebaiknya penulis menggunakan kata sifat yang sudah terukur dengan pasti seperti halnya menyebutkan jumlah yang sesuai dengan fakta yang ada. Pada kalimat pada premis minor opini kedua “Pemda DKI dengan segala kekuatan Pemda DKI sengaja ingin ‘menghancurkan’ warganya sendiri dengan hal yang sangat sederhana.” Pada kalimat ini terdapat sebuah ungkapan “hal yang sangat sederhana” yang tidak dapat terukur tingkat kesederhanaan yang dicapai. Sebaiknya penulis dapat memaparkan hal apa yang dapat dilakukan oleh Pemda DKI secara pasti. Pada kalimat kesimpulan opini ketiga “Logika berpikir seorang Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira.” Pada kalimat ini terdapat kata “kita” yang tidak dapat mewakili atau mencakup perkiraan semua orang. Pada kalimat yang ada di kesimpulan opini kelima “Pada tanggal 8 September 2014 Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendendanya.” Pada kalimat ini terdapat kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada karena tertulis bahwa Pemda DKI mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendendanya. Fakta sebenarnya yang terjadi adalah Pemda DKI mengambil kebijakkan menderek kendaraan dan mendenda kendaraan yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang terlarang.
Saran untuk kalimat-kalimat tersebut adalah akan lebih baik jika menggunakan kata yang memiliki kebenaran sehingga membuat kalimat tersebut menjadi memiliki kebenaran yang terukur. Kalimat tersebut sebaiknya dapat menggunakan kata subjek yang dapat mencakup semua yang bersangkutan. Kalimat ini juga sebaiknya menggunakan ungkapan kata yang dapat terukur tingkatannya. Selain itu sebaiknya dalam penulisan kesimpulan, premis mayor, ataupun premis minor penulis dapat memperhatikan dalam pemilihan dan penulisan pada masing-masing term yang ada.
Nama : Henny
BalasHapusKelas/No. Absen : XII IPA 2/ 15
Wacana 3
1. Kesimpulan : Kader Golkar tidak akan masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla
Premis minor : Kader Golkar yang direkrut tidak atas nama partai.
Premis mayor : Semua yang direkrut tidak atas nama partai tidak akan masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
2. Kesimpulan : Kader Golkar kemungkinan ditarik ke pemerintahan Jokowi.
Premis minor : Kader Golkar tidak mewakili partainya.
Premis mayor : Semua yang tidak mewakili partainya kemungkinan ditarik ke pemerintahan Jokowi.
3. Kesimpulan : Kader yang ditawari Jokowi untuk menjabat sebagai menteri.
Premis minor : Kader yang bukan perwakilan partai.
Premis mayour : Semua yang bukan perwakilan partai adalah yang ditawari Jokowi untuk menjabat sebagai menteri.
4. Kesimpulan : Mereka merasa diri mereka wakil partai.
Premis minor : Mereka bukan wakil rakyat.
Premis mayor : Semua yang bukan wakil rakyat merasa diri mereka wakil partai.
5. Kesimpulan : Partai politik harus membela kepentingan politik, anggota, masyarakat dan negara.
Premis minor : Partai politik dibentuk atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita.
Premis mayor : Semua yang dibentuk atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita harus membela kepentingan politik, anggota, masyarakat dan Negara.
6. Kesimpulan : Geng KMP menjalankan manajerial partai politik
Premis minor : Geng KMP tidak mendengar aspirasi rakyat.
Premis mayor : Semua yang tidak mendengar aspirasi rakyat menjalankan manajerial politik.
7. Kesimpulan : Tidak ada wakil menteri ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Premis minor : Tidak ada wakil menteri yang berada di luar pemerintahan ala KMP.
Premis mayor : Semua yang berada di luar pemerintahan ala KMP ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
8. Kesimpulan : Oposisi tidak merugikan jalannya roda pemerintahan.
Premis minor : Oposisi berlandarkan konstitusi, Pancasila dan UUD 1945.
Premis mayor : Semua yang berlandaskan konstitusi, Pancasila dan UUD 1945 tidak merugikan jalannya roda pemerintahan.
9. Kesimpulan : Presiden mencoba bermain trik demi pencitraanya sendiri.
Premis minor : Presiden ngebet untuk segera disahkannya Sistem Pilkada Langsung.
Premis mayor : Semua yang ngebet untuk segera disahkannya Sistem Pilkada Langsung
mencoba bermain trik demi pencitraannya sendiri.
10. Kesimpulan : Kekayaan dicuri dan dirampok terus menerus.
Premis minor : Kekayaan tidak mampu dijaga oleh elite bangsa.
Premis mayor : Semua yang tidak mampu dijaga oleh elite bangsa akan dicuri dan dirampok terus menerus.
11. Kesimpulan : Anggota KMP bisa melakukan sogok menyogok dengan leluasa dan bebas.
Premis minor : Anggota KMP menggelontorkan Pilkada lewat DPRD.
Premis mayor : Semua yang menggelontorkan Pilkada lewat DRPD bisa melakukan sogok menyogok dengan leluasa dan bebas.
Nama : Henny
BalasHapusKelas/No. Absen : XII IPA 2/ 15
Wacana 3
Tanggapan wacana 3
Dalam wacana yang berjudul Bukti, Koalisi Merah Putih Bukan Wakil Rakyat, setiap opini yang dianalisis pola penalaran secara silogisme terdapat penarikan pernyataan-pernyataan dalam premis mayor, premis minor dan penarikan kesimpulan sehingga wacana tersebut merupakan silogisme yang sahih atau valid. Hal tersebut dikatakan sahih karena sesuai dengan rumus yang merupakan salah satu konsep dari pola penalaran silogisme.
Akan tetapi, pola penalaran silogisme ini belum dapat dikatakan benar atau truth karena masih terdapat kesalahan pada premis mayor dan premis minor. Kesalahan banyak terjadi dalam pernyataan yang terdapat pada premis mayor.
Seperti pada analisa ke 7, makna yang terkandung dalam analisa pada premis mayor tidak sesuai penurunan kesimpulan yang dihasilkan. Terlihat pada penulisan premis minor yang menyatakan, “Tidak ada wakil menteri yang berada di luar pemerintahan ala KMP”. Hal ini memiliki makna bahwa semua wakil menteri berada dalam pemerintahan ala KMP. Akan tetapi, premis mayor bertentangan dengan penarikan kesimpulan. Premis mayor memiliki makna bahwa semua yang berada di luar pemerintahan ala KMP ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu, yang berarti bahwa semua wakil menteri juga ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Berbeda dengan kesimpulan yang menyatakan bahwa “tidak ada” wakil menteri ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Hal ini membuktikan bahwa tidak semua penalaran silogisme yang sahih atau valid memiliki makna yang benar atau truth. Kesimpulan yang diturunkan dari premis mayor tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan perbedaan esensi premis akan berpengaruh pada penurunan kesimpulan.
Penolakan yang dilakukan pada wacana ini adalah kesalahan penalaran yang terjadi saat menurunkan premis mayor menjadi kesimpulan yang mengakibatkan perubahan makna yang tidak sesuai dengan inti pernyataan.
Solusi yang ditawarkan adalah sebaiknya penggunaan kalimat untuk menarik kesimpulan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti maknanya dan kalimat yang digunakan sebaiknya memiliki makna yang sempit atau terukur. Jika penggunaan kalimat bermakna luas, pembaca akan susah mendeskripsikan apa yang disampaikan penulis.
Nama: Siti Zulimas Rasman
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absensi: 30
Wacana 13: “Siapa Bilang Hanya Bule Kere di Jalan Jaksa.”
1. Wacana ini memiliki 7 ide pokok yang masing-masing memiliki premis minor dan premis mayor, yaitu:
a.Paragraf 1:
i. Kesimpulan : wisatawan mancanegara pasti mencari tempat menginap;
ii. Premis mayor : semua orang yang berkunjung ke Indonesia mencari tempat menginap;
iii. Premis minor : wisatawan mancanegara adalah orang-orang yang berkunjung ke Indonesia.
b. Paragraf 2:
i. Kesimpulan : bule-bule kere pasti berkumpul di Jalan Jaksa;
ii. Premis mayor : semua bule yang menggunakan pakaian lusuh berkumpul di Jalan Jaksa;
iii. Premis minor : bule-bule kere menggunakan pakaian lusuh.
c. Paragraf 3:
i. Kesimpulan : Jalan Jaksa bukan lagi tempat berkumpul bule-bule kere;
ii. Premis mayor : semua tempat nongkrong yang keren bukan tempat berkumpul bule-bule kere;
iii. Premis minor : Jalan Jaksa mempunyai tempat-tempat nongkrong yang keren.
d. Paragraf 4:
i. Kesimpulan : beberapa hotel atau motel sudah mendekati harga hotel kelas 2(dua);
ii. Premis mayor : hotel sekelas Hotel Melati sudah mendekati harga hotel kelas 2(dua);
iii. Premis minor : beberapa hotel atau motel sekelas hotel melati.
e. Paragraf 5:
i. Kesimpulan : para bule yang tinggal di Jalan Jaksa pasti memiliki kekhasan tersendiri;
ii. Premis mayor : semua orang yang datang dari berbagai negara memiliki kekhasan tersendiri;
iii. Premis minor : semua bule yang tinggal di Jalan Jaksa datang dari berbagai negara.
f. Paragraf 6:
i. Kesimpulan : para wisatawan pasti bukan orang kere;
ii. Premis mayor : semua orang yang mampu makan dan tinggal di Jalan Jaksa bukan orang kere;
iii. Premis minor : para wisatawan mampu makan dan tinggal di Jalan Jaksa.
g. Paragraf 7:
i. Kesimpulan : Jalan Jaksa adalah tempat yang mudah aksesnya ke mana saja;
ii. Premis mayor : para wisatawan senang tinggal di tempat yang mudah aksesnya kemana saja;
iii. Premis minor : Jalan Jaksa adalah tempat tinggal para wisatawan.
2. Tanggapan:
Dari keseluruhan paragraf yang terdapat dalam wacana keenam, dapat dilihat bahwa ide pokok dari setiap opini tersebut memenuhi syarat untuk menjadi valid. Semua paragraf yang ada telah memenuhi syarat untuk menjadi kerangka berpikir berdasarkan asas kontradiksi. Selain itu setiap ide pokoknya hanya memiliki tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Rumus-rumus untuk memenuhi tiga proposisi tersebut pun telah terpenuhi
Dengan rumus:
PM (premis mayor): A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Walaupun wacana tersebut merupakan wacana yang valid, tetapi ada 2 paragraf yang memiliki kesimpulan tidak sahih yaitu pada paragraf 3(tiga) dan 6(enam). Ketidaksahihan paragraf tersebut karena pada premis mayornya merupakan premis yang bersifat negatif. Selain itu wacana tersebut tidak dapat memenuhi syarat sebuah paragraf untuk menjadi truth. Hal ini disebabkan pada seluruh paragrafnya (paragraf 3(tiga), 4(empat), dan 6(enam)) tidak terdapat unsur kenyataan yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Contohnya pada paragraf ketiga yang memiliki ide pokok “Jalan Jaksa bukan lagi tempat berkumpul bule-bule kere”, hal ini dikarenakan pada kenyataannya Jalan Jaksa masih sering dijadikan tempat nongkrong para bule kere. Hal yang sama juga terdapat dalam di dalam paragraf 4(empat) dan 6(enam), semua ide pokoknya bersifat subyektif dan hanya memandang sebuah masalah dari satu sisi saja dan tidak memandang masalah tersbut dari sisi lain seperti yang diungkapannya di dalam paragraf ketiga. Pada pearagraf ketiga penulis wacana tersebut menyatakan bahwa Jalan Jaksa tidak dapat dipandang sebagai tempat bule kere lagi karena adanya segi keberadaan tempat nongkrong yang keren.
Nama: Griselda
BalasHapusKelas/No: XII IPA 2/13
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 3
1. K: Kader partai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono tidak akan ada yang masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pm: Kader partai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono tidak atas nama partai.
PM: Semua kader partai yang tidak atas nama partai tidak akan ada yang masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
2. K: Kader terbaik Koalisi Merah Putih tidak menutup kemungkinan tidak mewakili partainya.
Pm: Kader terbaik Koalisi Merah Putih ditarik ke pemerintahan Jokowi.
PM: Kader yang ditarik ke pemerintahan Jokowi tidak menutup kemungkinan tidak mewakili partainya.
3. K: Aburizal menegaskan bahwa kader yang ditunjuk bukanlah perwakilan partainya.
Pm: Aburizal mengaku akan mempersilahkan kader Golkar yang ditawari oleh Jokowi untuk menjabat sebagai menteri.
PM: Semua kader yang Golkar yang ditawari oleh Jokowi untuk menjabat sebagai menteri bukanlah perwakilan partainya.
4. K: Politisi pengekor Koalisi Merah Putih merasa diri mereka adalah wakil partai.
Pm: Politisi pengekor Koalisi Merah Putih bukan wakil rakyat.
PM: Semua orang yang bukan wakil rakyat merasa diri mereka adalah wakil partai.
5. K: Partai politik harus membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara.
Pm: Partai politik boleh diturutsertai oleh rakyat.
PM: Semua yang boleh diturutsertai oleh rakyat harus membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara.
6. K: DPR adalah aspirasi yang terwujud dari rakyat.
Pm: DPR adalah hasil komunikasi intensif antar Parpol, Pemda, dan DPRD.
PM: Semua aspirasi yang terwujud dari rakyat adalah hasil komunikasi intensif antar Parpol, Pemda, dan DPRD.
7. K: Pemerintahan ala KMP mungkin agak merancukan istilah oposisi yang selama ini ada.
Pm: Pemerintahan ala KMP berada diluar pemerintahan.
PM: Semua pemerintahan yang berada diluar pemerintahan mungkin agak merancukan istilah oposisi yang selama ini ada.
8. K: Oposisi yang selama ini ada toh tidak merugikan jalannya roda pemerintahan.
Pm: Oposisi berlandaskan konstitusi, Pancasila, dan UUD 1945.
PM: Semua yang berlandaskan konstitusi, Pancasila, dan UUD 1945 yang selama ini ada toh tidak merugikan jalannya roda pemerintahan.
9. K: Gelagat sebelum pemerintahan baru yang akan dimulai berniat tidak baik.
Pm: Gelagat sebelum pemerintahan baru yang akan dimulai dibilang oposisi.
PM: Semua yang dibilang oposisi berniat tidak baik.
10. K: Anggota DPR, bupati, menteri, dan jenderal bisa disogok.
Pm: Anggota DPR, bupati, dan jenderal tidak mampu menjaga kekayaan bangsa.
PM: Semua orang yang bisa di sogok tidak mampu menjaga kekayaan bangsa.
11. K: KMP menggelontorkan Pilkada lewat DPRD.
Pm: KMP menyogok anggota DPR dan bupati.
PM: Semua koalisi yang menyogok anggota DPR dan bupati menggelontorkan Pilkada lewat DPRD.y
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Griselda
BalasHapusKelas/No: XII IPA 2/13
Tanggapan terhadap wacana 3
Seluruh kalimat di atas yang merupakan inti opini dari wacana yang berjudul “Bukti, Koalisi Merah Putih Bukan Wakil Rakyat” adalah kalimat yang baik dan telah memenuhi persyaratan dalam aturan silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini membuktikan bahwa seluruh inti opini yang ada dalam wacana tersebut adalah valid.
