Seluk Beluk Pidato
1. Pengantar
Perkembangan zaman kini menunjukkan betapa komunikasi antarmanusia berkembang cepat sesuai dengan taraf peradaban serta kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang demikian pesat membawa pengaruh terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang ujungnya memberikan tantangan dan peluang bagi manusia bahwa keterampilan berkomunikasi dalam berbagai bentuk merupakan suatu area yang harus dijawab melalui keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara dalam berbagai jenis dan bentuk memang kini memberi peluang seseorang untuk meniti karier atau mengasah keterampilan, bahkan bermuara pada keuntungan finansial yang menjanjikan. Hal ini amat terlihat dalam konteks entertain, terutama melalui media audio visual. Dalam konteks yang lain, keterampilan berbicara di depan umum, pidato misalnya, bisa digunakan untuk berbagai keperluan sekaligus memberikan banyak manfaat kepada si penyampai gagasan.
Konteks di atas sebaiknya dirasakan masyarakat pembelajar, terutama siswa sekolah menengah. Sebagai insan terpelajar, siswa atau pembelajar zaman sekarang dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Begitu juga setelah tamat tingkat menengah lantas melanjutkan ke perguruan tinggi yang ujungnya nanti menyandang gelar sarjana, tantangan hal tersebut perlu dijawab melalui kemampuan berbahasa lisan yang baik.
Selain mampu menulis beragam karya ilmiah dan mempresentasikannya dengan baik, siswa atau pembelajar zaman sekarang juga dituntut mampu mengemukakan gagasan secara lisan, salah satu bentunya adalah berpidato. Keterampilan berpidato tentunya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan memerlukan tahap-tahap persiapan, pelatihan, yang semuanya berproses hingga akhirnya diperoleh keterampilan secara memadai untuk bicara di depan umum.
Kadang kita temui dalam komunitas sosial tatkala seseorang gagap bicara manakala diminta secara mendadak untuk menyampaikan suatu pidato atau kata sambutan. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan berbicara di depan umum itu membutuhkan kesiapan mental dan teknik yang memadai. Untuk itu, pengembangan kemampuan berbahasa secara lisan perlu dilakukan agar siswa atau pembelajar zaman sekarang dapat menunjukkan kualitasnya seagai insan terpelajar atau terdidik.
2. Pengertian dan Tujuan Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud keterampilan berbahasa secara lisan aktif di depan orang banyak atau umum yang disampaikan secara sistematis dengan susunan yang baik. Berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat disertai memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat mendukung efisiensi dan efektivitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu. Berpidato memerlukan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan atau olah vokal yang didukung oleh aspek-aspek nonkebahasaan, misalnya berupa ekspresi mimik dan pantomimik, kontak pandang, gerak tangan. Di sisi lain, tujuan peyampaian gagasan secara lisan dalam bentuk berpidato antara lain adalah 1) menyampaikan informasi (informatif); 2) meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasif); dan 3) menghibur pendengar (rekreatif).
3. Jenis-Jneis/ Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
a. Pidato pengantar atau pembukaan acara adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau master of ceremony (MC).
b. Pidato pengarahan adalah pidato yang dimaksudkan untuk memberikan pengarahan berkaitan dengan tujuan utama pertemuan.
c. Pidato sambutan yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu dengan maksud menyampaikan sikap dan motivasi pemberi sambutan terhadap kegiatan yang dilakukan. Pidato bentuk kata sambutan ini bisa dilakukan oleh beberapa orang secara bergantian dalam ukuran waktu yang terbatas.
d. Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang memiliki kewenangan atau pengaruh besar kepada publik untuk meresmikan sesuatu.
e. Pidato laporan adalah pidato yang berfungsi untuk menyampaikan laporan suatu kegiatan dalam suatu forum di tengah konteks komunitas yang bersangkutan atau terkait. Isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f. Pidato pertanggungjawaban adalah pidato bertujuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban tentang penyelenggaraan suatu kegiatan yang telah ditentukan secara struktural instansi atau birokrasi berkaitan dengan tugas, fungsi, peran, hak, tanggung jawab, dan kewajiban yang diembannya dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Metode Berpidato
Secara teoretis pidato memiliki empat metode, yakni (1) serta-merta (impromptu), yaitu bentuk pidato yang tidak direncanakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan sesaat, (2) hafalan, yaitu pidato terencana dengan mempersiapkan teks pidato sebelumnya untuk dihafal kata demi kata, (3) naskah/tekstual, yaitu pidato yang dipersiapkan secara baik dalam teks, yang biasanya digunakan pada pertemuan resmi atau dalam media elektronik dan media cetak, dan (4) tanpa naskah (ekstemporan), yaitu pidato yang direncanakan dan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pidato atau gagasan-gagasan inti yang hendk disampaikan.
