SISI PSIKO-TEMATIK DALAM HATI PEREMPUAN KARYA 22 WANITA PENYAIR INDONESIA


1.         PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Sampai hari ini sebagian kaum perempuan masih aktif dalam perjuangan persamaan hak dengan kaum laki-laki atau yang lazim disebut kesetaraan gender. Sebenarnya sebagian besar perempuan yang sedang berjuang itu adalah para perempuan yang sudah "merdeka". Biasanya mereka itu dari kalangan wanita karier yang sukses, punya prestasi, punya latar belakang pendidikan yang tinggi. Mereka tetap giat berjuang atas nama semua perempuan yang masih "terpasung/ tidak memiliki hak setara dengan laki-laki/ perempuan yang tertindas".

Karya sastra merupakan hasil kreativitas seorang sastrawan sebagai bentuk seni. Karya sastra bersumber dari kehidupan dipadukan dengan imajinasi pengarangnya. Hal ini wajar terjadi sebab pengarang tidak lepas dari ikatan-ikatan status sosial tertentu dalam masyarakat, di samping karya sastra merupakan salah satu hasil seni yang fiktif.

Menurut Nurgiantoro (2007: 3) fiksi sebagai karya imajiner, biasanya menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali setelah melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog kontemplasi dan reaksi pengarang dan lingkungan serta kehidupan dan mengajak pembaca memasuki pengalaman imajinasi melalui tokoh-tokoh.

Dalam perkembangan sastra di Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang, banyak bermunculan karya yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan dengan perempuan. Permasalahan itu terjadi karena perempuan cenderung dianggap lemah oleh laki-laki. Hal ini terjadi dari zaman ke zaman. Banyaknya permasalahan yang dihadapi perempuan sekarang ini maka muncul gerakan gender yang bertujuan memperjuangkan hak perempuan agar sejajar dengan laki-laki. Dengan adanya kesejajaran tersebut perempuan tidak akan lagi dipandang lemah oleh laki-laki.


Menurut Sugihastuti (2010: 31), analisis gender harus melibatkan kedua jenis manusia dalam mengungkapkan kehidupan tokoh perempuan. Dengan melibatkan dua jenis seks manusia dapat dilakukan perbandingan peran,status, dan posisi seseorang dalam suatu masyarakat tertentu. Hal ini dibantu dengan jalan mengajukan pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa. Sugihastuti (2010: 47) menambahkan bahwa penelitian tentang wanita dalam karya sastra merupakan penelitian tentang kehidupan wanita dan berbagai permasalahannya. Penelitian tentang wanita di antaranya yaitu cara pandang pria terhadap wanita dan sebaliknya. Penelitian tentang kreativitas yang terikat dengan potensi di tengah-tengah tradisi kekuatan pria. Dan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan teori dalam penderitaan wanita.


Feminisme berhubungan dengan konsep sastra secara feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan focus analisis kepada wanita (Sugihastuti, 2010: 37). Selama ini dianggap dengan sendirinya bahwa yang mewakili pembaca dan penciptaan dalam sastra Barat adalah laki-laki. Kritik sastra feminis menunjukkan bahwa pembaca wanita membaca persepsi dan harapan ke dalam pengalaman sastranya. Arti kritik sastra feminis secara sederhana adalah sebuah kritik sastra yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia (Showalter dikutip Sugihastuti, 2010: 141). Sampai hari ini sebagian kaum perempuan masih aktif dalam perjuangan persamaan hak dengan kaum laki-laki atau yang lazim disebut kesetaraan gender. Sebenarnya sebagian besar perempuan yang sedang berjuang itu adalah para perempuan yang sudah "merdeka". Biasanya mereka itu dari kalangan wanita karier yang sukses, punya prestasi, punya background pendidikan yang tinggi. Mereka tetap giat berjuang atas nama semua perempuan yang masih "terpasung/ tidak memiliki hak setara dengan laki-laki/ perempuan yang tertindas".

Masalah yang terus-menerus tentang emansipasi sebenarnya bukan karena laki-laki menjadikan wanita sebagai objek, melainkan karena perempuan sendiri yang berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Dalam parlemen di Indonesia ada sekelompok pejuang perempuan yang meminta "quota" 30% dalam keanggotaan legislatif, minta daftar nama perempuan di taruh di barisan atas dalam pemilihan. Bahkan iklan tentang ini banyak diekspos di televisi. Ini justru sangat bertentangan dengan perjuangan feminisme. Sebab kalau meminta "quota" artinya kaum perempuan ini yakin tidak mampu bersaing secara normal/ fair dengan laki-laki dalam dunia politik, sehingga perlu "kuota". Apabila para aktivis perempuan ini yakin betul bahwa kaum kemampuan perempuan sejajar dengan laki-laki mengapa tidak bersaing secara fair saja. Iklan tersebut menggambarkan unsur pemaksaan dan mengarah kepada sifat KKN. Sehingga kemudian kita mendapati bahwa iklan tersebut merupakan sebuah ironisme dari perjuangan perempuan yang selama ini digembar-gemborkan.


Kaum perempuan di-lain sisi sudah menggeser peran-peran laki-laki, begitupun tidak ada golongan yang mengatasnamakan diri mereka "Man´s Lib" protes tentang hal-hal contohnya sebagai berikut : Ada Ladies Bank (Bank Niaga sudah mempeloporinya) dimana semua staff dalam beberapa cabang adalah perempuan. Ada Gereja yang semua/ sebagian besar pekerjanya adalah perempuan, dari gembala sidang, majelis, pemusik dsb. Banyak pabrik-pabrik yang hanya menerima pekerja perempuan daripada laki-laki, di pabrik rokok, sepatu, mainan anak-anak lebih suka menerima pekerja perempuan. Kita lihat disini kaum lagi-laki sudah tergeser di ladang pekerjaan dan karier. Batapa banyak manager/ direktur/ pebisnis/ guru perempuan. Kadang juga saya sering mendapat keluhan dari laki-laki bahwa mereka lebih sulit mendapat ladang pekerjaan dibanding perempuan.


Masalah kesetaraan gender yang gencar didengungkan kaum perempuan itu akan selalu ada jika kaum perempuan tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah "mitra" melainkan sebagai pesaing dan musuh.


Ideologi gender yang berpihak pada maskulinitas, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat patriarkis, telah berabad-abad memerangkap kaum perempuan hanya sebagai the second sex (makhluk kelas dua dari sisi gender). Singkatnya, perempuan adalah subordinasi dari superioritas kaum lelaki. Secara kultural pun dikonstruksikan bahwa perempuan lebih rendah daripada lelaki sehingga banyak lahir mitos yang mengajarkan bahwa perempuan harus taat dan setia pada lelaki, sementara pada lelaki tidak ada tuntutan untuk setia pada perempuan. Mitos yang terkenal terkait soal ini adalah mitos Sita: Sita diwajibkan menjalani pati obong untuk membuktikan kesuciannya setelah sekian lama diculik Rahwana. Pati obong hanya berlaku untuk kaum perempuan, dan tidak berlaku untuk kaum lelaki karena lelaki tidak dituntut setia pada perempuan. Mitos Sita tersebut secara langsung dan tidak langsung makin mengukuhkan mitos kejantanan dan dominasi lelaki terhadap perempuan: lelaki yang beristri lebih dari satu dipuja sebagai lelaki jantan dan perkasa. 

Ketimpangan dan ketidaksetaraan gender itu pada akhirnya melahirkan feminisme, yang menuntut adanya kesetaraan gender. Dalam khazanah sastra Indonesia Nh. Dini dan Toeti Herati dapat disebut yang pertama-tama melahirkan karya-karya yang bercorak feminis. Melalui novelnya Pada Sebuah Kapal, La Barka, dan Namaku Hiroko, Nh. Dini berupaya memperlihatkan bahwa kaum perempuan juga setara dengan laki-laki, terutama dalam kehidupan seksual. Namaku Hiroko lebih unik lagi, karena sekaligus mempertontonkan bagaimana dalam masyarakat Jepang yang patriarkis kaum lelakinya cenderung hanya menganggap perempuan sebagai objek pelampiasan seksual belaka.

Di era 70-an, Marianne Katoppo menulis Raumanen. Karya yang cukup fenomenal pada masanya ini, mengisahkan romansa Manen dan Monang. Manen yang hamil tidak juga mendapat kepastian dari Monang untuk menikahinya, malah Monang hendak menikahi gadis lain pilihan keluarganya. Manen tidak sanggup menerima malu dari lingkungannya, akhirnya bunuh diri.

Linus Suryadi AG (1978-1980) berikut, yang ditulis di era yang hampir sama dengan Raumanen dalam judul Pengakuan Pariyem, Dunia Batin seorang wanita Jawa. Dikisahkan tokoh Pariyem yang seorang babu, mengandung anak putra juragannya. Dia rela disetubuhi oleh Den Bagus Ario Atmojo hingga hamil. Pariyem tak menuntut apa-apa. Kini muncul karya sastra lain yang bisa dijadikan sebagai perbandingan prosa liris tersebut dengan nukilan Menyusu Ayah (Djenar Maesa Ayu , 2004) dan Permainan Tempat Tidur (2003) di atas. Harus diakui, ada perbedaan mendasar di antara karya yang saya cuplik, pertama; karya tersebut ditulis dalam masa yang berbeda. Kedua; perbedaan gender penulisnya. Tidak ada pemberontakan sedikitpun dalam tokoh Pariyem, sedang Nayla dan tokoh aku (perempuan) dalam karya Maya Wulan, sangatlah melawan, bahkan berani membunuh laki-lakinya.

Marianne Katoppo mungkin belum seberani Djenar ataupun Maya Wulan ketika menulis Raumanen, maka ia memutuskan Manen membunuh dirinya sendiri daripada membunuh Monang dan masuk penjara. Keberanian yang timbul sangat terasa berkembang dari masa ke masa, yang pasti gender penulis berpengaruh kuat terhadap karya yang ditulisnya. Jika Pengakuan Pariyem ditulis oleh penulis yang berbeda gender (baik dalam masa 70-an, apalagi dalam masa sekarang), maka saya yakin tidak begitu jalan ceritanya.


Tahun 2004, setelah pengumuman pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 -yang ternyata tiga dari lima pemenangnya adalah perempuan-, Sapardi Djoko Damono (ketua juri) mengatakan bahwa masa depan sastra Indonesia ada di tangan perempuan. Banyak pihak yang kontra terhadap pernyataan ini, mengatakan bahwa pernyataan Sapardi sangat berlebihan dan tidak beralasan.

Kini, sudah lebih dari tiga tahun setelah pengumuman Sayembara Novel DKJ 2003, DKJ kembali mengadakan sayembara serupa. Di antara rentang waktu tersebut, harus diakui muncul banyak buku fiksi yang ditulis oleh perempuan. Chicklit (kependekan dari chick-literature), sastra untuk kaum perempuan yang umumnya bercerita tentang perempuan dewasa (sekitar usia 20-30 tahun) di masyarakat urban. Genre yang berpayung pada fiksi popular inilah yang paling banyak muncul, dan Icha Rahmawati mendeklarasikan karyanya, novel Cintapuchino, sebagai chiklit asli Indonesia. Icha kemudian punya pengikut jauh lebih banyak dari Ayu Utami. Persamaannya, pengikut-pengikut tersebut umumnya perempuan. 

Chiklit dituturkan dengan gaya yang sangat urban. Bagaimana para perempuan muda dewasa bergelut dengan karier dan asmaranya, memutuskan mana yang harus diutamakan. Umunya, cerita yang ditawarkan adalah cerita perempuan lajang. Adegan hubungan seks? Ada di beberapa karya. Tetapi kelihatannya para pembaca (dan kritikus) tidak terlalu ambil pusing, dan tidak terlalu menganggapnya vulgar seperti karya Ayu Utami ataupun Djenar.


Dalam chicklit kisah tokoh-tokoh perempuan langsung diposisikan di lingkungan yang independen, yang sudah sangat menerima kesetaraan gender. Pergulatan yang ada umumnya hanya pergulatan batin dengan diri sendiri dan antar tokoh; memilih antara karier atau asmara, atau memilih satu di antara beberapa lelaki yang ada. Sedang di dalam karya perempuan penulis non-chiklit, konflik yang timbul di dalam diri tokoh perempuan tidak sekedar konflik batin. Lebih dari itu, melibatkan lebih jauh sosial dan budaya yang ada di sekitarnya, termasuk dengan lingkungan sekitar yang mengikatnya dalam adat dan kebiasaan.

Seorang laki-laki bisa saja menulis sastra feminis, tetapi belum tentu ia bisa mendapat esensi keinginan kesetaraan gender, sekalipun ia seorang feminis. Ada banyak hal yang tidak dialami laki-laki yang terjadi pada perempuan, dimulai dari perubahan tubuhnya sendiri seumur hidup, reaksi masyarakat terhadap status dirinya, reaksi diri perempuan terhadap adat budaya, juga pencarian pengakuan terhadap karya-karyanya. Bagaimana cerita diakhiri adalah bentuk perlawanan dan tuntutan kesetaraan gender yang dilakukan oleh tokoh perempuan.

Sekitar 1—2 dasawarsa terakhir ini karya-karya yang bercorak feminis makin bermunculan, antara lain oleh Ayu Utami, Dorothea Rosa Herliany, Oka Rusmini, dan Djenar Mahesa Ayu. Barangkali di antara pembaca karya-karya feminis itu ada yang bertanya-tanya, mengapa seks begitu diumbar dalam karya-karya tersebut, misalnya dalam novel Saman Ayu Utami dan kumpulan cerpen Djenar Mahesa Ayu Jangan Main-Main dengan Kelaminmu. Patut dicatat, kaum feminis pada umumnya beranggapan bahwa seks adalah simbol dominasi lelaki terhadap perempuan. Karena itu, dalam upaya perlawanan atas dominasi dan superioritas kaum lelaki terhadap perempuan, seks dan lembaga perkawinan adalah hal yang paling “diserang” oleh kaum feminis, dalam arti didekonstruksikan, dijungkirbalikkan, dan diparodikan.