Berdasarkan hasil silogisme di atas, dapat dilihat bahwa kalimat-kalimat tersebut memiliki kesalahan karena adanya kata-kata tertentu. Ada banyak kesalahan yang dapat ditemukan pada silogisme di atas.
Kesalahan pertama adalah kalimat-kalimat di atas, pada premis mayor, premis minor, dan kesimpulan tidak dapat dipastikan dan dinyatakan kebenarannya karena hal yang disampaikan belum tentu terjadi. Maka dari itu, tidak ada yang dapat memastikan kebenaran dari pernyataan-pernyataan tersebut.
Kesalahan kedua didapat dari beberapa premis dimana terdapat kata-kata yang tidak dapat diukur batasannya atau tidak berpatokan. Kata-kata ini misalnya kata “merasa” dan kata “mungkin”. Kata-kata yang tidak berpatokan dapat ditafsirkan berbeda oleh masing-masing orang sehingga masih perlu perbaikan.
Kesalahan ketiga didapat dari premis yang menggunakan kata “harus”. Kata “harus” menjadi kesalahan karena sebenarnya pernyataan tersebut sebaiknya menggunakan kata “tidak harus” karena tidak semua kalimat yang dinyatakan menggunakan kata “harus” dalam kenyataannya terjadi.
Saran untuk kalimat-kalimat di atas yaitu kalimat di atas hendaknya diubah untuk membuat kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi lebih terukur. Selain itu, dapat juga menggunakan data berupa angka agar dapat menjadi lebih kongkrit.
Nama : Tommy Chrestella Janto
BalasHapusKelas/No : XII IPA 2 /32
OPINI WACANA 7
1. Kesimpulan : Pola demokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel dapat diciptakan apabila terjadi mekanisme Birokrasi yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
Premis minor : Pola demokrasi yang terbuka, professional dan akuntabel dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi
Premis Major : semua yang dapat memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi dapat diciptakan apabila terjadi mekanisme Birokrasi yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
2. Kesimpulan : Birokrasi masih belum efisien, yang antara lain ditandai dengan adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi dan masih banyak fungsi-fungsi yang sudah seharusnya dapat diserahkan kepada masyarakat masih ditangani pemerintah.
PremisMinor : Birokrasi masih belum efisien adalah kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative
Premis Major : Semua yang kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative ditandai dengan adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi dan masih banyak fungsi-fungsi yang sudah seharusnya dapat diserahkan kepada masyarakat masih ditangani pemerintah.
3. Kesimpulan : peran Birokrasi lebih cenderung sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Premis Minor : peran Birokrasi yaitu berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha
Premis Major : Semua yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk dunia usaha adalah sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
4. Kesimpulan : Peran yang harus dijalankan oleh birokrasi berfungsi sebagai agen pembaharuan dan faslitator.
Premis Minor : Peran yang harus dijalankan oleh birokrasi harus mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan
Premis Major : Semua yang mengambil inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau tindakan adalah agen pembaharuan dan faslitator.
Nama: Griselda
BalasHapusKelas/No: XII IPA 2/13
Kalimat-kalimat opini yang terdapat dalam wacana 10
1. K: Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakan dengan menderek kendaraan dan mendendanya Rp 500.000.
Pm: Pemda DKI Jakarta menderek mobil dan motor yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang”.
PM: Semua mobil dan motor yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang” diderek dan didenda Rp 500.000.
2. K: Warga DKI Jakarta dianggap bebal oleh Pemda DKI Jakarta.
Pm: Warga DKI Jakarta tidak tahu aturan.
PM: Semua warga yang tidak tahu aturan dianggap bebal oleh Pemda DKI Jakarta.
3. K: Logika berpikir Wagub DKI Jakarta tidak sebaik yang kita kira.
Pm: Logika berpikir Wagub DKI Jakarta jauh dari substansi.
PM: Semua logika yang jauh dari substansi tidak sebaik yang kita kira.
4. K: Ahok punya jargon ingin mengenyangkan DKI Jakarta.
Pm: Ahok malah antagonis terhadap jargonnya sendiri.
PM: Semua orang yang antagonis terhadap jargonnya sendiri ingin mengenyangkan DKI Jakarta.
5. K: Ahok diberikan apresiasi.
Pm: Ahok gulirkan program parkir liar dengan prasyarat permasalah transportasi DKI Jakarta sudah ‘khatam’.
PM: Semua program parkir liar dengan prasyarat permasalah transportasi DKI Jakarta sudah khatam diberikan apresiasi.
6. K: Wagub DKI yang sejak menjabat sangat disorot sepak-terjangnya.
Pm: Wagub DKI mendapat atensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga.
PM: Semua atensi yang cukup baik di berbagai kalangan warga sangat disorot sepak-terjangnya.
Tanggapan terhadap wacana 10
Kalimat-kalimat di atas merupakan inti opini dari wacana yang berjudul “Tarian Ahok dengan Derek Parkir Liar”. Kalimat di atas adalah kalimat yang baik dan telah memenuhi persyaratan dalam aturan silogisme. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Hal ini membuktikan bahwa seluruh inti opini yang ada dalam wacana tersebut adalah valid.
Berdasarkan hasil silogisme di atas, dapat dilihat bahwa kalimat-kalimat tersebut memiliki kesalahan karena adanya faktor tertentu. Ada banyak kesalahan yang dapat ditemukan pada silogisme di atas.
Kesalahan pertama adalah kalimat-kalimat di atas, pada premis mayor, premis minor, dan kesimpulan tidak dapat dipastikan dan dinyatakan kebenarannya karena hal yang disampaikan belum tentu terjadi, dan pada kalimat tertentu ada hal yang tidak mungkin terjadi. Maka dari itu, tidak ada yang dapat memastikan kebenaran dari pernyataan-pernyataan tersebut.
Kesalahan kedua didapat dari beberapa premis dimana terdapat kata-kata yang tidak dapat diukur batasannya atau tidak berpatokan. Kata-kata ini misalnya kata “jauh” dan kata “baik”. Kata-kata yang tidak berpatokan dapat ditafsirkan berbeda oleh masing-masing orang sehingga masih perlu diperbaiki.
Saran untuk kalimat-kalimat di atas yaitu kalimat di atas hendaknya diubah untuk membuat kebenaran yang membuat kalimat tersebut menjadi lebih terukur. Selain itu, dapat juga menggunakan data berupa angka agar dapat menjadi lebih kongkrit dan diketahui secara persis bahwa hal tersebut benar-benar terjadi.
TANGGAPAN WACANA 7
BalasHapusKalimat opini pada wacana 7 adalah kalimat opini yang telah memenuhi syarat (valid) silogisme yang ada kesimpulan, premis minor dan premis major. Namun tidak semua opini yang memenuhi persyaratan dapat dikatakan sebagai fakta / kebenarannya (truth).
Terdapat kesalahan pada wacana 7 yang secara kenyataan tidak sesuai fakta yaitu pada analisa kalimat kedua terdapat kata “seharusnya” pada kesimpulan, premis major dan premis minor. Kata “seharusnya” menunjukkan bahwa hal tersebut belum dilakukan secara kebenarannya / fakta. Kata “seharusnya” adalah kata yang memaksakan kehendak , maka sebaiknya dapat diganti dengan kata “sebaiknya” yang lebih sopan dan tidak memaksa.
Saran untuk kalimat tersebut adalah sebaiknya menggunakan kata atau kalimat yang tidak bersifat memaksa kehendak dan dapat memberikan opini yang memiliki kata pengganti yang lebih sopan .
Nama: Siti Zulimas Rasman
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor absensi: 30
*lanjutan tanggapan wacana 13
Penulis menyarankan sebaiknya penulis wacana tersebut tidak hanya mamandang dan memberikan bukti dari masalah tersebut hanya dari salah satu sisi sehingga wacana yang disampaikan memiliki bukti yang tepat dan dapat dipercaya. Dengan hanya memberikan bukti dari salah satu sisi, wacana yang disampaikan belum dapat dipercaya sepenuhnya dan mungkin dapat menyerang balik penulis wacana tersebut karena bisa saja para pembaca lain dapat memberikan suatu penolakan yang lebih kuat, seperti dengan memberikan bukti-bukti yang lain yang lebih dapat dibuktikan dan dipercaya. Penulis juga menyarankan sebaiknya penulis wacana tersebut memerhatikan kenyataan yang terjadi di sekitar Jalan Jaksa seperti yang penulis sampaikan sebelumnya. Penulis juga menyarankan sebaiknya penulis wacana tersebut memberikan bukti yang kuat pada paragraf kelimanya, karena paragraf tersebut masih dipertanyakan oleh penulis bagaimana penulis wacana tersebut dapat mengetahui hal itu. Pada paragraf kelima tersebut yang terlihat hanya opini si penulis wacana saja (subyektif) dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
OPINI WACANA 14
BalasHapus1. Kesimpulan : Indonesia adalah Negara Demokrasi.
Premis minor : Indonesia di mana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
Premis Mayor : Semua negara Di mana setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakila adalah Negara Demokrasi.
2. Kesimpulan : kita sebagai pemuda zaman sekarang harus bisa melek politik.
Premis Minor : kita sebagai pemuda tak seharusnya golput
Premis Major : Semua pemuda yang tak seharusnya golput adalah pemuda yang harus bisa melek politik
3.Kesimpulan : Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye
Premis Minor : Wakil rakyat bukan menghamburkan uang untuk membeli satu suara.
Premis Major : Semua yang bukan menghamburkan uang untuk membeli satu suara seharusnya bisa menekan biaya kampanye.
4. Kesimpulan : Permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang diingin pada sila keempat itu.
Premin Minor : Permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah pemilihan umum telah tercantum dalam pancasila pada sila ke 4.
Premis Major : Semua pemilihan umum telah tercantum dalam pancasila pada sila ke 4 adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang diingin pada sila keempat itu.
5. Kesimpulan : Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor menggerogoti tubuh negara ini.
Premis Minor : Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya ini hanya saja bermilyar milyar uang yang di korupsi
Premis Major : Semua milyar uang yang di korupsi adalah para koruptor menggerogoti tubuh negara ini.
6. Kesimpulan : wakil rakyat kami berhak memilih calon memimpin kami demi masa depan anak bangsa bukan dengan cara di wakil wakilkan
Premis Minor : wakil rakyat kami berhak memilih calon memimpin karena hak untuk memilih
Premis Major : Semua hak untuk memilih adalah kami demi masa depan anak bangsa bukan dengan cara di wakil wakilkan
Nama : Kirtinanda P.
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 20
Wacana 4
1. K : Cara pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia adalah musyawarah mufakat.
Pm : Cara pengambilan keputusan dalam bernegara di Indonesia di luar itu dianggap menabrak Dasar Negara.
PM : Semua cara di luar musyawarah mufakat dianggap menabrak Dasar Negara.
2. K : Sontak terbayang negara ini bisa bubar.
Pm : Sontak terbayang produk keputusan yang (pernah) diambil selama proses bernegara dengan cara pemungutan suara atau pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 diamandemen.
PM : Semua produk keputusan yang (pernah) diambil selama proses bernegara dengan cara pemungutan suara atau pemilihan langsung baik sebelum maupun sesudah UUD 1945 diamandemen membuat negara ini bisa bubar.
3. K :Mengambil keputusan untuk memilih kepala daerah pada dasarnya adalah berbicara soal bagaimana cara memilih kepala daerah.
Pm : Mengambil keputusan untuk memilih kepala daerah langsung oleh rakyat atau melalui musyawarah mufakat oleh perwakilan rakyat di DPRD.
PM : Semua yang langsung oleh rakyat atau melalui musyawarah mufakat oleh perwakilan rakyat di DPRD adalah berbicara soal bagaimana cara memilih kepala daerah.
4. K : Gagasan untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD.
Pm : Gagasan yang konsisten bahwa pemilihan melalui pemungutan suara oleh rakyat adalah menabrak Pancasila.
PM : Semua yang konsisten bahwa pemilihan melalui pemungutan suara oleh rakyat adalah menabrak Pancasila untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD.
5. K : Esensi musyawarah mufakat yang terkandung dalam sila ke 4 Pancasila harus dimaknai dengan pengutamaan, bukan pewajiban.
Pm : Esensi musyawarah mufakat dalam praktik bernegara sesuai nilai-nilai Pancasila diutamakan dengan cara musyawarah mufakat.
PM : Semua dalam praktik bernegara sesuai nilai-nilai Pancasila diutamakan dengan cara musyawarah mufakat terkandung dalam sila ke 4 Pancasila harus dimaknai dengan pengutamaan, bukan pewajiban.
6. K : Musyawarah mufakat dapat dijadikan cara untuk mengambil keputusan manakala para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman.
Pm : Musyawarah mufakat tidak bisa mengabaikan opsi terjadinya voting/pemungutan suara.
PM : Semua yang tidak bisa mengabaikan opsi terjadinya voting/pemungutan suara dapat dijadikan cara untuk mengambil keputusan manakala para pihak dapat menyatukan gagasan dan pendapatnya dalam bingkai kesepahaman.
Analisis wacana 4
Dari keenam opini yang telah dijabarkan menurut silogisme, semuanya telah valid menurut kaidah silogisme. Terbukti dengan adanya premis mayor, premis minor, dan kesimpulan dengan tahapan C=B, C=A, dan A=B. tetapi dari keenam opini ini masih memiliki kelemahan yakni tidak sesuai dengan kebenaran. Memang benar jika sudah valid, tetapi valid belum tentu sebenarnya mengandung kebenaran.
Musyawarah mufakat terdapat dalam Pancasila tepatnya pada sila ke 4 yang berisi Kerakyatan yang Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Musyawarah mufakat dipakai untuk mendapatkan hasil keputusan. Tetapi cara ini tidak dilaksanakan oleh pemerintah setempat. Tidak tahu mengapa, pemerintah setempat lebih senang dengan cara pemilihan langsung ketimbang musyawarah mufakat.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kritikan dapat dating dari mana saja. Sebaiknya pemerintah menata ulang sistem pemilihan kepala daerah jika tidak ingin dikritik oleh masyarakat karena masyarakat menginginkan pemerintahan sesuai dengan dasar hukum Negara, bukannya semena-mena menggunakan kekuasaan sebagai tameng.
TANGGAPAN WACANA 14
BalasHapusKalimat opini pada wacana 14 adalah kalimat opini yang telah memenuhi syarat (valid) silogisme yang ada kesimpulan, premis minor dan premis major. Namun tidak semua opini yang memenuhi persyaratan dapat dikatakan sebagai fakta / kebenarannya (truth).
Pada analisis nomor 3, terdapat kata “seharusnya” yang menunjukan hal tersebut tidak sesuai fakta dan kebenaran dan sebaiknya kata “sehaarusnya diganti dengan kata “sebaiknya”. Pada analisis opini nomor 5 terdapat kata “menggerogoti”, kata tersebut tidak benar karena menggerogoti hanya terdapat pada hewan, bukan manusia. Kemudian pada kalimat bahwa biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya tidak memiliki kebenaran atau dengan kata lain kebenaran tersebut tidak dapat dibuktikan. Karena, faktanya Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada pemerintahan, jadi kalimat tersebut dapat dikatakan valid, namun tidak sesuai faktanya.
Saran bagi wacana ini sebaiknya memberikan kutipan yang menunjukan fakta yang lebih akurat dan terpecaya. Kalimat wacana ini sebaiknya memberikan makna yang dapat dimengerti/kata ganti yang lebih dimengerti.
Nama: Adicawida Suparman
BalasHapusKelas: XII IPA 2
Nomor Absen: 003
Wacana 1
1. Opini-opini
Opini 1
Premis Mayor: Semua penjahat pasti merasa terancam ketika korbannya mencoba melarikan diri.