5. Kriteria Pidato yang Baik
Manakala seseorang menyampaikan gagasannya secara lisan dalam konteks berpidato tentu saja si orator mempunyai maksud agar gagasan yang disampaikan dapat dimengerti oleh audiens hingga ia berusaha dan berharap agar pidato yang disampaikan dinilai oleh pendengarnya sebagai pidato yang baik. Secara normatif klasik sebuah pidato dyang baikpat dikatakan baik memenuhi kriteria berikut: 1) gagasan yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau sejalan dengan kegiatan yang sedang berlangsung; 2) kandungan isi memberi motivasi dan dukungan yang bisa menggugah bagi pendengar; 3) substansi isi bermanfaat bagi audiens dan tidak menimbulkan pertentangan SARA; 4) gagasan dikemas secara sistematis, logis, jelas, benar, dan objektif; 5) menggunakan bahasa yang komuniatif, mudah dipahami oleh para audiens; dan 6) disampaikan secara santun, etis, rendah hati, komunikatif, dan familiar.
6. Tata Cara dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merupakan langkah-langkah prosedural berpidato, merujuk pada langkah-langkah dan urutan untuk memulai, mengembangkan, dan mengakhirinya. Sedangkan, etika berpidato merupakan santun berpidato yang merujuk pada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung tinggi tatkala menyampaikan pidato sebagai cermin keberadaban dan keterdidikan kita.
Secara runtut gagasan yang disampaikan dalam berpidato harus sistematis dengan tahap atau langkah-langkah yang diawali dengan salam pembuka, bagian pembuka, sajian gagasan isi, bagian penutup, serta salam penutup. Salam pembuka umumnya dimulai dengan sapaan, berisi sapaan kepada pihak-pihak yang hadir atau diundang pada kesempatan pidato tersebut, secara santun secara budaya atau agamis, yang diikuti dengan ucapan puji syukur kepada Yang Mahakuasa atas diberikannya kesematan dapat bertemu dalam tempat dan waktu yang ditentukan disertai dengan keadaan selamat dan sentosa. Kemudian arah pembicaraan dibawa ke bagian pembukaan atau pendahuluan setelah diberi jeda waktu beberapa detik yang cukup.
Bagian pendahuluan berisi gagasan yang menggiring perhatian audiens ke arah topik pembicaraan. Hal itu dapat dimulai dengan fakta fenomenal konkret yang akrab dengan kehidupan audiens hingga mendekatkan pada kesimpulan pentingnya gagasan itu didicarakan. Di sisi lain sang pembicara dapat juga menyampaikan maksud dan tujuan atau manfaat yang dapat diperoleh melalui pembicaraan tersebut.
Bagian penyampaian isi merupakan penjabaran gagasan-gagasan pokok yang disampaikan melalui pidato. Komposisi bagian ini tentu saja disesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan hingga secara kompositoris gagasan yang disampikan proporsional, dan lengkap unsur-unsurnya. Bila perlu ungapkan saja gagasan-gagasan pokok sebagai sajian inti isi pembicaraan secara sederhana dan gampang dipahami. seringkali memerlukan konsekuensi rincian gagasan disesuaikan dengan waktu yang disediakan.
Sedangkan bagian penutup berisi penyimpulan atau penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan pada bagian isi. Selain itu, setelah penutup perlu disampaikan salam penutup yang berisi harapan dan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara yang berlangsung serta permohonan maaf manakala terdapat tutur kata atau sikap yang kurang berkenan di hati para hadirin.
Di sisi lain etika berpidato harap menjadi pegangan bagi siapa saja yang akan berpidato. Aspek-aspek nilai tatakrama, sopan santun dan budaya tertentu tetap dipegang teguh sehingga kegiatan berpidato itu tidak menyinggung perasaan orang lain, serta berupaya menghargai dan membangun optimisme serta memberi motivasi kepada audiens. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahabatan perlu diusahakan dalam berpidato.
7. Menulis Naskah Pidato
Dalam menyampaikan pidato ada enam langkah yang perlu diperhatikan, yaitu (1) menentukan maksud atau tujuan pidato, (2) memilih topik (jika diperlukan), (3) menjajaki situasi dan latar belakang pendengar, (4) mengumpulkan bahan atau materi pidato, (5) menyusun dan mengembangkan kerangka pidato, dan (6) memahami dan menguasai materi pidato; (7) melatih diri secara oral sebelum menyajikan pidato.