Dalam dunia puisi, banyak kumpulan puisi yang dihasilkan oleh kaum perempuan. Semakin hari semakin banyak hasil karya para penyair wanita. Namun, sebagaimana karya satra merupakan hasil kreativitas para pengarang atas dunianya maka buku kumpulan puisi para penyair wanita memiliki bermacam-macam tema, gagasan, dan misi yang diperjuangkan. Ada yang berisi ungkapan perasaan berkaitan dengan kisah cinta, pengalaman hidup, keprihatinan sosial, perjuangan idealisme, kasih sayang, pendidikan, dan lain-lain. Tidak banyak penyair wanita Indonesia yang secara konsisten mempunyai misi emansipasi. Patut dicatat, dalam khazanah sastra Indonesia dapat dikatakan hanya ada tiga penyair yang secara konsisten menyuarakan feminisme dalam sajak-sajak mereka, yakni Toeti Herati (Mimpi dan Pretensi), Dorothea Rosa Herliany (Nikah Ilalang, Kill The Radio/Sebuah Radio Kumatikan, Nyanyian Gaduh, Para Pembunuh Waktu), dan Oka Rusmini (Patiwangi, Pandora). Puisi merupakan karya sastra yang memiliki karakter sangat unik. Seperti dikatakan oleh Edwin Arlington Robinson (Cole, 1931: 25) ”Poetry has two outstanding characteristics. One is that it is, after all, undefineable, the other is that it is eventually unmistakable”. Puisi dikatakan memiliki karakter yang tidak dapat didefinisi atau justru ketika didefinisi maka pemaknaan ini tidak ada yang salah. Dengan melihat dua karakter tersebut, puisi memberi ruang interpretasi yang lebih luas. Puisi yang tercipta dalam untaian kata yang indah dapat dikatakan multi-interpretable.

Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi adalah karya estetis yang bermakna atau berarti, dan bukan sesuatu yang kosong (Riffaterre dalam Pradopo, 1991: 5). Analisis puisi dapat berkembang tidak hanya dalam kajian strukturnya saja karena aspek pendukung seperti latar belakang terciptanya puisi dapat menjadi faktor penting dalam analisis. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebelum masuk pada pengkajian aspek-aspek yang lain, puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis (Pradopo, 1991: 5) .

Puisi merupakan hasil kreatifitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi juga tersusun atas unsur-unsur yang beraneka ragam. Unsur-unsur tersebut antara lain berupa kata-kata, bentuk, pola rima, ritma, ide, makna atau masalah yang diperoleh penyairnya di dalam hidup dan kehidupan yang hendak disampaikannya kepada pembaca, pendengar, melalui teknik dan aspek–aspek tertentu. Unsur-unsur yang membangun puisi meliputi imajinasi, emosi dan bentuknya yang khas (Brahim dalam Sayuti, 1985: 14) . 

William J. Grace dalam Sayuti (1985: 14) mengatakan bahwa watak puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi dan sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan pikiran, konstruksi dan analisis. Pemaknaan puisi atau pemberian makna puisi ini berhubungan dengan teori sastra masa kini yang lebih menekankan perhatian pada pembaca. Puisi adalah artefak yang baru mempunyai makna apabila diberi makna oleh pembaca. Akan tetapi pemberian makna tidak boleh asal-asalan tetapi berdasarkan atau dalam kerangka semiotik (ilmu/sistem tanda), karena karya sastra merupakan sistem tanda (Pradopo, 1991: 278).

Banyak antologi puisi karya penyair wanita di Indonesia. Di antara karya-karya tersebut bahkan sudah ada yang diakui dunia. Patut dicatat, dalam khazanah sastra Indonesia dapat dikatakan hanya ada tiga penyair yang secara konsisten menyuarakan feminisme dalam sajak-sajak mereka, yakni Toeti Herati (Mimpi dan Pretensi), Dorothea Rosa Herliany (Nikah Ilalang, Kill The Radio/Sebuah Radio Kumatikan, Nyanyian Gaduh, Para Pembunuh Waktu), dan Oka Rusmini (Patiwangi, Pandora).

Di sisi lain demikian marak buku puisi karya penyair perempuan yang terbit dan berada di berbagai daerah. Karya tersebut umumnya berupa antologi. Banyak juga bermunculan karya bersama dua, beberapa, bahkan relatif banyak penyair wanita dalam bentuk antologi. Buku tersebut antara lain Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia 2005, karya Fathin Hamama, Helvy Tiana Rosa, Medy Loekito, dkk, Dianing Widya Yudhistira, Penerbit Risalah Badai, Jakarta, 2005, Nyanyian Pulau-pulau: Antologi Puisi Wanita Penulis Indonesia, Penerbit: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta (2010); Antologi Puisi 22 Perempuan Indonesia Hati Perempuan, Penerbit Kosa Kata Kita, Jakarta (2011), Di Antara Dua Dunia (2010); Puisi-puisi Feminis “Seperti Pagi” karya R. Valentina Salah Bagala, Penerbit Institut Perempuan, Jakarta (2010).

Pembahasan akademis tentang feminisme juga sudah dilakukan, antara lain Feminisme dalam Puisi Abdul Wachid B.S. karya Teguh Trianton, disampaikan dalam sebuah seminar, Feminisme dalam Kumpulan Puisi Suryatati A. Manan Walikota Tanjungpinang: Studi Perkembangan dan Perubahannya, karya Riau Wati, Penerbit Umroh Press (2010). Banyak pembahasan puisi feminisme secara akademis, namun sulit diperoleh datanya.

Antologi Puisi 22 Perempuan Indonesia Hati Perempuan adalah salah satuantologi puisi karya perempuan-perempuan penyair Indonesia yang isinmya antara lain mencerminkan kerangka berpikir para wanita penyair itu tentang sikap dan pandangan pria terhadap wanita. Dalam antologi puisi ini, para penyair mengungkapkan di antaranya gambaran bagaimana pandangan laki-laki terhadap sosok wanita. Antologi puisi ini menarik untuk dikaji karena sedikit kajian serupa dilakukan sebuah antologi. Di sisi lain antologi ini berbagai kota di Indonesia, dari Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatera. 

Banyak karakter puisi yang tercipta dalam antologi ini. Secara tematis ada yang mengungkapkan perasaan cinta-kasih, kehidupan, kebahagiaan, kesedihan, dan kematian. Wanita selalu menjadi yang kedua. Wanita tidak pernah mendapat porsi untuk menjadi yang pertama. Sungguh disayangkan, wanita menyadari dan menerima hal tersebut sebagai satu kewajaran. Hal ini telah berlangsung dari dulu sampai sekarang yang bahkan telah dimulai sejak abad sebelum masehi. Sistem budaya di belahan dunia manapun turut melanggengkan sistem ini, stigma ini akhirnya diterima secara umum sebagai kebenaran. Kesadaran semu yang ditanamkan terhadap otak wanita telah mengaburkan makna yang sesungguhnya dari hakikat dari segi hegemoni kekuasaan dan laki-lakidi tengah hadirannya di dunia. Karena itulah antologi puisi menarik untuk dikaji sebagai salah satu sisi perjuangan feminisme.


1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa feminisme muncul dalam puisi-puisi karya 22 wanita penyair adalam antologi puisi Hati Perempuan? 
1.2.2 Bentuk feminisme seperti apakah yang terdapat puisi-puisi karya 22 wanita dalam antologi puisi Hati Perempuan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui mengapa feminisme muncul dalam puisi-puisi karya 22 wanita penyair adalam antologi puisi Hati Perempuan?
1.3.2 Mengetahui bentuk feminisme seperti apakah yang terdapat puisi-puisi karya 22 wanita dalam antologi puisi Hati Perempuan?


1.4 Manfaat

1.4.1 Memanfaatkan hakikat feminisme puisi-puisi karya 22 wanita penyair dalam antologi puisi Hati Perempuan untuk layanan pendidikan kepada anak didik dalam kaitannya dengan pendidikan karakter.
1.4.2 Memanfaatkan bentuk feminisme yang terdapat puisi-puisi karya 22 wanita dalam antologi puisi Hati Perempuan untuk layanan pendidikan kepada anak didik dlam kaitannya dengan pendidikan karakter


2. PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian

Pembahasan tentang kritik sastra feminis yang mengarah kepada pengertian dan pendekatan, perlu diawali dengan sebuah pertanyaan yang relevan, yakni ”Apakah kritik sastra feminis itu?”. Kritik sastra feminis dapat diartikan sebagai ”seorang pengritik harus menyadari adanya jenis kelamin lain yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan” (baca : perempuan). Selama ini orang selalu berfikir bahwa laki-laki selalu menjadi kunci dalam berbagai permasalahan kehidupan manusia. Ini mengandung arti bahwa laki-laki lebih banyak berbicara tentang kehidupan perempuan, sementara jarang (sedikit) seorang perempuan berbicara tentang laki-laki.

Kritik sastra feminis bukan berarti pengritik perempuan (atau perempuan pengritik?), bukan pula kritik tentang perempuan, melainkan membaca sebagai perempuan. Secara jelas dilukiskan oleh Culler dalam Sugihastuti (2002:7) yang menyebut sebagai reading as a woman, membaca sebagai perempuan. Yoder (1987) dalam Djajanegara (2003 16) menyebut bahwa kritik sastra feminis itu bukan berarti pengritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan; arti sederhana kritik sastra feminis adalah pengritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita.

Lebih lanjut dikatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan upaya yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan, dan menafsirkan karya sastra sebagai perempuan. Dalam permasalahan ini ternyata terdapat perbedaan yang nyata ketika para pembaca perempuan dan kritikus perempuan membawa persepsi, pengertian, dan dugaan yang berbeda pada pengalaman membaca karya sastra apabila dibandingkan dengan laki-laki.

Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Weedon (1987) dalam Sugihastuti (2002 : 5).yang menjelaskan tentang faham feminis dan teorinya, bahwa faham feminis adalah politik, sebuah politik langsung mengubah hubungan keluarga, kekuatan kehidupan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Kekuatan ini mencakup semua struktur kehidupan, segi-segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan kekuasaan. Segi-segi kehidupan itu menetapkan siapa, apa, dan untuk siapa, serta akan menjadi apa perempuan itu. 

Berkaitan dengan pendekatan dalam kritik sastra feminis, pada makalah ini hendak diusahakan penyederhanaan pemahaman tentang prasangka gender. Prasangka gender (bias gender) perlu segera mendapatkan perhatian dan langkah penjelasan. Dan adanya praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patriarkhat, yang sampai sekarang diasumsikan menguasai penulisan dan pembacaan sastra, perlu segera dibongkar. Dengan kata lain kemampuan perempuan dalam bersastra, mengritik sastra, memberikan warna dan pencitraan terhadap sastra harus diperhitungkan dan tidak lagi dinomorduakan.

Berbagai permasalahan muncul saat kata feminisme diketengahkan, mulai dari politik, ekonomi, hukum, agama, dan termasuk di dalamnya sastra. Berbagai pembicaraan harus mengalami penekanan khusus saat kata feminisme menjadi salah satu bagiannya. Dalam dunia politik, timbul berbagai pemikiran manakala keberpihakan kepada wanita relatif kecil, terbukti jumlah wanita yang bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan kaum laki-laki sangat terbatas. Bagaimana mengukur ketidakadilan yang dialami perempuan? Dari segi politik, representasi perempuan di Indonesia termasuk paling rendah peringkatnya di tingkat dunia, yakni 74 dan hanya mencapai angka 8 persen (dari 500 anggota DPR hanya 40 orang perempuan).

Pemeran paling dominan dalam bidang ekonomi pun kaum pria, ini tidak bisa dipungkiri manakala para pemilik perusahaan besar adalah kaum laki-laki. Jika ada satu dua wanita di dalamnya, mereka hanya berperan sebagai second level (person) saja. Hak kepemilikan harta kekayaan dan properti menjadi dominasi laki-laki.
Bagaimana dengan hukum dan agama? Tentu tidak jauh berbeda keadaannya. Kaum perempuan selain tidak mendapatkan peranan yang penting dalam dua segi kehidupan yang terakhir tersebut, mereka lebih banyak menjadi sasaran (objek), dan belum banyak berperan sebagai pelaku (subjek/ agent). Sepanjang sejarah di belahan dunia patriarki seperti di Indonesia, representasi isu-isu perempuan di segala bidang (politik, ekonomi, budaya, agama, dan sebagainya) telah dikesampingkan dan ditolak di dalam wacana publik. Sedikit sekali kita menyaksikan perdebatan-perdebatan isu-isu perempuan apalagi mempermasalahkan ”kekuasaan” (power) yang telah direbut laki-laki di dalam dunia publik (Arivia, 2006 : 4)

Permasalahan dalam bidang sastra, agak berbeda. Banyak karya-karya penulis wanita, akan tetapi sudut pandang perempuan (kewanitaan) dalam dunia sastra dianggap masih relatif terbatas. Bagaimana upaya mereka mengangkat persoalan wanita dalam sastra belum mendapat sambutan hangat (sepenuhnya) dari kaum pria. Kepedulian laki-laki terhadap permasalahan perempuan baik dalam tindakan nyata (kehidupan) maupun dalam wacana sastra belum mencapai porsi yang semestinya, kecuali pada beberapa tokoh sastra seperti Toety Herati (wanita) dan Pramoedya Ananta Toer (pria).