Premis Minor: Para perampok melakukan tindakan sadis karena merasa terancam.
Kesimpulan: Para perampok melakukan tindakan sadis karena merasa korbannya akan melarikan diri.
Opini 2
Premis Mayor: Semua kejadian yang menyeramkan pasti mengakibatkan sindrom psikologis.
Premis Minor: Kasus pembunuhan adalah kejadian yang menyeramkan.
Kesimpulan: Kasus pembunuhan mengakibatkan sindrom psikologis.
Opini 3
Premis Mayor: Melakukan tindakan berbahaya pasti terasa kurang nyaman.
Premis Minor: Berkendara sendirian di malam hari adalah tindakan berbahaya.
Kesimpulan: Berkendara sendirian di malam hari terasa kurang nyaman.
Opini 4
Premis Mayor: Adanya kesempatan mengakibatkan terjadinya kejahatan di jalan raya.
Premis Minor: Bepergian dengan konvoi mengurangi kesempatan melakukan kejahatan.
Kesimpulan: Bepergian dengan konvoi dapat mencegah kejahatan di jalan raya.
Opini 5
Premis Mayor: Jika diincar pelaku kejahatan maka tidak akan selamat.
Premis Minor: Jika tidak waspada di daerah rawan kejahatan maka akan diincar pelaku kejahatan.
Kesimpulan: Jika tidak waspada di daerah rawan kejahatan, maka jangan berharap selamat.
Opini 6
Premis Mayor: Semua kejadian yang terjadi berulang kali membuat lelah.
Premis Minor: Kejahatan yang muncul terjadi berulang kali.
Kesimpulan: Kejahatan yang muncul membuat lelah.
Opini 7
Premis Mayor: Jika sebuah masalah tidak kunjung selesai, maka penelesaiannya kurang sigap.
Premis Minor: Pemerintah tidak kunjung selesai menangani konflik.
Kesimpulan: Dalam menyelesaikan konflik, pemerintah kurang sigap.
Opini 8
Premis Mayor: Trauma psikologis akan menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
Premis Minor: Tekanan-tekanan ketakutan termasuk dalam trauma psikologis.
Kesimpulan: Tekanan-tekanan ketakutan akan menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
Opini 9
Premis Mayor: Semua orang, jika melakukan hal yang benar, tidak akan merasa takut.
Premis Minor: Rakyat menganggap kekerasan balasan adalah tindakan yang benar.
Kesimpulan: Rakyat tidak takut melakukan kekerasan balasan.
Opini 10
Premis Mayor: Semua orang yang bereaksi berlebihan akan melakukan kekerasan yang lebih parah.
Premis Minor: Masyarakat dengan trauma psikologis akan bereaksi berlebihan.
Kesimpulan: Masyarakat dengan trauma psikologis akan melakukan kekerasan lebih parah
Opini 11
Premis Mayor: Semakin masyarakat merasa tertekan maka semakin parah kekerasan yang akan dilakukan masyarakat pada mereka yang tertangkap.
Premis Minor: Semakin banyak tindak kejahatan yang berhasil maka masyarakat merasa semakin tertekan.
Kesimpulan: Semakin banyak tindak kejahatan yang berhasil maka semakin parah kekerasan yang akan dilakukan masyarakat pada mereka yang tertangkap.
Opini 12
Premis Mayor: Jika para pelaku masih bisa melakukan kejahatan meski pernah tertangkap, maka penegakan hukum sudah gagal.
Premis Minor: Karena penegakan hukum sudah gagal, masyarakat kecewa.
Kesimpulan: Karena para pelaku masih bisa melakukan kejahatan meski pernah tertangkap, masyarakat kecewa.
Opini 13
Premis Mayor: Penegak hukum terkesan membiarkan kejahatan terjadi.
Premis Minor: Polisi adalah penegak hukum
Kesimpulan: Polisi terkesan membiarkan kejahatan terjadi.
Opini 14
Premis Mayor: Tugas penegak hukum adalah untuk tidak membiarkan kejahatan terjadi.
Premis Minor: Seharusnya para penegak hukum melaksanakan tugas mereka.
Kesimpulan: Seharusnya para penegak hukum tidak membiarkan kejahatan terjadi.
Opini 15
Premis Mayor: Kasus pencurian sapi tidak ada uangnya.
Premis Minor: Polisi enggan mengurus kasus pencurian sapi.
Kesimpulan: Polisi enggan mengurus kasus pencurian jika tidak ada uangnya.
Opini 16
Premis Mayor: Lembaga yang tidak dipercaya rakyat tidak perlu berdinas.
Premis Minor: Lembaga kepolisian tidak dipercaya rakyat.
Kesimpulan: Lembaga kepolisian tidak perlu berdinas jika tidak dipercaya rakyat.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus2. Tanggapan
BalasHapusBerdasarkan analisa penulis, Wacana 1 memiliki enam belas opini. Keenam belas opini ini seluruhnya bersifat valid, ini dikarenakan seluruh opini memiliki struktur silogisme yang lengkap. Meskipun begitu, ada beberapa opini yang tidak bersifat truth, ini dikarenakan opini-opini tersebut tidak sejalan dengan logika dan kenyataan.
Hal melawan logika tersebut dapat dilihat dari banyaknya penggunaan kata “pasti” pada Premis Mayor, meskipun yang dinyatakan dalam Premis Mayor belum terbukti kenyataanya. Beberapa contohnya antara lain, pada Premis Mayor opini pertama dinyatakan, “Semua penjahat pasti merasa terancam ketika korbannya mencoba melarikan diri,” di lain pihak, seorang pencopet tidak akan merasa terancam meskipun korbannya berusaha melarikan diri, dan bukankah para pencopet termasuk penjahat juga? Contoh lain adalah pada Opini ketiga, pada Premis Mayor dinyatakan, “Melakukan tindakan berbahaya pasti terasa kurang nyaman,” sementara itu ada sekelompok orang yang mendapatkan kesenangan dari melakukan hal-hal berbahaya, seperti para surfer atau para sky-diver. Menurut penulis, kesalahan-kesalahan diatas dapat diperbaiki dengan tidak memperkecil generalisasi dari Premis Mayor contohnya, “Melakukan tindakan berbahaya pasti terasa kurang nyaman,” dapat digantikan dengan “Melakukan tindakan berbahaya pasti terasa kurang nyaman bagi sebagian besar orang,” dan “Semua penjahat pasti merasa terancam ketika korbannya mencoba melarikan diri,” dapat digantikan dengan“Semua perampok pasti merasa terancam ketika korbannya mencoba melarikan diri”.
Selain itu, wacana ini tidak terfokus pada satu masalah utama, melainkan dua masalah utama. Pada bagian awalnya, wacana ini membahas tentang Trauma Psikologis pada rakyat akibat kekerasan di jalan raya. Tetapi, di bagian akhir wacana dinyatakan, “Itulah potret citra buruk kinerja aparat keamanan negeri ini,” ini menyatakan bahwa bagian akhir wacana tidak lagi membahas tentang Trauma Psikologis pada rakyat akibat kekerasan di jalan raya, melainkan tentang citra buruk aparat keamanan negara.
Penulis menyarankan agar Premis-Premis Mayor yang terlalu general dalam wacana tersebut dipersempit. Selain itu penulis juga berharap agar wacana ini terfokus pada satu masalah utama saja, agar tidak membingungkan para pembaca.
Nama : Randy Wijaya
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Absen : 25
Wacana 12
1. Kesimpulan : Pengeluaran rutin rumah tangga bertambah karena kenaikan harga elpiji.
Pm : Pengeluaran rutin rumah tangga bertambah menjadi permasalahan.
PM : Semua orang mempermasalahkan mengenai kenaikan harga elpiji.
2. Kesimpulan : Konsumen akan membeli barang lebih murah dengan kualitas yang sama.
Pm : Konsumen merupakan masyarakat.
PM : Semua masyarakat pasti akan membeli barang yang lebih murah dengan kualitas yang sama.
3. Kesimpulan : Meskipun barang yang dibeli sama, peruntukan gas 3 kg berbeda dengan gas 12 kg.
Pm : Meskipun barang yang dibeli sama tetapi kuantitasnya berbeda.
PM : Semua kuantitas berbeda pada setiap gas 3 kg dan gas 12 kg.
4. Kesimpulan : Kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak.
Pm : Kenaikan harga gas menambah biaya pengeluaran setiap bulan untuk setiap keluarga.
PM : Semua biaya pengeluaran gas setiap bulan untuk setiap keluarga membuat pengeluaran rumah tangga membengkak.
5. Kesimpulan : Pertamina dan pemerintah mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap.
Pm : Pertamina dan pemerintah berupaya mengurangi gejolak ekonomi.
PM : Semua upaya mengurangi gejolak ekonomi dilakukan secara bertahap.
6. Kesimpulan : Gas alam lebih murah dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Pm : Gas alam merupakan hasil terbesar negara kita.
PM : Semua negara penghasil gas alam bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
7. Kesimpulan : Pertamina memonopoli perdagangan gas.
Pm : Pertamina menaikkan harga agar lebih kompetitif.
PM : Semua kenaikan harga di buat agar lebih kompetitif dalam memonopoli perdagangan gas.
8. Kesimpulan : Tejadi monopoli oleh Pertamina .
Pm : Terjadinya monopoli disebabkan harga yang diberikan rendah.
PM : Semua harga yang diberikan rendah diberikan oleh Pertamina.
9. Kesimpulan : Kenaikan harga gas adalah hal yang wajar.
Pm : Kenaikan harga gas tidak perlu mengundang reaksi berlebihan.
PM : Semua orang tidak perlu mengundang reaksi berlebihan karena kenaikan harga gas adalah hal yang wajar.
10. Kesimpulan : Sebuah pekerjaan rumah bagi Pertamina untuk terus memperbaiki pelayanan serta distribusi.
Pm : Sebuah pekerjaan rumah bagi pertamina mengenai opini liar.
PM : Semua opini liar merupakan kepedulian masyarakat untuk terus memperbaiki pelayanan serta distribusi.
11. Kesimpulan : Meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan gas sesuai peruntukannya.
Pm : Meningkatkan budaya malu dan kesadaran masyarakat disebabkan karena peningkatan pengetahuan masyarakat.
PM : Semua orang mengalami peningkatan pengetahuan untuk menggunakan gas sesuai peruntukannya.
Nama : Clarissa Shany
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 06
Wacana 9
Inti opini 1
Kalimat Opini : Di sudut lain saya melihat beberapa orang yang sedang mempersiapkan kincir angin, mungkin untuk hiburan bagi pengunjung di acara Lebaran Betawi itu
PM : Mereka sedang bahagia karna ingin menghibur para pengunjung acara
Pm : Beberapa orang sedang mempersiapkan kincir angin karna mereka sedang
bahagia
Kesimpulan : Beberapa orang sedang mempersiapkan kincir angin untuk hiburan bagi pengunjung acara
Inti opini 2
Kalimat opini : Entahlah, mungkin pengelola kincir angin itu belum mengantongi surat izin beroperasi di acara tersebut
PM : Mereka ingin mendirikan menara di atas kincir tersebut untuk beroperasi
dalam acara tersebut
Pm : Pengelola kincir belum mendapatkan izin untuk mendirikan menara di atas
kincir tersebut
Kesimpulan : Pengelola kincir belum mendapatkan izin untuk beroperasi dalam acara tersebut
Inti Opini 3
Kalimat Opini : Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang. Dia
Juga mengutuk ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas
PM : Ia memiliki rasa benci yang mendalam karna telah membuatnya kehilangan
mata pencariannya
Pm : Dia mengutuk Jokowi dan Ahok dengan rasa benci yang mendalam
Kesimpulan : Dia mengutuk Jokowi dan Ahok karna telah membuatnya kehilangan mata
pencariannya
Inti Opini 4
Kalimat Opini : Dia mengaku pernah di boyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik
PM : Orang yang kurang mampu diperlakukan dengan tidak baik oleh satpol PP
Pm : Dia orang yang kurang mampu
Kesimpulan : Dia tidak di perlakukan dengan baik oleh satpol PP
Inti Opini 5
Kalimat Opini : Sikap satpol PP menurutnya akan memaksa orang-orang yang seperti mereka
menjadi preman
PM : Orang yang kasar memaksa orang-orang seperti mereka menjadi preman
Pm : Satpol PP adalah orang yang kasar
Kesimpulan : Satpol PP memaksa orang-orang seperti mereka menjadi preman
Inti Opini 6
Kalimat Opini : Dan parahnya setelah PKL-PKL ini diusir keluar dari Monas, beberapa saat
Kemudian beberapa satpol PP mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka usir tadi
PM : Satpol PP memaki para PKL dan memintai rokok ke mereka
Pm : Satpol PP mendatangi para PKL yang sudah di usir dan memakinya kembali
Kesimpulan : Satpol PP mendatangi para PKL yang sudah di usir dan memintai rokok ke mereka
Lanjutan wacana 12
BalasHapusTanggapan terhadap wacana 12 :
Berdasarkan opini tesebut, pola penalaran silogisme opini sudah sesuai dengan kaidah-kaidah silogisme yang valid karena ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan yang sahih.
Namun, ada beberapa kalimat opini yang tidak memiliki kebenaran yang terukur. Kesalahan dalam hal ini terletak pada premis mayor yang ditunjukkan pada kalimat “ Semua orang mempermasalahkan mengenai kenaikan harga elpiji” yang terdapat pada premis mayor pertama, karena tidak semua orang yang mempunyai perekonomian yang baik yang mempermasalahkan kenaikan harga elpiji. Pada premis mayor kedua, yaitu “ Semua masyarakat pasti akan membeli barang yang lebih murah dengan kualitas yang sama”, karena tidak semua orang melihat harga yang murah melainkan lebih mementingkan kualitas barang yang dibeli. Pada premis mayor keempat, yaitu “ Semua biaya pengeluaran gas setiap bulan untuk setiap keluarga membuat pengeluaran rumah tangga membengkak”, karena tidak setiap keluarga menggunakan pemakaian gas yang berlebihan sehingga tidak membuat pengeluaran rumah tangga menjadi meningkat. Pada premis mayor kedepalan, yaitu “ Semua harga yang diberikan rendah diberikan oleh Pertamina”, karena tidak semua produk Pertamina yang memberikan harga rendah. Pada premis mayor kesembilan, yaitu “ Semua orang tidak perlu mengundang reaksi berlebihan karena kenaikan harga gas adalah hal yang wajar”, karena bagi kalangan yang tidak mampu akan melakukan protes yang membuat beban kehidupan kalangan yang tidak mampu menjadi bertambah.
Saran pada wacana 12 adalah kalimat tersebut harus lebih ditekankan kebenarannya (terukur). Wacana tersebut juga harus lebih memberikan opini yang objektif dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Dan ada baiknya pemerintah memperbaharui dan merencanakan langkah kedepan untuk menghilangkan kelangkaan akan gas LPG.
Penolakan pada wacana 12
Penolakan pada kalimat “ Kenaikan harga gas membuat pengeluaran rumah tangga membengkak”, karena kalimat tersebut terlalu menuju untuk semua orang. Padahal, belum tentu semua orang merasa pengeluaran rumah tangganya menjadi membengkak akibat dari kenaikkan harga gas LPG.