Agar pidato yang kita sampaikan nantinya berjalan dengan lancar, sistematis, logis, serta gampang dimengerti oleh audiens akan lebih baik bila kita membuat persiapannya dengan menulis naskah pidato. Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan memang signifikan baik secara struktral instansi atau birokrasi serta telah dipersiapkan sebelumnya. Hal ini akan bermanfaat sehubungan dengan kelengkapan dan kebenaran isi pidato serta santun pilihan kata sehingga akibat yang tidak baik di kemudian hari dapat diminimalisasi.
Menulis naskah pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan lewat kegiatan berpidato. Pilihan kata, kalimat, dan paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasilkan naskah yang lain. Situasi dan kondisi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan kata dan gaya bahasa naskah pidato. Di sisi lain, meski sebagai bahasa tulis, naskah pidato itu merupakan bahasa tulis yang akan nantinya dilisankan sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan.
Namun, jika kegiatan pidato itu dilakukan bersifat spontan, tentu kita tidak perlu menulis naskah pidato. Hal ini amat ditentukan oleh kematangan, kecerdikan menghadapi situasi, dan pengalaman sang orator.
Secara kompositoris, naskah pidato sama dengan naskah tertulis lainnya, meliputi bagian pendahuluan (30%), isi (60%), dan penutup (10%). Namun, konteks salam sapaan sebagai pengantar serta salam penutup perlu diperhatikan dengan benar.
8. Menyunting Naskah Pidato
Menyunting naskah pidato merupakan langkah lanjut setelah kita menulis naskah pidato. Hal ini dimaksudkan agar pidato yang disampakan berjalan dengan baik, menarik serta sesuai dengan tujuan. Langkah sunting naskah amat diperlukan sehingga efisiensi dan efektivitas pidato akan tercapai. Naskah pidato perlu disunting dari sisi isi, bahasa, maupun penalarannya. Isi naskah pidato perlu dicermati kembali: kesesuaiannya dengan tujuan pidato, konteks pendengar, dan kegiatan yang dilaksanakan. Isi pidato juga harus dipastikan kebenarannya, cukup representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato.
Sedangkan aspek bahasa perlu dilihat segi pilihan kata atau diksi, kalimat, dan paragraf, serta gaya bahasa. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf serta gaya bahasa menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini. Di sisi lain, aspek penalaran juga perlu disunting untuk memastikan ketepatan isi naskah yang telah dikembangkan dengan penalaran yang logis dan tepat sesuai dengan kontkes yang ada, terutama audiensnya. Pola induktif, deduktif, atau campuran dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyempurnakan Naskah Pidato
Langkah berikutnya setelah menyunting adalah memberikan peninjauan ulang guna melakukan penyempurnaan, bila perlu. Hal itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan penalarannya sebagaimana yang telah disunting di atas. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengganti pilihn kata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya sehingga efektif dan efisien. Sementara itu, penyempurnaan paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan kohesivitas paragraf. Untuk itu, pengurangan atau penambahan kalimat, penyempurnaan atau penghilangan bagian kalimat menjadi amat penting untuk dilakukan bilamana diangap perlu. Semuanya akan bermanfaat tatkala pidato disampaikan dan setelahnya.
10. Segi Teknis Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan di depan audiens. Dalam konteks demikian menyampaikan pidato bukan sekadar membacakan naskah pidato di depan hadirin, melainkan juga perlu menghidupkan dan menghangatkan suasana, bahkan menciptakan interaksi yang hangat dengan audiens. Untuk itu, seseorang yang akan menyampaikan pidato harus mampu mengamati dan membaca keadaan serta menganalisis situasi dan memanfaatkan hasil analisisnya untuk menghidupkan suasana pidato yang akan dilakukan. Hal ini memerlukan kecerdikan dan kesigapan mengamati, memahami, dan memberdayakan konteks audiens.
Apabila pidato yang disampaikan bukan membacakan naskah pidato atasan atau orang lain, kita masih dapat melakukan improvisasi kondisional, melakukan penambahan-penambahan sesuai dengan waktu yang disediakan, dengan catatan penambahan itu memperkaya gagasan isi pidato, menghangatkan suasana, dan memperjelas substansi isi pidato.