Melihat karya-karya Pramoedya yang sarat dengan permasalahan perempuan di berbagai karyanya, terlihat jelas keinginan Pramoedya mengemukakan perasaan, pemikiran, dan problem perempuan pada zamannya, yang masih sangat relevan hingga kini. Berikut adalah masalah-masalah perempuan yang diangkat oleh Pramoedya: perempuan sebagai objek, perempuan kuat berkarakter, dan kekerasan terhadap perempuan (Arivia, 2006 : 140-147).

Pada pemikiran Toeti Heraty, sosok wanita perlu mendapatkan perhatian dan pengkajian secara lebih intens, karena sosok wanita pada satu sisi bisa lebih hebat dari pria, baik kemampuan berpikir maupun bertindaknya. Sebut saja tokoh janda Calon Arang. Feminin writing yang dilakukan oleh Toeti Heraty terlihat bebas, liar dengan ijmajinasi, tanpa kekangan, kata-kata yang terus mengalir tidak bisa dibendung, ia melepaskan ikat tali segala ”norma-norma” yang melilit. Calon Arang memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan mampu untuk memberontak dengan membiarkan bahasa-bahasanya berlari bebas ke segala arah dan tidak perlu sama sekali harus dipimpin oleh rasio seperti yang diyakini Keith Foulcher dalam epilog Calon Arang karya Toeti Heraty; bahwa karya Toeti mengajak pembaca untuk berpikir. Karya Toeti mengajak para pembaca untuk bergairah karena hanya dengan gairah/ keinginan bukan rasio, perempuan dapat bebas dari struktur-struktur pemikiran laki-laki. Karena pada akhirnya, ’toh’ para perempuan hanya dapat bebas dari penindasan bila ada gairah/ keinginan dan bukan rasio. (Arivia, 2006 : 159).

Menurut M.H. Abrams, pendekatan yang digunakan untuk memberikan kritik kepada karya sastra (terutama novel) sedikitnya ada 4, yakni pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan objektif. Sedangkan Rahmad Djoko Pradopo menjelaskan bahwa teori strukturalisme merupakan pendekatan yang bersifat objektif, yaitu pendekatan yang menganggap karya sastra sebagai ”makhluk” yang berdiri sendiri. Karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan bahkan pengarangnya sendiri. Oleh karena itu untuk dapat memahami sebuah karya sastra (novel), karya sastra (novel) itulah yang harus dianalisis struktur intrinsiknya (Sugihastuti, 2002 : 43).

Menurut Moeliono yang dikutip oleh Sugihastuti (2002: 47), kritik sastra feminis merupakan salah satu teori kritik sastra yang paling dekat untuk dipakai sebagai alat penjawabnya. Dalam arti leksikal, feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Sedangkan menurut Philips Bob Cock Goefe feminisme ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.

Dalam ajaran Islam pun permasalahan gender mendapatkan perhatian yang sangat serius, sebagaimana ilustrasi berikut, “Yang dijadikan pegangan dalam pandangan Islam ialah bahwa wanita dan pria, atas dasar kenyataan bahwa yang satu adalah wanita dan yang lain adalah pria, tidaklah identik dalam banyak hal. Dunia mereka tidaklah persis sama, dan watak serta pembawaan mereka tidaklah dimaksudkan supaya identik. Oleh sebab itu dalam banyak hak, kewajiban, dan hukuman, keduanya tidak harus menempati kedudukan yang sama. 

Tampaklah bahwa berbagai pemikiran intensif tertuju pada permasalahan ini. Terlepas dari itu tampak jelas bahwa semangat dan konsentrasi dunia sedang terfokus pada upaya memberikan tempat lebih leluasa kepada wanita untuk lebih tampil di depan dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.

2.1.2 Kritik Sastra Feminisme

2.1.2.1 Konsep dasar 
Feminis berasal dari kata femme (woman), artinya perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan interelasi jender. Feminis dalampengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarjinalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 2004: 184). Feminisme secara umum berarti ideologi pembebasan perempuan karena ada keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelamin.

Feminisme pada dasarnya mempunyai relasi erat dengan jender sebagai fenomena budaya. Gerakan feminisme menjadi gugatan terhadap konstruksi sosial dan budaya yang meminggirkan peran perempuan. Gerakan feminis secara leksikal berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Feminis adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita. Teori feminis adalah alat kaum wanita untuk memperjuangkan haknya yang berkaitan dengan feminisme memiliki asumsi yang sejajar, mendekonstruksi sistem dominan ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai hetero-centric (untuk orang lain) (Ratna, 2004: 186).

Tujuan feminis adalah untuk meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sederajat dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Cara mencapai tujuan feminis adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki dan membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Menurut para feminis, nilai tradisional inilah yang menjadi penyebab utama inferioritas atau kedudukan dan derajat rendah kaum wanita. Nilai-nilai ini menghambat perkembangan wanita untuk menjadi manusia seutuhnya. 

Asal mula kritik feminis berakar dari protes-protes perempuan melawan diskriminasi yang mereka derita dalam masalah pendidikan dan sastra. Setelah tahun 1945, kritik feminis menjadi proses yang lebih sistematis, yang kemunculannya didorong oleh kekuatan modernisasi yang begitu kuat seperti masuknya perempuan dari semua kelas ke dalam kekuatan publik dan proses-proses politik. Kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca sebagai wanita sebagai dasar menyatukan pendirian bahwa perempuan dapat membaca dan menafsirkan sastra sebagai perempuan (Sugihastuti, 2002: 202). 

Kritik sastra feminis adalah membaca sebagai perempuan, yakni kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra (Culler dikutip Sugihastuti, 2002: 7). Para pengkritik sastra feminis memiliki tujuan penting dari kritik sastra feminis, yaitu ingin membantu agar pembaca dapat memahami, mendeskripsikan, menafsirkan, serta menilai karyakarya yang ditulis oleh pengarang (Djajanegara, 2000: 27).

2.1.2.2 Langkah-langkah untuk mengkaji sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan feminis antara lain:
a) mengidentifikasikan satu atau beberapa tokoh wanita, dan mencari kedudukan tokoh-tokoh itu dalam masyarakat; 
b) meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati; 
c) mengamati sikap penulis karya yang sedang dikaji (Djajanegara, 2000: 53-54).

2.1.2.3 Macam kritik sastra feminis menurut Djajanegara (2000: 28-39) adalah
a) Kritik sastra feminis ideologis, yaitu kritik sastra feminis yang melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Adapun yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita dalam penelitiannya adalah citra serta stereotype wanita dalam karya sastra. Selain itu meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab mengapa wanita sering ditiadakan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra.
b) Kritik sastra feminis-gynocritic atau ginokritik, yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji penulis-penulis wanita. Kajian dalam kritik ini adalah masalah perbedaan antara tulisan pria dan wanita.
c) Kritik sastra feminis-sosialis atau kritik sastra marxis adalah kritik sastra feminis yang meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat tokoh wanita dalam karya sastra lama adalah wanita yang tertindas yang tenaganya dimanfaatkan untuk keperluan kaum laki-laki yang menerima bayaran.
d) Kritik sastra feminis-psikoanalitik adalah kritik sastra feminis yang diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedang tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.
e) Kritik sastra feminis-ras atau kritik sastra feminis-etnik yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji tentang adanya diskriminasi seksual dari kaum laki-laki kulit putih atau hitam dan diskriminasi rasial dari golongan mayoritas kulit putih, baik laki-laki maupun perempuan. Kritik sastra feminis lesbian, yakni kritik sastra feminis yang yang hanya meneliti penulis atau tokoh wanita saja. Dalam kritik sastra feminis ini, para pengkritik sastra lesbian lebih keras untuk memasukkan kritik sastra feminis lesbian ke dalam kritik sastra feminis serta memasukkan teks-teks lesbian ke dalam kanon tradisional maupun kanon feminis.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kritik sastra feminis merupakan kritik sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia. 

Dalam pengertian yang paling luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial lainnya. Jadi, feminisme adalah keyakinan yang berasal dari Barat, berkaitan dengan kesetaraan sosial, ekonomi dan politik antara laki-laki dan perempuan, yang tersebar ke seluruh dunia lewat berbagai lembaga yang bergerak atas nama hak-hak dan kepentingan perempuan. 

Di sini juga dijelaskan bahwa akan bisa diketahui bahwa term feminisme berkaitan erat dengan women`s movement dan gender identity.(http://inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=148:kritik-terhadap-konstruksi-feminisme-dalam-novel-perempuan-berkalung-sorban&catid=32:gender&Itemid=100 - _edn5). Dalam pengertian yang lebih sempit, dalam sastra, feminisme dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi. Emansipasi wanita dengan demikian merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu sosial kontemporer lebih dikenal sebagai gerakan kesetaraan gender (http://inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id =148:kritik-terhadap-konstruksi-feminisme-dalam-novel-perempuan-berkalung-sorban&catid=32:gender&Itemid=100 - _edn6). 

2.2 Deskripsi Fisik Buku

2.2.1 Judul                         : Hati Perempuan, Antologi Puisi 22 Perempuan Indonesia
2.2.2 Penyunting                : Anisa Afzal, Nia Samsihono, dan Susy Ayu
2.2.3 Penerbit, Kota          : Jakarta, Kosakatakita
2.2.4 Cetakan                   : Pertama, Desember 2011\
2.2.5 Ukuran                    : 13 X 20 Cm
2.2.6 Tebal                       : 310 halaman
2.2.7 Jenis Kertas             : HVS bening

2.2.8 Nama-nama Penyair : 1) Ana Mustamin (Jakarta); 2) Aida Ismet (Batam); 3) Anisa Afzal (Sukabumi); 4) Ariana Pegg; 5) Denok Kristianti (Denpasar); 6) Dyah Setiawati (Tegal); 7) Elis Tating Bardiah (Bandung); 8) Free Hearty (Jakarta); 9) Heni Hendrayani Sudarsana (Bandung); 10) Linda Djalil; 11) Martha Sinaga (Bogor); l2) Menur Hayati Adiwoyono (Jakarta); 13) Nia Samsihon0 (Jakarta); 14) Nona G. Muchtar (Jakarta); 15) Ratna Dewi Barrie (Bandar Lampung); 16) Rita Sujono (Jakarta); 17) sastri Sunarti Sweeney (Jakarta); 18) Soesi Satro (Depok); 19) Sedarnawati Yasni M. (Bogor); 20) Susy Ayu (Bekasi); 21) Suryatati A. Manan (Tanjung Pinang); dan 22) Ully Sigar Rusady (Jakarta).

2.2.9 Kata Pengantar: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak republic Indonesia: Linda Amalia Sari Gumelar. Subtsansi kata pengantar: antologi puisi karya 22 perempuan Indonesia berasal dari berbagai profesi yang punya minat dan kecintaan terhadap dunia seni, khususnya puisi, selain berlatarbelakang keragaman domisili (9 kota di Indonesia: Jakarta, Depok, Bogor, Bandung, Sukabumi, Bandar Lampung, Denpasar, Batam, dan Tanjung Pinang). Antologi ini sebagai wujud kerjasama kaum perempuan Indonesia yang mampu memperkuat jejaring sosial berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Diharapkan buku ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk pengembangan pada berbagai bidang kehidupan.

2.2.10 Kata pengantar penyunting: Sastra adalah tulisan yang dhasilkan dari hati yang paling dalam tentang apa pun sehingga mampu menjadi kalimat-kalimat indah yang mampu memasuki hati pembaca secara lembut, menghidur, dan menambah kepekaan-kepekaan yang tidak terduga. Sebuah karya sastra tercipta dari perenungan-perenungan yang amat dalam. Hal tersebut amat dominan bagi kaum perempuan. Rasa itu senantiasa berdetak dan menggeliat dalam setiap gerak dan kehidupannya, impian-impian mereka, penyesalan, keriangan, suka cita ataupun rasa yang lain. Tujuannya untuk membangkitkan minat dan semangat perempuan Indonesia agar menuliskan pengalaman menjadi bahan perenungan bagi perempuan lain maupun masyarakat.

2.2.11 Penyair dan Hasil karyanya

1) Karya Nana Mustamin dimuat sebanyak 12 buah: a) Dekaplah Bunga dariku di Dadamu; b) Tamu di 401, Hotel radisson; c) Dongeng Kancil dan Buaya; d) Pentas Luka; e) Aku Hampir Saja Terperangkap; f) Anak-anaklah yang Mengajari Kita; g) Breakfirst Meeting 1; h) Breakfirst Meeting 2; i) Breakfirst Meeting 3; j) Trading, Hari Ini; k) Ulang Tahun; dan l) Sihir Kita. 

2) Karya Aida Ismet diambil sebanyak 11 puisi: a) Ibunda; b) Celoteh seekor Burung Tua di Sudut Kota; c) Indonesia Menangis 1; d) Indonesia Menangis 2; e) Indonesia Menangis 3; f) Sujudku; g) Kesucian Hati; h) Sepotong Puisi Pendek dari Mama; i) Zaman I; j) Zaman II; dan k) Jakarta.

3) Karya Anisa Afzal ditampung sejumlah 12 puisi: a) Tetesan Rentang; b) Anakku Sayang; c) Wajah Mata; d) Kiblat; e) Mata Ibu; f) Tarian Perempuan; g) Tanpa Tanda Tanya; h) Kuntum Jemari; i) Perempuan Sumarah; j) Kolibri; k) Menggenggam Menara; dan l) Potret Malam. Karya Ariana Pegg ditulis sejumlah 12 Puisi: a) Studi Banding; b) Journey to the Past; c) Pekerjaan Rumah Anakku; d) Ramalan; e) Spekkoek; f) Pabrik Tahu 1; g) Pabrik Tahu 2; h) Ballada Secarik Voucer 1; i) Ballada Secarik Voucer 2; j) Menteri dan Mantri; k) Jamuran Hati; dan l) Keyla Minta Es Krim.