Nama : Clarissa Shany
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 06
Wacana 9
Tanggapan Untuk Wacana 9
Setelah membaca wacana yang berjudul "Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta [Mengutuk Pemerintah DKI]" , didapatkan enam buah inti opini dari enam paragraf yang di dapat dari wacana 9 yang diketahui setiap inti opini memiliki term A, B, dan C, premis mayor(PM), premis minor(Pm), dan kesimpulan. Dengan memiliki empat komponen tersebut, itu menunjukkan bahwa wacana tersebut dapat dikatakan valid atau sah, karena telah memenuhi kaidah-kaidah silogisme yaitu adanya keempat komponen tersebut.
Tetapi tidak semua premis mayor pada wacana tersebut memiliki unsur truth (kebenaran), seperti pada premis mayor kedua yang berisi “Mereka sedang bahagia karna ingin menghibur para pengunjung acara". Padahal dalam kebenarannya (truth), belum tentu mereka merasa senang menjalankan pekerjaan itu, apalagi senang untuk menhibur orang. Mereka melakukan hal tersebut hanya untuk mencari nafkah, jadi kebenarannya tidak bisa terukur.
Juga pada PM yang ketiga, disana tertulis “Ia memiliki rasa benci yang mendalam karna telah membuatnya kehilangan mata pencariannya”, yang dibenci disana yang di maksudkan adalah Jokowi, meskipun inti opini yang ketiga dinyatakan sudah valid karna memenuhi persyaratan silogisme, namun kebenarannya belum terbukti karna yang mengusirnya atau membuatnya kehilangan pekerjaannya adalah satpol PP yang sudah mengusirnya. Jadi premis mayor ketiga tidak terukur kebenarannya.
Lalu pada premis mayor yang kelima yang berisi “Orang yang kasar memaksa orang-orang seperti mereka menjadi preman” juga masih dipertanyakan kebenaran dari pernyataan tersebut bahkan bisa di katakan kebenarannya tidak terukur karna belum tentu atau tidak semua orang kasar memaksa para PKL untuk menjadi preman.
Saran yang dapat diberikan untuk wacana ini adalah akan lebih baik penulis dalam wacana ini memberikan kebenaran yang dapat di ukur atau terbukti kebenarannya dalam kehidupan nyata, tidak hanya mengandung keempat komponen dari silogisme saja namun mengandung unsur truth juga.
Penolakan terhadap wacana 2 :
Pada premis mayor kedua yang berisi “Mereka ingin mendirikan menara di atas kincir tersebut untuk beroperasi dalam acara tersebut". Untuk kebenarannya, perkataan itu tidak dapat diukur kebenarannya karna untuk membangun suatu menara di atas kincir sangatlah sulit dan tidak memungkinkan dan juga membutuhkan waktu yang amat lama. Jadi peneliti merasa itu bukanlah suatu kebenaran yang bisa dicapai.
Nama :Kirtinanda P.
BalasHapusKelas/ No : XII IPA 2 / 20
Wacana 11
1. K : Ini salah satu fenomena yang dapat kita temukan dalam Media Kompasiana ini.
Pm : Ini salah satu fenomena menurut pandangan para pembaca hal ini termasuk hal yang mana, etis ataukah tidak etis.
PM : Semua yang menurut pandangan para pembaca hal ini termasuk hal yang mana, etis ataukah tidak etis yang dapat kita temukan dalam Media Kompasiana.
2. K : Kang Pepih Nugraha pernah menulis dalam Blog Kompasiana.
Pm : Kang Pepih Nugraha memaksudkan bahwa dirinya dan para Admin sangat berkeberatan bila para Kompasianer menghapus semua Artikelnya di Blog Kompasiananya.
PM : Semua yang memaksudkan bahwa dirinya dan para Admin sangat berkeberatan bila para Kompasianer menghapus semua Artikelnya di Blog Kompasiananya pernah menulis dalam Blog Kompasiana.
3. K : Satu dua Artikel terpisah dengan banyaknya tanggapan.
Pm : Satu dua Artikel sempat mengira bahwa Kompasianer ini mungkin pernah memiliki Artikel hingga ratusan.
PM : Semua yang sempat mengira bahwa Kompasianer ini mungkin pernah memiliki Artikel hingga ratusan terpisah dengan banyaknya tanggapan.
4. K : Artikel-Artikel itu dihapus.
Pm : Artikel-Artikel itu memiliki Blog sendiri untuk tempat berlabuhnya.
PM : Semua yang memiliki Blog sendiri untuk tempat berlabuhnya dihapus.
5. K : Kompasianer Wijaya Kusumah merupakan salah satu contoh, yang meskipun dia menulis untuk Blog Pribadinya, namun beliau juga sempat mengirimkan Artikel itu untuk diposting di Blog Kompasiana.
Pm : Kompasianer Wijaya Kusumah mulai masuk Kompasiana pada 21 November 2008 yang lalu.
PM : Semua yang mulai masuk Kompasiana pada 21 November 2008 merupakan salah satu contoh, yang meskipun dia menulis untuk Blog Pribadinya, namun beliau juga sempat mengirimkan Artikel itu untuk diposting di Blog Kompasiana.
6. K : Mempertahankan performa dan kosistensi serta keberadaan Artikel di Kompasiana dianggap sangat etis dan memiliki nilai tinggi.
Pm : Mempertahankan performa dan konsistensi serta keberadaan Artikel sangat dihargai di Kompasiana.
PM : Semua yang sangat dihargai di Kompasiana dianggap sangat etis dan memiliki nilai tinggi.
7. K : Saya memiliki web pribadi.
Pm : Saya sangat salut kepada Media Kompasiana ini, sebagai super Blog terbesar di Indonesia.
PM : Semua yang sangat salut kepada Media Kompasiana ini, sebagai super Blog terbesar di Indonesia memiliki web pribadi.
8. K : Saya belajar bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai.
Pm : Saya dapat memahami bahwa Menulis di Kompasiana ialah menulis demi nilai-nilai kehidupan.
PM : Semua yang dapat memahami bahwa Menulis di Kompasiana ialah menulis demi nilai-nilai kehidupan belajar bahwa menulis setiap hari itu sungguh bernilai.
9. K : Nilai-nilai kehidupan yang diperoleh dari hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, penuh refleksi akan tetap bertahan hingga akhir.
Pm : Nilai-nilai kehidupan mempertinggi derajat seorang manusia yang dalam semedi dan refleksi pribadi dapat membawanya hingga kekekalannya.
PM : Semua yang mempertinggi derajat seorang manusia yang dalam semedi dan refleksi pribadi dapat membawanya hingga kekekalannya yang diperoleh dari hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, penuh refleksi akan tetap bertahan hingga akhir.
Nama : Kirtinanda P.
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 20
Lanjutan wacana 11
Analisis wacana 11
Dari kesembilan kesimpulan opini yang didapat, dapat disimpulkan semua kaidah silogisme terkandung di dalam kesimpulan opini tersebut sehingga dapat disebut bahwa kesimpulan opini ini valid. Terbukti dengan adanya premis mayor, premis minor, dan kesimpulan pada setiap opini.
Kritikan pada wacana ini sangat menyenangkan, karena bahasa yang dipakai sangat halus, sehingga bagi pembaca dapat dengan mudah mengerti apa yang dimaksud kritikan ini. Dengan pembuktian dari semua tajuk yang disampaikan tidak ada tentang kekasaran omongan dari penulis melainkan hobi dan sedikit kritikan yang benar-benar mengkritik.
Saran yang dapat disampaikan yaitu, memang benar dengan menulis kita dapat mengapresiasikan emosi, tujuan kita kepada pembaca dan dapat diartikan berbeda juga dengan setiap pembaca. Tetapi kita juga harus lebih member langkah-langkah pengerjaan yang strategis, yang tidak menimbulkan konflik pengertian antara penulis dan pembaca.
Nama : William Yapto
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No : 35
Wacana7
Restrukturisasi :
1. Kesimpulan : Birokrasi diciptakan agar dapat memicu pemberdayaan masyarakat dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi
Premis minor : Birokrasi harus diciptakan secara terbuka, profesional dan akuntabel
Premis Mayor : Birokrasi harus diciptakan secara terbuka, profesional dan akuntabel karena birokrasi dapat memicu pemberdayaan masyrakat dan mengutamakan pelayanan kepada masyrakat tanpa diskriminasi
2. Kesimpulan : Kepekaan birokrasi sangat kurang sehingga cenderung berada pada vertical top down daripada horizontal partisipative
Premis minor : Kepekaan birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial dan politik
Premis Mayor : Birokrasi yang kurang mengantisipasi dalam perkembangan ekonomi, sosial dan politik yang sangat kurang mengakibatkan kedudukannya berada pada vertical top down dari pada horizontal partisipative
3. Kesimpulan : Birokrasi harus mengambil inisiatif dan melopori suatu kebijakan atau tindakan
Premis minor : Birokrasi sebagai agen perubahan
Premis Mayor : Birokrasi sebagai agen perubahan harus mengambil inisiatif dand melopori suatu kebijakan atau tindakan
4. Kesimpulan : Birokrasi harus dapat memfasilitasi kepentingan-kepentingan yang muncul dari masyarakat, sektor swasta maupun kepentingan negara
Premis minor : Birokrasi sebagai fasilitator
Premis Mayor : Birokrasi sebagai fasilitator harus dapat memfasilitasi kepentingan-kepentingan yang muncul dari masyrakat, sektor swasta maupun kepentingan negara
Tanggapan wacana 7 :
Setelah menganalisa wacana 7 tersebut dapat dikatakan sah karena sesuai dengan persyaratan silogisme yaitu terdapat kesimpulan, premis minor dan premis mayor. Namun tidak semua silogisme itu dapat dikatakan kebenarannya. Sehingga tidak dipastikan bila silogisme itu sah belum tentu silogisme itu terbukti kebenarannya (truth).
Hal tersebut ditunjukkan pada Kesimpulan pada opini yang pertama ditunjukkan pada kata “agar”, kata itu merupakan kata yang tidak terukur kepastiannya maka kalimat tersebut belum tentu bisa dikatakan kebenarannya. Dan terdapat juga pada opini yang ke 4 pada premis mayor, disitu terdapat kata harus dapat, yang bisa diartikan bahwa kata tersebut hanya dapat menjanjikan bukan kebeneran yang ditunjukkan maka kata-kata diatas tidak dapat dikatan kebenaranny.
Saran terhadap wacana 7 ini supaya lebih menggunakan kata-kata yang lebih terukur lagi kebenarannya supaya dapat memperkuat opini yang diberikan.
Wacana 14
BalasHapusRestrukturisasi
1. Kesimpulan : Setiap orang di Indonesia dapat memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan
Premis minor : Indonesia adalah negara demokrasi
Premis Mayor : Indonesia adalah negara demokrasi sehingga setiap orang dapat memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan
2. Kesimpulan : Pemuda zaman sekarang seharusnya tidak golput
Premis minor : Zaman telah berubah kita sebagai pemuda harus bisa melek politik
Premis Mayor : Zaman sekarang pemuda sudah bisa melek politik dan seharusnya tidak golput
3. Kesimpulan : Saat ini merupakan zaman demokrasi tapi apa yang diajukan oleh masyarakat tidak lah masuk akal
Premis minor : Ini adalah zaman demokrasi
Premis Mayor : Zaman demokrasi merupakan zaman dimana warga negara berhak memilih
4. Kesimpulan : Bukan dengan menghamburkan uang untuk membeli satu suara
Premis minor : Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye
Premis Mayor : Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye tapi bukan dengan menghamburkan uang untuk membeli suatu suara
5. Kesimpulan : Kami ingin merasakan pesta demokrasi
Premis minor : Kami adalah masyrakat merdeka
Premis Mayor : Masyrakat merdeka ingin merasakan pesta demokrasi
Tanggapan pada wacana 14 :
Setelah menganalisa wacana 14 tersebut dapat dikatakan bahwa wacana 14 ini sah/ valid karena memenuhi persyaratan, persyaratan tersebut adalah mengandung kesimpulan, premnis minor dan premis mayor. Tapi bila wacana 14 itu dikatakan sah/ valid belum tentu kebenarannya terbukti. Maka kebenarannya tersebut harus diukur terlebih dahulu.
Dapat dilihat pada opini ke dua pada premis mayor dikalimat tersebut terdapat kata seharusnya, kata seharusnya merupakan kata yang tidak dapat ditentukan kebenarannya karena kata seharusnya tidak dapat diukur, dan pada opini kelima yang terdapat pada premis minor, yaitu kami adalah masyrakat merdeka, tapi pada kenyataannya masyarakat belum merdeka pada hal demokrasi, oleh karena itu kalimat tersebut belum bisa dikatakan kebenerannya secara pasti.
Saran bagi wacana ke 14 ini supaya menggunakan kata-kata yang terukur kepastiannya supaya dapat memperkuat opini yang diberikan.
Nama : Achmad Fathur Rizki
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 01
Wacana 8
1. Walikota Bogor, Bima Arya “melempar bola” dengan pernyataan melarang kendaraan (mobil/motor/bis/truk/ambulans/pemadam kebakaran..?) masuk wilayahnya untuk akhir pekan saja (Sabtu/Minggu..?).
1.1. Kesimpulan : Walikota Bogor, Bima Arya melarang kendaraan masuk wilayahnya untuk akhir pekan saja.
1.2. Premis minor : Walikota Bogor, Bima Arya memberi pernyataan.
1.3. Premis minor: Semua yang memberi pernyataan melarang kendaraan masuk wilayahnya untuk akhir pekan saja.
2. Entah apa yang ada di benaknya pak Walikota, sehingga mengeluarkan wacana seperti itu
2.1. Kesimpulan : Pak Walikota tidak diketahui apa benaknya.
2.2. Premis minor : Pak Walikota mengeluarkan wacana.
2.3. Premis mayor : Semua yang mengeluarkan wacana tidak diketahui apa benaknya.
3. Jika wacana ini berhasil diwujudkan, apakah nantinya tidak menjadikan wilayah diluar Bogor (mungkin) juga akan memberlakukan hal serupa.
3.1. Kesimpulan : Wilayah diluar Bogor akan memberlakukan hal serupa jika wacana ini berhasil diwujudkan.
3.2. Premis minor : Wilayah diluar Bogor terdiri dari Palembang, Jakarta, Surabaya dan wilayah lainnya.
3.3. Premis mayor : Palembang, Jakarta, Surabaya dan wilayah lainnya akan memberlakukan hal serupa jika wacana ini berhasil diwujudkan.
4. Percuma kita mendengungkan NKRI tapi ada sebagian (oknum) pejabat yang (mungkin) akan mengingkari hal itu.
4.1. Kesimpulan: Sebagian pejabat yang mengingkari hal itu.
4.2. Premis minor : Sebagian pejabat dari rakyat Indonesia.
4.3. Premis mayor : Sebagian rakyat Indonesia mengingkari hal itu.
5. Waduh, padahal untuk akhir pekan biasanya penulis melakukan perjalanan bersama keluarga kalau tidak ke Bogor ya ke Bandung.
5.1. Kesimpulan : Penulis melakukan perjalanan bersama keluarga pada akhir pekan.
5.2. Premis Minor : Penulis melakukan perjalanan bersama keluarga ke Bandung atau Bogor.
5.3. Premis Mayor : Semua yang ke Bandung atau Bogor pergi pada akhir pekan.
Nama : Achmad Fathur Rizki
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor Absen : 01
Tanggapan wacana 8 :
Dengan cara melakukan menggunakan pola penalaran secara silogisme, penulis berani memberi pernyataan bahwa wacana 8 yang berjudul “Wacana Pembatasan Kendaraan” merupakan wacana yang valid. Dapat dinyatakan sedemikian rupa karena wacana tersebut mengandung ketiga proposisi dalam silogisme, ketiga proposisi tersebut antara lain premis minor, premis mayor, dan juga kesimpulan.