Keberhasilan sebuah pidato banyak bergantung pada penguasaan tempo, dinamik, dan warna suara. Tempo dapat diartikan cepat lambatnya pengucapan. Aspek ini amat perlu kita siasati sesuai dengan kondisi yang ada. Jangan berbicara terlalu cepat atau sebaliknya serta dinamis yang berkaitan dengan keras lembutnya suara. Suara tidak datar dan perlu diupayakan ada penekanan terhadap suatu kata atau kalimat tertentu seirama dengan volume suara. Warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan suasana, misalnya suasana gembira, sendu, sedih, atau khidmat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hal ini memerlukan kepekaan situasional dan kondisional sehingga tidak terjadi suasana yang tidak tepat. Misalnya, suasana khidmat menggunakan warna suara dalam suasana gembira atau sebaliknya.
Selain kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku, intonasi, artikulasi, vokal, dan konsonan untuk setiap kata hendaklah diucapkan secara tepat dan wajar serta dapat didengar dengan jelas oleh sasaran audiens. Dalam hal ini, perlu dihindari agar kata tidak sampai terlesap (hilang), ditambah, atau diubah satu huruf (vokal atau konsonan).
Berikut beberapa contoh yang perlu diperhatikan pengucapannya.
ucapkan [ucapken] positif [positip]
generasi [jenerasi] instansi [intansi]
frustrasi jangan diucapkan [frustasi] negosiasi [negoisasi]
balans [balan] konteks [kontek] Indonesia [Indonesa]
generasi [jenerasi] instansi [intansi]
frustrasi jangan diucapkan [frustasi] negosiasi [negoisasi]
balans [balan] konteks [kontek] Indonesia [Indonesa]
Hal di atas sepertinya kelihatan sepele, namun amat perlu diperhatikn sebab mencerminkan tataran sikap profesionalisme dan keterdidikan kita.
10. Persiapan Pidato
Sebelum menyampaikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
10.1 Memahami wawasan pendengar pidato secara umum
10.2 Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
10.3 Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti sesuai dengan konteks audiens
10.4 Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
10.5 Menyiapkan bahan-bahan atau menyusun naskah pidato
10.6 Mempersiapkan sarana atau perlengkapan pembantu pidato, misalnya LCD
11. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
11.1 Pembukaan dengan sapaan pembuka
11.2 Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
11.3 Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
11.4 Penutup (kesimpulan dan saran)
11.5 Salam penutup (harapan, pesan, serta sapaan penutup)
Yang terhormat Bapak ..... selaku ..............., Bapak ............... sebagai ..............., Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru-karyawan, tamu undangan, pengurus OSIS, serta teman-teman yang saya cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat guna mengadakan acara perpisahan kelas XII tahun pembelajaran kali ini.
Bapak Ibu serta hadirin yang saya hormati, izinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka perpisahan ini.
Sebagai wakil siswa saya mengatakan bahwa kami sebagai siswa sangat amat bangga dan berterima kasih kepada sekolah yang telah memberi peluang kami bersekolah di sekolah ini, begitu juga kepada semua guru yang telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami dengan maksud agar kami sukses sebagai pelajar sejalan dengan perkembangn taraf kedewasaan kami. Berkat jerih payah semua guru, kami pun dapat lulus dari SMA ini.
Kami juga menyadari bahwa selama belajar di sekoah ini banyak perilaku, tindak tanduk, etika dan sopan santun yang tentu saja ada yang kurang berkenan di hati Bapak-Ibu Guru serta karyawan. Untuk itu, berilah kami kesempatan untuk mohon maaf dengan harapan semua akan membawa kami ke tingkat kedewasaan yang mapan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kami. Semoga Kepala Sekolah beserta staf serta semua guru-karyawan yang bertugas mendidik dan mengajar di sekolah ini selalu sehat dan bahagia.
Juga untuk teman-teman semua. Sungguh berat rasanya berpisah dengan kalian semua karena kita sudah bersama 2 selama 3 tahun ini. Saya juga mendoakan teman-teman semua dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, baik universitas, institut, atau akdemi, tingkat diploma atau sarjana, maupun institusi pendidikan lainnya untuk dapat mencapai cita-cita yang selama ini diangan-angankan.
Akhir kata, saya mengucapkan sukses selalu buat teman-teman, doa saya menyertai teman-teman semua. Mohon maaf bila ada sikap ataupun tutur kata yang kurang berkenan.. Terima kasih dan selamat malam. Waktu dan tempat saya kembalikan kepada pembawa acara.
13. Pidato Global Warming
(Diunduh dari jaringan terkait)
First of all I would like to say thank you to the teacher and all my friend who has given mee nice opportunity speech on this day, about global warming. We know global warming is serious problem which is world well in country developing and country developed. Global waming in reason by activity human which working way a ware or not a ware.