4) Karya Dhenok Kristianti dimuat sejumlah 12 puisi: a) Ujung Pengembaraan Sampan Tua; b) Monumen Pasir; c) Dunia dalam Derita; d) Di Ujung Rindu Seorang Ibu; e) Risau yang Risau; f) Embun; g) Untuk Bunsuku; h) Mentari Saksi; i) Perubahan; j) Blunder; k) Lelaki Ini, Siapa Dia?; dan l) Waktu.

5) Karya Dyah Setyawati dimuat 12 puisi: a) Bulan Berkaca pada Lautmu; b) Andai Kupinjam Namamu Dewi Renuka; c) Tikam; d) Zigzag Orang dan Sapa Semut; e) Aubade buat Buah Tubuhku; f) Bukan di Atas Ponimin; g) Kau; h) Sangsi; i) Rindu Ayah; j) Bayang Ibu; k) Keramas Luka; dan l) Harap.

6) Karya Elis Talting Bardiah dimuat 12 puisi: a) Terimakasih Ibu; b) Ruang Debu; c) Azan; d) Arti Sepiku; e) Tersentuh Kenangan; f) Senja; g) Silam; h) Terasing; i) Aku Mencintai Sunyi; j) Kesaksian; k) Tuhan tak Hendak Dibagi; l) Rindu pada Ibu.

7) Karya Free Kearty dimuat 12 puisi: a) Merdekalah; b) Dosa Medusa; c) Masihkah Lalai dan Abai Padanya; d) Nikmat Mankakah yang Kita Pungkiri;e) Pasrah Padamu; f) Uggghhh; g) Kupanggil Ibu; h) Pesona; i) Masihkah; j) Cemburu; k) Dalam Kabut; dan l) Dura Itu di Matamu, Ibu.

8) Karya Heni Hendrayani Sudarsana dimuat 12 puisi: a) Gadis Usia Belasan; b) Celanamu; c) Pemilik Ingatanku; d) Pagang Liar Hatiku; e) Murni; f) Peremuan Itu Duaku; g) Tanganmu, Ibu; h) Warung Remang-remang; i) Siapa; j) Ketulusan; k) Perempuan Pemecah Batu; dan l) Attar.

9) Karya Linda Jalil dimuat 12 puisi: a) Mariam; b) Akhirnya; c) Lidah Perempuan Itu; d) Gelap Sekali di Sini; e) Semua Tanpa Parih; f) Selembar Daun; g) Istri Buta; h) Rinduku; i) Pria Itu; j) Asmara dan Asmara; k) Ibu yang Pelacur Itu; dan l) Cerita Lama di Sentong.

10) Karya Marta Sinaga dimuat sebanyak 12 puisi: a) Halusinasi sang Hawa; b) Lkon Perempuan; c) Lipat Titian seorang Hawa; d) Narasi Perempuan; e) Diam; f) Perempuan Itu Sudah Mati; g) Perempuan Peneluh; h) Rawan Diri; i) Rindu Ibu; j) Roh Ibu; k) Tirani Perempuan; dan l) Satu Jawaban.

11) Karya Menur Hayati Adiwiyono dimuat 12 puisi: a) Elegi Perempuan; b) Kau; c) Tanah Air; d) Bapak dan Kenanganku; e) Kado Ultah Buat Ibu; f) Dua Perempuan; g) Percakapan Dua Hati; h) Hening; i) Perjalanan 1; j) Perjalanan 2; k) Napasku; dan l) Ilusi.

12) Karya puisi Nia Samsihono dimuat sebanyak 12 buah: a) Rinai; b) Akar Kuning; c) Tajuk Mahkota; d) Pindah; e) Kinyah Bawi; f) Kunti Nalibrata; g) Subadra; h) Kirana; i) Dewi Amba; j) Malam Membentang di Antara Kehidupan; k) Cupu Manik Astagina; dan l) Dewi Durga.

13) Karya Nona G. Muhtar dimuat 12 puisi: a) Hemodialis; b) Hati yang Tawar; c) Rahasia; d) Perempuan Pemuja Malam; e) Keutuhan Menujumu; f) Wajah Sunyi; g) Nyala Itu, Engkau; h) Cahaya; i) Wajah Ini; j) Aku dan Pria Italia Itu; k) Caraku Mencintaimu; dan l) Segala Kegalauan Itu.

14) Karya Ratna Dewi Bakrie dimuat 12 puisi: a) Perempuan di Ujung Jalan; b) benda di Tanah Merah; c) Setengah Telanjang; d) Pada Tepian Tangga; e) Happy Valentine; f) Vitamin; g) Takkan Pernah Peduli Lagi; h) Happy Womens Day?; i) Padamu Ibu; j) Aborsi; k) Tak Cuma Bicara Bunga; dan l) Parfum.

15) Karya Rita Sujono dimuat sebanyak 12 puisi: a) Aku dan Dara; b) kerinduan di Pantai Nambo; c) Boen; d) Titie; e) Aku Cemburu; f) 60 Tahun; g) Perjalanan Kita; h) Krisis Kami dan Kita; i) Marah; j) Sabahat; k) dansa; dan l) Puisi Sederhana.

16) Karya Satri Sunarti Sweeny dimuat sebanyak 12 puisi: a) Menandaimu; b) Sajak Keenam; c) Buat PS; d) Di Keheningan Puisi; e) Baru Kini Kutahu; f) Mimpi; g) Selamat malam; h) Rindu; i) Ketika; j) Bulan Jingga di Malaka; k) Paris Creamy; dan l) Di Tepi Sungai Siene.


17) Karya Soesi sastro dimuat sebanyak 12 puisi: a) Sebelum Lahir; b) Susu; c) Buruh Brondolan; d) Sepotong perempuan; e) Perempuanmu; f) perempuan Jala Ikan; g) Ibuku; h) Maaflan Kuambil Jalamu; i) Surga atau Neraka; j) Ratu Lebah; k) Pingitan; dan l) Doa Perempuan untuk Anaknya.

18) Karyya Sedarnawati Yasni dimuat 12 karya puisinya: a) Sosok Perempuan Kini; b) Kilas Balik Seorang Wanita; c) Pudarnya Lamunan Kuncup Melati; d) Perahu Panggilan Hati; e) Penggalan Potret Hidupmu; f) Meraih Kemenangan di Negara Sakura; g) Indahnya Kehdiupan yang Harmonis; h) B erbagi Meraih Karunia Ilmu; i) Kemenangan dalam Berperan Serta; j) Harapan Ibu pada Anaknya; k) Kepemimpinan Kartini Masa Kini; dan l) Ujian bagi Diriku dan Kaumku.

19) Karya Susy Ayu dimuat sebanyak 12 puisi: a) Sajak seekor Badak; b) Pada Suatu Masa di kelenteng Ma Zu; c) Tersesat; d) Opera Malam; e) Sebaris Cinta; f) Sepanjang Waktu; g) Kamulah; h) Bambu-Bambu di Pekarangan; i) Mendung di Dermaga; j) Menepi Lalu Cium Aku; k) Sajak Rindu Apalagi; dan l) Daun-daun Milik Kita.


20) Karya Suryatati A. Manan dimuat sebanyak 12 puisi: a) Teman Berbagi; b) Ibu 2011; c) Perempuan-perempuan; d) Nenek Sekarang; e) Perempuan yang Satu Ini; f) Perempuan Indonesia; g) Maunya Perempuan; h) Dilema Perempuan; i) Doa Seorang Ibu; j) Perempuan Melayu; k) Sampai Kapan; dan l) Emak.

21) Karya Ully Sigar Rusadi dimuat sebanyak 12 puisi: a) Kepada Seorang Pahlawan; b) Didiklah Aku; c) Apologia Laut; d) Laut 38; e) Kidung Air Hujan; f) Angan-angan; g) Stanza Doa; h) Ya Ilahi; i) Sujud Sakralku; j) Nyanyian Fana; k) Kepada Sepi; dan l) Dialog Daun.

2.3 Metodologi Penelitian

2.3.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian terhadap feminisme dalam Antologi Puisi 22 Perempuan Indonesia “Hati Perempuan” ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha memerikan fenomena yang ditemukan dalam antologi tersebut secara operasional, teritama dari segi isi, pilihan kata, dan kalimat yang digunakan oleh para perempuan penulis puisi-puisi tersebut. 

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kritik sastra feminis-psikoanalitik. Kritik sastrau feminis-psikoanalitik adalah kritik sastra feminis yang diterapkan pada tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada apa yang disampaikan penulis atau imajinasi `tokoh` wanita, sedang `tokoh` wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.

Setelah peneliti membaca antologi pusi di atas ditemukan gejala-gejala feminisme yang dilakukan oleh para penyair dalam beberapa puisinya. Karakter individu terlihat dalam puisi-puisi mereka. Ditemukan warna dan nuansa feminisme muncul dalam banyak puisi pada antologi tersebut. Setiap penyair memiliki idealisme dan ekspresi ungkapan emosi dan pikiran mereka sehingga personalisasi jati diri terungkap. Hal ini amat menarik untuk diteliti dar sisi feminisme. 

2.3.2 Sumber Data

Data puisi penelitian didasarkan pada Antologi Puisi 22 Perempuan Indonesia Hati Perempuan. Buku ini memuat karya-karya puisi 22 perempuan. Rata-rata sebanyak 12 puisi mereka yang dimuat dalam antologi tersebut, kecuali penyair Aida Ismet, hanya sebelasw puisinya yang dimuat dalam antologi tersebut. Dengan demikian terdapat 263 puisi perempuan penyair yang dimuat.

Buku ini diterbitkan oleh KosaKataKita, Jakarta, tahun 2011, disunting Anisa Afzal, Nia Samsihono, dan Susy Ayu, dicetak di atas kertas HVS doft, ukuran 13.5 X 20 cm, cetakan pertama.

2.3.3 Sistem dan Cara Pengumpulan Data

Buku ini memuat 263 puisi penyair perempuan dalam berbagai profesi dan usia. Klasifikasi profesi dapat digolongkan menjadi penulis on-line, dosen, anggota DPR, desainer, penulis cerpen dan humor, guru, anggota komunitas sastra, wartawan, jurnalis, karawan Badan Bahasa, pengusaha, dokter umum, pemimpin redaksi majalah, walikota, dan penyanyi-pemeduli lingkungan.

Pendidikan mereka mayoritas sarjana, dan beberapa di antaranya mengenyam S2 dan S3. Klasifikasi usia dapat dikelompokkan menjadi : a) 31-40 tahun; b) 41-50 tahun; dan c) 51-60 tahun.

2.3.4 Cara Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan cara pengolahan data sebagai berikut:
a) Pidentifikasian fisik buku, sebagaimana dipaparkan di bagian depan
b) Pengidentifikasian biodata 22 penyair, meliputi tempat tanggal lahir, pendidikan, dan profesi atau karier.
c) Pengklasifikian judul puisi sebagai langkah pendahuluan menafsirkan isi. Langkah ini pun memerlukan tindakan lebih lanjut, yaitu membaca puisi secara lengkap guna mengapresiasi isi atau tema puisi.
d) Penginventarisasian larik-larik puisi yang merupakan bagian pendukung tafsiran tema. Berdasarkan hal tersebut dilakukan klaisifikasi dan hasilnya untuk kemudian disusun pelaporan.

2.4 Hasil Analisis 

Buku kumpulan puisi Hati Perempuan secara umum bisa dikatakan mengungkapkan suara hati kaum perempuan. Suara hati perempuan secara psikologis mengungkapkan kekayaan imajinasif para penyair perempuan tentang hakikat hidup dan kehidupan, baik berupa pengalaman maupun hasil pengamatannya. Mayoritas mereka mengungkapkan isi hati sendiri, berkaitan dengan perasaan ketertindasannya atas laki-laki, sistem pemerintahan, kasih, refleksi, moral, cinta, pesona alam, dan ketuhanan, gejolak sosial, pendidikan, dan nasionalisme.

Dari data di bawah ini bisa dilihat keterkaitan tema dan cara pengungkapkannya. Pada dasarnya pemahaman terhadap puisi harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari judul dan larik per larik puisi, di samping biodata pengarangnya. Dalam kaitannya dengan penelitian, hal tersebut hanya dilakukan pada dimensi larik-baris atau bait dalam puisi yang diteliti, dengan catatan unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitan logis tematis dengan apa yang dikemukakan oleh penyair. Pola ini memang memiliki kekurangan, namun bisa diminimalkan dengan kecermatan dan ketelitian dalam memilih larik-baris atau bait yang dimaksud. Pokok utama tema yang diungkapkan oleh penyair secara umum terungkap pada gagasan inti yang ingin disampaikan dan hal ini terwujud lewat kata-kata kunci dalam larik atau baris puisi sosial kemanusiaan juga terwujud. Pesona alam juga menyentuh hati para penyair. Ada pula yang mengungkap tema ketuhanan sebagai cerminan manusia beriman dan keterbatasanya di mata Tuhan serta kekagumannya terhadap Yang Kuasa. Sikap nasionalisme juga masih menjadi tema yang tidak terlupakan dalam Hati Perempuan.