Meskipun wacana di atas bersifat valid, namun wacana di atas masih belum mengandung kebenaran, sebagian besar opini yang ada pada wacana tersebut masih tidak mengandung kebenaran, misal pada opini ketiga yang berisikan “Jika wacana ini berhasil diwujudkan, apakah nantinya tidak menjadikan wilayah diluar Bogor (mungkin) juga akan memberlakukan hal serupa.” dengan premis mayornya “Palembang, Jakarta, Surabaya dan wilayah lainnya akan memberlakukan hal serupa jika wacana ini berhasil diwujudkan” masih bersifat prasangka, Theodolus Eko sebagai penulis dari wacana ini masih menunjukkan emosinya dalam memberikan opini dilihat dari prasangkanya bahwa wilayah diluar Bogor akan memberlakukan hal serupa jika wacana ini diwujudkan, padahal belum tentu semua wilayah di luar Bogor akan memberlakukan hal tersebut, kita tidak dapat mereka-reka kebijakan apa yang akan dikeluarkan masing-masing wilayah terhadap setiap wacana yang datang sehingga kebenaran dari opini tersebut masih belum dapat dipastikan.
Selain dari itu, contoh lainnya yaitu misalnya pada opini kelima yang premis mayornya berbunyikan “Semua yang ke Bandung atau Bogor pergi pada akhir pekan” padahal tidak semua yang ke Bandung atau Bogor pergi pada akhir pekan, ada juga yang pergi pada hari-hari diluar akhir pekan. Kesalahan pada opini ini disebabkan kata “semua” yang ada yang menyebabkan opini menjadi bersifat terlalu luas, opini yang terlalu luas ini menyebabkan kebenaran wacana menjadi diragukan sehingga wacana masih belum dapat dicap sebagai wacana yang benar (truth).
Meskipun sebagian besar opini pada wacana tidak mengandung kebenaran, terdapat satu opini pada wacana 8 yang mengandung kebenaran, opini yang mengandung kebenaran tersebut yaitu pada opini keempat yang berisikan “Percuma kita mendengungkan NKRI tapi ada sebagian (oknum) pejabat yang (mungkin) akan mengingkari hal itu” dengan kesimpulan “Sebagian pejabat yang mengingkari hal itu.”, premis minor “Sebagian pejabat dari rakyat Indonesia.”, dan premis mayor “Sebagian rakyat Indonesia mengingkari hal itu. Disini terdapat kata “sebagian” di masing-masing silogisme yang menyebabkan opini menjadi lebih spesifik dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
Solusi yang penulis berikan terhadap wacana 8 tersebut yaitu sebaiknya opini yang ada jangan diberikan karena adanya dorongan emosi, opini yang diberikan karena faktor emosional menyebabkan kebenaran pada opini tersebut diragukan, solusi lain yaitu opini yang ada sebaiknya jangan bersifat terlalu meluas, buatlah opini yang bersifat lebih spesifik sehingga pembaca menjadi lebih memahami opini yang disampaikan dan diterima maksudnya dengan baik.
Nama : Jeconiel
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 18
Wacana 11
1.Inti opini: Namun bagi saya ini menyangkut integritas dan sejarah. Artikel yang ke sekian, berjalan mulus. Namun tiba-tiba, Penulisnya menghapus hampir semua Artikel, yang tersisa cuma satu atau dua Artikel.
PM: Semua fenomena di Kompasiana menyangkut integritas dan sejarah
Pm: Fenomena penulis yang menghapus hampir semua artikelnya merupakan salah satu fenomena di Kompasiana
Kesimpulan: Fenomena penulis yang menghapus hampir semua artikelnya menyangkut integritas dan sejarah
2.Inti opini: Beliau memaksudkan bahwa dirinya dan para Admin sangat berkeberatan bila para Kompasianer menghapus semua Artikelnya di Blog Kompasiananya.
PM: Semua admin Blog Kompasiana sangat keberatan bila semua artikel di Blog Kompasiana dihapus
Pm: Kang Pepih Nugraha adalah admin Blog Kompasiana
Kesimpulan: Kang Pepih Nugraha sangat keberatan bila semua artikel di Blog Kompasiana dihapus
3.Inti opini: Rupanya banyak Kompasianer telah melakukannya setelah mereka menemukan tempat labuhan paling akhir yakni Blog pribadi, y kabur.
PM: Semua orang yang menemukan blog pribadi menghapus artikel mereka dari Kompasiana
Pm: Kompasianer menemukan blog pribadi
Kesimpulan: Kompasianer menghapus artikel mereka dari Kompasiana
4.Inti opini: Tak heran oleh karena konsistensi menulis Kompasiana, Wijaya Kusumahpun mendapat penghargaan sebagai Guru Paling Ngeblok 2012.
PM: Semua orang yang tetap konsistensi menulis di Kompasiana mendapat penghargaan.
Pm: Wijaya Kusumahpun tetap konsistensi menulis di Kompasiana
Kesimpulan: Wijaya Kusumahpun mendapat penghargaan.
5.Inti opini: Mempertahankan performa dan konsistensi serta keberadaan artikel di Kompasiana dianggap sangat etis dan memiliki nilai tinggi. Ini sangat dihargai di Kompasiana.
PM: Semua perbuatan yang etis dan memiliki nilai tinggi sangat dihargai di Kompasiana
Pm: Mempertahankan performa dan konsistensi serta keberadaan artikel merupakan perbuatan yang etis dan memiliki nilai tinggi
Kesimpulan: Mempertahankan performa dan konsistensi serta keberadaan artikel sangat dihargai di Kompasiana
6.Inti opini: Meskipun sering agak macet, namun keselamatan artikel-artikel para Kompasianer tetap selamat.
PM: Semua orang yang menggunakan Kompasiana artikelnya tetap selamat
Pm: Kompasianer adalah pengguna Kompasiana
Kesimpulan: Kompasianer artikelnya tetap selamat
7.Inti opini: Meksipun saya belum pernah mendapatkan rankingnya, namun saya dapat memahami bahwa Menulis di Konpasiana ialah menulis demi nilai-nilai kehidupan.
PM: Semua orang yang menulis di Kompasiana memahami bahwa menulis ialah demi nilai-nilai kehidupan
Pm: “Saya” merupakan orang yang menulis di Kompasiana
Kesimpulan: “Saya” memahami bahwa menulis ialah demi nilai-nilai kehidupan
8.Inti opini: Nilai-nilai kehidupan yang diperoleh dari hasil menulis dan membaca dengan hening dan semadi, penuh refleksi akan tetap bertahan hingga akhir.
PM: Semua yang didapat dari menulis dan membaca dengan hening dan semadi akan bertahan hingga akhir
Pm: Nilai-nilai kehidupan didapat dari menulis dan membaca dengan hening dan semadi
Kesimpulan: Nilai-nilai kehidupan akan tetap bertahan hingga akhir
Nama : Jeconiel
BalasHapusKelas / No : XII IPA 2 / 18
Tanggapan terhadap wacana 11:
Berdasarkan analisa penulis terhadap wacana yang bertajuk “Di Kompasiana, Orang Menulis demi Nilai-nilai Kehidupan” ini, diperoleh 8 inti opini yang dapat distrukturisasikan ke dalam bentuk penalaran silogisme dan semuanya valid karena sudah memenuhi kaidah silogisme yaitu mengandung premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Namun, beberapa inti opini belum tentu benar(truth). Pada inti opini 1 mengenai fenomena penulis yang menghapus hampir semua artikelnya menyangkut integritas dan sejarah itu belum tentu benar apa adanya, karena secara harafiah fenomena tersebut tidak berhubungan dengan integritas dan sejarah. Pada inti opini 3 mengenai Konpasioner yang menghapus artikelnya dari Kompasiana karena menemukan blog pribadi belum tentu benar, karena tidak semua orang yang menghapus artikelnya dari Kompasiana menemukan blog pribadi, ada banyak kemungkinan lain para Konpasioner menghapus artikelnya, bisa saja penghapusan artikel tersebut terjadi karena konten artikel yang tidak layak. Pada inti opini 5 mengenai mempertahankan performa dan konsistensi serta keberadaan artikel di Kompasiana dianggap sangat etis dan memiliki nilai tinggi dan sangat dihargai di Kompasiana bernilai tidak pasti karena mungkin saja masih ada orang yang walaupun eksistensinya cukup kuat di Kompasiana masih tidak dipandang. Pada inti opini 6 mengenai keselamatan artikel para pengguna Kompasioner itu juga belum tentu kebenarannya, karena sistem pertahanan dari blog seperti Kompasiana masih bisa diretas oleh orang lain hingga artikel yang ada disana bisa dikacaukan, jadi keselamatannya tidak selalu terjamin.
Saran untuk penulis wacana adalah menguatkan opini atau pendapat yang dibuktikan dengan bukti nyata seperti pada inti opini 2 dan inti opini 4 yang mencantumkan bukti nyata berupa nama orang yang bersangkutan.
Nama : Ade Indriani Siagian
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Urut : 02
Wacana 1 “Kejahatan di Jalan Raya, Picu Trauma Psikologis”
1. Restrukturisasi
1.1 Opini : Beberapa hari ini saya merasakan ada kengerian tersendiri dari dalam lubuk hati.
K : Saya merasakan kengerian.
Pm: Saya adalah seorang pendidik di SLBN Metro Lampung.
PM: Semua pendidik di SLBN Metro Lampung merasakan kengerian.
1.2 Opini: Dan ternyata tidak hanya satu orang yang tewas, karena ada beberapa rampok yang harus menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat lantaran kejahatan yang telah mereka lakukan.
K : Beberapa rampok harus menerima ganjaran dari masyarakat.
Pm : Beberapa rampok melakukan kejahatan.
PM : Semua orang yang melakukan kejahatan harus menerima ganjaran dari masyarakat.
1.3 Opini : Terang saja, akibat beberapa kasus pembunuhan ini mengakibatkan sindrom trauma psikologis.
K : Beberapa kasus pembunuhan mengakibatkan sindrom trauma psikologis.
Pm : Beberapa kasus pembunuhan merupakan kejahatan di jalanan.
PM : Seluruh kejahatan di jalanan mengakibatkan sindrom trauma psikologis.
1.4 Opini : Jangan pernah berharap selamat, jika kita tidak waspada ketika menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan.
K : Kita kemungkinan tidak akan selamat.
Pm : Kita tidak waspada.
PM : Semua orang yang tidak waspada kemungkinan tidak akan selamat.
1.5 Opini : Mungkin kita sudah lelah dengan semua kejahatan yang muncul.
K : Kejahatan yang muncul mungkin membuat kita lelah.
Pm : Kejahatan yang muncul dilakukan oleh para perampok.
PM : Seluruh perampok mungkin membuat kita lelah.
1.6 Opini : Lelahnya kita, entah di seantero Lampung maupun di daerah lain, seakan-akan rakyat dibuat gerah.
K : Rakyat dibuat gerah.
Pm : Rakyat merupakan warga Kota Lampung dan daerah lain.
PM : Seluruh warga Kota Lampung dan daerah lain dibuat gerah.
1.7 Opini : Akibat tekanan-tekanan ketakutan tersebut yang semula dianggap biasa-biasa saja, pun akhirnya menjalar dan mendominasi mental dan pikiran, yang akhirnya justru menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan.
K : Tekanan-tekanan menjalar dan mendominasi mental dan pikiran.
Pm : Tekanan-tekanan menjadi penyakit kejiwaan.
PM : Seluruh penyakit kejiwaan menjalar dan mendominasi mental dan pikiran.
1.8 Opini : Tentu hasil akhirnya dapat diduga, rakyat tak takut lagi ketika harus melakukan kekerasan balasan di jalanan.
K : Rakyat tidak takut lagi.
Pm : Rakyat melakukan kekerasan balasan.
PM : Semua orang yang melakukan kekerasan balasan tidak takut lagi.
1.9 Opini : Mereka sudah muak dan jengah dengan keadaan, semakin dibiarkan berlarut-larut justru kejahatan semakin merajalela.
K : Kejahatan semakin merajalela.
Pm : Kejahatan dibiarkan berlarut-larut.
PM : Semua hal yang dibiarkan berlarut-larut semakin merajalela.
1.10 Opini : Ironinya lagi, meskipun para aparat penegak hukum ini sudah dibayar dengan uang rakyat, toh mereka justru membiarkan rakyat tersakiti dan terzalimi oleh ulah para penjahat jalanan.
K : Aparat penegak hukum membiarkan rakyat tersakiti dan terzalimi.
Pm : Aparat penegak hokum antara lain Polisi dan TNI.
PM : Seluru Polisi dan TNI membiarkan rakyat tersakiti dan terzalimi.
1.11 Opini : Kasus ini berawal dari kasus pencurian sapi yang selalu saja terjadi.
K : Kasus ini selalu terjadi.
Pm : Kasus ini berawal dari kasus pencurian sapi.
PM : Seluruh kasus yang berawal dari kasus pencurian sapi selalu terjadi.
1.12 Opini : Masyarakat sudah melaporkan ke aparat kepolisian, polisi masih saja duduk manis kurang merespon, jangankan mencari jejak pelaku, seakan-akan mereka enggan mengurus kasus pencurian jika tidak ada uangnya.
K : Masyarakat melapor ke aparat kepolisian.
Pm : Masyarakat mengalami kasus pencurian.
PM : Setiap orang yang mengalami kasus pencurian melapor ke aparat kepolisian.
1.13 Opini : Itulah potret citra buruk kinerja aparat keamanan di negeri ini.
K : Aparat keamanan di negeri ini memiliki potret citra yang buruk.
Pm : Aparat keamanan di negeri ini ialah Kepolisian dan TNI.
PM : Seluruh Kepolisian dan TNI memiliki citra portet yang buruk.
2. Tanggapan dan Penolakan
BalasHapusBerdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis, pola penalaran silogistis dalam opini-opini hasil restrukturisasi dalam wacana 1 tidak seluruhnya valid atau sah. Opini keempat dan kedelapan tidak dapat dikatakan sah, karena premis-premis dan kesimpulannya ada yang merupakan kalimat negatif dengan ciri menggunakan kata “tidak”. Dalam kaidah silogisme, hal tersebut tidak sah, sebab bila ada salah satu premis yang bernilai negatif, maka kesimpulan yang ditarik tidak salah dan apabila kedua premisnya bernilai negatif, maka pada dasarnya tidak dapat ditarik suatu kesimpulan. Sedangkan opini-opini lainnya sah, karena telah memenuhi kedelapan kaidah pola penalaran silogisme yang tepat termasuk penggunaan rumusnya.
Opini yang sah belum tentu benar (truth). Opini yang benar adalah opini yang pola penalaran silogistisnya sesuai dengan realita yang ada. Berdasarkan hasil analisis penulis, opini keempat, kelima, ketujuh, kesembilan dan keduabelas benar secara realita. Lain halnya dengan kedelapan opini lainnya. Misalnya saja opini yang pertama. Premis mayor pada hasil restrukturisasi opini satu tidak dapat dikatakan benar sebab belum tentu semua pendidik di SLBN Metro Lampung merasakan kengerian. Begitu pula dengan opini yang ketiga. Premis mayor pada hsil restrukturisasi opini ketiga belum tentu sesuai dengan realita sebab belum tentu seluruh kejahatan di jalanan mengakibatkan sindrom trauma psikologis. Kejahatan umumnya memang akan menimbulkan trauma secara psikis baik yang ringan maupun berat, namun tidak berarti seluruh kejahatan akan menimbulkan sindrom dari trauma tersebut.