Global warming is a process to increase body temperature average atmosfer: sea and land. Stage body temperature global settlement will to cause alteration which other except to clib surface sea water, stage weather, and alteration total. Result global warming which other influenced crop agriculture, and destroyed kind animal. All energy source which can be grond originally with sun.
A part that energy inside form short wave radiation, including apperent shine when this energy to hit ground surface it changeable with shine to make hot with to warm up eart. With temperature average large 15 C (59F), eart in fact already hot more 33 C (59F) with greenhouse effect. So that ice will to shut all grond surface but on the contrary. Result total tha t gas already more in atmosfer global warming result to become. To protect the health and economic well-being of current and future generations, we must reduce our emissions of heat-trapping gases by using the technology, know-how, and practical solutions already at our disposal.
The Earth’s climate changes in response to external forcing, including variations in its orbit around the Sun (orbital forcing), volcanic eruptions, and atmospheric greenhouse gas concentrations. The detailed causes of the recent warming remain an active field of research, but the scientific consensus is that the increase in atmospheric greenhouse gases due to human activity caused most of the warming observed since the start of the industrial era. This attribution is clearest for the most recent 50 years, for which the most detailed data are available. Some other hypotheses departing from the consensus view have been suggested to explain most of the temperature increase. One such hypothesis proposes that warming may be the result of variations in solar activity.
None of the effects of forcing are instantaneous. The thermal inertia of the Earth’s oceans and slow responses of other indirect effects mean that the Earth’s current climate is not in equilibrium with the forcing imposed. Climate commitment studies indicate that even if greenhouse gases were stabilized at 2000 levels, a further warming of about 0.5 °C (0.9 °F) would still occur.
The prediction of climate change due to human activities began with a prediction made by the Swedish chemist, Svante Arrhenius, in 1896. Arrhenius took note of the industrial revolution then getting underway and realized that the amount of carbon dioxide being released into the atmosphere was increasing.
Moreover, he believed carbon dioxide concentrations would continue to increase as the world’s consumption of fossil fuels, particularly coal, increased ever more rapidly. His understanding of the role of carbon dioxide in heating Earth, even at that early date, led him to predict that if atmospheric carbon dioxide doubled, Earth would become several degrees warmer. However, little attention was paid to what must have been seen to be a rather far-out prediction that had no apparent consequence for people living at that time.
Arrhenius was referring to a potential modification of what we now call the greenhouse effect. Shortwave solar radiation can pass through the clear atmosphere relatively unimpeded, but longwave infrared radiation emitted by the warm surface of the Earth is absorbed partially and then re-emitted by a number of trace gases–particularly water vapor and carbon dioxide–in the cooler atmosphere above. Because, on average, the outgoing infrared radiation balances the incoming solar radiation, both the atmosphere and the surface will be warmer than they would be without the greenhouse gases. One should distinguish between the “natural” and a possible “enhanced” greenhouse effect. The natural greenhouse effect causes the mean temperature of the Earth’s surface to be about 33 degrees C warmer than it would be if natural greenhouse gases were not present.
This is fortunate for the natural greenhouse effect creates a climate in which life can thrive and man can live under relatively benign conditions. Otherwise, the Earth would be a very frigid and inhospitable place. On the other hand, an enhanced greenhouse effect refers to the possible raising of the mean temperature of the Earth’s surface above that occurring due to the natural greenhouse effect because of an increase in the concentrations of greenhouse gases due to human activities. Such a global warming would probably bring other, sometimes deleterious, changes in climate; for example, changes in precipitation, storm patterns, and the level of the oceans. The word “enhanced” is usually omitted, but it should not be forgotten in discussions of the greenhouse effect.
The predicted effects of global warming on the environment and for human life are numerous and varied. It is generally difficult to attribute specific natural phenomena to long-term causes, but some effects of recent climate change may already be occurring. Raising sea levels, glacier retreat, Arctic shrinkage, and altered patterns of agriculture are cited as direct consequences, but predictions for secondary and regional effects include extreme weather events, an expansion of tropical diseases, changes in the timing of seasonal patterns in ecosystems, and drastic economic impact. Concerns have led to political activism advocating proposals to mitigate, eliminate, or adapt to it.
Except to crash which resolute there are to crash which already straight we not a ware. We can see in television that in big city very much empty region but the region used to project.
So region to plantis greentree very less tree which we to see to run very less even live style them more like to use carriage than to run away. This to make weather in environment them dirtied. So that event’s this to grow reason global warming.
I think that all . Thank You.
(Dari berbagai sumber dalam jaringan, a.l. Organisasi.org)
Komentar
Posting Komentar
Gunakan nama dan email masing-masing! Harap ditulis nama, kelas, dan nomor absen.