KLASIFKASI JUDUL  PUISI-PUISI DALAM HATI PEREMPUAN

1 Hegemoni laki-laki
1. Dekaplah Bunga dariku di Dadamu Ana Mustamin //karena itu, dekaplah bunga dariku/ di dadamu/selalu//
2. Tanpa Tanda Tanya Anisa Afzal //kutabur melati, juga mawar pada merahnya tanha/lalu berjalan mnenggenggam anak-anak kita/hadioah terindah darimu lelakiku/kekasih tercinta//
3. Perempuan Sumarah Anisa Afzal //perempuan berjalan sembari menyibak mimpi/sinarnya membidik hati/dibiarkannya kumbang terbang/ke mana dia mau singgah/dari segala kebenaran atas nama kebenaran//
4. Balada Secarik Voucer -1 Ariana Pegg //aku masih telanjang ditutup secarik batik/mencoba meredam degub tentang voucer dan tip/pelayan berikutnya masuk dan degupku tak terbendung/dan laki-laki ya Tuhan, di alki-laki...!!!//
5. Balada Secarik Voucer -2 Ariana Pegg //sungguh gila tubuhku telanjang berselubung batik/bagaimana aku kan bangki dan berlari/menjauhi bersunyi-sunyi dengan yang bukan muhrim//
6. Jemuran Hati Ariana Pegg //jemuran hari di pantai sanur/menguap usap dwa cintya puja abadi/kesetiaan istri sampai ke alam kubur/berharap belahan jiwa tak membagi diri//
8. Lelaki Ini, Siapa Dia Denok Kristianti //Lelaki yang klepadanya kugantungkan hidup/siapakah dia?/waktu tak pernah cukup/tuk sekedar mnenyentuh kedalamnannya?//
9. Andi Kupinjam Nama Dewi Renuka Dyah Setyowati //wahai buah tubuh/seandainya kupinjam Dewi renuka/atas nama ibumu/akankah tega membunuhnya/bertahun hidup dalam belukar/seperti akar pohon kekar/...//
10. Bulan di Atas Ponimin Dyah Setyowati //meraup mimpi/pada malam lebam/pelataran/sunyi/bulan tak/sembunyi/aku memasuki/hatimu yang tak berpintu/...//
11. Kau Dyah Setyowati //lelaki berumah pekluru/memburu kapan/ia mau/menjadikan/biru/matikan rindu//
12. Ugghghhh! Free Hearty //Dalam lenguh dan peluh//lelaki tersodok//merobek keperempuananmu//
13. Pemilik Ingatanku Heni Hendrayani Sudarsana //atau engkau melipat ingatanku//menyimpannnya di kantung jiwamu//ketika engkau diam diam pergi//hingga engkau sempurna sudah//menjadi pemilik ingatanku//
14. Warung Remang-remang Heni Hendrayani Sudarsana //Myusik berdentam dan terus berdentam//tak tak dang dang dut, o, kaumku,//hanya jadi sapi perah orang-orang yang engaku cinta//
15. Mariam Linda Djalil Jangan salahkan dia//bila tangannya kerap usil//memegang kemaluan pria//di mana ia berada//
16. Lidah Perempuan  Itu Linda Djalil Lidah perempuan itu//berkarya atas ras congkak//di balik tirai//Tuhan tetap menggerakkan//terus menggerakkan//agar seluruh makhluk menilai//sampai di mana si empunya//menginjak martabatnya sendiri//dan memperhina//segala kehormatannya.
17. Istri Buta Tuli Linda Djalil //jadlilah istri buta//jadilah is tri tuli//memelihara rasa tiada peduli//dari mana kocek gembung suami//barokah maupun hasil pecundang//yang penting perut kenyang//sinar merekah mewah rumah//sebagai papan atas terhormat//
18. Pria Itu Linda Djalil //pria tolol ini//ingin diajari//untuk menghilang//dari segenap perselingkuhan//yang sesungguhnya semu.
19. Halusinasi sng Hawa Marta Sinaga Sang hawa terbujur dengan paket halusinasi yang bercerita seakan ia orang yang terkenal//kentalnya halusinasi itu pula yang membawanya dalam angan-angan//ia punya peran dan memainkan peran itu untuk sebuah peranan.//
20. Lakon Permpuan Marta Sinaga //selalu bisu dingin dan mati//dalam lakon yang seharunya kau mainkan//kau suka namun tak mengerti//kau birahi di persimpangan namun tak menduga//lakonmu semu, perempuan!//
21. Lipat Titian Seorang Hawa Marta Sinaga //kau hela napas//kau tepuk dada demi raut kasihmu//naik turun tangga beban di setiap ruas tubuhmu//gelombang gaharu kau selami timbul tenggelam//terkadang seruling batin ditiup dengan setengah napas//
22. Narasi  Perempuan Marta Sinaga//menjala dengan jaring rapat//ditebar ke relung laut lepas//lembaran cerita berhias air mata//embun menetes dari hati perempuan//
23. Elegi Perempuan Menur Hayati Adiwoyono //Wahai perempuan penuja cinta//biarkan rahasia cinta menerangi samudera hatimu//pejamkan saja matamu//satu keindahan akan mengaliri relung jiwa abadimu//
24. Ilusi Menur Hayati Adiwoyono Aku terjaga di samping lelaki perkasa//yang membelai lembut//Oh, inginnya aku terbungkus//dalam kehangatan tubuhnya//
25. Akar Kuning Nia Samsihono //perempuan bagasi dewa//peletak hari pada pangkuan laki-laki//merajut secara diam//seluruh kehidupan dalam genggaman//
26. Tajuk Mahkota Nia Samsihono /Sendainrya engkau mengerti//betapa jiwa telah kaucuri//dalam hati nurani//yang selalu meminta diri//
27. Kunti Nalibrta Nia Samsihono //Kunti Naliibrata//mengatasi kehidupan//dalam cengekaraman//dia lupa bahwa gerak itu rasa//dan rasa perwujudan jiwa//
28. Subadra Nia Samsihono //Aku harus setia//aku menerima//aku mendusta//tak ada cinta untuknya//hanya dendam membara//kusimpan rapi untuk dia//membuatnya hidup sengsara//tanpa ampunan sukma//
29. Dewi Amba Nia Samsihono Senatik Ambika//sejelita Ambalika//hatiku tak kuserahkan pada siapa//selain Salya yang pralaya di tanbgan Bisma//Jiwaku terpatri padanya//dan tak akan  ada yang mengusiknya//Bisma hars merakannya//pedihnya tercabik-cabik tanpa sukma//
30. Cupu Manik Astagina Nia Samsihono Dewi Windradi mengganti kala//menggoda penguasa cakrawala//menantangnya dengan telanjang dada//menampar pandang Dewa Surya//dan terjalinlah asmara rahasia//bertahun-tahun lamanya//
31. Dewi Dura Nia Samsihono //hatinya mengreras bagai karang/tiba-tiba menentang/hasrat Betara Guru yang terjerang/memaksa Uma mengangkang/bagai wanita jalang/di punggung Lembu Andini berpetualang//...//mengapa perempuan/jadi hiburan/mengapoa perempuan jadi klangenan//
32. Wajah Sunyi Nona G. Mochtar //sebuah mawar telah mekar di dadaku yang selkalu ingin kau cumbu ini/durinya seindah srugawi, kekasihku//
33. Perempuan Ini Nona G. Mochtar //Perempuan ini/bermimpi menjadi samudra, perahu layar bagi lelakinya/bermimpi menjadi desir ombak, gelombang pasang berbulan-bulan/meniadakan daratan baginya//
34. Pada Tepian Tangga Ratna Dewi Barrie //aku bisa berkiprah/menjadi diri sendiri/tak mesti meninggalkan/gaun kodrat kewanitaanku//
35. Tak Pernah Peduli Lagi Ratna Dewi Barrie //akan kuteriakkan garang di telingamu/rasa ketidakadilan itu/tak peduli pada rasa malu/persetan dengan solidaritas/tuntas!//
36. Happy Womens Days? Ratna Dewi Barrie Mungki n akan lebih baik/menjadi wanita kodrati/bukan terbebas semu/oleh tanggung jawab/gila//
37. Perjalanan Kita Rita Sujono //kembang-kembang sudah tak bertaburan di sekitar kita//namun, di hatiku kumbang-klumbang masih bertaburan/bagaimanakah dengan hatimu?/tidak berbelokkah hatimu?//
38. Buat PS Satri Sunarti Sweeny //kita kawin begitu saja/masih sempat kau nyanyikan lagu cinta/dan merayku dengan formula-formula yang kau punya/sekalipun aku tertawa juga mendengarnya/namun  toh aku pun jadi milikmu seketika//
39. Selamat Malam Satri Sunarti Sweeny //.../akulah perempuan yang dibalut kemelut/tersesat di rimba asmara buta/dalam usia yang tidak lagui remaja//
40. Rindu Satri Sunarti Sweeny //tapi rindu kemana akan kulabuhkan/kelana dituju terlalu uju/(aku lagi mengerjakan tugas kuliah, lalu otakku buntu: `cause of you`)
41. Ketika Satri Sunarti Sweeny //ketika kuputuskan menerima pinanganmu/sungguh besar harga yang harus kutunai/bersanding di pelaminan denganmu/merima dengkingan umpat dan cemoohan/menantang adat nagai/melanggar pantang yang terpatri/mengundang ejek dunsanak sendiri//
42. Sepotong Perempuan Soesi Sastro //Di setiap persetubuhan/rasanya melayang/dicumbu tanpa benang baju//sepotong perempuan rasa surga//
43. Maafkan Kuambil Ladangmu Soesi Sastro //para lelaki mengaku berpadiatapa/maafkan kuambil ladangmu, katanya/peris teriris hati perempuan/bermulut tak berhak berkata//
44. Surga Atau Neraka Soesi Sastro //lekaki sodori dua kata/mau surga atau neraka/perempuan tanpa daya/persepsi sederhana/pasrah berkata surga//
45. Ratu Lebah Soesi Sastro //cintamu mati p anak-anaknya/yang senantiasa menuntun kamiada lelaki bisu tuli/bermain asmara royal jelly/mania rasa meliuk bak penari/kejangkan organ utama//
46. Sososkmu Perempuan Kini Sedarnawati Yasni //.../riwayat lembaran  sejarah berganti seiring kermajuan peradaban maummu/emosional, intelektual dan spiritual yang tertata dalam keseimbangan takaran/mampu merenggut kerjasamamitra lelaki dengan kecerahan yang indah dinikmati/penegrtian dan persahabatan dengan kaum lelaki pun terlepas dari cengekaraman kuat/upaya, kesadaran dan keihklasan yang kuat telah tertanam dalam tambatan hatimu/...//
47. Kiklas Balik Seorang Anak Perempuan Sedarnawati Yasni //Ya Allah, hambna bersyukur memiliki sosok ayah yang demokratis/yang senantiasa responsif terhadap perubahan zaman dan tuntutan peran kaum hamba-Mu/yang senantiasa membnerikan perlakuan setara terhadap anak-anaknya/yang senantiasa menuntun kami `tuk menerapkan “ilmu garam bukan ilmu gincu”/yang senantiasa mendorong kami menegakkan jati diri kemuliaan hamba-hamba-Mu.//
48. Pudarnya Lamunan Kuncup Melati Sedarnawati Yasni //Anak wanita didambakan ayahnya/memikul beban semaraknya wangi melati/tatkala larut dalam belaian pendidikan tinggi/hasrat hatinya tergoda hasrat ayahnya/walau selintas terpancar rasa kecewa/nyatanya dalam kepasrahan pada sang pencipta-Nya//
49. Penggalam Potret Kehidupan Sedarnawati Yasni //Penggalan petualangan hidupku sangat melekat dalam sanubari/.../tatkala aku harus mengaca, wanita karier atau istri/tatkala aku harus menyapa orang tua dan anakku, sayang/teringat kodratku hanyalah wanita hamba-Mu//
50. Meraih Kemenangan di Negerri Sakura Sedarnawati Yasni //di tengah kemelut perjuanga n karier/di tengah gundah gulana perasaan hati yang tersirat/senantiasa kau tunjukkan senyuman dan anggukan bersahabat//mengiringi gema dan gaung yang ingin kuperdengarkan//
51. Indahnya Kehiduopan yang Harmonis Sedarnawati Yasni //ketulusan sanubari saling mendoakan/mengiringi ritme hidup yang bergerak cepat/menguatkan pijakan yang tegar, kokoh dan serasi/tanamkan motto suksesmu suksesku juga.//
52. Berbagi Meraih Karunia Ilmu Sedarnawati Yasni //.../pilihan tegas mewujud seiring keikhlasan dan kebesaran hatimu/terlukis kembali senyuman dan anggukan bersahabatmu/bersama uluran tangan tuk bersandar bersama//
53. Kemenangan dalam
Sedarnawati Yasni //tak sia-sia pengorban an dan motivasi yang kauberikan/hingga saatnya namaku disebut kembali/di sela ritme lagu syukur yang mengalun/terselip kemegahan nama yang disebut/trenyuh kagum dan haru yang tak terlukiskan//
54. Ujian bagi Dirimu dan kaummu Sedarnawati Yasni ///dirimu adalah cermin bagi generasi penerumu/dalam keluarga, dirimu dituntut menjadi role mode/tuk menuturkan keteladanan bagi anaknya/meski dirimu hanyalah pendamping nahkoda keluarga/...//
55. Kepemimpinan Kartini Masa Kini Sedarnawati Yasni //sikap amanah menjadi pijakan karakter yang bersandar di pundakmu/adil dan berkemampuan harus kauwujudkan/sikap tidak fasik dan berakhlak baik harus tersembul dalam santunmu/jiwa pengabdian pun direfleksikan jelas pada cermin dirimu/pancarkan karakter yang menjunjung tinggio nilai-nilai luhur bangsamu/...//
56. Ibu 2011 Suryatati A. Manan //kala ditinggal mati suami/tak pernah berpikir nak kawin lagi/kecuali jodoh datang sendiri/kala disecari suami berpoligami/jadi tertantang hideup mandiri/ibu sejati tak mengumbar derita diri//
57. Perempuan-perempuan Suryatati A. Manan //.../perempuan perkasa banyak yang menanggung sengsara/perempuan saleh idaman kita semua//
58. Nenek Sekarang Suryatati A. Manan Nenek sekarang/tak mau dipanggil nenek, maunya yang lebih keren oma, nyaik atau yang lain/ya ialah terasa betul tuanya//
59. Perempuasn yang Satu Ini Suryatati A. Manan //.../perempuan bisa yang tak suka pamer kebolehan/perempuan sabar tahan menanggung beban asal anak-anak/perempuan perkasa yang tak mau menidas orang-orang yang lemah dan tak berdaya/...//
60. Maunya Perempuan Suryatati A. Manan //.../perempuan palin suka dibilang seksi/rasanya dunia milik kita/...//
61. Dilema perempuan Suryatati A. Manan //.../makin tinggi npohon makin kuat angin menerpa/jika terlambat menikah digelar perwan tua/jika cepat-cepat menikah disangka ada apa-apa/so what gitu lho//