Menurut penulis, kesalahan utama yang terjadi pada pola penalaran silogistis opini wacana 1 adalah penggunaan kata pasti, harus atau kata yang menekankan suatu keyakinan lainnya. Tidak semua pembaca akan beropini dan berpenalaran sama dengan penulis wacana. Maka dari itu, penulis menyarankan agar dalam penulisan wacana berikutnya, penulis wacana dapat meminimalkan penggunakan kata-kata tersebut dan lebih baik memilih untuk menggunakan kata-kata mungkin sehingga opini dapat diterima banyak pembaca.
Nama : Henny
BalasHapusKelas/No. Absen : XII IPA 2/ 15
Wacana 10
1. Kesimpulan : Pemda DKI Jakarta menderek kendaraan dan mendendanya Rp 500.000.
Premis minor : Pemda DKI Jakarta menderek kendaraan yang parkir di bahu Jalan.
Premis mayor : Setiap kendaraan yang parkir di bahu Jalan akan didenda Rp 500.000.
2. Kesimpulan : Warganya ingin dihancurkan oleh Pemda DKI Jakarta.
Premis minor : Warganya tidak tahu aturan.
Premis mayor : Semua yang tidak tahu aturan ingin dihancurkan oleh Pemda DKI Jakarta.
3. Kesimpulan : Logika Wagub DKI Jakarta jauh dari substansi.
Premis minor : Logika Wagub DKI Jakarta menggunakan ‘logika sesat’.
Premis mayor : Semua yang menggunakan logika sesat akan jauh dari substansi.
4. Kesimpulan : Ahok malah antagonis terhadap jargonnya sendiri.
Premis minor : Ahok mengakibatkan para pemilik motor menjerit lirih.
Premis mayor : Semua yang mengakibatkan para pemilik motor menjerit lirih malah antagonis terhadap jargonnya sendiri.
5. Kesimpulan : Warganya telah “dikenyangkan” oleh fasilitas dan layanan transportasi yang terintegrasi.
Premis minor : Warganya adalah masyarakat DKI Jakarta
Premis mayor : Semua masyarakat DKI Jakarta telah “dikenyangkan” oleh fasilitas dan layan transportasi yang terintegrasi.
6. Kesimpulan : Kita menjerumuskan Ahok menjadi sosok yang otoriterian ala “Orde Baru”
Premis minor : Kita adalah warga DKI Jakarta.
Premis mayor : Semua warga DKI Jakarta menjerumuskan Ahok menjadi sosok yang otoriterian ala “Orde Baru”.
Tanggapan wacana 10
Berdasarkan wacana yang berjudul “Tarian” Ahok dengan Derek “Parkir Liar”, pola penalaran pada setiap opini yang terdapat dalam wacana telah memenuhi syarat sebagai pola penalaran silogisme dengan memiliki premis mayor (PM), premis minor (Pm) dan kesimpulan (K) yang diturunkan dari premis mayor sebagai pernyataan. Penarikan kesimpulan yang sesuai dan memiliki makna yang sesuai menunjukkan kebenaran sebuah paragraf silogisme. Dalam wacana diatas, syarat-syarat yang dipenuhi merupakan syarat kesahihan suatu paragraf silogisme. Dikatakan sahih atau valid apabila paragraf telah memiliki perumusan silogisme yang sesuai.
Tidak semua paragraf silogisme yang sahih atau valid akan memiliki kebenaran atau truth. Kebenaran atau truth dapat dilihat dari penyampaian makna yang terkandung dalam kalimat. Seperti pada analisa yang ke 5.
Pada analisa yang ke 5, terdapat kata yang memiliki makna yang tidak sesuai. Hal itu terdapat pada premis mayor dengan kata “dikenyangkan”. Biasanya kata dikenyangkan berhubungan dengan makanan, tetapi dalam kalimat ini kata tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang sebaiknya diganti dengan menggunakan kata “dipenuhi”.
Penolakan yang dilakukan oleh penulis adalah penolakan analogi yang pincang karena terdapat kalimat yang terlalu dipaksakan sehingga kurang dimengerti apa yang ingin disampaikan penulis.
Solusi yang sebaiknya dilakukan adalah penggunaan kata pada kalimat sebaiknya menggunakan kalimat yang sesuai dengan fakta dan kenyataan. Kata yang digunakan juga sebaiknya memiliki makna yang pasti dan tidak diduga-duga.
Nama : Ade Indriani Siagian
BalasHapusKelas : XII IPA 2
No. Urut: 02
Wacana 8 “Wacana Pembatasan Kendaraan”
1. Restrukturisasi
1.1 Opini : Walikota Bogor, Bima Arya “melempar bola” dengan pernyataan melarang kendaraan (mobil/motor/bis/truk/ambulans/pemadam kebakaran..?) masuk wilayahnya untuk akhir pekan saja (Sabtu/Minggu..?).
K : Bima Arya melarang kendaraan masuk wilayahnya.
Pm : Bima Arya memimpin wilayah Bogor.
PM : Seluruh wilayah Bogor dilarang dimasuki kendaraan.
1.2 Opini : Coba kita ambil positifnya dari niatan tersebut, (mungkin) Pak Walikota ingin jika akhir pekan jalanan di Bogor lengang.
K : Pak Walikota ingin jalanan di Bogor lengang.
Pm : Pak Walikota mengadakan pembatasan kendaraan.
PM : Pembatasan kendaraan diadakan agar jalanan di Bogor lengang.
1.3 Opini : Bahkan Ahok berseloroh, macet di Jakarta salah satunya disebabkan oleh warga Bogor yang beraktifitas di Ibu Kota.
K : Macet di Jakarta salah satunya karena warga wilayah Bogor.
Pm : Macet di Jakarta karena aktivitas kendaraan dari luar Jakarta.
PM : Kendaraan dari luar Jakarta salah satunya dari warga wilayah Bogor.
2. Tanggapan dan Penolakan
Berdasarkan hasil analisa penulis, dapat disimpulkan bahwa dalam wacana 8 terdapat tiga buah opini yang ketiganya sah secara kaidah silogisme. Ketiga opini dan restrukturisasinya sesuai dengan kaidah-kaidah silogisme yang benar.
Ketiga opini tersebut juga benar atau sesuai dengan realita yang ada. Macet yang terjadi di Jakarta tidak semata-mata karena aktivitas masyarakat Jakarta saja, namun juga karena masyarakat wilayah sekitar yang beraktivitas di Jakarta seperti Bogor.
Penulis sependapat dengan pola penalaran silogistis yang digunakan oleh penulis wacana. Menurut penulis, tidak terdapat kesalahan penalaran baik secara relevansi maupun substansi. Generalisai yang digunakan penulis wacana sudah sesuai, kausalitas memadai dan analoginya akurat. Penulis wacana meyampaikan opininya dengan sangat baik jika dianalisa secara pola penalaran silogistis.
Wacana 8
BalasHapus1. Opini-opini
Opini 1
Premis Mayor: Semua warga Bogor pasti senang jika jalanan di Bogor lengang pada akhir pekan.
Premis Minor: Walikota Bogor ingin agar warganya merasa senang.
Kesimpulan: Walikota Bogor ingin agar pada akhir pekan, jalanan Bogor lengang
Opini 2
Premis Mayor: Jika wilayah Bogor menjadi lengang, wilayah lain akan melakukan hal yang sama
Premis Minor: Jika wacana ini berhasil dilaksanakan, mungkin Bogor akan lengang
Kesimpulan: Jika wacana ini berhasil dilaksanakan, wilayah lain mungkin melakukan hal yang sama
Opini 3
Premis Mayor: Semua mobil dari Jakarta berpelat B
Premis Minor: Kemacetan terjadi karena mobil-mobil dari Jakarta
Kesimpulan: Kemacetan terjadi karena mobil berpelat B
Opini 4
Premis Mayor: Jika jalanan di Bogor lengang, maka Pemkot Bandung akan mengikuti kebijakan Pemkot Bogor
Premis Minor: Jika Bogor tidak mau dilalui kendaraan berpelat B pada akhir pekan, maka mungkin jalanan di Bogor akan lengang
Kesimpulan: Jika Bogor tidak mau dilalui kendaraan berpelat B pada akhir pekan, maka mungkin Pemkot Bandung akan mengikuti kebijakan Pemkot Bogor.
Tanggapan
Berdasarkan analisa penulis, Wacana 1 memiliki empat opini. Keempat opini ini seluruhnya bersifat valid, ini dikarenakan seluruh opini memiliki struktur silogisme yang lengkap. Meskipun begitu, ada sebuah opini yang tidak bersifat truth, ini dikarenakan opini tersebut tidak sejalan dengan logika dan kenyataan.
Kesalahan terletak pada Premis Mayor opini pertama. Pada Premis Mayor dinyatakan, “Semua warga Bogor pasti senang jika jalanan di Bogor lengang pada akhir pekan,” di lain pihak, jika jalanan Bogor lengang pada akhir pekan, ini akan mengurangi keuntungan para pedagang ynag biasa menjual dagangannya pada para turis. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan mengubahnya menjadi “Sebagian besar warga Bogor pasti senang jika jalanan di Bogor lengang pada akhir pekan”.
Penulis menyarankan agar penulisan wacana tidak dibebani oleh kebutuhan pribadi, sehingga penulisan wacana tidak terlihat bias. Wacana ini jelas terbebani oleh emosi dan kebutuhan pribadi penulis wacana, yang terlihat jelas pada paragraf ketujuh. Wacana yang terbebani kebutuhan pribadi tidak dapat menampilkan pendapat yang netral, seperti yang terlihat dari wacana ini yang sepertinya menghantam pandangan Walikota Bogor dengan tanpa ampun tetapi tidak menonjolkan sisi baik dari pandangan Pak Walikota.
Nama : Daniel Silaen
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 07
Wacana 2
Opini paragraf 1 : Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum, untuk dianjurkan tidak dengan harus memilih orang-orang partai politik.
PM : Semua yang tidak memilih partai politik merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum
Pm : Saya tidak memilih partai politik
Kesimpulan : Saya selalu merasa aneh dan tak suka ketika setiap dilakukan Pemilihan Umum.
Opini paragraf 2 : Begitulah di jaman dahulu Golkar yang disebut bukan partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
PM : Semua yang merupakan penguasa partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
Pm : Golkar merupakan penguasa partai politik
Kesimpulan : Golkar yang disebut bukan partai politik melakukan praktek hingga menguasai Indonesia begitu lamanya.
Opini paragraf 3 : Tapi kesalahan Golkar itu telah saya maafkan
PM : Semua kesalahan yang tidak lewat dari batasan telah saya maafkan
Pm : Kesalahan Golkar tidak lewat dari batasan
Kesimpulan : Tapi kesalahan Golkar itu telah saya maafkan.
Opini paragraf 4 : Di dalam benak saya ini, ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
PM : Semua masa depan Indonesia yang lebih baik untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
Pm : Ada gejolak dan ada keinginan masa depan Indonesia yang lebih baik
Kesimpulan : Ada gejolak dan ada keinginan untuk merdeka dari menganut salah satu partai.
Opini paragraf 5 : Bukankah kita yang tak berpartai ini juga adalah sebagian dan jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan ?
PM : Semua masyarakat Indonesia adalah sebagian dan jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan.
Pm : Kita yang tak berpartai ini juga merupakan masyarakat Indonesia
Kesimpulan : Kita yang tak berpartai ini juga adalah sebagian dan jumlahnya cukup besar untuk menentukan pilihan.
Opini paragraf 6 : Hanya kepada mereka yang lurus, yang tak “pandai” berbicara itulah harapan ini harus diberikan, karena sampai di tangan KPKpun mereka masih vocal dan bisa tersenyum.
PM : Semua yang berjiwa merakyat itulah harapan ini harus diberikan
Pm : Hanya kepada mereka yang lurus, yang tak “pandai” berbicara tetapi berjiwa merakyat
Kesimpulan : Hanya kepada mereka yang lurus, yang tak “pandai” berbicara itulah harapan ini harus diberikan
Tanggapan Wacana 2:
Saya kurang setuju dengan wacana tersebut karena memiliki kaidah-kaidah silogisme yang belum benar yaitu kesalahan terdapat pada premis mayornya. Salah satu kesalahannya karena premisnya bersifat negatif. Sesuai dengan kaidah silogisme, bila salah satu premisnya negatif, maka tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih. Maka dapat dikatakan bahwa wacana tersebut tidak sah atau tidak valid. Selain itu, wacana ini juga dapat dikatakan belum tentu benar atau thruth karena setiap premis dan kesimpulan hanya menggunakan opini dari satu pandangan saja dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Dalam pembuatan wacana untuk memperkuat bukti dari opini yang diberikan dapat juga menyertakan atau melampirkan bukti-bukti nyata agar setiap opini yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal itu juga dapat megurangi kekeliruan yang terjadi akibat dari penyalahgunaan opini yang tidak bertanggungjawab.
Wacana nomor dua sebaiknya dilakukan revisi atau perbaikan isi wacana agar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang timbul karena adanya premis negatif dan juga tetap memperhatikan dari kaidah-kaidah silogisme yang tepat. Kaidah silogisme juga dapat digunakan sebagai pedoman untuk membuat suatu pernyataan sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami) hingga dapat membentuk kesimpulan sebagai konsekuensi logis.
Nama: Vivi Hendra S.
BalasHapusKelas/No Absen: XII IPA 2/ 34
kalimat-kalimat opini wacana 7
Wacana 7
1. Kesimpulan: pola yang sentralistik dan kurang peka terhadap perkembangan ekonomi sosial dan politik masyarakat adalah pola birokratis.
Premis minor: semua pola yang cenderung sentralistik dan kurang peka terhadap perekembangan ekonomi, sosial, dan politik masyarakat harus ditinggalkan dan diarahkan seiring dengan tuntutan masyarakat
Premis mayor: pola yang harus ditinggalkan dan diarahkan seiring dengan tuntutan masyarakat adalah pola birokrasi
2. Kesimpulan: kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial, dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipate.
Premis minor: kepekaan birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial,dan politik sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipate
Premis mayor: kedudukan birokrasi yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipate sehingga kepekaan Birokrasi untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial, dan politik sangat kurang.
3. Kesimpulan : consensus building adalah peran lain yang seharusnya dijalankan oleb birokrasi.
Premis minor: consensus building adalah membangun pemufakatan antara negara, sektor swasta dan masyarakat
Premis mayor: dalam membangun pemufakatan antara negara, sektor swasta dan masyarakat adalah peran lain yang seharusnya dijalankan oleb birokrasi.
4. Kesimpulan : Aparatur pemerintah harus melayani masyarakat apapun latar belakangnya
Premis minor: Aparatur pemerintah adalah pelayan publik
Premis mayor: semua pelayan publik harus melayani masyarakat apapun latar belakangnya
Tanggapan dari wacana 7 adalah
Wacana 7 memiliki kalimat opini yang silogismenya memiliki kesahihan artinya, silogisme dari kalimat-kalimat opini tersebut memenuhi persyaratan yang diharuskan dalam suatu silogisme yaitu berupa kesimpulan, premis minor, dan premis mayor sehingga kalimat tersebut dapat dinyatakan sah atau valid.
Pada dasarnya, silogisme pada kalimat opini wacana tersebut sah namun beberapa kalimat opininya tidak memenuhi kebenaran. Maksudnya, kalimat opini tersebut sah dalam memenuhi persyaratan silogisme namun dalam hal kebenaran dari kalimat-kalimat silogisme tersebut belum tentu benar. Seperti contoh pada kalimat satu terdapat kata-kata “kurang peka” kata ini tidak bisa diukur karena ketidakpekaan seseorang tidak bisa disamakan setiap orang. Namun beberapa kalimat opini dalam wacana tersebut juga mendapat penolakan. Karena kalimat tersebut tidak sesuai fakta dan tata bahasanya pun bukan merupakan bahasa Indonesia salah satunya “top down daripada horizontal partisipative”dan “consensus building” yang bukan merupakan bahasa Indonesia.