2 Hegemoni kekuasaan eksekutif
1. Dongeng Kancil dan Buaya Ana Mustamin //.../kita tidak berencana mengekalkan kenangan/bukanlah si upik lebih mengabadikan donal duck?/”bnuaya tidak ingin kehilangan kancil...” katamu berulang-ulang//
2. Indonesia Menangis 1 Aida Ismet //bukan kermauan kamio tuan/bukan kemauan kami nyonya/kami hanya mencari sesuap nasi dan bermimpi dapatkan/ sebutir berlian/wahai siapakah yang harus disalahkan?//
3. Indonesia Menangis 2 Aida Ismet //doaku ini akan menjadi jarum kecil/pintalan kapas untuk untaian benang/menjahit baju merah nusantara yang telah terkoyak/...//
4. Indonesia Menangis 3 Aida Ismet //wahai Cut Nya Dien/selendang sutra berkasab emas yang kau titipkan itu kni luusuh/dimakan usia/rencong siwah yang berhulu gading itu kini mulai karatan/genmdang rapai yang kauberikan kini sudah membisu//
5. Studi Banding Ariana Pegg //bila tak lihatlah akibatnya/kita telah salah memilih/para wakil rakyat/mereka styudi banding juga/mereka membandingkan harga juga/...//
6. Menteri dan Mantri Ariana Pegg //menjadi menteri tak harus disumpah bagai dokter/menjadio menteri kudu disumpah dan melapor/berapa kekayaan hasil komisi berselubung hibah//
7. Blunder Denok Kristianti //mestinya kita melihat karena punya mata/mestinya kita mendengar karena punya telinga/tapi hati yang kehilangan jiwa, tak lagi punya iba/...//
8. Merdekalah Free Hearty //Tapi aku masih memiliki Negara Bangsa ini khan?//meski para pemimpinnnya bagai mafia//membinasakan orangnya sendiri//sambil memutar musik klasik//
9. Tirani Perempuan Marta Sinaga //Adakah kau menyimak perempuan?//Ketika hati terbelenggu karena ulahmu//Mengertikah kau perempuan?//ketika kebohongan melukis jiwamu?//
10. Tanah Air Menur Hayati Adiwoyono Wahai generasi mud//kutitipkan catatan pilu asmara//biar saja kisah pedeih tanah air dibingkai sebagai kenangan pahit//semangatmu tak gentar dengan darah cinta. Kan kualiri setiap perjuanganmu//membawa kebaikan negeri//
11. Opera Semalam 2 Susy Ayu //kita duduk berdua di depan televisi, menekan sdaluran lai.//Indonesia memang sedang membusuk. Mental kita belum mampu berdemokrasi. Amerika melewati tahap anarkis sebelum akhirnya/membentuk masyarakat sipil mereka/...//
12. Perempuan Indonesia Suryatati A. Manan //Enaknya perempuan Indonesia/hak-haknya dilindungi nergara/kewajiban sama dengan pria selaku warga negara/.../tergantung siapa dia dan siapa yang memperlakukannya/nasib-nasib//
13. Perempuan Melayu //.../Perempuan Melayu sekarang cam mane pule????/sesuai tuntutan zaman... Lebih suke bercelana panjang//

3 Kasih Sayang Orang Tua
1. Ibunda Aida Ismet //.../meski perahu layar sering dihempas angin dan ombak/namun ikatan layar kehidupan kedua hati terpaut sangat kencang/tersirat untaian kerelaan berkorban `tuk kehidupan bersama yang bahagia//
2. Didiklah Aku Ully Sigar Rusady //ibu lindungilah aku dengan doamu/agar aku mampu menjaga diri/agar  aku mampu menjaga diri/agar kulidungi masa depanmu/dari kehancuran moral yang sedang melanda//
3. Spekoek Ariana Pegg //untuk kenanganmu, nak/bila kue ini tak lagi banyak dijumpa/aku tahu kini, bukan kue itu/yang kurindukan sepenuh jiwa/pada setiap lebaran dan hari lahirku/melainkan dirimu semata, Bunda.//
4. Keyla Minta E Krim Ariana Pegg //Keyla minumlah es krim lembutmu di luar kamar/ibu tak suka di tetesnya semut membuat sarang/senangilah yang manis-manis dari kehidupan/dan lembutkanlah hati agar kata-kata tak salah pilah//
5. Ujung Pengembaraan Smpan Tua Denok Kristianti //dia khir pengembaraannya  berrsamaku ini, rangkaian puisi tak cukup[ pantas bagi haribaannya/Cuma satu janji di rembang petang/aku bkan selalu datang menziarahi cintanya/...//
6. Untuk Bungsuku Denok Kristianti //kau tetap bungsuku/tapi tinggalkan dunia kanakmu//sebab jika tirai telah diturunkan/...//
7. Rindu Ayah Dyah Setyowati Air mata pecah// berwajah ayah//jatuh di subuh//rindu berlabuh
8. Bayang Ibu Dyah Setyowati Bulan sabit//mengalis biru//di wajah ibu//merobek bisu//lunglai//aku
9. Rindu pada Ibu Elis Talting Bardiah //Ibu//aku ingin menyunggingkan rembulan di wajahmu//dan menggantung gemintang di matamu//lalu kita sama-sama lalui malam//seperti aku kanak dulu//lalu kau cium dhi ini//sembari ucap “selamat bobo sayang//
10. Kupanggil Ibu Free Hearty Ibu//kupanggil nama itu dengan getaran kalbu//karena engkaulah?//
11. Surga Itu di Matamu, Ibu Free Hearty //Ibdi semai matamu surga itu kutemu//telaga yang tak pernah mengering//
12. Tanganmu, Ibu Heni Hendrayani Sudarsana //Cinta kasih sayangmu bagai bensin//mengobarkan api dalam setiap geraknya//tangan-tangan itu, sepasang tanganmu, ibu.//
13. Ketulusan Heni Hendrayani Sudarsana Ingin kusapukan warna putih//pad luklisan pelangi//di kanvas hidupmu//anakku//agar engkau bisa memahami//makna ketulusan, cintaku//
14. Rindu Ibu Marta Sinaga //semangat mendengar//gairah belajar tak pupus di ujung usia //derak pintu di malam hari// penunjuk dia berkemas diri//masuk dalam peraduan yang sepi//hening ketika malam merambah bumi//
15. Roh Ibu Marta Sinaga //Butiran permohonan teratur rapi//menuju bait suci Ilahi//terfakur di talam pengharapan//kesucian kekudusan kearifan//Kuimani dalam setiap tarkan nafas//
16. Kado Ultah untuk Ibu Menur Hayati Adiwoyono //di balik tirai//mentar pagi menyembullkan rona keindahan//pesona ibu nampak bagai cahaya//dan dia khusukku untuk ibu//
17. Dua Perempuan Menur Hayati Adiwoyono //Nak, ini panggilan jiwamu//senyum ikhlasmu, seketika menggugurkan perseteruanku//terima aksih ibu//surgamu senantias ada pada tiap detak jantungku
18. Napasku Menur Hayati Adiwoyono //aku mengejar mimpiku, Mama//sejauh kaki melangkah//mngarungi ruang dan waktu//menelusuri luasnya jagad//
19. Nyala itu, Egkau Nona G. Mochtar //Dalam lepas tawamu Ibu, aku bagai keriangan yang menyala/serupa nyala matahari/cahaya bulan berttubi-tubi meranumkan cinta di matamu//
20. Tak Cuma Bicara Bunga Ratna Dewi Barrie //kendati bunga bermekaran/penuhi tepian halaman/tak penuhi cerah/tak merah/tanpamu bunda//
21. Harapan Ibu pada Anaknya Sedarnawati Yasni //anakku, doa ibu untuk kuatkan arah p[erahu dayungmu/kencangkan niat baktimu dan bergeraklah ke pelabuhan hatimu.//
22. Bambu-Bambu di Pekarangan Susy Ayu //selamat ulang tahun, bapak/kaulah sebatang bambu yang telah rimbun itu/yang selalu hidup di dalam hatiku//
23. Ibu 2011 Suryatati A. Manan //Ibu sosok tangguh/tak pernah mengeluh tak jarang berpeluh/kala mengurus yang gaduh-gaduh//
24. Doa Seorang Ibu Suryatati A. Manan //.../seorang ibu tak pernah lelah berdoa/agar anak-anaknya selalu mendapat berkah dan dilindungi/allah swt. Amin//
25. Di Ujung Rindu Seorang Ibu Denok Kristianti //seorang ibu dengan bunga tanjung tersunting di rambutnhya/mematut diri di depan kaca/ingin ia tampil anggun bagi sang putra/sulung pengembara itu bakal pulang mencium kakinya//

4 Moral
1. Anak-anaklah yang Mengajari  Kita Ana Mustamin /aku tidak berani mengukur jarak antara kita/sejak kulihat engkau menelan matahari/jiwa yang menggetas dalam gulita/memisahkan cuaca dari lingkaran musim//
2. Sihir Kita Ana Mustamin //tapi,   kerinduan itu/yang telkagh mengubah semuanya jadi lautan makna/dan airnya yang wangi mengalir menyegala arah//
3. Zaman I Aida Ismet //oh zaman/apakah kau ini zaman sesuai dengan  sabda Rasul/ketika orang-orang fasik berada di mesjid/...//
4. Zaman II Aida Ismet //...//tidak ada yang ditinggalkan oleh dunia/selain ilmu yang bermanfaat, amal jariah/dan doa anak saleh//
5. Tarian Perempuan Anisa Afzal //p[erempuan terus berjalan menjaga angin/tanpa sesiapa pun mampu menghentikan/sebab hidup telah dipenuhi doa-doa pagi/seharum melati//

5 Kedamaian Hati
1. Sujudku Aida Ismet //.../walaa quwwata illa billahil`alyyil`azhimi/kesempurnaan hanya miklik engkau ya, Allah.//
2. Kesucian Hati Aida Ismet //.../dalam roh jiwa di tengah savana/yang telah bersama mimpi-mimpi yang semakin tidak pasti/betapa kami tidak pernah mensyukuri/nikm at-Mu ya Allah//
3. Kiblat Anisa Afzal //.../kurebahkan hati/selalui pada kiblat-Mu, Gusti//

6 Bersyukur
1. Ulang tahun Ana Mustamin //Kukenang hari itu sebagai helai daun yang luruh, hingg a suatu musim nanti/.../fosil-fosil dedaunan itu memanggilku untuk hiudp bersama/...//
2. Mata Ibu Anisa Afzal //.../malam telah datang/gerimisnya menggambrakan bening/mata endah ibnuku//

7 Refleksi
1. Sepotong Puisi Pendek dari Mama Aida Ismet //kau menitipkan sang khalifah juga suami dan ayah/untuk putra-putri kami tercinta sampai akhir hayat nanti/inysa Allha//
2. Tetesan Bintang Anisa Afzal //oktober/kubuka kelopaknya/untuk menghimpun mekarnya/kuntum mawar/juga tunas yang kan selalu tumbuh/berkilauan//
3. Harum Anakku Anisa Afzal //harum doa-doa bertebaran/anakku sayang//
4. Sangsi Dyah Setyowati //bulan meludah pada sepiring nasi “inginku” seketika sirna/mengaopung suwung/...//
5. Rinai Nia Samsihono /gharpada rintik yang kurindu//setidaknya membasuh dedaunan kerontang//mengharapkan kesejukan meyegarkan//di jiwa-jiwa gersang//
6. Sebaris catatan Susy Ayu //.../sebaris perih tercatat dalam-dalam/lukaku menganga//
7. 60 Tahun Rita Sujono //Tuhan telah memerikan panjang usia/meski banyak orang bilang, justru berkurang usia/mari kita isi sisa waktu yang tak terukur ini/siapa yang menghitung waktuku dan waktumu, itu soal nanti//
8. Kidung Air Hujan Ully Sigar Rusady //aku berlindung di rongga dada yang pengap/aku berlindung/ di rongga yang gelap/aku berlindung di rongga sepi yang senyap/aku berlindungi di rongga doa yang penuh harap//
9. Kepada Sepi Ully Sigar Rosady //malam ini ada sendu/ingin berpadu/canda denganmu/sahabatku/lidah ini kelu/tak sebut namamu//

8 Gejolak Sosial
1. Jakarta Aida Ismet //.../alam hening menjadi saksi atas segalanya/segala kelas yang membedakan manusia/dari setiap diri mereka/jakarta/...//
2. Wajah Mata Anisa Afzal //sepasang mata kini menggelepar/mengerjap pada tanah/memanggil sebuah nama//
3. Potret Malam Anisa Afzal /kau tinggal gedung-gedung bertingkap-tingkap/bersama kemiskinan yang saja jadi tonotnan/rumah-rumah kardus di pinggiran dengan/petak-petak liar yang kedinginan, tak berjendela/...//
4. Pabrik Tahu (1) Ariana Pegg //.../seorang pemulung lapar dan di sakumu hanya/ada buku puisi yang berjudul/sepotong tahu dalam puisi seorang pemulung//
5. Pabrik tahu (2) Ariana Pegg //.../  ah, pemulung, aku basah membaca puisimu!/minum saja kopi darat ityu/karena aku tak suka/tahu/karena kau tak mau/tahu//
6. Dunia dalam Derita Denok Kristianti //penyimpangan jadi tontonan menggelikan/rambu-rambu dijungkir-balikkan/siapa lemah, langkahnya dihadang bahaya/sebab satyu hukum Cuma/...//
7. Gadis Uisa Belasan Heni Hendrayani Sudarsana Mata bulatnya liar, seperti mata elang//mengincar mangsanya. Sebuah mobil//dengan penumpang lelaki tambun//membawanya pergi. Bedebah! Payudaranya//belum sempurna tumbuh//ia layak anakmu!
8. Celanamu Heni Hendrayani Sudarsana Maaf sayang, terpaksa aku rogoh//saku celanamu, biarkan tanganku menari//di dalamnya, sebab tak ada beras//untuk ditanak. Tak ada ongkos untuk sekolah anak//
9. Marni Heni Hendrayani Sudarsana //Dua belas juta rupiah aku harus bayar,”katamu dengan mata membelalak. “dari mana aku dapatkan uang sebanyak itu,” sambung Marni, sambil tertawa berderai-derai, ia ceritakan kisah itu.//
10. Perempuan Itu Dukaku Heni Hendrayani Sudarsana //BH, celana dalam murahan teronggok sebagai dagangan. Di atas kain terval//sekotor debu jalanan, daster-daster, baju anak-anak melambai//,merayu-rayu isi kantong para pekerja...//suaminya, si pemabuk bedebah, merampas uang gajinya//seakan pisau menikam jantungnya//
11. Perempuan Pemecah Batu Heni Hendrayani Sudarsana //O, perempuan pemecah batu//tanganmu yang menebal, kulit gosongmu//yang terbakar matahari//engkau tukar dengan sepiring nasi//untuk santapan si buah hati//
12. Ibu yang Pelacur Itu Linda Djalil //berpijak pada tanah coklat..ibunda masuk liang lahat/ibu yang pelacur itu/ibu yang pelacur itu/bisik-bisik menyembul lewat pohon kenanga/mengejek si pemuda//yang tak henti berkata/Tuhan/cabut saja gelar es tiga/dari hasil kotor tiada bangga//
13. Perempuan Pemuja Malan Nona G. Mochtar //Hanya ada kabut dan ucapan s`elamat jalan/kau berdiri di luar jendela, memnadng aspal dan jajaran pinus/totoar beruap, memanggil-manggilmu datang/sekepal mimpi, sebanyak inginmu bermain-main jadi matahari/dri satu pintu ke pintu lainnya/selalu dengan tergesa hingga malam memanggilmu pulang/di dadamu yang tirus. Sepuluh ribu itu harapan//
14. Perempuan di Ujung Jalan Ratna Dewi Barrie //perempuan di ujung jalan/meyakini pilihan/tentang hidup/nan guyub//
15. Parfum Ratna Dewi Barrie //menyeruak dari balik ketika/menguar/dan konsentrasi pun buyar/tak peduli di siang bolong/apalagi gemerlap pesta//
16. Cemburu (Untuk Perempuan TNI) Rita Sujono //sungguh aku cemburu/pagi-pagi kau telah berangkat lengkap dengan seragam hijaumu/kau kendarai motor sesuai kesukaanmu ngebut di jalan raya/kau juga siap dengan senapan//
17. Buruh Brondolan Soesi Sastro //hari panjang lading sawit tak beranjak/jerat hak keperempuananmu/napas denyut nadi direlakan terjebak/lekat di brondolan tereras mesin bersuhu//
18. Perempuanmu Soesi Sastro Menunggu keringat upah bulananmu/memegang erat kartu debetmu/mengingatkan pilihan menu sehatmu//
19. Perempuan Jala Ikan Soesi Sastro //setiap pagi/berhari-hari/bertahun-tahun/tak henti-henti/kulewati pemandangan berulang//atas nama perempuan aku malu//
20. Pingitan Soesi Sastro //sempit ruang pojok di balik gang balairung panjang/mandi air kenanga mawar melati/beralas batik tulis coklat sogan/bau ratus/.../waktu tak kenal malu/menunggu di luar pintu/kamar pingitan//

9 Cinta-kasih
1. Kuntum Jemari Anisa Afzal //kelopak demi kelopak yang  terpasung pada tanganmu/wanginya melumurkan dahaga pad tetesan keringatmu yang menyetubuhiku/meruaplah aroma kesturi pada lelangkah sebuah taman/...//
2. Journey to The Past Ariana Pegg //sementara kenangan kian samar dan menjauh/dari Belanda ke Bali aksara BL menyertai/Bekas Luka//
3. Ramalan Ariana Pegg //jujur tak ingin kulihat ramalan di buku harianku lagi/namun kau mengirmiku puisi lama bertanggal sama/padahal kita bartu kenal beberapa hari//
4. Monumen Pasir Denok Kristianti Kehancuran ini siapa dalangnya/tak pantas kita tuding lawan atau kawan/sebab di kaca pembesar-Nya terpampang wajah-wajah sendiri//
5. Tikam (ketika cinta simpan pisaunya) Dyah Setyowati //Aku; rindu/rengkuh cintamu sungguh sesak/korset membelit tubuh/tarian luka/jangan lagi kau suguh/sebab  telah sempurna luh runtuh/...//
6. Aubade Buat Buah Tubuhku Dyah Setyowati //memandangmu dalam bilangan satu dua tiga//adalah debar yang selalu memancar/lentera atau mercusuar di kegelapan/kasihku bukan sedepa cuman/sampai rahasia tiba//
7. Padang Liar Hatiku Heni Hendrayani Sudarsana Nyanyian kalbuku//dipetik jemarimu// O dawai rinduku//
8. Hati yang Tawar Nona G. Mochtar //sungguh bagai satu sungai dengan tuju dua hulu/yang gagal menghapus kenangan lalu/dan terlkurung dalam aubade dengan lagu yang paling tidak populer: Patah Hati//
9. Rahasia Nona G. Mochtar Rindu pecah, berderai menjadi kilau di anak-anak rambutmu/di luar, sunyi bagai mata Kau saat masuk di tubuhku/berkali-kali//
10. Cahaya Nona G. Mochtar Di hatiku, kekasihku/bulir-bulir embun adalah cahaya matamu/gelombang yang setia mengharamkan cintaku
11. Aku dan Pria Italia Itu Nona G. Mochtar //aku dan pria Italian itu dikepung rindu/dengan syahdu keindahan yang mengulang-ulang terbitnya/seperti matahari//
12. Carku Mencintaimu Nona G. Mochtar //Namun begitulah caraku mencintaimu/hingga sedemikian larutnya/kau kujadikan debur ombak/rindu yang setia memukul-mukul pantai hatiku//
13. Segala Kegalauan Itu Nona G. Mochtar //Di matamu kekasih, selalu kutempatkan sebuah palung/genangan cinta yang enggan mengering/abadi sebagai mata air bagai ladang-ladang tandus di tubuhku//
14. Ibunda di Tanah Merah Ratna Dewi Barrie //Ibunda terbaring di tanah merah/semogalah pembaringanmu tiada gerah/gering dan derita lepas lenyaplah sudah/teriring doa dari tangan-tangan tengadah//
15. Setengah Telanjang Ratna Dewi Barrie //engkau lelaki pertama/tampil setengah telanjnag di hadapanku/namun mataku seakan buta/bahkan cinta merajalela/di jiwa
16. Happy Valentine Ratna Dewi Barrie Sma berbalas/hadir menyelinap rasa puas/cinta-cinta nan bertautan/meski terisah seberng lautan//
17. Padamu Ibu Ratna Dewi Barrie //dengan pergimu/tiada lagi muara, tepian dan puncak itu/semua rata, semua rasa/duka-duka kami/keluh kesah kami//
18. Aku dan Rara Rita Sujono Seorang gadis kecil berlari-lari ke arahku/eyang uti...!serunya/astaga kukira panggilan itu untuk eyangku.//
19. Kerinduan dari Pantai Nambo Rita Sujono //tiba-tiba aku mendengar suara yang paling kurindukan/eyang Uti...sudah pulang?/Ah, ternyata inilah perasaanku yang sebenarnya//
20. Boen (Mengenang Kepergian Ibu Boen S. Oemarjati) Rita Sujono //daun gugur dari daun mangga di halaman/ketika kudapat berita tentang kepergianmu/apakah kaubawa juga baju hitam kesayanganmu?//
21. Titie (Mengenag Kepergian Ibu Titie Said) Rita Sujono //Sayang, kini kau telah pergi/apa yang haryus kujawab, ketika Nurdin menanyakan perannya di ceritamu?//
22. Marah Rita Sujono //lalu kapan aku boleh marah?/setelah kamu mati katamu?/bukankah aku hanya mohon izin untuk marah kepadamu!//
23. Menandaimu Satri Sunarti Sweeny //kutandai kau pada sekuntum black eye suzan/membuatku beranjak enggan/menari merayau hati//
24. Sajak Keenam Satri Sunarti Sweeny //seperti siang-siang yang telah lalu/ingatanku/tak jauh darimu//
25. Baru Kini Kutahu Satri Sunarti Sweeny //akulah perempuan yang setia pada cinta/teriakku pada dunia bertahun-tahun terpenjara/dalam dongeng cerita cinta/dininabobokan oleh kisah puteri cantik dan pangeran berkudas ketika terjaga/bukan setia pada cinta/....//
26. Di Tepi Sungai Seine Satri Sunarti Sweeny //di sini tepi kali Seine/teramat dekat/tapi sayang kita/hanya saling menatap dalam bisu//
27. Sebelum Lahir Soesi Sastro //tubuh mungil mengayun sendu/berlumur madu ketuban/hangat rasanya kala itu/matang dalam tetasan//
28. Susu Soesi Sastro //tak seputih melati/tak sederas air kali/kuasa kekuatan hanya milikmu/air susu ibu//
29. Ibuku Soesi Sastro //surga di telapak kaki/cinta di bening bola mata/doa di bibir dan hati//tak pernah selesai mencintai/tak pernah habis merindui/tak pernah usai berbagi//
30. Doa Perempuan untuk Anaknya Soesi Sastro //anak-anak belahan jiwa/sehat jiiwa raga zat halal anugerah Mahakuasa/hidup panjang asa berakhir dunia/cinta alam sempat bernaung//h
31. Sepanjang Waktu Susy Ayu //sementara ku abadi menunggu/sekarat kangenku/beku menjadi patung/di kuil-kuilmu//
32. Kamulah Susy Ayu //kamulah dewa-dewiku/terhuyung-huyung aku/memujamu//
33. Mendung Dermaga Susy Ayu //.../suaraku serak sempoyongan memanggil/kau tak juga datang/cuma sepi yang berjawaban/mennggiring mendung//
34. Menepiklah Lalu Cium Aku Susy Ayu //Menepilah di sini lalu cium aku/tanpa menunggu sungai-sungai menjadi sunyi/dan gadjah Mada Cuma tinggal namas//
35. Sajak Rindu Apalagi Susy Ayu //sajak rindu apalagi, kekasih?/mari duduk di sini balut segala luka/Cuma kamu dan kau/pada kelu bertalu-talu/dan sunyi menderu-deru//
36. Daun-Daun Milik Kita Susy Ayu /saat enghkau melintas/dirimu memantul padanya/berkacalah, sebelum musim bergaqnti/:meresap aku ke dalam akarmu//
37. Teman Berbagi Suryatati A. Manan //.../walaupun engkau telah pergi mendahului/namun karya-karyamu sebagai ganti diri/masih melekat di hati.//
38. Sampai Kapan? Suryatati A. Manan //anak-anakku tak pernah ibu terpikir untuk memberi beban/yang tak mungkin kalian pikul/selama ini ibu selalu berusaha melindungi kalian semua/dari hal-hal yang tak mungkin kalian lakoni.//
39. Emak 2001 Suryatati A. Manan //emak/.../aku rindu panggilan itu emak/emmmaaaaaaaak/aku rindu sosokmu//
40. Didiklah Aku