Saran terhadap kalimat-kalimat tersebut adalah agar kalimat-kamlimat tersebut menggunakan kata-kata yang dapat diukur dan menggunakan bahasa indonesia yang baik.
Penolakan terhadap wacana 7
Terdapat kalimat “. Birokrasi masih belum efisien, yang antara lain ditandai dengan adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi dan masih banyak fungsi-fungsi yang sudah seharusnya dapat diserahkan kepada masyarakat masih ditangani pemerintah.” Pola pemikiran tersebut ditolak karena terdapat kata “tumpang tindih” yang memliki arti yang tidak pas dengan kalimat tersebut karena tidak ada tugas yang bertumpang tindih sehingga kalimat tersebut tidak benar.
Nama: Vivi Hendra S.
BalasHapusKelas/No. Absen: XII IPA 2/34
kalimat-kalimat opini wacana 14
Wacana 14
1.Kesimpulan: Indonesia ini merupakan negara demokrasi
Premis minor:indonesia setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilan.
Premis mayor: setiap orang bisa memilih langsung wakil rakyatnya bukan di wakil wakilanmerupakan negara demokrasi.
2.Kesimpulan: Zaman telah berubah kita sebagai pemuda zaman sekarang harus bisa melek politik
Premis minor: Zaman telah berubah kita sebagai pemuda zaman sekarang kita tak seharusnya golput
Premis mayor: sebagai pemuda tak seharusnya golput harus bisa melek politik.
3.Kesimpulan: Wakil rakyat seharusnya bisa menekan biaya kampanye
Premis minor: wakil rakyat seharusnya tidak menghamburkan uang untuk membeli satu suara.
Premis mayor: bukan dengan menghamburkan uang untuk membeli satu suara tetapi seharusnya bisa menekan biaya kampanye.
4.Kesimpulan: pemilihan umum telah tercantum dalam pancasila pada sila ke 4
Premis mayor: sebuah pemilihan umum kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang diingin pada sila keempat itu.
Premis mayor: kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang diingin pada sila keempat itu yang tercantum dalam pancasila pada sila ke 4
5.Kesimpulan: Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja para koruptor menggerogoti tubuh negara ini
Premis minor: Biaya bukan lah masalah kita negara yang kaya hanya saja bermilyar-milyar uang yang di korupsi
Premis mayor: bermilyar-milyar uang yang di korupsi para koruptor menggerogoti tubuh negara ini
6. Kesimpulan: Pikirkanlah wahai wakil rakyat kami berhak memilih calon memimpin kami
Premis minor: Pikirkanlah wahai wakil rakyat demi masa depan anak bangsa bukan dengan cara di wakil wakilkan.
Premis mayor: demi masa depan anak bangsa bukan dengan cara di wakil wakilkan kami berhak memilih calon memimpin kami
Tanggapan wacana 14
Silogisme pada wacana 14 ini valid artinya sesuai dengan persyaratan yang diharuskan dalam suatu silogisme yaitu kesimpulan, premis minor, dan premis mayor terpenuhi. Namun, pada beberapa silogsime tidak memiliki kebeneran. Artinya kebenaran dalam silogisme itu tidak dapat dibuktikan.
Dalam wacana ini terdapat beberapa kesalahan yaitu, pada kalimat “Zaman telah berubah kita sebagai pemuda zaman sekarang harus bisa melek politik” ada kesalahan pada kata-kata melek politik karena dalam politik kita bukan “melek” dalam arti membuka mata tetapi dalam arti yaitu mengerti politik, sehingga kalimat tersebut salah karena kata-kata tersebut tidak tepat. Terdapat kesalah pada kalimat “Ini adalah zaman pesta demokrasi setiap warga negara berhak memilih.” Terdapat kesalahan yaitu pada kalimat “zaman pesta demokrasi” kalimat ini tidak tepat karena tidak ada pembuktian kebenaran fakta kalimat tersebut.
Saran bagi wacana ini sebaiknya menambahkan kutipan untuk menunjang kalimat tersebut agar kebenarannya dapat terukur dengan kata lain kalimat itu terbukti benar dan tidak menggunakan kata-kata pengartian lain agar dapat lebih dimengerti oleh pembaca awam.
Penolakan terhadap wacana 14
Terdapat penolakan terhadap wacana 14 karena terdapat kalimat “Bicara soal pemilihan umum telah tercantum dalam pancasila pada sila ke 4. Menurut salah satu anggota DPR dari fraksi Partai Amanat Nasional “Kalau dikaji dari sisi susunan kalimatnya, sebenarnya permusyawaratan dalam bentuk perwakilan adalah titik tekan dari sistem demokrasi yang diingin pada sila keempat itu,” kata Hosnan Achmadi di Pamekasan” kalimat tersebut tidak benar karena bukan hanya sila ke 4 yang merupakan landasan pemlihan umum masih banyak landasan hukum yang lain yang menjadi landasan hukum pemilihan umum contohnya adalah undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2007 tentang peyelenggaraan pemilihan umum, beserta penjelasannya. Oleh karena itu kalimat tersebut tidak benar.
Nama : Daniel Silaen
BalasHapusKelas : XII IPA 2
Nomor absen : 07
Wacana 9
Opini paragraf 1 : Saya penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas
PM : Semua yang pergi ke Monas penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas.
Pm : Saya pergi ke Monas
Kesimpulan : Saya penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas.
Opini paragraf 2 : Entahlah, mungkin pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut.
PM : Semua yang dihampiri Satpol PP belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut
Pm : Pengelola kincir angin itu dihampiri Satpol PP
Kesimpulan : Pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut.
Opini paragraf 3 : Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
PM : Semua warga yang marah mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
Pm : Dia adalah warga yang marah
Kesimpulan : Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang.
Opini paragraf 4 : Dia mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
PM : Semua yang ditangkap dan dilepas tanpa diberi bekal keterampilan mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
Pm : Dia ditangkap dan dilepas tanpa diberi bekal keterampilan.
Kesimpulan : Dia mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik.
Opini paragraf 5 : Sikap Satpol PP (Pemerintah) menurutnya akan memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
PM : Semua PKL yang diusir dan dipaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
Pm : Satpol PP mengusir PKL
Kesimpulan : Satpol PP memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman.
Opini paragraf 6 : Dan parahnya setelah PKL-PKL ini diusir keluar dari Monas, beberapa saat kemudian beberapa Satpol PP mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka usir tadi.
PM : Semua tindakan salah dengan mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka usir tadi.
Pm : Satpol PP bertindak salah
Kesimpulan : Satpol PP mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka usir tadi.
Tanggapan Wacana 9:
Saya kurang setuju dengan wacana tersebut karena memiliki kaidah-kaidah silogisme yang belum benar yaitu kesalahan terdapat pada premis mayornya. Salah satu kesalahannya karena premisnya bersifat negatif. Sesuai dengan kaidah silogisme, bila salah satu premisnya negatif, maka tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih. Maka dapat dikatakan bahwa wacana tersebut tidak sah atau tidak valid. Selain itu, wacana ini juga dapat dikatakan belum tentu benar atau thruth karena setiap premis dan kesimpulan hanya menggunakan opini dari satu pandangan saja dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Dalam pembuatan wacana untuk memperkuat bukti dari opini yang diberikan dapat juga menyertakan atau melampirkan bukti-bukti nyata agar setiap opini yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal itu juga dapat megurangi kekeliruan yang terjadi akibat dari penyalahgunaan opini yang tidak bertanggungjawab.
Wacana nomor sembilan sebaiknya dilakukan revisi atau perbaikan isi wacana agar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang timbul karena adanya premis negatif dan juga tetap memperhatikan dari kaidah-kaidah silogisme yang tepat. Kaidah silogisme juga dapat digunakan sebagai pedoman untuk membuat suatu pernyataan sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami) hingga dapat membentuk kesimpulan sebagai konsekuensi logis.
ricardpascaris@gmail.com
BalasHapusNama : Ricard Pascaris Isidorus Sidabutar
Kelas /no : XII P2/26
inti kalimat opini Wacana 6
1.Mata ahok sudah merah melihat arkir liar yang memacetkan lalulintas, dan sampai kata kta tidak senonoh keluar dari mulutnya.
Kesimpulan : Ahok marah melihat parkir liar
PM : Semua Kemacetan lalulintas disebabkan oleh Parkir Liar
Pm : Ahok Marah melihat kemacetan lalulintas
2.salah satu kemacetan yang sering terjadi adalah setia jumaat-an,jalan diblokir oleh masjid untuk dijadikan tempat ibadah, ara muslimahbershembayang di jalan.
Kesimpulan : Kemacetan yang sering terjadi akibat jalan diblokir
PM : Semua Tempat ibadah memblokir jalan
Pm : Kemacetan yang sering terjadi akibat tempat ibadah
3.Pemandangan ini banyak terajadi dimana mana, mereka yang jelas jelas menggangu lalulinta, saya ingin tahu Si "Pembrani" Ahok berani tidak menindak mereka yang jelasjelas melanggar UU lalulintas dam perda.
Kesimpulan : ahok berani tidak menindak meraka yang melanggar
PM : Semua pandangan ini untuk menindak mereka yang melanggar
Pm : ahok berani tidak melihat pemandangan ini
4. kalau soal parkir amburadul didepan gereja, saya juaga berpandangan sama
Kesimulan : saya berpandangan sama soal parkir amburadul
PM : Semua yang kekurangan lahan adalah semua parkir amburadul
Pm : saya berandangan sama tentang yang kekurangan lahan.
ricardpascaris@gmail.com
BalasHapusNama : Ricard Pascaris Isidorus Sidabutar
Kelas /no : XII P2/26
Lanjutan analisis Wacana no 6
Penulis mendapatkan 4 buah kalimat oini yang secara validisitas adalah sah, kalimat ini sudah memenuhi ersyaratan dalam silogisme karena kalimat tersebut terdiri atas Kesimpulan, Permis Mayor,Permis minor, sehingga daat dikatakan sah atau valid.
Namun dibeberaa kalimat oini di wacana 6 banyak ernyataan yang tidak seuai dengan truth atau kebenarannya karena tidak sesuai dengan realita yang ada atau dengan terukur contohnya ahok marah karena parkir liar, belum tentu "ahok marah hanya dengan arkir liar bisa saja ahok marah dengan yang lainnya. yang kedua adalah "kemacetan sering terjadi karena jalan diblokir" belum tentu penyebab kemacetan adalah pemblokiran jalan, bisa saja karena alasan yang lain dan kurang terukur. Yang ketiga adalah "Ahok berani tidak menindak meraka yang melanggar " belum tentu kan Ahok mau mengurus meraka yang melanggar lalulintas.
Saran enulis adalah sebaiknya kalimat ini harus memunyai kebenaran yang dapat diukur dan memerbaiki kosa kata sesuai kaidah di kamus besar bahasa indonesia agar daat memaksimalkan hasil dari kalimat oini tersebut.
Kalimat "saya iungin tahu si "pemberani" Ahok berani tidak menindak mereka yang jelas jelas melanggar UU lalulintas dam perda" Penolakan pada kalimat ini akibat dari Kejelasan tentang suatu yang mutlak.
Nama : Novela Christy Tamara
BalasHapusKelas/ No. : XII IPA 2/ 23
Wacana 5
1. Restrukturisasi
1.1. Opini 1
Pm : Bangunan megah adalah borobudur
PM : Borobudur membuat takjub semua orang
Kesimpulan : Bangunan megah membuat takjub semua orang
1.2. Opini 2
Pm : Asik banget dilihat Borobudur
PM : Borobudur merupakan pemandangan yang indah
Kesimpulan : Pemandangan yang indah asik banget dilihat
1.3. Opini 3
Pm : Liburan kali ini merupakan liburan ke Borobudur
PM : Sangat seru liburan ke Borobudur
Kesimpulan : Liburan kali ini sangat seru
1.4. Opini 4
Pm : Liburan ke Jogja pasti menyenangkan dan memberi pengalaman
PM : Pasti menyenangkan dan memberi pengalaman yang indah
Kesimpulan : liburan ke Jogja sangat indah
2. Tanggapan dan Penolakan
Pada wacana 5 yang berjudul "Liburan Seru Ke Jogja" merupakan wacana yang sahih atau valid. Dikarenakan wacana tersebut sudah memiliki batasan-batasan yang akhirnya dapat membentuk premis minor, premis mayor dan kesimpulan. Dengan adanya batasan A, B , dan C serta dengan adanya premis minor, premis mayor, dan kesimpulan membuktikan bahwa wacana tersebut sudah sesuai dengan kaidah penalaran silogisme.
Untuk membentuk suatu wacana yang baik, bukan hanya berdasarkan kesahihan tetapi juga harus berdasarkan kebenaran. Pada keempat opini yang penulis ketemukan, tidak terdapat satupun kebenaran dari keempat opini diatas. Pada keseluruhan keempat opini diatas masih terdapat kata yang tidak dapat diukur kebenarannya. Seperti halnya pada opini satu yaitu kata semua orang. Tidak semua orang takjub dengan adanya bangunan megah. Pada opini kedua yaitu terdapat kata asik banget. Menurut penulis, banget merupakan kata yang tidak dapat diukur. Opini ketiga yaitu sangat seru, sangat disini sama seperti pada opini kedua yang tidak dapat diukur kejelasan dan kebenarannya. Pada opini terakhir terdapat kata sangat yang tidak dapat diukur kejelasannya, sangat itu sebaiknya diukur seberapa besar maksud keindahan dalam opini tersebut.
Menurut penulis, alangkah baiknya apabila kata sangat, paling, dan semua pada keempat diatas diganti dengan kata-kata yang sudah dapat diukur kebenarannya. Seperti contohnya pada opini pertama, kata semua orang diganti dengan nama orang atau jumlah orang menurut survei. Apabila opini tersebut sudah jelas kebenarannya, pembaca yang lain dapat mengetahui kebenaran dari opini tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Ira Octaviani
BalasHapusKelas/No.absen: XII IPA 2/16
Wacana 3
1. Kesimpulan : Kader Partai Waka Umum PP Partai Golkar Agung Laksono tidak akan ada yang masuk dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Premis Minor : Kader Partai Waka Umum PP Partai Golkar Agung Laksono tidak atas nama partai
Premis Mayor : Semua kader partai yang tidak atas nama partai tidak akan ada yang masuk dalam kabinet Jokowi-JK
2. Kesimpulan : Kader terbaik koalisi Merah Putih ditarik ke pemerintahan Jokowi.
Premis Minor : Kader terbaik koalisi Merah Putih tidak mewakili partainya.
Premis Mayor : Semua kader yang tidak mewakili partainya ditarik ke pemerintahan Jokowi.
3. Kesimpulan : Kader Golkar yang ditawari Jokowi menjabat sebagai menteri.
Premis minor : Kader Golkar yang ditawari oleh Jokowi bukan perwakilan partai.
Premis Mayor : Semua kader yang bukan perwakilan partai menjabat sebagai menteri.
4. Kesimpulan : Orang yang merasa diri mereka adalah wakil partai bukanlah wakil rakyat.
Premis minor : Politisi yang merasa diri mereka adalah wakil partai adalah para politisi pengekor Koalisi Merah Putih.