10 Pesona Alam
1. Kolibri Anisa Afzal //di luas amodra tertuliskan bait napasmu/yang terlukis lewat angin yang berhembus/jika hidup melaju tanpa takut/tanpa ragu menuju langit biru//
2. Menggenggam Menara Anisa Afzal Hidup mesti dijalani/sebagaimana adanya/bersama keringat pekat//
3. Tersentuh Kenang Elis Talting Bardiah
4. Senja Elis Talting Bardiah / /dengan ditabuh suara-suara insekta malam, layar siang segera ber teduh di perut bumi// seperti anak-anak mentari berlarian menuju perad uan jelaga yang ditata Tuhan
5. Pesona Free Hearty Aku terkesima dan terhanyut// di sana, bersma//
6. Tanah Air Menur Hayati Adiwoyono Hamparan sawah dan pepohonan rindang nampakkan//seribu fantasi tentang negeri//kutatap langit biru hingga berbuah abu-abu//lukisan keindahan tentang negeri//sekejap berubah haru..
7. Bulan Jingga di Malaka Satri Sunarti Sweeny //jika kau berdiri di puncak kota Malaka/pandanglah ke laut pada petang/tidaklah jingga merebak di ujung horizon/cakrawala sementara di atas kepalaku burung/tak henti berkicau entah senang entah risau//
8. Paris Creamy Satri Sunarti Sweeny ///.../dan kota di bawah Montmartre dalam jubah warna warna creamy/semenjana mata memandang/indah bukan karena warna-warni/tapi ada pada Paris yang creamy/di rembang petang di Montmartre ini//
9. Sajak Seekor Badak Susy Ayu //saat kauresah dan sendiri/bersembunyilah di sini/pada kubangan pada sesemakan/pada tiga goresan culaku di batang-batang pohon//
10. Pada Suatu Masa di Kelenteng Ma zu Susy Ayu //561 tahun keabadian/cintaku kokoh mersap/dalam tiang jati kelenteng tertua/tegak menghadap langit tanah Jawa//
11. Angan-angan Ully Sigar Rosady //dalam angan-anganku/hutan sunyi adalah istana/bebas polusi dan merdeka/bebas kibarkan bendera sukacita/...//
12. Nyanian Fana Ully Sigar Rosady //juga kau burung-burung kecilku/dendangkan nyanian keutuhan fana//
13. Dialog Daun Ully Sigar Rosady //dialog daun-daun selalu hening/dalam kebisuan saling menangkap arti/walau diam hasrat menggebu/canda kabut-kabut yang kembara/...//
14. Celoteh Seekor Burung Tua di Sudut Kota Aida Ismet //Wahai sahabatku manusia yang beradab dan berbudi/selamatkan sisa hunian yang ada/hijaukan kembali alam ini untuk mewarnai hidup anak cucu kita//

11 Pendidikan
1. Pekerjaan Rumah Anakku Ariana Pegg Jangan paksa ayahmu korupsi/jangan biarkan ibu terjerat di arisan mimpi/demi masukmu ke perguruan tinggi//

12 Ketuhanan-
1. Risau yang Risau Denok Kristianti //.../bayang tangan-Nya mengembang/siap mengganti risau dengan secawan harap/sayang, penglihatan di hatimu kian rabun/tak mampu kaubaca undangan-nya yang penuh iba//
2. Bulan Berkaca Pada Laut-Mu Dyah Setyowati //seperti bulan saat sempurna saat purnama/petang nanti/pasti kembali; berkaca pada laut-Mu/pada laut-Nya/kupetik ia untuk lentera jiwanya//
3. Kuremas Luka Dyah Setyowati //meminjam kunfayakun-Mu/tuhan/mengafani segala kesakitan/sedang aku/menunggu kelanjutan/be happy//
4. Terima kasih Langitku Elis Talting Bardiah Terima kasih Tuhan, atas semua yang Kau beri selama langitku memayungi mahligaiku//
5. Dosa Medusa Free Hearty //.../akukah yang kausangka/penyebab dosa manusia?/lelakiku tercinta, Dewakah dia?/...//
6. Ruang Debu Elis Talting Bardiah Ruang kosong//ruang kemarau//ruang yang tak ada Dia
7. Azan Elis Talting Bardiah Di lengking takbir//ada kemahabesrn-Mu//sedang aku masih mengeja nama-Mu//
8. Aku Mencintai Sunyi Elis Talting Bardiah //Tatkala hati dapat meraba lebih dalam apa yang tak kupaham//tentang siapa kamu (Mu), hendak apa dia (Dia)//
9. Tuhan Tak Hendak Dibagi Elis Talting Bardiah //supaya tepat mengena venaku//aku hendak tunaikan titah-Nya tanpa berbantah//
10. Arti Sepiku Elis Talting Bardiah
11. Masihkah Lalai dan  Abai pada-Nya? Free Hearty Adakah makna tahta dan harta//ketika peringatan tetap terabaikan?//bencana dan bencana//adalah isyarat-Nya//masihkah kita lalai dan abai?
12. Nikmat Manakah yang Kita Pungkiri? Free Hearty Ya Allah Ya Rabi//adakah lagi yang belum kami rasakan//dalam Nikmat dan rahmat Kauberikan//
13. Pasrah Pada-Mu Free Hearty //Tak berhenti dalam setarikan nafas//nafas yang selalu bersama-Mu
14. Masihkah? Free Hearty //Tuhan pemilik segala jiwa//mengatur segala kemestian//atau kepastian//masihkah?
15. Hening Menur Hayati Adiwoyono //kapan Tuhan turun ke bumi?//aku tersenyum//ramadhan bulan dan Tuhanku//
16. Perjalanan Menur Hayati Adiwoyono //Oh, ada rintik huja//jatuh mendinginkan tanah yang kupijak//bayang dirimu kembali menemani//buka puasaku pada sunyi//
17. Kirana Nia Samsihono Aku bertanya kepadamu, Tuhanku//sedng pakah dia//milikku bukanlah milikku//kehendakmu fana//
18. Hemodialisis Nona G. Mochtar //Tuhan, bukannya tidak pandai bersyukur jika kutanyakan/kepada-Mu/Dapatkah kugantinya tempatnya//
19. Keutuhanku Menujumu Nona G. Mochtar //Matamu yang kupelihara menjadi bangku taman dalam jantungku/ bila senja tiba, di sana aku duduk memandang-Nya/bersamamu//
20. Stanza Doa Ully Sigar Rosady //.../beragam puja dan puji bergema berkejaran/berlomba menggapai rakhmat dan syafaatmu/aku tenggelam di lautan doa-doa/ya, rabi, dengarkan aku di sela-sela doa massal ini//
21. Ya Ilahi Ully Sigar Rosady //.../betapa kami tak mensyukuri peluang dari-Mu/untuk selalu berlindung pada-Mu/dan merinis jalan menuju runag-runag-Mu//
22. Sujud Sakralku Ully Sigar Rosady //dalam sujud sakralku/aku berserah diri pada-Mu/aku bertasbih asma-asma-Mu/aku bersujud menggapai makrifat-Mu/dalam sujud sakralku...//
23. Mentari Saksi Denok Kristianti //Selamat siang mentari/datnaglah kerajaan-Mu/jadilah kehendak-Mu//

13 Nasihat-Pesan Moral
1. Embun Denok Kristianti //kita mesti bergegas sebelum mentari menjerang embun jadi uap/akan berkali lipat usap keringat/sebab pergulatan menyerap daya/...///
2. Perubahan Denok Kristianti //jika cvuaca memanmg harus berubah/jika kita memang perlu berubah/tak adakah pilihan jadi lebih baik?/tak adakah kemampuan semakin manusia//
3. Waktu Denok Kristianti //jangan mendendam pada waktu/meski ia merapuh tulang-tulang/mencuri kegairahan masa muda/dan membuatmu kehabisan daya//
4. Zigzag Orang dan Sapa Semut Dyah Setyowati //.../orang: bisa garang/saling memakan/teman atau lawan/siapa jadi/pahlawan//
5. Terasing Uan jelaga yang ditata Tuhan Kembali ingin menjadi angin// di manakah tempatku bersembunyi dari kefanaan//selain kematian
6. Perempuan Itu Sudah Mati Marta Sinaga //Perempuan//lihatlah di  cermin pecah hidupmu//di belahan gunung di dadamu//yang kauobral//jiwamu hangus//dalam kungkungan pelacuran dirimu//
7. Perempuan peneluh Marta Sinaga //goyangan tubuh kencang berlari//di atas tempat tidur//ditata lewat bahas tubuh//dekoratif bernuansa garang terus melekat//dalam tarif mata uang//
8. Rawan Diri Marta Sinaga Dini gelap payudaramu mengeras//larut lekuk tubuhmu kau hempas//tali suaramu menyimpulkan kata tak bertitik//perintah//rintihan//ungkapan//bulat dalam cerita berjudul kabur//
9. Malamn Membentang di Antara Kehidupan Nia Samsihono Bentanganya tak seluruhnya tertpaki//dalam gulita harus pasrah diri//pada denyut yang kadang menyiksa sanubari//
10. Aborsi Ratna Dewi Barrie //aborsi/lagi-lagi/citra diri/harga diri/mati//
11. Sahabat Rita Sujono //kamu adalah perempuan tersempurna di dunia/yang wajahmu digilai oleh banyak laki-laki/yang keramahanmu dipuja-puji oleh banyak perempuan/yang kecerdasanmu di / nikmatilah//
12. Dansa Rita Sujono //di sana juga ada yang meliuk dan menggeliat/tapi tak sesuai irama/tak juga dengan wajah ceria, apalagi mata berbinar//
13. Puisi Sederhana Rita Sujono //rasaku ingin jadi penyair/karena bisa memberikan sejuta janji/tanpa harus memberikan jaminan//
14. Di Keheningan Sepi Satri Sunarti Sweeny //di keheningan puisi mengalun lembut/untaian himne dan juga ode/namun umpat pun mencelat
15. Mimpi Satri Sunarti Sweeny //Aku bermain dalam taman surga terlarang/bersama cinta terlarang/mengulang kisah Adam dan Hawa yang dulu terbuang//
16. Tersesat Susy Ayu //kelak anak-anak kita adalah penyanmpai pesan/yang semua pesan adalah berita baik/bukankah setiap nabi juga membawa pesan baik?/...//

14 Nasionalisme
1. Krisis Kami dan Kita Rita Sujono //ia bertanya lagi:/kami cinta Indonesia atau Kita cfinta Indonesia?/Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu.//
2. Kepada Seorang Pahlawan Ully Sigar Rusady //.../kukikrarkan janji suci untuk tetap setia/kepada nusa bangsa dan negara/kepada seorang ayah yang perkasa/”selamat hari pahlawan”//


3. KESIMPULAN

Penyair perempuan Indonesia masih mengungkapkan isi hati dalam kemasan puisi sebagai ungkapan naluri wanita yang mulia, di samping pergerakan feminisnya. Wanita Indonesia memperjuangkan hakikat wanita tanpa mengesampingkan jati diri yang mulia.

Berlatar belakang dari berbagai profesi, budaya asal, dan pendidikan, ternyata kegigihan menyuarakan eksistensi diri tak terhalangi oleh beban yang diemban para penyair Hati Perempuan. Hakikat misi yang mereka lakukan terlaksana dengan baik dalam kemasan karya mulia bentuk puisi sebagai curahan hati wanita.

Hati Perempuan mengungkapkan topik-tematis yang mencerminkan sisi psikologis penyair dalam imajinasinya tentang hidup dan kehidupan manusia. Topik yang diungkap para penyair meliputi persoalan internal hati wanita, baik sehubungan dengan hegemoni laki-laki, cinta, kasih sayang, ketuhanan, kedamaian hati, refleksi, dan moral, maupun faktor eksternal, misalnya hegemoni penguasa, gejolak sosial, pesona alam, dan nasionalisme.

Daftar Pustaka  


Aliran Feminisme dalam Sastra karya Bambang Dwi Sasongko dalam                                http://bambangdssmagasolo.blogspot.com/2010/05/aliran-feminisme-dalam-sastra.html.
       Diakses 25 Maret          2011, pukul 10.04 WIB.

Arivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Djajanegara, Soenarjati. (2010). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka           Utama.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.

________________ .2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. 

Esten, Mursal. 1988. Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan. Bandung: Angkasa.



http://nizamzakaria.diaryland.com/030723_7.html. Diakses 27 April 2011, pukul 13.08 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Feminist_literary_criticism. Diakses 24 Maret 2011, pukul 21.03 WIB.

Indari, Mastuti. 2005. Makanya Jangan Sok Seksi. Jakarta : Gramedia Widyasarana Indonesia.

Jurnal Studi Gender & Anak. Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. YINYANG ISSN: 1907-2791,             Vol.4 No.2 Jul-Des 2009 pp.308-319. Diakses Diakses 25 Maret 2012, pukul 10.08 WIB.

Membaca Ayu Utami: Perempuan yang Mempersetankan Perkawinan karya Dadan Suhendra dalam http://wwwaku-dan-karya.blogspot.com/2010/03/membaca-ayu-utami-perempuan-yang.html, diakses 27           April 2011 pukul 13.01 WIB.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rahmad Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya.                          Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Dari Strukturalisme hingga        Poststrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sofia, Adib. Aplikasi Kritik Sastra Feminis, Perempuan dalam Karya-karya Kuntowojoyo.                         Yogyakarta: Citra Pustaka.

Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Cetakan III. Yogyakarta:           Pustaka Pelajar.

Tema Seks dalam Lima Novel yang Ditulis oleh Novelis Perempuan Indonesia karya Nandang R.              Pamungkas http://metasastra.wordpress.com/2009/11/15/tema-seks-dalam-lima-novel-yang-ditulis-oleh- novelis-perempuan-indonesia/. Diakses 25 Maret 2012, pukul 10.08 WIB.

Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.






Komentar

  1. TRADING FOREX ONLINE
    Penarikan paling Tercepat
    Kamu bisa Trading dengan minimal Deposit Rp. 50.000 mengunakan bank lokal
    - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
    Kelebihan bertransaksi di DetikTrade
    1. Teregulasi di FCA
    2. DetikTrade memberikan Bonus Deposit awal 10%** T&C Applied
    3. Perusahaan berdiri sejak 2017 telah mengalami perubahan platform lengkap dengan fitur2 analis dan teknikal trading
    4. Deposit & Penarikan menggunakan BANK LOKAL BCA, BNI, BRI dan Mandiri
    5. Anda juga dapat uang tambahan dari Bonus Referral 1% dari hasil profit tanpa turnover
    - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
    Segera bergabung dan rasakan pengalaman trading yang light, kunjungi website kami DetikTrade

    Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
    WA : 087752543745

    BalasHapus

Posting Komentar

Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.

Postingan populer dari blog ini

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 TAHUN 2014/2015

CERITA PENDEK ON-LINE KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 3 TAHUN 2014/2015