Premis Mayor : Semua para politisi pengekor koalisi merah putih bukanlah wakil rakyat.
5. Kesimpulan : Tidak ada wakil menteri ikut dalam Kabinet Indonesia bersatu.
Premis minor : Tidak ada wakil menteri yang diluar pemerintahan ala KMP.
Premis Mayor : Semua Wakil Menteri yang berada diluar pemerintahan ala KMP ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
6. Kesimpulan : Oposisi tidak merugikan jalannya pemerintahan.
Premis minor : Oposisi tetap berlandaskan konstitusi, Pancasila, dan UUD 1945.
Premis Mayor : Semua yang tetap berlandaskan konstitusi, Pancasila, dan UUD 1945 tidak merugikan jalannya pemerintahan.
7. Kesimpulan : Anggota DPR dan bupati bisa disogok.
Premis minor : Sebagian anggota DPR dan bupati merupakan anggota geng KMP.
Premis Mayor : Semua anggota geng KMP bisa disogok.
Tanggapan wacana 3
Pada wacana 3, penulis menemukan 7 kalimat opini. Ketujuh kalimat opini tersebut sudah memenuhi syarat penalaran silogisme yang ada. Yaitu, memiliki kesimpulan, premis minor dan premis mayor.
Ketujuh wacana yang sudah memenuhi syarat penalaran silogisme berarti kalimat tersebut sudah sasih. Namun, kalimat tersebut tidak mengandung kebenaran. Karena pada inti opini 1, karena tidak semua kader partai yang tidak atas nama partai yang akan ditarik kedalam pemerintahan Jokowi-JK namun bisa juga kader partai lain yang membawa nama partai.
Pada inti opini 2 juga diragukan kebenarannya karena tidak semua kader yang tidak mewakili partai akan ditawari Jokowi sebagai menteri. Karena sudah pasti Jokowi hanya akan memilih orang dengan integritas tinggi. Pada inti opini kelima pula terdapat kesalahan. Karena tidak semua wakil menteri diluar KMP ikut dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Pada inti opini keempat, dikatakan bahwa semua politisi yang merasa diri mereka adalah wakil partai adalah wakil rakyat belum tentu benar. Karena tidak semua politisi merasa mereka adalah wakil partai namun menganggap diri mereka wakil rakyat. Karena pada hakikatnya politisi adalah perpanjangan tangan rakyat dalam sistem Pemerintahan. Pada inti opini 7 belum tentu benar karena tidak semua anggota KMP bisa disogok. Predikat disogok pada kalimat ini tidak terukur sehingga tidak benar.
icardpascaris@gmail.com
BalasHapusNama : Ricard Pascaris Isidorus Sidabutar
Kelas /no : XII P2/26
1.Jalan jaksa juga dikenal tempat berkumulnya Bule-bule "kere",mungkin saja sebutan itu dikarenakan beberapa bule yang lewat berakaian lusuh, memakai backpack lalu hotelnya juaga tidak terlihat mewah di jalan jaksa temat nongkrongnya un sangat sederhana.
Kesimpulan : Jalan jaksa tempat berkumpulnya bule kere
Permis Mayor : Semua pernah mengenal jalan jaksa
Permis minor : tempat berkumpulnya bule kere sangat dikenal.
2.Eh tapi pandangan bahwa jalan jaksa ada bule kere ternyata tidak bisa lagi dianggap seerti itu
Kesimpulan : dijalan jaksa hanya ada bule kere tidak bisa lagi dianggap seerti itu.
PM : Semua hanya pandangan tidak bisa lagi dianggap seerti itu.
Pm : dijalan jaksa hanya ada bule kere hanya sebagai pandangan.
3.Karena jika kita menacu dari biaya yang ditawarkan di jalan jaksa, mungkin kita sendiri akan berikir untuk membayarnya jika kita mau makan dan tinggal samai beberaa hari di jalan jaksa tersebut.
Kesimupulan :kita sendiri akan berikir jika kita mengacu dari biaaya.
PM : Semua tidak mau tinggal beberapa hari karena membuat kita sendiri akan berikir.
Pm : jika kita mengacu dari biaaya tidak ada yang mau tinggal beberapa hari.
4.yang pasti jalan jaksa adalah wilayah wisatawan yang aling mudah aksesnya menuju tempat-tempat wisata di jakarta.
Kesimpulan : Jalan jaksa yang paling mudah aksesnya menuju temapt-tempat wisata di jakarta.
PM : Semua yang praktis adalah yang paling mudah aksesnya menuju temapt-tempat wisata di jakarta.
Pm : Yang praktis adalah jalan jaksa
ricardpascaris@gmail.com
BalasHapusNama : Ricard Pascaris Isidorus Sidabutar
Kelas /no : XII P2/26
Lanjutan analisis Wacana no 13
Penulis mendapatkan 4 buah kalimat oini yang secara validisitas adalah sah, kalimat ini sudah memenuhi ersyaratan dalam silogisme karena kalimat tersebut terdiri atas Kesimpulan, Permis Mayor,Permis minor, sehingga daat dikatakan sah atau valid.
Pada kalimat oini tersebut masih banyak kesalahan ada engejaan di kalimat oini dan juaga tidak menggunakan tata bahasa yang baik dan benar serta kebenarannya masih belum bisa diukur, diketahui dengan pasti contohnya "Jalan jaksa juga dikenal tempat berkumulnya Bule-bule "kere",mungkin saja sebutan itu dikarenakan beberapa bule yang lewat berakaian lusuh, memakai backpack lalu hotelnya juaga tidak terlihat mewah di jalan jaksa temat nongkrongnya un sangat sederhana", "kere disini meruakan satuan yang tak daat diukur dan juaga tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik.
Saran penulis adalah agar opini tersebut lebih banyak menggunakan kaidah dan bahasa indonesia yang baik dan benar juaga kalimat oini tersebut harus menunjukan satuan yang terukur agar dapat dibukktikan kebenarannya.
Penolakan Wacana 13
Kalimat "alan jaksa juga dikenal tempat berkumulnya Bule-bule "kere",mungkin saja sebutan itu dikarenakan beberapa bule yang lewat berakaian lusuh, memakai backpack lalu hotelnya juaga tidak terlihat mewah di jalan jaksa temat nongkrongnya un sangat sederhana" kata kere tidak menggambarkan dan menafsirkan nilai yang sesungguhnya pada bule tersebut sehingga menimbulkan ketidak astian data pada kaliamat tersebut.
Nama : Novela Christy Tamara
BalasHapusKelas/ No. : XII IPA 2/ 23
Wacana 12
1. Restrukturisasi
1.1. Opini 1
Pm : Elpiji merupakan kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga
PM : Semua kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga merupakan topik utama di jejaring sosial
Kesimpulan : Elpiji merupakan topik utama di jejaring sosial
1.2. Opini 2
Pm : Teman saya memberi tips pada pembelian tabung gas
PM : Pembelian tabung gas ketika tabung gas sedang langkah
Kesimpulan : Teman saya memberi tips untuk ketika tabung gas sedang langkah
1.3. Opini 3
Pm : konsumen membeli barang grosiran
PM : Semua orang yang membeli barang grosiran membayar dengan harga murah
Kesimpulan : konsumen membayar barang dengan harga murah
1.4. Opini 4
Pm : Semua orang yang berpenghasilan rendah merupakan konsumen gas 3kg
PM : Semua konsumen gas 3kg mendapatkan subsidi
Kesimpulan : Semua orang yang berpenghasilan rendah mendapatkan subsidi
1.5. Opini 5
Pm : Kenaikan harga gas setiap bulan membuat harga gas meningkat sebesar Rp 72.000,-
PM : Harga gas meningkat sebesar Rp 72.000,- membuat pengeluaran rumah tangga membengkak
kesimpulan : Kenaikan harga gas setiap bulan membuat pengeluaran rumah tangga membengkak
1.6. Opini 6
Pm : Pertamina mengambil kebijakan kenaikan secara bertahap
PM : Kenaikan secara bertahap dapat mengurangi gejolak ekonomi
Kesimpulan : Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi gejolak ekonomi
1.7. Opini 7
Pm : Indonesia merupakan salah satu penghasil gas alam
PM : Semua penghasil gas alam mampu mengekspor gas alam
Kesimpulan : Indonesia mengekspor gas alam
1.8. Opini 8
Pm : Saya tidak memiliki pengetahuan tentang gas
PM : Semua orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang gas agak sulit menjawab pertanyaan itu
Kesimpulan : Saya agak sulit menjawab pertanyaan itu
1.9. Opini 9
Pm : LPG dan gas alam memiliki penyusun berbeda
PM : Penyusun berbeda membuat karakteristik berbeda
Kesimpulan : LPG dan gas alam memiliki karakteristik berbeda
1.10. Opini 10
Pm : Pertamina memonopoli perdagangan gas
PM : Dengan memonopoli perdagangan gas tidak membuat persaingan di pasar gas sehat
Kesimpulan : Pertamina tidak membuat persaingan di pasar gas sehat
1.11. Opini 11
Pm : Pertamina melakukan kebijakan ekonomi
PM : Semua perusahaan yang melakukan kebijakan ekonomi memiliki harga gas terendah
Kesimpulan : Pertamina memiliki harga gas terendah
1.12. Opini 12
Pm : Pertamina menanggung beban kerugian akibat rendahnya harga jual
PM : Semua perusahaan yang menanggung beban kerugian akibat rendahnya harga jual akan memberikan kenaikan harga yang wajar
Kesimpulan : Pertamina memberikan kenaikan harga yang wajar
1.13. Opini 13
Pm : Pertamina akan terus memperbaiki pelayanan distribusi
PM Upaya untuk memperbaiki pelayan distribusi yaitu dengan memberikan sanksi keras bagi distributor nakal
Kesimpulan : Pertamina memberikan sanksi keras bagi distributor nakal
1.14. Opini 14
Pm : Informasi gas kepada publik mengenai sistem harga gas, keamanan, distribusi, dan pemanfaatan gas
PM : Sistem harga gas, keamanan, distribusi, dan pemanfaatan gas dapat diberikan melalui media masa
Kesimpulan : Informasi gas kepada publik dapat diberikan melalui media masa
1.15. Opini 15
Pm : Kalangan tidak mampu mengalami peningkatan pengetahuan gas
PM : Peningkatan pengetahuan gas dapat membantu mendapatkan gas 3kg
Kesimpulan : Kalangan tidak mampu sulit mendapatkan gas 3kg
Nama : Ira Octaviani
BalasHapusKelas/No.absen: XII IPA 2/16
Wacana 10
Kalimat opini wacana 10
1. Kesimpulan : Pemda DKI Jakarta mengambil kebijakan dengan menderek kendaraan dan mendendanya Rp 500.000,-
Pm : Pemda DKI Jakarta menderek mobil dan motor yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang”.
PM: Semua mobil dan motor yang parkir di bahu jalan atau di tempat-tempat yang diberi marka “dilarang” diderek dan didenda Rp 500.000
2. Kesimpulan : Warga DKI Jakarta dianggap bebal oleh Pemda DKI Jakarta.
Pm: Warga DKI Jakarta tidak tahu aturan.
PM: Semua orang yang tidak tahu aturan dianggap bebal oleh Pemda DKI Jakarta.
3. Kesimpulan : Wagub DKI menyediakan lahan bagi pengguna kendaraan.
Pm: Wagub DKI membuat logika yang sesat.
PM: Semua logika yang sesat adalah logika yang menyediakan lahan bagi pengguna kendaraan.
4. Kesimpulan : Pemda DKI Jakarta mengingkari janji-janjinya dulu.
Pm: Pemda DKI Jakarta terkenal dengan jargon Jakarta Baru.
PM: Semua yang terkenal dengan jargon Jakarta baru mengingkari janji-janjinya dulu.
5. Kesimpulan: Ahok gulirkan program Derek parkir liar berikut dendanya.
Pm: Ahok diberikan apresiasi oleh saya.
PM: Semua program Derek parkir liar berikut dendanya diapresiasi oleh saya.
Tanggapan wacana 10
Penulis menemukan 5 kalimat opini pada wacana ke-10. Dan semua kalimat opini tersebut memenuhi syarat penalaran silogisme yang ada atau dengan nama lain sahih. Karena mengandung kesimpulan, premis minor dan premis mayor.
Tetapi tidak semua kalimat tersebut mengandung kebenaran (truth) karena seperti misalnya pada premis mayor dikatakan semu warga yang tidak tahu aturan dianggap bebal oleh Pemda DKI Jakarta. Karena pada dasarnya orang yang tidak tahu aturan bias saja sudah memenuhi aturan tanpa mengetahui aturan yang ada karena prinsip hidupnya.
Juga pada premis mayor kalimat opini ke-3 dikatakan bahwa semua logika sesat adalah logika yang menyediakan lahan bagi pengguna kendaraan. Karena pada dasarnya menyediakan lahan bagi pengguna kendaraan bukanlah logika sesat. Pada kalimat opini 3, premis mayornya mengandung kesalahan karena tidak semua orang memiiki jargon Jaakarta baru.
Menurut penulis, sebaiknya pengarang menggunakan kalimat yang lebih baku dan dapat dimengerti. Namun, ini bisa jadi kesalahan penulis dalam menanggapi.
Nama : Novela Christy Tamara
BalasHapusKelas/ No. : XII IPA 2/ 23
Wacana 12 (lanjutan)
2. Tanggapan dan Penolakan
Pada wacana 12 yang berjudul "Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial" menurut saya sudah sahih karena dari kelima belas inti opini memiliki batasan A,B, dan C serta memiliki premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Premis miyor, premis mayor dan kesimpulan dapat dibentuk apabila memiliki batasan-batasan, jadi apabila belum terdapat batasan kemungkinan besar kalau opini tersebut bersifat tidak sahih. Tetapi pada kelima belas opini yang penulis dapatkan tidak terdapat satupun opini yang tidak memiliki batasan, semua opini yang penulis ketemukakan memiliki batasan. Dengan adanya semua batasan A, B, dan C penulis dapat membentuk premis-premis yang ada serta kesimpulan berdasarkan rumus penalaran silogisme yang terdapat pada kaidah penalaran silogisme.
Pada kelima belas opini masih terdapat banyak opini yang tidak dapat dikatakan benar. Menurut penulis dari kelima belas opini yang ada hanya terdapat lima opini yang dapat penulis katakan benar, opini tersebut diantaranya adalah opini kedua, keenam, kesembilan, kesepuluh, dan keempat belas. Karna menurut penulis penyusunan kalimat dan kata sudah benar dan tepat. Sedangkan, sisa opini yang lain masih terdapat ketidak tepatan. Kebanyakan dari kesepuluh opini tersebut masih menggunakan kata yang tidak dapat diukur kebenarannya. Adapula opini yang semua katanya dapat diukur tetapi ketepatan katanya salah.
Menurut penulis, sebaiknya kata yang masih belum dapat ditentukan kebenarannya diganti dengan kata yang sudah pasti kebenarannya agar para pembaca wacana tersebut lebih mengerti isi wacana tersebut. Penggunaan kata-kata yang belum tepat juga harus diperbaiki agar memperjelas pembaca. Penggunaan judul terhadap isi opini juga masih sulit dimengerti. Sebaiknya judul dan opini lebih diperluas agar dapat membentuk premis minor, mayor, dan kesimpulan yang baik. Dapat penulis simpulkan bahwa wacana 12 yang berjudul "Opini Liar Gas Elpiji dari Bincang Media Sosial" memiliki kesahihan sesuai kaidah penalaran silogisme dan masih belum dapat dikatakan benar.